Tekad mulia kak William, akan makin banyak insan yang membela Dhamma nan agung ! Lanjutkan !!!
Mengenai masalah orangtua, menurut saya, orangtua kita bisa melihat apakah Dhamma benar benar indah atau tidak , adalah karena menyaksikan diri kita sendiri.
Kalau hanya mengatakan ingin saja tapi kita sama saja dengan orang awam yang masih sering lepas kontrol dan nampak tidak bijak, maka orangtua akan menjadi was was, jangan jangan kita ini ingin jadi bhikku karena emosi sesaat atau keinginan yang tidak matang. Ini wajar dan orangtua juga tidak bisa disalahkan. Kalau mau restu yah pertama tama kita harus bisa menujukkan bukti nyata manfaat mendalami Dhamma, keindahan Dhamma, sehingga orangtua atau pihak lain merasa tertarik akan indahnya Dhamma, minimal mereka akan ikut kita ke vihara dan sangat tertarik belajar Dhamma. Baru setelah mereka paham Dhamma maka akan mudah bagi kita menjadi Bhikku. Tapi kalau orangtua tidak melihat hal nyata apapun dari diri kita selama mendalami Dhamma, tidak melihat suatu perbedaan yang menyentuh hati mereka, maka wajar jika mereka meragukan niat kita. Atau malah kalau diri kita sendiri membuat orang lain justru berpandangan bahwa Dhamma ternyata tidak berguna dan tidak ada bedanya dengan agama agama lain, maka orang akan malas untuk lebih lanjut mengenal Dhamma. Bahkan bisa saja mereka malah menjadi anti dan benci pada Dhamma karena melihat bukti nyata kemunduran dan kejatuhan batin dari diri kita yang menyatakan diri sebagai Buddhis.