thx atas penjelasannya bro gandalf...
sekarang yang ingin saya tanyakan lagi, kalau memang tathagatagarbha adalah seorang sosok pencipta 'makhluk', lalu apakah sampai sekarang 'makhluk' itu masih terus di'lahir'kan oleh tathagatagarbha???
kalau begitu makhluk mencapai nirvana=>memasuki dharmakaya=> dharmakaya melahirkan kembali 'makhluk'...
bukannya rantainya malah tidak berhenti kalau seperti itu??
bukan bermaksud offend yah...
Walah bukankah sudah saya jelaskan kalau istilah "sosok pencipta" tidaklah tepat? Maka mari tiadakan istilah itu.
Bukankah sudah saya jelaskan, Dharmakaya adalah hakekat dunia kita ini, tidak ada istilah "memasuki" Dharmakaya karena Dharmakaya bukan untuk dimasuki dan sekarang anda sudah ada dalam Dharmakaya, mau masuk ke mana lagi?
Rantai ini memang "tidak akan" berhenti karena memang pada dasarnya tidak ada rantai yang berjalan, kosong atau Shunyata. Seorang Buddha merealisasi bahwa semuanya ya apa adanya, "tidak ada" rantai yang sedang "berjalan/berhenti" itu, semuanya PROSES, sebab akibat, bebas dari dualisme apapun. Itulah kenyataan. Sang Buddha telah menyadari sepenuhnya kenyataan dan mampu untuk mengendalikannya, sedangkan kita manusia biasa dijadikan boneka oleh kenyataan dan kita melihatnya sebagai roda tumimbal lahir yang penuh penderitaan.
Seorang Buddha akan terus 'terlahir kembali' dengan tubuh emanasi Nirmanakaya, memandang kelahiran kembali sebagai proses yang indah. Life is beautiful dan hidup adalah kesempatan untuk memperindahnya dengan membawa kebahagiaan bagi semua makhluk, apa yg disebut "penderitaan" dapat kita gunakan untuk memperindah hidup.
Thich Nhat Hanh menceritakan sebuah kisah di mana seorang puteri menegur ayahnya yang mengeluhkan anitya (ketidakkekalan). Ia berkata" bukankah kalau tidak ada anitya, ayah tidak akan melihatku menjadi besar dan dewasa kaya gini?" Sang ayah langsung tersentak. Ya, bukankah anitya itu indah? Luar biasa menjadi dewasa, luar biasa menjadi tua, luar biasa seseorang bisa wafat.
Alm. Steve Jobs, CEO Apple, seorang Buddhis Mahayanis Zen Caodong, mengatakan "I believe life is an intelligent thing, that things aren't random" dan "Death is very likely the single best invention of life. It is life's change agent. It clears out the old to make way for the new." dan gong-an yang menajdi kesukaannya dan sempat menjaid motto Steve Jobs adalah "Journey is the Reward."
Journey atau perjalanan, hidup dan mati adalah sesuatu yang luar biasa menakjubkan, indah pada awalnya dan indah pada akhirnya, kenapa Buddha harus "menghindari" hidup dan mati membuat sang rantai "berhenti"?
Justru Sang Buddha benar-benar membuat si rantai "berhenti", kalau Ia masuk kembali sebagai emanasi dan berproses ke dalam rantai ini atau yang disebut Apratishtita Nirvana (Nirvana yang tidak membeda-bedakan). What a beautiful "ending/neverending" story.
Buddha merealisasi Samsara tidak berbeda dengan Nirvana, tidak ada dualisme, Shunyata (kosong). Kita memandang tumimbal lahir sebagai roda penderitaan, Sang Buddha memandang tumimbal lahir sebagai roda kehidupan yang indah, yang mana setiap pribadi terus berubah dan berkembang, Samsara sibuah menjadi Nirvana.
Transformasikan lahir tua sakit mati, dari penderitaan keterikatan menjadi empat kebahagiaan, demikian anjuran Sang Buddha. Mentransformasikan bukan menghindari. Lahir tua sakit mati adalah hakekat hidup yang shunya tanpa dualisme, apa adanya, hukum kenyataan di dunia ini.
==============================================================================
Ada satu kisah menarik antara pertemuan Master Zen Korea Seung Sahn dan para pendeta Kristiani yang berbaju hitam, mereka berdiskusi banyak tentang Buddhisme dan Kristianitas, sampai ada pendeta yang bingung dan menanyakan tentang poin utama tentang waktu dan tempat yang tidak terbatas. Seung Sahn kemudian langsung mendobrak meja dan semuanya terdiam.
Seung Sahn lalu menjawab: "Berpikir tentang penciptaan Tuhan adalah berpikir. Namun poin ini (memukul meja) adalah sebelum pemikiran. Poin (memukul) ini adalah sebelum Buddha dan Yesus. (Memukul) Poin ini adalah sebelum alam semesta (Memukul) Poin ini ada sebelum penciptaan Tuhan. Jika kamu dapat mencapai poin ini, kalian akan melihat Tuhan."
Para pendeta itu kemudian bertanya, "Baik, kalau begitu Master Zen, apakah anda bisa melihat Tuhan"?
Seung Sahn menjawab: "Baju kalian berwarna hitam!"
Seung Sahn kemudian mengatakan, "Saddharmapundarika Sutra menunjukkan bahwa poin ini [tindakan memukul meja] adalah sifat sejati kita dan sifat sejati semua fenomena. Sutra ini juga mengajarkan bahwa siapapun yang mencapai poin ini akan 'menjadi Buddha di kehidupan-kehidupan mendatang'. Ini adalah kalimat yang sangat menarik. Ini bukan berarti bahwa anda tercerahkan di kehidupan-kehidupan lain, kehidupan kita selanjutnya sebenarnya bukanlah kehidupan kita yang selanjutnya. Hal ini cuma perbedaan yang diakibatkan oleh kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu yang malampaui kata-kata. Tidak da tempat manapun di mana kita menjadi Buddha kecuali SAAT INI, DI TEMPAT INI.... 'kehidupan selanjutnya' bermakna SAAT INI." (Master Seung Sahn memukul meja dengan sangat keras).
===============================================================================
Maka bro. feiyu, jika anda mau tahu asal muasal manusia dan dunia, Tuhan dan semuanya, kuncinya hanya satu "SADAR SAAT INI" dan anda akan mengetahui semuanya. SAAT INI anda dapat mewujudkan Dharmakaya, Vairocana, Buddha Kuon Ganjo dari masa lampau yang tak terbatas, Sebab Akibat Pokok, Genesis dunia ini. So meditate!
Semua yg saya jabarkan dalam postingan-postingan sebelumnya dalam topik ini semuanya hanyalah tentang SAAT INI di tempat ini, kenyataan ini.
The Siddha Wanderer