Dulu sewaktu masih dalam masa awal2 belajar ajaran Buddha, saya pernah membaca sebuah syair yang lebih kurang berisi kata2 berikut
"Harumnya bunga melati dan kayu cendana tidak bisa melawan arah angin. Tetapi harumnya kebajikan seseorang akan menyebar jauh melawan arah angin."
Dalam pemikiran saya timbul pertanyaan : "Bagaimana kah orang atau contoh kebajikan seseorang pada saat ini yang bisa menyebar jauh melawan arah angin itu?"
"Adakah orang atau kebajikan yg sedemikian rupa atau cuman hanya kisah dongeng saja??"
Baru-baru ini saya membaca kisah nyata seseorang pejabat pemerintah yang berada di daerah Solo. Segala tindak tanduk orang tersebut benar-benar menggugah batin saya sampai teringat dengan syair dari sang Buddha itu, padahal lokasi saya sekarang ada sumatra pedalaman berjarak ribuan kilometer dan saya tidak pernah berjumpa langsung dengan beliau. Namun perilakunya yang bajik itu benar-benar "bertiup jauh" sampai ke tempat saya.
Beliau adalah
Joko Widodo, seorang Walikota Solo.
Joko Widodo Nama : Joko Widodo
Lahir: 21 Juni 1961 (umur 49)
Pendidikan: Sarjana Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1985)
Pekerjaan: Pengusaha mebel rumah dan taman
Alamat Facebook:
http://www.facebook.com/jokowiAlamat Email: jokowi [at] indo.net.id
Karir:
- Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
- Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
- Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan:
- Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008" (Majalah Tempo)
- Menjadi walikota terbaik tahun 2009
(sumber)- Pak Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo.
(sumber)selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yg membantu), kota Solo jg banyak meraih penghargaan, di antaranya
- Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
- Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
- Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan
- Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
sumberJOKO WIDODO, WALI KOTA SURAKARTA
Wali Kaki Lima
SEMUANYA berawal pada 2005. Joko Widodo, yang baru dilantik menjadi Wali Kota Surakarta, membentuk tim kecil untuk mensurvei keinginan warga kota di tepian Sungai Bengawan itu. Hasilnya: kebanyakan orang Solo ingin pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan taman di pusat kota disingkirkan.
Joko bingung. Ia tak ingin menempuh cara gampang: panggil polisi dan tentara, lalu usir pedagang itu pergi. "Dagangan itu hidup mereka. Bukan cuma perut sendiri, tapi juga keluarga, anak-anak," katanya.
Tak bisa tidak: pedagang itu harus direlokasi. Tapi bagaimana caranya? Tiga wali kota sebelumnya angkat tangan. Para pedagang kaki lima mengancam akan membakar kantor wali kota kalau digusur. Di Solo, ancaman bakar bukan omong kosong. Sejak dibangun, kantor wali kota sudah dua kali-1998 dan 1999-dihanguskan massa.
Lalu muncul ide: untuk meluluhkan hati para pedagang, mereka harus diajak makan bersama. Dalam bisnis, jamuan makan yang sukses biasanya berakhir dengan kontrak yang bagus. Sebagai eksportir mebel 18 tahun, Joko tahu betul ampuhnya "lobi meja makan".
Rencana disusun. Target pertama adalah kaki lima di daerah Banjarsari-kawasan paling elite di Solo. Di sana ada 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban.
Aksi dimulai. Para koordinator paguyuban diajak makan siang di Loji Gandrung, rumah dinas wali kota. Tahu hendak dipindahkan, mereka datang membawa pengutus lembaga swadaya masyarakat. Joko menahan diri. Seusai makan, dia mempersilakan mereka pulang. Para pedagang kaki lima kecele. "Enggak ada dialog, Pak?" tanya mereka. "Enggak. Cuma makan siang, kok," jawab Joko.
Tiga hari kemudian, mereka kembali diundang. Lagi-lagi cuma SMP (sudah makan pulang). Ini berlangsung terus selama tujuh bulan. Baru pada jamuan ke-54-saat itu semua pedagang kaki lima yang hendak dipindahkan hadir-Joko mengutarakan niatnya. "Bapak-bapak hendak saya pindahkan," katanya. Tak ada yang membantah.
