Pandangan atau pengertian yg benar terhadap Sang Buddha antara lain :
1. Sang Buddha adalah seorang manusia terlahir sebagai manusia, dan sebagai manusia pula hidupnya berakhir. Walaupun sebagai seorang manusia luar biasa (acchariya manussa), namun beliau tak pernah menyombongkan diri dengan mengatakan dirinya seorang "Dewa". Sang Buddha amat menekankan hal ini agar orang2 tidak salah menganggap beliau sebagai makhluk kedewaan yang tak dapat mati.
2. Sang Buddha bukan merupakan penjelmaan dewa Wishnu seperti dinyatakan oleh sebagian orang, atau seorang juru selamat yang memberikan keselamatan pada orang2 lain melalui diriNya. Beliau menasehati agar pengikutNya bergantung kepada diri sendiri dalam usaha memcapai kebebasan, karena suci ataupun tidak suci adalah tergantung pada diri sendiri.
Sang Buddha menyatakan :
"Engkau sendirilah yg harus berusaha, Sang Tathagata hanya penunjuk jalan (Dhammapada 276).
Bersandar pada orang lain untuk memperoleh keselamatan menandakan sifat yg lemah, sedang bergantung pada usaha sendiri menandakan sifat yg kuat. Bergantung pada orang lain berarti melepaskan usaha diri sendiri.
3. Sang Buddha tidak pernah menyatakan monopoli atas tingkat kebuddhaan, yg sesungguhnya bukanlah suatu kedudukan atau pangkat yg hanya dapat dicapai oleh beberapa orang tertentu saja.
Beliau mencapai tingkat kesempurnaan terluhur yg juga dicapai oleh semua orang. Tanpa berlaku sebagai seorang Guru yg mengepalkan tangan (merahasiakan sesuatu), Beliau menunjukkan jalan satu-satunya yg terbaik untuk menuju ke arah itu. Menurut ajaran Sang Buddha, setiap orang dapat mencapai tingkat kesempurnaan jika ia mau berusaha.
4. Sang Buddha tidak mencela manusia dengan menyebut mereka orang-orang berdosa celaka, sebaliknya, Beliau menggembirakan hati mereka dengan mengatakan bahwa pada dasarnya pikiran manusia itu bersih. Menurut pandangan Beliau dunia ini bukan jahat, tetapi di gelapi oelh kebodohan. Beliau mengajarkan dan mendorong mereka untuk mencapai apa yg telah Beliau capai karena tingkat kebuddhaan laten dalam diri semua orang.
Secara singkat, semua orang memiliki potensi untuk menjadi Buddha. Beliau meninggikan harkat dan martabat manusia dengan menerangkan bahwa manusia dapat membebaskan dan menyucikan dirinya melalui usahanya sendiri tanpa bersandar pada suatu kekuatan diluar dirinya atau pada para pendeta-peranta.
5. Beliau tidak membedakan kasta, warna kulit atau kedudukan, Beliau membentuk persaudaraan hidup Suci (Sangha) yg tertib dan demokratis bagi pria dan wanita. Beliau tidak memaksa para pengikutNya untuk menjadi budak, baik terhadap ajaran2 maupun terhadap pribadi Beliau, tetapi memberikan kebebasan berpikir sepenuhnya.
6. Beliau menggembirakan mereka yg sengsara dengan kata2 yg penuh penawar. Beliau merawat mereka yg sakit dan hidupnya terlantar , menolong kaum miskin yg disisa-siakan, meluruskan jalan hidup mereka yg sesat, korup dan jahat. Beliau mendorong mereka yg lemah dan putus asa, mempersatukan mereka yg bercerai, menerangi mereka yg gelap, membersihkan pengaruh2 mistik yg jahat, mengangkat org2 yg hina dan papa, serta memuliakanorg2 bangsawan. Raja2 lalim dan bajik, pangeran2 yg termashur dan tidak termashur, kaum gembel yg papa, golongan masyarakat yg tertindas, pembunuh2 yg kejam, serta pelacur2 yg terhina. Semuanya dapat memperoleh manfaat dari sabda2 beliau yg bijaksana dan penuh welas asih