Dalam tulisan ini disebutkan bahwa ada 2 bahasa yaitu bahasa awam/sehari2 dan bahasa dhamma
Bahasa awam merujuk pada bahasa yang kita sebagai org awam pergunakan dalam keseharian kita. Bahasa ini muncul dari kesepakatan bersama, konvensi, peraturan, hukum, kebiasaan, dsbnya
Sedangkan bahasa dhamma merujuk pada hakekat sesungguhnya dari segala sesuatu yaitu paramattha dhamma
Misalkan mengenai pengertian kata sunya/kosong.
Dalam bahasa keseharian artinya tidak ada isi apapun, kosong, tidak ada objek di dalamnya
Tapi secara bahasa Dhamma, kosong adalah bebas dari kemelekatan.
Disebutkan bahwa orang seringkali menggunakan bahasa yg keliru/rancu dalam menafsirkan sesuatu.
Misal saat membahas sunyata secara dhamma, orang mengartikannya sebagai sunyata secara bahasa keseharian sehingga sunyata yg seharusnya merujuk pada kondisi bebas dari kemelekatan, menjadi kondisi yg tidak berisi apapun
Bisa juga menggunakan bahasa dhamma, saat sedang membahas mengenai keadaan yg kosong secara umum
Isi artikel ini sangatlah menarik jika dipergunakan dalam melihat aspek nihilisme/bukan nihilisme, atau konsep melepas sehingga kita bisa lebih jelas melihat mengapa sampai terjadi "salah paham" seperti itu
Apalagi jika untuk 1 konsep, pegangan yg digunakan adalah rujukan awam seperti Wikipedia, KBBI, dsbnya
semoga bisa bermanfaat