Para pedagang minta jaminan, di tempat yang baru, mereka tidak kehilangan pembeli. Joko tak berani. Dia cuma berjanji akan mengiklankan Pasar Klitikan-yang khusus dibangun untuk relokasi-selama empat bulan di televisi dan media cetak lokal. Janji itu dia tepati. Pemerintah kota juga memperlebar jalan ke sana dan membuat satu trayek angkutan kota.
Terakhir, mereka minta kios diberikan gratis. "Ini berat. Saya sempat tarik-ulur dengan Dewan," kata Joko. Untungnya, Dewan bisa diyakinkan dan setuju. Jadilah para pedagang tak mengeluarkan uang untuk kios barunya. Sebagai gantinya, para pedagang harus membayar retribusi Rp 2.600 per hari. Joko yakin dalam delapan setengah tahun modal pemerintah Rp 9,8 miliar bisa kembali.
Boyongan pedagang dari Banjarsari ke Pasar Klitikan pada pertengahan tahun lalu berlangsung meriah. Bukannya dikejar-kejar seperti di kota lain, mereka pindah dengan senyum rasa bangga. Semua pedagang mengenakan pakaian adat Solo dan menyunggi tumpeng-simbol kemakmuran. Mereka juga dikawal prajurit keraton berpakaian lengkap.
"Orang bilang mereka nurut saya karena sudah diajak makan. Itu salah. Yang benar itu karena mereka diwongke, dimanusiakan," kata Joko. Diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menurut Joko, membela wong cilik sebenarnya bukan perkara sulit. "Gampang. Pokoknya, pimpin dengan hati. Hadapi mereka sebagai sesama, bukan sampah," katanya.
Kini warga Solo kembali menikmati jalan yang bersih, indah, dan teratur. Monumen Juang 1945 di Banjarsari kembali menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman.
Berhasil dengan Banjarsari, Joko merambah kaki lima di wilayah lain. Untuk yang berada di jalan depan Stadion Manahan, sekitar 180 pedagang, dibuatkan shelter dan gerobak. Penjual makanan yang terkenal enak di beberapa wilayah dikumpulkan di Gladag Langen Bogan Solo, Gandekan. Lokasi kuliner yang hanya buka pada malam hari dengan menutup separuh Jalan Mayor Sunaryo tersebut sekarang menjadi tempat jajan paling ramai di kota itu.
GaLaBo Menu
Betapa tertata dan rapih nya Galabo
Dan betapa ramai nya Galabo
Asyiknya nongkrong di Galabo
Iringan musik menambah gemerlapnya Galabo
Hingga kini, 52 persen dari 5.718 pedagang kaki lima sudah ditata. Sisanya mulai mendesak pemerintah kota agar diurus juga. "Sekarang kami yang kewalahan karena belum punya dana," kata Joko, tertawa. Tapi rencana terus jalan. Januari mendatang, misalnya, akan dibuat Pasar Malam di depan Mangkunegaran untuk 450 penjual barang kerajinan.
Joko juga punya perhatian khusus pada pasar-pasar tradisional yang selama 30-an tahun tak pernah diurus. Tiga tahun terakhir, 12 pasar tradisional ditata dan dibangun ulang. Targetnya, ketika masa jabatannya berakhir pada 2010, sebagian besar dari 38 pasar tradisional Solo telah dibangun ulang.
Ketika masih mengelola sendiri usaha mebelnya, Joko sering bepergian untuk pameran. Dia banyak melihat pasar di negara lain. Di Hong Kong dan Cina, menurutnya, pengunjung pasar jauh lebih banyak dari mal. Itu karena pasar tradisional komplet, segar, dan jauh lebih murah.
Di sini kebalikan. Ibu-ibu lebih suka ke mal karena pasarnya kotor dan berbau. "Makanya pasar saya benahi," katanya. Agar lebih menarik, tahun depan akan dibuat promosi: belanja di pasar dapat hadiah mobil.
Toh, tak sia-sia Joko ngopeni pedagang kecil. Meski modal cetek, pasar dan kaki lima di Solo paling banyak merekrut tenaga kerja. Mereka juga penyumbang terbesar pendapatan asli daerah. Tahun ini nilai pajak dan retribusi dari sektor itu mencapai Rp 14,2 miliar. Jauh lebih besar dibanding hotel, Rp 4 miliar, atau terminal, yang hanya Rp 3 miliar.
Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi, sejak awal menjabat sebagai Wali Kota Solo ternyata tidak pernah mengambil gajinya. Menurut Jokowi, penghasilannya sebagai eksportir mebel lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Kecil-kecil kan saya eksportir mebel, Saya juga punya gedung pertemuan yan bisa disewakan," kata Jokowi di sela-sela kirab budaya Garabeg Sudiro yang digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek di Pasar Gede, Solo, Minggu (30/1).
Lalu, untuk apa gaji pria kelahiran Solo, 21 Juni 1961, ini sebagai wali kota?
"Coba tanya ajudan atau sekertaris saya, mereka yang mengurus setiap bulan. Jumlahnya pun saya tidak tahu persis. Kebanyakan (gajinya) habis untuk nyangonin warga. Kalau bertemu kasih Rp 50.000, Rp 100.000, dalam tiga-empat hari saja sudah habis," kata Jokowi yang menjabat sebagai Wali Kota Solo untuk periode kedua.
Menurut ayah tiga anak ini, dirinya tidak pernah menanyakan gaji, fasilitas rumah, atau mobil. Bagi Jakowi, sebagai wali kota, itu berarti dia diberi amanah untuk bekerja, dan ia berupaya untuk melaksanakannya.
Oleh karena pertanyaan tentang gaji yang bertubi-tubi itu Jokowi pun ganti tergelitik untuk bertanya. "Ada apa toh, kok tanya tentang gaji terus?"
Sumber: Koran Kompas (Rabu, 2 Februari 2011 - Halaman 32)
Solo Railbus
Rencana Pemkot Solo mengoperasikan sarana transportasi massal railbus bakal segera menjadi kenyataan. Pemkot berencana memperkenalkan railbus yang diproduksi PT Industri Kereta Api (Inka) Madiun itu pd perayaan HUT ke-266 Kota Solo 17 Februari.
Railbus berbentuk seperti bus yang berjalan di atas jalan rel. Railbus di Kota Solo akan dioperasikan utk melayani masyarakat dari Kota Solo menuju Sukoharjo-Wonogiri dengan melintasi tengah Kota Solo.
Dengan tenaga output sebesar 560 kw yg dibangkitkan dari mesin yang dipasang pada rangka bawah, railbus mampu menarik rangkaian tiga unit kereta (gerbong penumpang) berkapasitas total 160 orang dengan kecepatan max 100 km/jam.
Railbus dilengkapi AC serta rak bagasi. Warna bagian dalam dan bagian luar didesain sebagai kombinasi yang mencerminkan filosofi slogan Spirit of Java.
Jokowi bersama Solo Railbus
Tempat duduk Solo Railbus
Solo Railbus tampak siang
Solo Railbus tampak malam
Rute Solo Railbus
Bus Tingkat Werkudara Solo
Kota Solo saat ini sudah mempunyai Bus Tingkat Wisata. Desain bus tersebut berwarna merah dan dilengkapi tempat duduk yang nyaman. Ketinggiannya mencapai 4,5 meter dengan lebar layaknya bus pada umumnya, yakni sekitar 2,5 meter. Bus tingkat ini hanya ditawarkan kepada wisatawan yang ingin berkeliling Solo.
Bus tingkat wisata yang bertujuan untuk menarik wisatawan siap dioperasikan mulai 20 Februari 2011. Selain itu, bus tingkat ini juga berfungsi untuk mengenang masa lalu karena dapat diketahui keberadaan bus tingkat masih populer. “Dulu bus tingkat adalah bus reguler, kalau bus tingkat kali ini konsepnya berupa bus wisata dengan paket atau carter.
Lokasi yang bisa dituju, antara lain Keraton Surakarta, Kampung Batik Kauman dan Laweyan, Mangkunegaran, Museum Radya Pustakan dan sejumlah tempat lainnya.
Bus tingkat dapat mengantar wisatawan sesuai keinginannya.
Harga tiket: Rp 20.000 per orang (sedang diusulkan)
sewa satu bus Rp 800.000
Bus Tingkat Werkudara
Bus tampak dalam - menuju lantai ke 2