//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Diamond Sutra dan Hinayana  (Read 65756 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #120 on: 27 November 2008, 09:43:14 PM »
yang nitipin siapakah? Sang Buddhanya sendiri?kan di jaman Sang Buddha belum ada penulisan kanon2.sesudah Parinibbana baru ada "kisah" ditulisnya kanon Pitaka.

good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #121 on: 27 November 2008, 11:16:15 PM »

Justru yg harus dipertanyakan adalah atas dasar apa kita2 yg hidup di jaman sekarang dapat menafsirkan terjemahan para penerjemah masa lalu , padahal terjadi banyak pergeseran makna sebuah istilah seiring dengan perubahan waktu lebih dari seribu tahun.
Contoh sederhana saja, tahukah bro tentang kata "nona" utk bahasa mandarin? Yaitu 小姐(XiaoJie). XiaoJie adalah panggilan hormat kepada seorang perempuan. Tapi ini adalah Panggilan hormat hanya utk masa kini lho ya. Bagaimana dengan masa dinasti Song? Ternyata sebutan XiaoJie pada masa dinasti Song adalah panggilan utk seorang wanita rendah dan hina, dan sangat malu bila seorang wanita dipanggil demikian.
Dari hal ini sudah jelas sekali bahwa semakin tidak layak kita yang hidup di jaman sekarang utk menafsirkan secara harfiah atau dari sudut pandang masa kini utk menafsirkan ucapan orang di masa lalu. Setidaknya kita perlu mempertimbangkan sebuah istilah tidak melulu dari satu sisi.

Sederhana, Sdr. Chingik.
Pertama. Kata “hina” jelas bukan kata yang berasal dari bahasa negara Tiongkok (mandarin atau sejenisnya), tetapi dari bahasa Sanskerta dan Pali. Sehingga acuan yang dipakai untuk mendefinisikannya bukanlah dengan bahasa Tiongkok. Jadi kita singkirkan dulu sementara kamus mandarin, karena bahasa ini hanyalah bahasa untuk penerjemahan. Sedangkan kita ingin mencari makna sesungguhnya dari suatu kata dalam bahasa Sanskerta maupun Pali.

Kedua. Seperti yang pernah saya sampaikan, yaitu dengan melihat penjabaran dan penggunaan kata “hina” di dalam sutra maupun sutta. Dalam hal ini sutra yang menggunakan bahasa Sanskerta dan sutta yang menggunakan bahasa Pali.

Sebagai contoh: Dalam Dharmachakrapavartana sutra (maupun dalam bahasa Pali) disana penggunaan kata “hina” (di tulis dengan kata hino)diucapkan oleh Sang Buddha untuk 2 hal ekstrim yang tidak patut atau amoral yang perlu dihindari yang diperjelas dengan keberadaan rincian berupa perihal apa saja 2 hal tersebut, yaitu kesenangan napsu dan penyiksaan diri. Dengan melihat adanya rincian ini tidak mungkin kata “hina” di sini berarti kecil. Jadi keberadaan rincian berupa sifat-sifat buruk yang mengikuti kata "hina" inilah yang menjelaskan kata “hina”, sehingga dipastikan kata “hina” berarti hal yang buruk.

Nah, cara ini juga kita terapkan dalam sutra lain. Beberapa sutra dan literatur Mahayana yang ada kata “hina” akan disusul oleh penjelasan mengenai hal-hal yang buruk, kecuali sutra-sutra yang terdapat kata “hinayana” (seperti Saddharmapundarika Sutra). Sutra-sutra yang terdapat kata “hinayana” tidak dapat kita jadikan acuan karena tidak ada penjelasan yang merinci definisi kata “hina” itu sendiri, yang ada justru penggantian istilah dengan istilah-istilah lain seperti Sravaka-yana


Semoga bisa memahaminya.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #122 on: 28 November 2008, 06:27:35 AM »
Hahaha..... bro. kelana, bro. kelana...

Apa hanya karena beberapa kata "hina" dari Sutra Mahayana yang berarti buruk, anda menterjemahkan Hinayana juga dengan arti demikian?

Ketika dalam Sutra-sutra Mahayana menulis kata "Arahat", maka yang dimaksud adalah Sravaka, bukan Samyaksambuddha.

Tapi di lain tempat, Sutra Mahayana menyebutkan gelar Samyaksambuddha sebagai seorang Arahat.

Di sini kita dapat dengan jelas bahwa kata "Arahat" saja dapat digunakan dalam artian yang berbeda. Satu sebutan merujuk pada Sravaka dan yang satunya lagi merujuk pada Samyaksambuddha.

Dan juga misalnya ada orang yang bertanya pada saya. "Kamu cinta pacarmu?" Saya jawab, "Aku cinta dong."

Lalu ada orang lain yang bertanya pada saya, 'Kamu cinta orang tuamu?" Saya jawab, "Tentu saya cinta dong!"

Nah... tapi apakah cinta pada pacar dan cinta pada orang tua yang saya sebutkan ini sama? Kalau menurut anda sama,, ihhh ngeriii abis deh....

Kita tentu sayang sama orang tua dan pacar kita..... bedanya kalau sama pacar kan cintanya itu ketambahan nafsu birahi toh!! Jadi cinta pada orang tua ya tentu nggak mungkin sampai ke birahi segala........

Hal ini sama dengan kata "Hina" dalam Hinayana, artinya lebih ke kecil dan rendah, namun tidak sampai merujuk pada amoral.

Ketika anda memisahkan Hinayana dan Arahat, ini sangat tidak mungkin terjadi. Karena bagaimanapun Hinayana ini mendeskripsikan Arahat dan Arahat mendeskripsikan Hinayana. Maka dari itu apabila Hinayana amoral, maka ini mendeskripsikan Arahat sebagai amoral. SUATU HAL YANG JELAS-JELAS TIDAK DAPAT DITERIMA OLEH MAHAYANA SEKALIPUN.

Jelas Sutra Mahayana juga memuji dan mengagungkan kualitas batin seorang Arahat, apakah mungkin Sang Buddha menyebut Hinayana dalam artian amoral? Tidak mungkin toh.

Lantas juga kenapa ya terjemahan Tionghoa (Xiaocheng) dan Tibet (thegchung) dari Hinayana nggak ada yang berarti amoral? Semuanya berarti kecil atau lebih rendah (lesser).

Apakah penerjemah zaman dahulu itu pada g****k-g****k semua? Bahkan penerjemahnya ada yang berasal dari India. La sesuatu yang sederhana gini aja nggak ngerti ya nggak mungkin toh.

Padahal para penerjemah tersebut juga diakui sebagai master-master Buddhis yang agung dan tingkat pencapaiannya tidak diragukan lagi.

Rendah ini pun juga bukan buruk, yang dimaksud rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

Kalau boleh saya bilang, penulis tulisan "Mitos Hinayana" (Kare A. Lie) itu masih memiliki celah kelengahan yang cukup besar.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 28 November 2008, 06:37:40 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #123 on: 28 November 2008, 07:04:06 AM »
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #124 on: 28 November 2008, 08:24:22 AM »
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer

di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #125 on: 28 November 2008, 08:40:42 AM »
di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?

Yap... kira-kira begitulah... kalau Sang Buddha bisa meramalkan kedatangan Bodhisattva Maitreya atau bahkan kiamat dunia, lah kenapa Sang Buddha nggak bisa meramalkan kalau ajaran-Nya nanti ditulis di kitab-kitab?

Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #126 on: 28 November 2008, 08:55:00 AM »
Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

terkadang saya agak bingung dengan apakah menambahkan kata Buddha berkata maka jadilah kitab Buddhisme atau Buddha yang berkata sendiri.tapi harusnya orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong bukan?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #127 on: 28 November 2008, 09:06:52 AM »
Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

terkadang saya agak bingung dengan apakah menambahkan kata Buddha berkata maka jadilah kitab Buddhisme atau Buddha yang berkata sendiri.tapi harusnya orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong bukan?

Yah... kita kan nggak tahu mana yang asli.....  Kalama Sutta aja juga nggak ada buktinya kalau Sang Buddha yang ngomong, demikian juga dengan seabrek Tipitaka Pali, Tripitaka Taisho, Kangyur dan Tengyur......

Kalau orang suci tidak ada motivasi untuk berbohong. Tentu para Bodhisattva yang mengucapkan ulang serta menulis Sutra-sutra Mahayana juga tidak mungkin berbohong bukan? Bahkan tidak dipungkiri bahwa ada Tripitakadhara Mahayana bukan?

Syarat untuk agar kitab tersebut diterima sebagai kitab suci agama Buddha adalah harus bersesuaian dengan Empat Kebenaran Mulia dan Delapan Jalan Utama, atau dengan kata lain ajaran yang menuju pada Pembebasan Sejati, jadi bukan karena "Buddha"-nya, walaupun faktor demikian turut diperhitungkan juga.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #128 on: 28 November 2008, 09:26:03 AM »
saya lebih mengerti. Thanks Gandalf.
di dalam Mahayana sendiri terdapat banyak orang menemukan Pembebasan sama seperti di Theravada,ini dinamakan upaya kausalya Dhamma dan juga kecocokan seseorang mengerti Dhamma.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #129 on: 28 November 2008, 12:11:10 PM »
good question... siapa yang nitipin ?? apa mungkin gak ada titipan sebenarnya... tetapi dibuat cerita reka-rekaan...

Para Bhiksu yang bergelar Bodhisattva yang nitipin. Mahayana Sutra ditulis sekitar abad 1 M, ketika Konsili Ke-Empat Sarvastivada diadakan di Kashmir. Namun sutra Astasahasrika Prajnaparamita tampaknya ditulis sebelum Konsili Ketiga.

_/\_
The Siddha wanderer

Sama seperti pertanyaan sdr.nyana... Apakah BUDDHA GOTAMA sendiri yang mengetahui dan mengatakan bahwa ajaran MAHAYANA itu sulit diterima sehingga harus dititipkan atau seperti kata sdr.gandalf bahwa para bhiksu Bodhisatva yang menitipkan ajaran tersebut ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #130 on: 28 November 2008, 12:14:54 PM »
di satu pihak Bro mengatakna bahwa Sutra ini oleh Sang Buddha sendiri berkata akan sangat sulit memahami jadi mesti dititipkan dulu. pertanyaan saya sebenarnya apakah Sang Buddha sendiri pada saat itu sudah tau mengenai penulisan Tipitaka dalam bentuk Sutta-Sutra?

Yap... kira-kira begitulah... kalau Sang Buddha bisa meramalkan kedatangan Bodhisattva Maitreya atau bahkan kiamat dunia, lah kenapa Sang Buddha nggak bisa meramalkan kalau ajaran-Nya nanti ditulis di kitab-kitab?

Sama dengan Manjusri Pariprccha Sutra, di mana Sang Buddha sendiri tahu bahwa ajaran-Nya akan terbagi menjadi 18 sekte.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Apakah BUDDHA GOTAMA bisa mengetahui semua hal yang terjadi dimasa mendatang ? Saya rasa tidak... ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan...

Jika dipandang dari konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK SETIAP MAKHLUK, setiap makhluk tentunya memiliki jalannya masing-masing, Dan di setiap waktu/persimpangan jalan, semua hal bisa terjadi (sesuai dengan konsep Anicca yaitu perubahan dan ketidakkekalan). Saya tidak yakin BUDDHA GOTAMA bisa meramalkan perpecahan ajaran BUDDHA menjadi 18 sekte.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #131 on: 28 November 2008, 12:57:26 PM »
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D
 

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #132 on: 28 November 2008, 03:57:39 PM »
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D

Lha... kalau ajaran yang SALAH, siapa yang mau terima ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #133 on: 28 November 2008, 04:34:48 PM »
Pada dasarnya Arahat tidak semata-mata adalah Hinayana. Arahat juga banyak tipenya. Para Siswa Utama bukan Arahat yang Hinayanis. Arahat yang Hinayanis tidak sanggup menerima ajaran yg lebih tinggi dari pencapaian Arahat yakni Samyaksambuddha. Makanya mereka meninggalkan pesamuan saat Buddha akan membabarkan Saddharmapundarika.
Para Arahat di masa itu saja tidak percaya bahwa mereka masih ada ruang utk mencapai Samyaksambuddha. Mengapa? Mereka sendiri mendengar dari mulut SAng Buddha sendiri bahwa Arahat merupakan pencapaian tertinggi. Tetapi mereka tidak mau mendengar penjelasan lanjutan dari Sang Buddha.
Dari hal inilah, maka memang ada Arahat yg Hinayanis ada yang tidak.
Anda mau jadi Arahat jenis apa, ya terserah ,itu 'kan Buddha sudah ngomong apa adanya. Tinggal kalian mau terima apa tidak saja.  ;D

Lha... kalau ajaran yang SALAH, siapa yang mau terima ?
Tuduhan tidak berdasar.  :whistle:

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #134 on: 28 November 2008, 09:06:08 PM »

Apakah BUDDHA GOTAMA bisa mengetahui semua hal yang terjadi dimasa mendatang ? Saya rasa tidak... ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan...

Jika dipandang dari konsep KEBEBASAN BERKEHENDAK SETIAP MAKHLUK, setiap makhluk tentunya memiliki jalannya masing-masing, