Uraian kedua mengenai Vipassana II
Sebenarnya awal perbedaan pendapat yang agak tajam terjadi antara mereka yang berlatih vipasana dan mereka yang berlatih samatha… disebabkan ke tidak tepatan pernerjemahan apa itu
khanika samadhi…Khanika berasal dari kata
khana yang berarti
moment atau saat, siswa Abhidhamma tentu mengerti apa yang dimaksud khana (
cittakhana). Kemudian khanika (kalau tidak salah bentuk plural dari khana) diartikan sebagai
momentary concentration atau
moment to moment concentration (perlu di mengerti bahwa penerjemah kata tersebut belum tentu seorang meditator Vipassana, atau bila yang menerjemahkan seorang meditator Vipassana, mungkin ia tidak menemukan padanan kata yang lebih tepat, mengingat Inggris bukan bahasa
nativenya).
Masalah penerjemahan inilah yang akhirnya menimbulkan perbedaan pandangan diantara praktisi Vipassana dan praktisi Samatha. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti konsentrasi saat ke saat atau terjemahan yang lebih parah yaitu konsentrasi se-saat !!!.
Sehingga menurut pengertian salah tersebut meditasi Vipassana tidak memerlukan konsentrasi yang kuat, hanya perlu konsentrasi sekali-sekali (saat ke saat/moment to moment) atau hanya konsentrasi sesaat saja (momentary).Padahal
pengertian yang benar dari khanika samadhi adalah konsentrasi terhadap khana-khana, (mungkin terjemahan bahasa Inggrisnya yang lebih tepat adalah moments concentration? Atau
changing moments consentration? Atau
arising and passing away concentration? Nampaknya tak ada terjemahan yang memuaskan dari khanika samadhi). Apa itu khana?
Khana yaitu satu momen atau satu saat, setiap khana terdiri dari proses muncul(upada), berkembang (thiti) dan lenyap kembali (bhanga). Satu proses timbul tenggelam atau yang kita sebut khana ini nampak pada meditator sebagai satu denyut atau satu impuls (mungkin lebih cocok nampak bagai gelombang sinus pada gelombang analog).
Jadi satu khana yang terdiri dari upada, thiti dan bhanga, adalah satu denyut atau satu impuls.
Kembali lagi pada objek konsentrasi yang kita perhatikan terus-terusan (objek utama), lambat laun kita tidak lagi melihat kembung kempis sebagai bagian dari perut atau badan jasmani, kita hanya melihat kembung-kempis hanya merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian proses timbul tenggelam, atau serangkaian denyut atau serangkaian impuls atau serangkaian…….
anicca. Secara lebih konkritnya, setiap tarikan kembung atau kempis hanya merupakan serangkaian proses gerak yang kelihatan bagai denyut yang nampak jelas terlihat oleh batin meditator. Mengapa hanya nampak bagai denyut? Karena proses timbul tenggelam (
anicca) telah menjadi jelas dan ia meliputi semua fenomena yang diamati, dan ia tak terkait dengan ke enam indera. Pada tahap ini meditator telah melihat objek pada karakteristik (
lakkhana)nya.
Pada tahap ini meditator semakin mampu melihat apa adanya, karena
gerak hanyalah nampak sebagai gerak dan tak terkait dengan perut walaupun gerak tersebut diakibatkan oleh perut.
Karena tidak terkait dengan apapun maka dapat kita katakan bahwa inilah yang disebut pengamatan tanpa konsep, inilah pengamatan apa adanya.Bukan hanya kembung kempis yang nampak demikian,
pada waktu meditasi jalanpun juga nampak demikian, yaitu hanya nampak sebagai denyut, dan tak nampak kesan kaki melangkah, karena perhatian terpusat hanya pada gerakan kaki dan tak terkait dengan kaki. Dengan demikian
pada waktu melangkahpun juga, tanpa-konsep terjadi dengan sendirinya secara alami, bukan dipikirkan atau berusaha “di tanpa-konsep kan”Bukan hanya pada kaki atau perut. Semua gerak jasmani hanya nampak bagai denyut belaka.
Perlu rekan-rekan netter
berhati hati dengan istilah tanpa konsep, karena tanpa konsep adalah pengamatan yang terjadi secara alamiah sebagai akibat konsentrasi yang dan perhatian yang kuat, bila tidak disertai dengan perhatian dan konsentrasi yang kuat, maka hanya menjadi konsep “tanpa konsep”, yang berarti sebenarnya adalah sebuah konsep juga.Tanpa konsep yang sebenarnya adalah kemampuan untuk batin melihat apa adanya yang muncul secara alamiah, itu merupakan hasil dari latihan konsentrasi dan perhatian, (disertai usaha tentunya… bagi anda yang pernah bermeditasi tentu mengerti apa dampak buruk dari rasa ngantuk yang tak teratasi yang timbul karena kurang seimbangnya antara konsentrasi dan usaha atau semangat).
