Saya tertarik dengan diskusi ini, secara tidak sengaja membuka tread ini.
Cuma saya bingung mau mulai dari mana, dan saya coba masuk ke yang satu ini saja.
Karena banyak yang lain isinya hanya menyerang ke pribadi, bukan mendiskusikan materi.
Pertanyaan saya, di dalam pengelompokkan winaya yang sudah disampaikan oleh teman kita 'kemenyan', yang mana disebutkan bernyanyi / mendengarkan nyanyian adalah pelanggaran winaya? Kalau ada winaya berat atau ringankah?
Saya mau tanya lagi, kenapa di dalam perayaan Waisak (dharmasanti), tidak ada yang protes bikunya melihat pertunjukan tarian dan nyanyian? Semua biku baik M-T-V (mahayana-therawada-vajrayana) semua nonton. Gak yg KASI gak yg Walubi sama saja.
Lalu, siapa yang tidak kenal Biku Girirakhito Mahathera, dengan lagu karyanya yang fenomenal Malam Suci Waisak dan banyak lagi yang lainnya. Kalau tidak boleh (dianggap melanggar winaya / norma kepantasan biku), kenapa sebagian besar kita semua menyanyikannya? Kenapa jadi lagu wajib dimana2, termasuk di wihara2 therawada sekalipun.
Apakah itu bukan sifat manusia MUNAFIK?
Terus, kenapa tidak ada yang protes, kalau seorang biku senior di STI memprakarsai sendratari belum lama ini, yang menurut saya sangat indah. SANGAT INDAH.
Disusul juga gak lama setelah itu, salah satu biku yg tidak kalah senior nya membuat pagelaran seni (konser) lagu dan puisi yang (menurut informasi yang saya dapat tidak kalah indahnya).
Maaf saya tidak hadir, tapi di brosur yang saya lihat, Beliau juga membaca puisi. Yang dalam bayangan saya pastinya juga sangat indah.
Pertanyaan : Apa yang salah dengan semua ekspresi keindahan ini?
Mestinya tidak ada yang salah.
Teman2, Pikiran kita semua yang salah.
Mudah dikecoh oleh Persepsi2 kita sendiri terhadap orang lain.
Ingatlah, Persepsi keliru adalah akar penderitaan.
Jadi seperti cerita Zen, Bukan Angin atau Bendera yang bergerak, tapi pikiran kitalah yang bergerak.
Waspadalah teman2ku.
Waspadalah dengan Persepsi2 kita semua.
sarwa manggalang,
henrychan
Tanya jawab mengenai Bhikkhu:
33. Apakah bhikkhu dilarang melihat dan mendengarkan lagu atau tari-tarian ?
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.
Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan
Demikianlah hendaknya orang bijaksana
Membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran
(Dhammapada 88)
Betul sekali, sy lbh fokus ke yg di bold:
Menurut peraturan kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak dibolehkan untuk melihat pertunjukan tari-tarian atau nyanyian yang bertujuan untuk kesenangan indria semata.
ditambah ini:
Dengan meninggalkan semua kesenangan indria dan kemelekatan
Demikianlah hendaknya orang bijaksana
Membersihkan dirinya dari noda-noda pikiran (Dhammapada 88)
Jadi, silahkan si Bhikkhu atau umat beragumen apapun soal boleh bermain gitar, nyanyi, tepok2an bahkan menari....
Kembali ke Vinaya dan Dhammapada tsb, apakah kegiatan yg dilakukannya tsb bermanfaat untuk pengembangan batinnya? Dan juga menyadari tujuannya menjadi bhikkhu adalah untuk mengikis kemelekatan dan menghindari kegiatan2 kesenangan indria....
::