Dear Kainyn,
Memang spekulasi yang terlalu jauh adalah tidak ada gunanya.
Kenapa saya mengatakan
hampir itu suatu tindakan "bodoh"?Saya tidak mengatakan secara absolute semua spekulasi,teori dll adalah tindakan bodoh...Justru berdasarkan "teori" lah baru ada sebuah "praktek".Tapi perlu
dicamkan bahwa,
TIDAK SEMUA HANYA BUTUH SEBUAH TEORI...Sudah jelas apa yg dikatakan oleh SB sendiri,yakni 4hal yg tidak usah dipikir2kan.Menurut hemat saya apa yang dimaksud "Tidak usah dipikir2kan" adalah mengacu pada "praktek"nya,jangan hanya berteori sementara teori menghasilkan 2hal yg "mutlak" yakni
salah dan
benar...Sedangkan "praktek",langsung melihat
kedalam kebenaran maupun ketidakbnran itu sendiri.Kenapa jika anda bisa "melihat"
anda harus "menerka2"nya?Bukankah itu bisa dikatakan hal yang "bodoh"?
Tetapi kadang sebelum kita mengalaminya, kita juga 'mengira-ngira'. Bukan untuk jadi spekulan, tetapi untuk tujuan pembelajaran juga.
Anda mengatakan tujuannya untuk menjadi pembelajaran.Saya setuju dengan anda seperti yang saya katakan diatas bahwa saya tidak mengatakan "teori" tdk berguna...Tp lihat kembali apa yang anda dapatkan dr menerka2 batin seorg "Buddha"(Yg telah SADAR secara SEMPURNA)?
Bukankah jika anda berteori tentang "batin" seseorg yg sudah "Suci" itu hampir dikatakan membodohkan orang awam sendiri?Kenapa tidak mencari jawabannya didalam "Batin" anda sendiri?Bukankah disana sudah tersedia "segala" jawaban yg anda inginkan?Kenapa mesti "menerka" lagi?
Misalnya dulu orang berteori tentang pergi ke bulan, mereka menghitung2 fisika pesawat, hitung2an gravitasi dan sebagainya. Setelah hitung2an-nya secara teori itu benar, baru diaplikasikan. Mungkin ada faktor yang kurang, lalu dijadikan pembelajaran. Jadi bukan menghina 'teori fisika', lalu bikin pesawat seenaknya, dan coba sampai berhasil. Nantinya akan buang2 waktu dan tenaga.
Sudah ada Sang Jalan,kenapa mempersulit Sang Jalan?Kenapa manusia selalu senang membuat sesuatu yg "sederhana" menjadi terlihat "rumit" hanya karena sebuah "kepuasan intelektual" yg hampir tidak berati apa2 dibandingkan
KEBIJAKSANAAN TERTINGGI.Yang ke dua tentang 'mengira-ngira', adalah supaya kita tidak mengulang kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya ada yang katakan bahwa konsumsi vitamin A berlebihan bisa menjadi racun bagi tubuh, lalu kita bilang "ah itu mah cuma teori. Saya tidak percaya sebelum mengalaminya", lalu betulan konsumsi vitamin A berlebihan. Saya pikir ketimbang dibilang 'non teoritis', perilaku itu lebih tepat 'kurang bijaksana'. Ada baiknya mendengar pendapat orang lain, tetapi tidak perlu dipegang sebagai kebenaran mutlak saja sebelum membuktikannya sendiri, dan selalu terbuka bahwa kadang diri sendiri juga bisa salah.
Saya rasa jawaban ini anda bisa melihat pernyatan saya diatas...Anda harus bisa memilah mana yg
kebenaran umum dan
mana yg kebenaran mutlak...Mana yg didpt lewat "batin" mana yang didapat lewat "pengetahuan"..Anda mencampur adukkan antara "kebenaran umum" dengan "kebenaran mutlak" maka anda sendiri yang akan bingung...Believe it or not...Pengetahuan dan pengalaman terbatas tapi kebijaksanan tidak terbatas...
Salam,
Riky
NB:Perlu diketahui dulu
sebelum dicerahkan oleh pak Hodoyo saya seperti anda semua,"semuanya harus dispekulasikan dulu","semuanya harus masuk diakal saya dulu","semuanya harus bisa dicerna oleh pengetahuan,pengalaman dan pikiran saya dulu"...
Jika tidak sesuai maka saya akan
menolaknya mentah2...Hasilnya?Lihatlah Riky yg tercipta "bengis" dan "liar",karena itu hasil dr pengetahuan,pengalaman dan pikiran...Ketika "buah pikiran" kita diserang,dikritik oleh orang lain,maka kita bukannya merasa "buah pikiran" kita diserang...Sebaliknya kita merasa "buah pikiran" itu adalah
DIRI KITA SENDIRI ATAU AKU(Sehingga merasa yg diserang itu "kita/aku" )...Jadi muncul "rasa" marah dan ingin menyerang "balik" dengan segala pengetahuan yg bersifat dualitas ini dengan segala penolakkan...Apakah ini berati??Sedangkan SB mengajarkan ANATTA(TANPA AKU/INTI YG KEKAL)...Sesudah melalui tahap "pengertian" dan "bimbingan" saya menjadi mengerti apa yg dimaksud "kebenaran umum" "kebenaran relatif" "kebijaksanaan" "aku" "pikiran" "anicca" "anatta"
Maka terciptalah Riky yg sekarang ini walaupun masih jauh dr "sempurna" tetapi sudah menuju ke "kesempurnaan" itu...
Anda boleh menolak setiap "buah pikiran" org tapi anda harus mengingat bahwa "buah pikiran" itu adalah "buah pikiran"."Buah pikiran" itu bukanlah "apa2",bukanlah sebuah "aku",bukanlah "diri kita sendiri" Tetapi hanya sebuah "buah pikiran" yg tak bermakna apapun bagi "aku/kita".("NB saya" bukan ditujukan semata2 untuk saudara kainyn,tetapi kepada "siapapun" yang ingin "membaca" dan "merasakan" suatu perubahan nyata.Jika ada kata2 yang kurang menyenangkan maka "lupakanlah" itu...Anggaplah itu bukan apa2...Hanyalah sebuah "kata2" tanpa "makna" apapun...)