Penjelasan Rohitassa Sutta
Makna Dunia
Dalam Rohitassa Sutta, kata “dunia” (loka) digunakan untuk menunjuk pada dua pengertian: dunia fisik dan dunia bentukan (formation world). Rohitassa menanyakan kepada Sang Buddha sebuah pertanyaan berkenaan dengan dunia fisik (cakkavala loka), namun Sang Buddha menjawabnya dengan menunjuk pada dunia bentukan (sankhara loka).
Menurut komentar, kata “dunia” (loka) yang digunakan dalam teks Buddhis memiliki tiga makna: sankhara loka (dunia bentukan), satta loka (dunia makhluk hidup), dan okasa loka (dunia ruang).
Patisambhida Magga mendefinisikan dunia bentukan (sankhara loka) sebagai: “Satu dunia: semua makhluk ditunjang oleh makanan.” Di sini terdapat 4 jenis makanan yang menunjang kelangsungan semua makhluk seperti yang dikatakan dalam Sammaditthi Sutta sbb: “Ada 4 jenis makanan yang menunjang kehidupan (cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang kelangsungan hidup makhluk-makhluk. Apakah keempat hal itu? Keempat hal itu adalah makanan jasmani (kabalinkarahara), kesan (phassa), kehendak pikiran (manosancetana), dan kesadaran (vinnana)”
Makanan jasmani menunjang kehidupan jasmani atau fisik kita. Kesan timbul ketika pancaindera berhubungan dengan objeknya (mata dengan objek bentuk, telinga dengan objek suara, hidung dengan objek bebauan, lidah dengan objek rasa, dan tubuh atau kulit dengan objek sentuhan) dan indera pikiran berhubungan dengan objek ide, gagasan, dan objek pikiran lainnya (dhammayatana). Kesan ini menunjang timbulnya perasaan (vedana) apakah yang menyenangkan, tidak menyenangkan, maupun netral (lihat Paticcasamuppada: phassa paccaya vedana). Kehendak pikiran merupakan “makanan” yang menyebabkan kelahiran kembali semua makhluk sesuai dengan perbuatannya (kamma). Kesadaran merupakan basis yang menimbulkan fungsi mental (nama) dan fisik (rupa) dengan dikondisikan oleh kamma. Ia merupakan “makanan” bagi nama rupa yang baru terbentuk setelah kelahiran kembali. Keempat jenis makanan inilah yang menunjang kelangsungan kehidupan semua makhluk.
Dengan demikian sankhara loka merupakan dunia mental atau psikologis semua makhluk yang berkelana dalam lingkaran kelahiran kembali (samsara). Ia merupakan dunia internal kita yang ditunjang oleh keempat jenis makanan di atas dan bergantung pada berbagai kondisi sebab akibat yang saling bergantungan (Paticcasamuppada). Ia juga tunduk pada tiga karakteristik umum dari semua fenomena (Tilakkhana: anicca, dukkha, dan anatta). Dengan kata lain, sankhara loka merupakan lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) yang membentuk sistem fisik dan psikologis semua makhluk.
Dunia makhluk hidup (satta loka) menunjuk pada tiga jenis kelahiran (bhava) yang berhubungan dengan tiga alam kehidupan (tiloka), yaitu
1. Kamabhava: kelahiran di alam nafsu (kamaloka) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk neraka, asura, setan kelaparan, binatang, manusia, dan makhluk surgawi atau dewa yang masih diliputi nafsu indera.
2. Rupabhava: kelahiran di alam berbentuk (rupabhava) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk brahma yang berbentuk (rupabrahma).
3. Arupabhava: kelahiran di alam tidak berbentuk (arupabhava) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk brahma yang tidak berbentuk (arupabrahma).
Dunia ruang (okasa loka) merupakan dunia tempat kediaman para makhluk hidup. Dengan kata lain, dunia ini adalah dimensi ruang dari dunia makhluk hidup di atas. Dunia inilah yang dijelaskan dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya:
“Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Didalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana, empat ribu maha samudera, empat ribu maha raja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yamma, seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Parinimmitavassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil (Sahasi culanika lokadhatu). Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika lokadhatu; Ananda, seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu; Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suaraNya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.”
Dengan demikian, dalam sutta ini Rohitassa menanyakan kepada Sang Buddha mengenai akhir dunia fisik, yaitu dunia ruang beserta para makhluknya (cakkavala loka). Hal ini dapat disamakan dengan para ilmuwan masa kini yang mencari ujung dunia atau batas akhir dari alam semesta ini. Namun Sang Buddha menjawab pertanyaan tersebut dengan menunjuk pada akhir dunia bentukan atau dunia internal semua makhluk. Sang Buddha tidak menjawab dalam konteks akhir dunia fisik bukan karena Beliau tidak mengetahui tentang akhir dunia fisik (sebab Beliau adalah pengenal segenap alam/lokavidu), melainkan karena hal-hal demikian tidak membawa seseorang pada akhir dukkha dan pembebasan batin (Nibbana). Alih-alih Sang Buddha menunjukkan akhir dunia internal karena hal ini dapat membawa pada akhir dukkha, yang merupakan tujuan tertinggi dalam Buddha Dhamma.
Oleh sebab itu, sangat jarang Buddha membicarakan tentang dunia fisik atau makrokosmos; namun Beliau lebih sering mengajarkan tentang dunia internal atau mikrokosmos, dunia pengalaman mental setiap makhluk. Di antara pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Sang Buddha (dasaavyakatapanha) dalam Culamalunkyaputta Sutta, empat pertanyaan pertama berhubungan dengan dunia fisik atau alam semesta: “Apakah dunia ini kekal”, “Apakah dunia ini tidak kekal", “Apakah dunia ini terbatas?”, “Apakah dunia ini tidak terbatas?”. Ketika Bhikkhu Malunkyaputta menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha tidak menjawabnya karena pertanyaan-pertanyaan ini tidak bermanfaat untuk mencapai Nibbana:
“Malunkyaputta, ingatlah apa yang tidak Ku-terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang Ku-terangkan adalah diterangkan. Apakah yang tidak Aku terangkan? Itu adalah apakah dunia kekal, dunia tidak kekal, ... dst. Apa yang tidak Aku terangkan ini adalah tidak berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip yang berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip kehidupan suci (brahmacari), itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), dan Nibbana.
Apakah yang Ku-terangkan? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).
Mengapa Aku menerangkannya? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip kehidupan suci, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung, dan Nibbana."
Dunia luar adalah dunia fisik di sekitar kita dengan berbagai objek luarnya, namun dunia internal merupakan dunia pengalaman yang dipersepsikan melalui indera. Hal ini akan lebih jelas dengan mengikuti uraian selanjutnya di bawah ini.