Bila perhatian dan konsentrasi belum kuat, maka melihat apa adanya bersifat konseptual belaka, bukan melihat apa adanya yang sesungguhnya. Mungkin boleh coba
crosscheck dengan ahli meditasi
Samatha atau
Vipassana yang sudah berpengalaman dan juga para ahli teori Abhidhamma maupun Sutta, mereka sudah pasti akan mengiakan bahwa kedua hal ini berkaitan langsung.
Keempat, meditator semakin lepas dari persepsi indera lebih jauh lagi, bila ia telah meditasi selama 3 jam, mungkin ia hanya merasa baru bermeditasi satu jam atau setengah jam, pada saat ini batinnya telah masak, ia dapat bermeditasi untuk waktu yang lama tanpa terganggu oleh perasaan atau persepsi yang muncul. Inilah yang dikatakan batin yang telah seimbang. Apakah yang menyebabkan keseimbangan tersebut? (
Keseimbangan itu disebabkan oleh batin tidak merespon fenomena yang muncul. Semua fenomena hanya dilihat sebagai suatu bentuk saja, tanpa melihat isi dari bentuk tersebut, pada tahap ini baru batin bisa melihat semua fenomena apa adanya seperti yang tertulis di dalam Bahiya sutta atau Cula Malunkyaputta sutta (catatan: saya sudah mengenal Bahiya Sutta bahkan sebelum mengenal Vipassana, dan saya pernah mencoba mempraktekkan sesuai dengan nasehat Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya pada waktu berVipassana, tetapi menurut pengalaman saya dengan mengamati fenomena cara Bahiya Sutta, tidak membuat orang menemukan jalan pintas. Karena kematangan batin tetap berproses secara bertahap, tidak meloncati tahap tertentu.)Karena ia tidak melihat isinya maka ia dapat melihat apa adanya yaitu: fenomena hanya fenomena tidak lebih…!!! Fenomena tidak terkait dengan indera, tidak terkait dengan perasaan dan tidak terkait dengan apapun. Bila fenomena terkait dengan batin dan jasmani, itu karena kita mengaitkannya, kita mengonsepkannya, sehingga timbul rasa malas, rasa kantuk, rasa sakit dan berbagai hal negatif lainnya. Fenomena muncul diakibatkan suatu kondisi yang mendahului. Tetapi bila kita bisa terlepas dari kondisi tersebut maka kita juga akan terlepas dari fenomena.
Pada akhir tahap ke empat ini
perhatian sudah tak tergoyahkan dan melekat kuat pada objek, ia terus menerus memperhatikan objek tanpa terputus (tetapi objeknya sendiri timbul tenggelam/berdenyut/anicca) dan hampir tak ada objek yang mengganggu perhatiannya.Tidak ada rasa senang, rasa tidak senang, rasa bosan, rasa malas, rasa ingin tahu, rasa suka, rasa tidak suka, rasa sedih, rasa gembira dsbnya. Karena tidak ada rasa negatif yang muncul maka ia tidak bosan memperhatikan objek selama 2 jam, 3 jam… bahkan seharian… Inilah yang disebut batin telah mengatasi
nivarana (penghalang batin) Inilah yang disebut
khanika samadhi yang sesungguhnya, yaitu
pemusatan perhatian yang kuat terhadap khana-khana (yaitu terhadap proses timbul tenggelam objek yang kita amati) bila diterapkan pada objek konsentrasi, maka batin terus mengamati denyut/impuls yang terjadi pada proses kembung-kempis tanpa terputus bahkan bisa sehari semalam selalu mengamati denyut pada kembung-kempis. Mengapa bisa sehari semalam? Karena rasa enggan, rasa bosan, rasa malas, serta kondisi-kondisi batin negatif (nivarana) lainnya
sebelumnya telah diatasi dengan dengan memunculkan faktor-faktor batin positif yang berlawanan, yaitu: berusaha tidak malas bila kemalasan timbul, dengan berusaha bertahan pantang menyerah bila rasa bosan timbul dsbnya.
Kelima, sesudah batin berhenti sama sekali merespon fenomena apapun yang muncul maka, fenomena batin yang muncul sama sekali kehilangan daya tariknya, karena sebenarnya dalam keadaan yang lebih halus fenomena batin hanya nampak sebagai fenomena batin, baik atau buruk ditimbulkan oleh persepsi kita. (umpamanya rasa durian adalah rasa yang positif bagi sebagian orang Asia, tetapi merupakan rasa negatif bagi sebagian orang Asia lainnya atau orang barat. Sebaliknya rasa
blue cheese (sejenis keju) adalah rasa negatif bagi sebagian besar orang Asia karena baunya seperti bau keju tengik, dan memang sebenarnya sudah tengik. Tetapi bagi sebagian orang barat, malah
blue cheese mereka lebih suka daripada
cheese biasa. Perbandingannya kurang lebih seperti respon terhadap terasi yang berbeda antara orang barat dibandingkan orang Indonesia. Padahal bau yang dicium sama, namun mereka merespon berbeda, karena konsep kesenangan mereka berbeda, didasarkan persepsi/ingatan yang berbeda)
Batin yang tidak merespon maka tak akan menolak maupun menyukai durian, blue cheese maupun terasi. Semua itu hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka, tidak lebih. Demikian juga dengan semua fenomena yang lain, juga hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka.
Karena batin menanggapi hanya sebagai suatu impuls belaka maka ketertarikan terhadap objek menjadi hilang, setelah terus menerus diperhatikan, pada akhirnya mengakibatkan meditator kehilangan ketertarikan terhadap objek yang terus menerus diperhatikan tersebut, dan akhirnya objek yang terus menerus diperhatikan juga menjadi berhenti.
Dengan berhentinya objek yang terus menerus diperhatikan maka batin terbebas.
Dengan terbebasnya batin maka timbul ketenangan dan kedamaian yang luar biasa, dan dari situ muncul kebahagiaan. Pada waktu batin terbebas, ia mengetahui bahwa
- fenomena-fenomena batin dan kondisi-kondisi batin yang mendahuluinya tidak menyenangkan, karena ia membandingkan dengan keadaan setelah lenyapnya kondisi-kondisi (inilah kebenaran Ariya pertama, yaitu kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena tidak menyenangkan/dukkha).
- Selanjutnya ia mengetahui bahwa penyebab ketidak bahagiaan adalah karena fenomena fenomena batin yang timbul dari kondisi-kondisi batin (inilah kebenaran Ariya kedua).
- Dengan berhentinya kondisi-kondisi batin maka fenomena-fenomena batin akan berhenti juga (inilah kebenaran Ariya ketiga).
- Dan yang keempat: jalan untuk menghentikan ketidak bahagiaan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena-fenomena adalah jalan Ariya berunsur delapan. Yang telah dilaluinya.
(terjemahan mulia saya ganti dengan Ariya sebagai terjemahan alternatif)
Dari uraian diatas bisa dilihat segala sesuatu terjadi melalui proses,
memang lebih mudah bagi orang yang tak mengenal prosesnya untuk mengatakan bahwa, semua terjadi secara tiba-tiba, instantly (sehingga tak perlu menjawab bagaimana prosesnya). Sang Buddha mengatakan dalam salah satu sutta di Samyutta Nikaya yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa Dhamma yang Beliau ajarkan tidak terjadi secara tiba-tiba, semuanya terjadi melalui proses yang bertambah lama bertambah dalam, bagai kemiringan lantai samudera (
ocean slope). Mohon kalau ada para netter yang masih ingat nomer suttanya dengan tepat, mohon beritahukan kepada para netter yang lain.
Orang-orang sekaliber Y.A. Bahiya maupun Y.A. Malunkyaputta sudah memiliki kematangan batin sehingga bisa dengan cepat masuk pada keadaan penghentian.
(sekedar tambahan) Kematangan batin juga merupakan prasyarat seorang calon Bodhisatta yang akan mendapatkan penetapan dari seorang Buddha, ia juga harus memiliki persyaratan kematangan batin sebagai berikut:
1. Ia adalah orang yang terlahir dengan akar alobha, adosa dan amoha (
tihetuka puggala)
2. Ia adalah seorang Petapa atau Bhikkhu, maksudnya adalah orang yang batinnya telah terlatih.
3. Apabila ia mau, ia telah sanggup menghancurkan kekotoran batin hanya dengan mendengarkan empat baris syair.
Dan berbagai persyaratan lain misalnya: ia manusia, ia pria normal, dsbnya. Dengan kata lain, batin calon Bodhisatta telah matang.
Kesimpulan akhirTak ada suatu peristiwa yang berkenaan batin dan jasmani yang terjadi begitu saja, semuanya melalui proses yang bertambah lama tambah berkembang, tak ada peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Sebenarnya pada kebenaran mutlak, perbedaan terletak pada kecepatan pencapaian (cepat atau lambatnya),
Maksudnya begini:
Y.A. Bahiya mencapai tingkat kesucian Arahat mungkin hanya dalam waktu 5 atau 10 menit dengan melalui proses
7 stages of purification dengan cepat, bukan dengan secara mendadak tiba-tiba mencapai tingkat kesucian Arahat (
sudden enlightenment) seperti mendapat wahyu, bukan demikian.
Sedangkan si A bermeditasi mencapai tingkat kesucian Arahat mungkin dengan bermeditasi selama 5 bulan. Perhatikan disini, bukan berarti si A bermeditasi harus melalui proses, sedangkan Y.A. Bahiya tidak melalui proses, bukan demikian.
Melainkan
Y.A. Bahiya menyelesaikan 7 stages of purification hanya dalam waktu 5 atau 10 menit, karena pengalaman pandangan terangnya yang sudah matang (ini bagai seseorang yang sudah ahli bermain catur, dengan tutup matapun ia dapat mengalahkan pemain catur yang cukup lumayan, demikian juga dengan seseorang yang telah mahir bersepeda, walau telah puluhan tahun tak pernah bersepeda ia dengan mudah bersepeda tanpa perlu belajar) Bisa dimaklumi Y.A. Bahiya telah berlatih Vipassana puluhan ribu tahun, maka ia dengan mudah melewati berbagai rintangan batin. sedangkan
si A menyelesaikan 7 stages of purification harus menghabiskan waktu selama 5 bulan karena kurangnya latihan Vipassana di kehidupan lampau.Bila asumsi bahwa kesucian batin bisa dicapai secara tiba-tiba tanpa melalui proses, maka kita tak perlu bermeditasi, siapa tahu kita sedang melihat daun mendadak mencapai pencerahan seperti yang dialami oleh seorang Pacceka Buddha.
Bila ada peristiwa yang terjadi secara mendadak, berarti itu terjadi secara kebetulan, karena tidak melalui proses. Bila tidak melalui proses maka semua bisa terjadi begitu saja, bila bisa terjadi begitu saja maka tak ada hukum sebab-akibat, bila tak ada hukum sebab-akibat maka tak ada hukum karma.Lantas bagaimana yang terjadi dengan Sang Pacceka Buddha? Sama saja, Mereka menyelesaikan 7
stages of purification hanya dalam waktu singkat, karena sering berlatih di kehidupan lampau.
Dari uraian saya mudah-mudahan para netter sekalian bisa mengerti bahwa
kemampuan batin “melihat segala sesuatu apa adanya” atau “melihat tanpa konsep” muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari meditasi, yaitu seiring dengan bertambah kuatnya sati (perhatian) dan samadhi (konsentrasi atau kemampuan perhatian terus bertahan pada objek) Kita tidak perlu berusaha untuk “melihat hanya melihat, mendengar hanya mendengar”dsbnya..karena bila meditator pemula yang batinnya belum terlatih, melakukan seperti yang dinasehatkan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya maupun Y.A. Malunkyaputta, maka itu adalah berarti me”melihat apa adanya”kan atau meng”tanpa konsep”kan sesuatu yang sebenarnya berkonsep. Dengan kata lain batin seorang meditator yang belum terlatih akan selalu melihat segala sesuatu dengan konseptual dan ini bersifat alami dan demikianlah adanya.Bila meditator pemula berusaha melihat segala sesuatu apa adanya atau tanpa konsep maka itu seperti menyuruh pengemudi mobil melihat melalui kaca depan dengan jelas padahal kacanya masih penuh lumpur, maka itu tidak akan terjadi, penglihatan terhadap apa yang ada di depan kaca akan menjadi jelas dengan sendirinya bila kaca tersebut telah bersih…
Dengan kata lain
meditator yang “berusaha” men”tanpa konsep”kan pengamatannya atau berusaha me”melihat apa adanya”kan pengamatannya, maka ini adalah sesuatu yang dibuat-buat…tidak alami…Pada meditasi yang alami meditator hanya selalu menyadari dan mencatat apapun yang terjadi, tidak berpikir ini dengan konsep atau ini tanpa konsep…,ia hanya mengamati… entah itu baik atau tidak baik, konsep atau tanpa konsep, suka atau tidak suka dsbnya, dengan kata lain meditasi Vipassana tidak dilandasi praduga atau
judgment ini berpikir atau ini tidak berpikir.
Bila ia mengamati “ini tanpa konsep” atau “ini dengan konsep” maka meditator tersebut sebenarnya secara halus terperangkap pada bentuk pikiran yang halus, yaitu berkontemplasi mengenai konseptual atau tidak konseptual.Pada meditator yang belum terlatih, mengamati dengan konseptual adalah sifat alami yang tak terhindarkan dan selalu terjadi, hal itu tak perlu ditolak, hanya amati saja,
bila nanti batinnya telah terlatih dan bersih maka pengamatan menjadi murni dan pengamatan tanpa konsep terjadi dengan sendirinya secara alami.
Bedakan kata-kata pengamatan dengan kontemplasi.Semoga uraian saya mengenai proses meditasi vipassana memuaskan teman-teman para netter.
Sukhi hotu