[at] atas
ngapaen toleransi2 segale..=_="
aye percaya teori Darwin...the strongest survive...
tzu chi seharusne mengambil kesempatan ini untuk membabarkan Buddha Dhamma donk...
kok malah membantu mereka untuk lebih berpandangan salah?!
Hai El Sol,
Setelah absen lama, kebetulan hari ini saya sempat baca topik ini. Saya akan coba beri anda sedikit masukan. Tapi sebelumnya ...tenangkan diri dulu bro
Sejauh yang saya ketahui, Buddha sangat bertoleransi pada setiap ajaran, meskipun bertentangan dengan Beliau. Banyak sekali contoh sikap yg beliau tunjukan. Beliau mengatakan apa yang Beliau lakukan dan melakukan apa yang Beliau katakan. Anda tentu setuju saya katakan kalau Buddha adalah contoh teladan sikap toleransi yang sejati. (Tentu dalam arti positif dan bukan pasif, membiarkan Dhamma dibolak-balik). Umat lain boleh hidup dan bebas beribadah dilingkungan Tzu Chi, tetapi tidak boleh melanggar aturan moralitas (sila). Jelas mereka tidak boleh memotong binatang persembahan misalnya. Saya tidak melihat ada toleransi Tzu Chi yang melanggar Dhamma. Sebagai contoh saja, semua relawan Tzu Chi wajib mematuhi 10 sila (tzu chi) yg isinya, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berkata kasar sd mematuhi aturan lalu lintas !
Mengenai "teori Darwin...the strongest survive"...
Kelihatannya anda keliru memahaminya. Dalam pemahaman saya, teori itu bukan mengatakan yang terkuatlah yang menang. Tetapi yang mampu BER-ADAPTASI-LAH yang akan tetap bertahan. Dinosaurus adalah binatang kuat, tetapi mengapa bukan mereka yang mampu survive sampai sekarang ? Anda tahu binatang apa yang lebih tua umurnya dari dinosaurus ? KECOA ! padahal kecoa adalah binatang lemah bukan ?
Mengenai Tzu Chi seharusnya mengambil kesempatan membabarkan Dhamma...
Apakah yang dimaksud membabarkan Dhamma adalah mengagamabuddhakan orang ? kalau demikian, kelihatannya keliru lagi. Kalau bukan, syukurlah kita buddhis masih satu pandangan
Apa yang dilakukan oleh Tzu Chi dalam pandangan saya justru adalah praktek mengajarkan Dhamma pada semua orang. Agama hanyalah label, bukan itu yg terpenting. Tetapi pikiran manusialah yang harus diisi Dhamma. Hanya ada satu "agama" yang bisa menyatukan semua umat manusia, dan itu jelas bukan agama kr****n, Hindu, Islam pun bukan agama Buddha, bukan semua itu. Itu hanyalah lembaga yang justru mengkotak-kotakan manusia. "Agama" itu adalah cinta kasih universal. Itulah Dhamma yang universal dan bisa dipraktekan oleh siapa saja !
Tzu Chi bukan membagi beras ! Hal itu selalu diumumkan pada kata sambutan setiap sebelum membagi beras. Beras akan habis dalam 2 minggu dan orang miskin terlalu banyak didunia. Tetapi Tzu Chi mengajarkan keperdulian dan cinta kasih universal. Inilah juga yg akhirnya dipahami dan dipraktekan oleh banyak sekali orang-orang yang pernah "disentuh" oleh ketulusan Tzu Chi.
Di Tzu Chi saya bisa melihat semua umat dari agama apa saja, bisa bergandengan tangan bernyanyi lagu tema cinta kasih. Bisa kita lihat bagaimana anak-anak pesantren menyanykan lagu, "Kita Adalah Satu Keluarga" sebelum mereka ikut membantu mengangkat beras bagi orang tua, wanita hamil atau anak-anak kecil.
Dalam pengalaman saya, kita bahkan tidak tahu teman-teman yg sangat aktif selama bertahun-tahun itu beragama apa. Mengapa ? karena insan Tzu Chi tidak membahas agama, tetapi cinta kasih universal !
Mohon jangan salah paham. Saya tidak mewakili Tzu Chi dan juga bukan juru bicara mereka. Tetapi saya hanya melihat sikap nyata yang mereka lakukan adalah benar-benar pelaksanaan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Membuktikan, mengajarkan dan mampu menyatukan semua kalangan dengan satu "agama" yang bernama cinta kasih universal
Kalau Tzu Chi juga berpandangan bahwa mengajarkan Dhamma adalah sama dengan mengagamabuddhakan orang-orang, maka pastilah tidak akan ada pendeta yang jadi relawan disini, tidak akan ada orang-orang berseragam Buddha Tzu chi yang melakukan misa yang dipimpin oleh pastor, tidak akan pernah anda bertemu orang berjilbab hitam yg hanya terlihat mata tetapi dengan rompi yang bertuliskan "Relawan Yayasan Buddha Tzhu Chi", tidak akan ada pimpinan pesantren yang meminta foto Master Cheng Yen untuk digantung di ruangannya (yg setahu saya itu adalah hal yang melanggar prinsip agamanya), tidak akan kita anda lihat umat kr****n membantu perayaan waisak, beberapa umat lain bahkan ikut melakukan prosesi pemujaan. Tembok dan sekat agama seolah hilang dan hilang artinya ketika insan tzu chi berkumpul.
Seharusnya umat Buddha melakukan dan meniru apa yg diajarkan oleh Master Cheng Yen. Seharusnya mengajarkan Dhamma bukan dengan teori, tetapi dengan aksi dan teladan nyata. Seharusnya sebagai umat Buddha semakin yakin pada ajaran universal yang mampu menembus dinding dan sekat agama.
Dan semua itu telah dibuktikan dan diteladankan oleh Master Cheng Yen melalui Tzu Chi. Oleh karena itu, jangan dengar dan melihat dari jauh. Tetapi DATANG lah bergabung, LIHAT lah apa yg Tzu Chi ajarkan dan BUKTI kanlah sendiri apakah Tzu Chi memang mengajarkan Dhamma atau tidak. Kalau umat lain saja bisa terkagum-kagum mengapa umat Buddha tidak ?
Sampai kapanpun, akan selalu saja ada pro dan kontra atas perbuatan apa saja. Silahkan memilih. Tetapi berhati-hatilah, jangan sampai menjadi penghambat tumbuhnya niat orang untuk berbuat kebajikan. Sebaiknya selalu memilih sikap yang lebih positif yaitu berharap semoga semua jenis kebajikan semakin berkembang, bertambah banyak dimana-mana dan selalu mendapat dukungan. Karena hanya dengan demikianlah, Dhamma sejati akan selalu ada, hidup dan berkembang. Yang berarti juga kita ada pendukung dan pelesatari Dhamma.
Wi Tjong