Syukurlah jika Abhidhamma bisa "mengikis kebiasaan2 buruk Anda". ... Saya sendiri tidak mendapat manfaat apa-apa sama sekali dari Abhidhamma yang pernah saya hafalkan beberapa puluh tahun lalu (Abhidhammattha-sangaha); bagi saya, Abhidhamma hanya merupakan pengetahuan pikiran (knowledge) yang menghalangi vipassana, yang justru mengamati pikiran dengan segala isinya sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya. ... Anda melakukan meditasi rutin? Meditasi apa, kalau boleh saya tahu? ...
Saya juga sama, Pak, tidak pernah hapal dengan teori-teori Abhidhamma yg tersusun rapi tersebut, juga dengan bahasa pali-nya nan panjang-panjang. Ketika membaca Abhidhamma, beberapa analisis nya nyantel di pemahaman saya dan ketika berhadapan dengan situasi yg sama, pemahaman tersebut timbul lagi dan saya dapat memange pikiran saya segera, sehingga efek domino dari akusala citta tidak berlarut-larut. Saya sering melakukan hal ini, dan sebagian karakter jelek saya, alhamdulilah, telah mulai berkurang
Saya lebih memilih untuk memahami inti ajarannya daripada menghapal Abhidhamma itu sendiri. Seperti yg telah sy tulis sebelum ini, mempelajari Abhidhamma bagi saya seperti mempelajari cara kerja mesin. Ketika mesin tersebut bermasalah, sy segera tau penyebabnya dan cara untuk mengatasinya. Ahli mesin juga tidak perlu menghapal jenis2 baut ataupun nama2 rumit setiap sparepart-nya. Saya setuju dengan Pak Hud bahwa, orang yg
hanya menghapalkan Abhidhamma sama seperti sarjana mesin yg hapal teori, tetapi tidak pernah praktek membongkar mesin secara langsung.
Meditasi yg saya lakukan mengalami evolusi dari pertama kali dulu Pak. Tapi, inti-nya tetap sama, yakni kadang saya melakukan anapanasati kadang sy melakukan vipassana, metodanya banyak campuran antara SN Goenka dan MMD (basic vipassana saya adalah dari MMD yg pernah bapak kirim ke saya dahulu)
Bisa dibilang, bahwa sy telah 'memodifikasi' beberapa metoda demi menyelaraskan dengan diri sy sendiri
Masalah-masalah kehidupan duniawi memang dapat dan harus dipecahkan dengan pikiran (analisis dsb). Tapi masalah eksistensial (kenapa saya ada? mengapa semua ini dukkha? Apa penyebab dari dukkha? ... semua yang diajarkan oleh Sang Buddha) tidak bisa dipecahkan dengan analisis pikiran. ... Dukkha dan lenyapnya dukkha hanya dapat dipahami/dialami dengan memahami pikiran/aku itu sendiri di dalam kesadaran vipassana.
Ya, pada taraf ini memang pengalaman kita agak berbeda Pak.
Sy mendapat banyak keuntungan dari praktik Abhidhamma dan juga membantu sy dalam vipassana (duduk dan keseharian).
Di dalam khotbah-khotbah di kalangan umat Buddha sering kali dibangun kesan bahwa ada dinding pemisah atau jarak yang sangat jauh antara batin seorang puthujjana dan seorang ariya. Padahal di dalam kesadaran vipassana seorang puthujjana bisa mencapai padamnya aku (untuk sementara). Saya tidak melihat perbedaan antara padamnya aku seorang puthujjana dengan padamnya aku seorang arahat KECUALI yang tersebut pertama bersifat sementara dan yang tersebut terakhir bersifat permanen. Saya tidak membesar-besarkan perbedaan puthujjana dan ariya; bagi saya, yang ada hanyalah 'sadar' dan 'tidak sadar', sekalipun 'sadar' itu baru bersifat sementara bagi seorang puthujjana.
Ini saya setuju sekali Pak. Meski belum merealisasi batin Arahat, tapi sy memperkirakan batin Arahat mirip2 batin 'vipassana yg timbul sesekali pada puthujjana', bedanya pada Arahat, padamnya LDM bersifat permanen, sedangkan pada puthujjana, hanya ketika ber-vipassana... tapi saya tidak berani terlalu yakin dengan ini, hanya spekulatif belaka.
Pengalaman saya justru sebaliknya: Abhidhamma tidak kompatibel sama sekali dengan vipassana. Yang satu menggunakan pikiran sebagai instrumennya, yang lain justru mengamati pikiran itu sampai berhenti dengan sendirinya. Menurut saya, tidak mungkin orang mempelajari Abhidhamma dan menjalankan vipassana sekaligus; dia harus memilih salah satu.
Abhidhamma memang pengetahuan analisis, dan tetap akan menjadi sekedar pengetahuan jika tidak di praktekkan.
Tapi, bila kita dapat mempraktikkan, sedikit saja, dari apa yg diajarkan, batin kita akan mengalami peningkatan kualitas yg cukup berarti dan pada akhirnya turut membantu mempermudah vipassana dan meningkatkan panna kita.
Selaras dengan pendapat sy tersebut, sy pernah membaca bahwa moral yg dijaga dengan baik (
sila) akan menunjang meditasi kita (
samadhi) yg keduanya turut meningkatkan kebijaksanaan/pemahaman (
panna) kita. Jadi,
sila, samadhi dan
panna ibarat tripod kaki tiga yg saling menunjang, lemah yg satu akan melemahkan yg lainnya. Kokoh satu akan mengokohkan yg lainnya.
willi
-----
PS: mungkin bisa membantu memperjelas diskusi, jika saya menyatakan bahwa Abhidhamma hanyalah 'alat', sekedar bantuan untuk mempermudah kita 'memadamkan ego' kita, dan
kata kuncinya adalah 'praktik'.
::