9 Sammādiṭṭhi Sutta
(BATIN-JASMANI)
52. Dengan mengatakan, “Bagus, Teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, Teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?”—“Ada, Teman-teman.
53. “Ketika, Teman-teman, seorang siswa mulia memahami batin-jasmani, asal-mula batin-jasmani, lenyapnya batin-jasmani, dan jalan menuju lenyapnya batin-jasmani, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
54. “Dan apakah batin-jasmani, apakah asal-mula batin-jasmani, apakah lenyapnya batin-jasmani, apakah jalan menuju lenyapnya batin-jasmani? Perasaan, persepsi, kehendak, kontak, dan perhatian—ini disebut batin. Empat unsur utama dan bentuk materi yang diturunkan dari empat unsur utama—ini disebut jasmani. Maka batin ini dan jasmani ini adalah apa yang disebut batin-jasmani. Dengan munculnya kesadaran, maka muncul pula batin-jasmani. Dengan lenyapnya kesadaran, maka lenyap pula batin-jasmani. Jalan menuju lenyapnya batin-jasmani adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu: pandangan benar … konsentrasi benar.
(KESADARAN)
56. Dengan mengatakan, “Bagus, Teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, Teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?”—“Ada, Teman-teman.
57. “Ketika, Teman-teman, seorang siswa mulia memahami kesadaran, asal-mula kesadaran, lenyapnya kesadaran, dan jalan menuju lenyapnya kesadaran, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
58. “Dan apakah kesadaran, apakah asal-mula kesadaran, apakah lenyapnya kesadaran, apakah jalan menuju lenyapnya kesadaran? Terdapat enam kelompok kesadaran ini: kesadaran-mata, kesadaran-telinga, kesadaran-hidung, kesadaran-lidah, kesadaran-badan, kesadaran-pikiran. [ ]Dengan munculnya bentukan-bentukan, maka muncul pula kesadaran. Dengan lenyapnya bentukan-bentukan, maka lenyap pula kesadaran. Jalan menuju lenyapnya kesadaran adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu: pandangan benar … konsentrasi benar.
(BENTUKAN-BENTUKAN)
60. Dengan mengatakan, “Bagus, Teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, Teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?”—“Ada, Teman-teman.
61. “Ketika, Teman-teman, seorang siswa mulia memahami bentukan-bentukan, asal-mula bentukan-bentukan, lenyapnya bentukan-bentukan, dan jalan menuju lenyapnya bentukan-bentukan, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
62. “Dan apakah bentukan-bentukan, apakah asal-mula bentukan-bentukan, apakah lenyapnya bentukan-bentukan, apakah jalan menuju lenyapnya bentukan-bentukan? Terdapat tiga jenis bentukan-bentukan ini: bentukan jasmani, bentukan ucapan, bentukan pikiran. [ ]Dengan munculnya kebodohan, maka muncul pula bentukan-bentukan. Dengan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula bentukan-bentukan. Jalan menuju lenyapnya bentukan-bentukan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu: pandangan benar … konsentrasi benar.
(KEBODOHAN)
64. Dengan mengatakan, “Bagus, Teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, Teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?”—“Ada, Teman-teman.
65. “Ketika, Teman-teman, seorang siswa mulia memahami kebodohan, asal-mula kebodohan, lenyapnya kebodohan, dan jalan menuju lenyapnya kebodohan, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
66. “Dan apakah kebodohan, apakah asal-mula kebodohan, apakah lenyapnya kebodohan, apakah jalan menuju lenyapnya kebodohan? Tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui asal-mula penderitaan, tidak mengetahui lenyapnya penderitaan, tidak mengetahui jalan menuju lenyapnya penderitaan—ini disebut kebodohan. Dengan munculnya noda-noda, maka muncul pula kebodohan. Dengan lenyapnya noda-noda, maka lenyap pula bentukan kebodohan. Jalan menuju lenyapnya kebodohan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu: pandangan benar … konsentrasi benar.
(NODA-NODA)
68. Dengan mengatakan, “Bagus, Teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, Teman, adakah cara [55] lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar, yang pandangannya lurus, yang memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?”—“Ada, Teman-teman.
69. “Ketika, Teman-teman, seorang siswa mulia memahami noda-noda, asal-mula noda-noda, lenyapnya noda-noda, dan jalan menuju lenyapnya noda-noda, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar, yang pandangannya lurus, yang memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.
70. “Dan apakah noda-noda, apakah asal-mula noda-noda, apakah lenyapnya noda-noda, apakah jalan menuju lenyapnya noda-noda? Ada tiga noda ini: noda keinginan indria, noda penjelmaan, dan noda kebodohan. Dengan munculnya kebodohan, maka muncul pula noda-noda. [ ]Dengan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula noda-noda. Jalan menuju lenyapnya noda-noda adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
71. “Ketika seorang siswa mulia memahami noda-noda, asal-mula noda-noda, lenyapnya noda-noda, dan jalan menuju lenyapnya noda-noda, [ ]maka ia sepenuhnya meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu, ia menghapuskan kecenderungan tersembunyi pada ketidaksenangan, ia memadamkan kecenderungan tersembunyi pada pandangan dan keangkuhan ‘Aku’, dan dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan. Dengan cara ini juga seorang siswa mulia menjadi seorang yang berpandangan benar, yang pandangannya lurus, yang memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.”
Itu adalah apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Sāriputta. Para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta.