[...]
saya ingin melupakan kepahitan ini..dendam mgkn sdh tdk ada tp kemarahan ada dihati terkecil saya..kpd mantan suami dan orang tuanya, kpd teman2 vihara yg memusuhi saya (tanpa mengecek kebenarannya..ato berpikir mampukah mrk bertahan dgn situasi yg saya hadapi)..tp susah saya hilangkan bagaimanapun saya berusaha..
[...]
Memang banyak orang yang mudah terbawa arus, tanpa mengecek kebenarannya langsung menyalahi satu pihak tertentu. Banyak sist... Apalagi kalo mereka lebih akrab, biasanya tidak objektif.
Beberapa tahun yang lalu, saya mengungkapkan sesuatu yang saya yakin 99% benar. Ini saya tahan berbulan-bulan, sampe saya merasa sangat mumet nih kepala. Saya sangat tidak bahagia. Waktu itu saya bingung, kalau saya diam saja, salah. Kalau saya ungkapkan, salah juga. Akhirnya setelah menimbang-nimbang manfaatnya, saya memutuskan untuk mengungkapkanya dan menerima konsekuensinya. Baru satu kalimat saya ungkapkan, tidak ada lagi orang yang mau mendengarkan. Semua menyuruh saya tutup mulut karena saya pasti salah, dan si tertuduh adalah pihak yang pasti benar. Bahkan si tertuduh berkata dengan kata yang kasar pada saya: "mulut kamu lebih berbisa dari ular", dan kata-kata + perlakuan ga berkenan lainnya...
Waktu itu saya ingat kata-kata bhante Pannavaro: "perhatikan tangan rupang Buddha ini... ini artinya Abhaya (jangan takut)". Waktu itu saya ingat saja kata-kata ini:
"jangan takut... " (waduh.. sedih lagi ingatnya
). Kira-kira seperti ini gambar rupangnya:
Sekarang, saya tidak begitu benci lagi sama mereka. Kalo diingat-ingat lagi, memang bisa sakit, sedih, atau kecewa. Tapi saya gak napsu lagi untuk mengingat hal itu. Dulu iya, tapi sekarang udah bosen.
Walaupun kadang saya agak emosi dengan sikap orang lain yang suka nge-judge atau menjelek-jelekkan orang lain, tanpa pertimbangan yang hati-hati.
Oke mungkin saya sharing aja, biar kamu gak merasa sendirian