[at] Ryu
“Anekajati samsaram
Sandhavissam anibbissam
Gahakarakam gavesanto
Dukkha jati punappunam
Gahakaraka! Dittho’si
Punageham na kahasi
Sabba to phasuka bhagga
Gahakutam vismakhitam
Vismakharagatam cittam
Tanhanam khayamajjhaga.”
Yang artinya :
“Dengan letih Aku mencari "pembuat rumah" ini
Berlari-berputar dalam lingkaran tumimbal lahir
Menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada akhir
Pembuat rumah! Sekarang telah Ku-ketahui
Engkau tak akan dapat membuat rumah lagi
Semua atapmu telah Ku-robohkan
Semua fondasimu telah Ku-bongkar
Batin-Ku sekarang mencapai keadaan terbebas
Dan berakhirlah semua nafsu keinginan.”
??
panjangnya nih :
Kisah "Kata-kata Kebahagiaan Sang Buddha"
DHAMMAPADA XI, 8-9
Dua syair ini, syair 153 dan 154 Kitab Suci Dhammapada, adalah ungkapan tulus dan mendalam dari kebahagiaan yang dirasakan Sang Buddha pada saat Beliau mencapai Penerangan Sempurna. Syair-syair ini diulang di Vihara Jetavana atas permintaan dari Yang Ariya Ananda.
Pangeran Siddhattha, dari keluarga Gotama, anak dari Raja Suddhodana dan Ratu Maya dari kerajaan suku Sakya, meninggalkan keduniawian pada usia 29 tahun dan menjadi pertapa untuk mencari Kebenaran (Dhamma).
Selama 6 tahun Beliau mengembara di Lembah Gangga, menemui pemimpin-pemimpin agama yang terkenal, belajar ajaran dan metodenya. Beliau hidup dengan keras dan menyerahkan dirinya pada peraturan pertapaan yang keras. Tetapi ia merasa semua latihan itu tidak berguna.
Akhirnya, Beliau memutuskan untuk menemukan kebenaran dengan jalannya sendiri, dan menghindari dua jalan ekstrim dari pemuasan kenikmatan yang berlebihan dan penyiksaan diri sendiri. Beliau menemukan "Jalan Tengah", yang menuju kebebasan mutlak, nibbana. Jalan Tengah ini adalah jalan mulia berfaktor delapan, yaitu: Pengertian Benar, Pikiran Benar, Perkataan Benar, Perbuatan Benar, Mata pencaharian Benar, Daya-upaya Benar, Kesadaran Benar, dan Konsentrasi Benar.
Pada suatu sore, duduk di bawah pohon Bodhi, di tepi Sungai Neranjara, Pertapa Siddhattha Gotama mencapai "Penerangan Sempurna" (Bodhi-nana atau Sabbannutanana) pada usia tiga puluh lima tahun. Pada saat malam jaga pertama, Siddhattha mencapai kemampuan batin pengetahuan kelahiran-Nya sendiri yang lampau (Pubbenivasanussati-nana). Pada saat malam jaga kedua, Beliau mencapai kemampuan batin pengetahuan penglihatan tembus (Dibbacakkhu-nana). Kemudian pada malam jaga ketiga, Beliau memahami hukum sebab akibat yang saling bergantungan (Patticcasamuppada) dalam hal kemunculan (Anuloma) demikian pula pengakhiran (Patiloma).
Menjelang fajar, Siddhattha Gotama dengan kemampuan akal-budinya, dan pandangannya yang terang mampu menembus pengetahuan "Empat Kebenaran Mulia". Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran mulia tentang penderitaan (Dukkha Ariya Sacca), kebenaran mulia tentang asal mula penderitaan (Dukkha Samudaya Ariya Sacca), kebenaran mulia tentang akhir penderitaan (Dukkha Nirodha Ariya Sacca), dan kebenaran mulia tentang jalan menuju akhir penderitaan (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya Sacca).
Terdapat juga dalam diri Beliau, dengan segala kemurniannya, pengetahuan tentang keberadaan "kebenaran mulia" (Sacca-nana), pengetahuan tentang perlakuan yang diharapkan terhadap "kebenaran mulia" itu (Kicca-nana) dan pengetahuan tentang telah dipenuhinya perlakuan yang diharapkan terhadap "kebenaran mulia" itu (Kata-nana), dengan demikian Beliau mencapai "Sabbannuta-nana" (Bodhi-nana) dari seorang Buddha. Sejak saat ini Beliau dikenal sebagai Buddha Gotama.
Dalam hal ini, perlu dicatat jika "Empat Kebenaran Mulia", dengan tiga aspek tersebut di atas (jadi keseluruhan ada 12 cara) telah benar-benar jelas bagi Beliau, barulah Sang Buddha mengumumkan kepada umat manusia, para dewa, dan para brahma, bahwa Beliau telah mencapai "Penerangan Sempurna", dan menjadi seorang "Buddha".
Pada saat pencapaian tingkat ke-Buddha-an, Beliau membabarkan syair 153 dan 154 berikut ini:
Dengan melalui banyak kelahiran aku telah mengembara dalam samsara (siklus kehidupan). Terus mencari, namun tidak kutemukan pembuat rumah ini. Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini.
O, pembuat rumah, engkau telah ku lihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh atapmu telah runtuh dan tiangmu belandarmu telah patah. Sekarang batinku telah mencapai "Keadaan Tak Berkondisi" (Nibbana). Pencapaian ini merupakan akhir daripada nafsu keinginan.
“Berbahagialah mereka yang bisa merasa puas. Berbahagialah mereka yang bisa mendengar dan melihat kebenaran. Berbahagialah mereka yang bisa bersimpati pada makhluk-makhluk lain di dunia ini. Berbahagialah mereka yang dapat hidup dengan tidak melekat kepada apa pun dan mengatasi nafsu-keinginan. Lenyapnya "ikatan tentang keberadaan aku" merupakan berkah tertinggi.”
"Jangan percaya pada apa pun, di mana pun Anda mendengarnya, di mana pun Anda melihatnya, atau siapa pun yang mengatakannya, walau seandainya Aku yang mengatakannya, kecuali jika hal itu sudah dibuktikan dan dialami sesuai dengan pemahamanmu."
“O, bhikkhu, bagaimana pendapatmu, apakah khandha itu kekal atau tidak kekal?”
“Mereka tidak kekal, Bhante.”
“Di dalam sesuatu yang tidak kekal, apakah terdapat kebahagiaan atau penderitaan?”
“Di sana terdapat penderitaan, Bhante.”
“Mengenai sesuatu yang tidak kekal dan penderitaan, ditakdirkan untuk musnah, apakah tepat kalau dikatakan bahwa hal itu adalah ‘milikku’, ‘aku’ dan ‘diriku’?”
“Tidak tepat, Bhante.”
“Karena kenyataannya memang demikian, maka pancakkhandha (5 kelompok kehidupan) yang lampau atau yang ada sekarang ini, kasar atau halus, menyenangkan atau tidak menyenangkan, jauh atau dekat, harus diketahui sebagai kelompok kehidupan semata.”
“Selanjutnya engkau harus melakukan perenungan dengan bijaksana bahwa semua itu bukanlah ‘milikmu’, ‘kamu’ atau ‘dirimu’ semata.”
“Siswa Yang Ariya setelah memahami uraian ini akan melihatnya dari segi itu. Setelah melihat dengan jelas, ia akan melihat kejijikan dari pancakkhandha tersebut. Setelah melihat kejijikannya, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Setelah melepaskan nafsu-nafsu keinginan, batinnya tidak lagi melekat pada apapun.”
“Karena tidak lagi melekat pada apapun, maka timbullah Pandangan Terang, sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas dari lingkaran tumimbal-lahir. Kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus ia kerjakan.”
"Wahai para Bhikkhu,sekalipun pandangan ini[Ajaran Buddha] begitu murni dan begitu jelas,jika engkau melekat,jika engkau menghasratinya,jika engkau menjadikannya sebagai harta,jika engkau terikat kepadanya,maka sesungguhnya engkau tidak paham bahwa ajaran ini adalah seperti sebuah rakit yang digunakan untuk menyebrang bukan sesuatu untuk dipikul."
"“Pubbe cāha.m Anurādha, etarahi ca dukkhañce va paññāpemi dukkhassa ca nirodhan’ti.”
"Anuradha,Aku[Buddha] hanya mengajarkan satu hal dan hanya satu hal saja,yaitu penderitaan dan akhir dari penderitaan"
"Engkau sendiri yang harus melakukan semuanya,karena Aku[Buddha] hanya menunjukkan jalannya"
jadi menurut anda buddha cuma bilang gitu tanpa memberi jalan? ada cerita panjangnya?
Ketika Buddha menjelang parinibbana,Ananda bertanya,"Siapa yang akan menjadi guru kami setelah kepergian-Mu ,Bhagava?"
Buddha menjawab...tidak ada perlindungan lain..
"Jadilah penerang bagi dirimu sendiri.Jadilah pelindung bagi dirimu sendiri.Jangan mencari perlindungan diluar dirimu.Peganglah erat-erat kebenaran sebagai penerangan.Peganglah erat-erat kebenaran sebagai perlindungan.Jangan mencari perlindungan pada orang lain selain pada dirimu sendiri.Dan mereka,Ananda,yang sekarang maupun setelah Aku tiada,menjadi penerang bagi diri mereka sendiri,tidak mencari perlindungan pada orang lain selain pada diri mereka sendiri,namun memegang teguh kebenaran sebagai penerang mereka,memegang teguh kebenaran sebagai pelindung mereka,merekalah yang akan mencapai puncak tertinggi tapi mereka harus terus giat belajar"
GOTAMI sUTTA, Anguttara Nikaya 8.53
Pada suatu hari, bibi Buddha minta diajar Dhamma yg singkat, agar dapat dipakai untuk melatih kesadaran.
Kata Buddha: "Gotami, jika Anda tahu, ada sifat yg membawa pada nafsu, bukan pada kebebasan dari nafsu; kepada keterbelengguan, bukan pada kebebasan dari belenggu; kepada penimbunan, bukan kepada pelepasan; kepada membesarkan diri, bukan pada kerendahan hati; kepada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; kepada keterlibatan, bukan pada pengasingan diri; kepada kemalasan, bukan pada ketekunan penuh semangat; kepada penuh beban, bukan pada kebebasan dari beban; Anda boleh secara tegas berkata: "Itu bukan Dhamma, itu bukan Vinaya, itu bukan Ajaran Sang GUru."
Tetapi, jika Anda tahu, ada sifat yg membawa pada kebebasan dari nafsu, dan bukan kepada nafsu; kepada kebebasan dari belenggu, dan bukan pada belenggu; kepada pelepasan, bukan pada penimbunan; kepada kerendahan hati, bukan pada membesarkan diri; kepada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; kepada pengasingan diri, bukan pada keterlibatan; kepada ketekunan penuh semangat, bukan pada kemalasan; pada kebebasan dari beban, bukan pada penuh beban; Anda boleh secara tegas berkata: "Inilah Dhamma, inilah Vinaya, inilah Ajaran Sang Guru"."
[/b]
masih banyak sutta lainnya seperti Bahiya Sutta Udana,Mulapariyaya Sutta,Angulimala Sutta,Itivuttaka 91..
[/quote]
sebaiknya anda lihat dulu cerita panjangnya jangan ambil sepotong2 deh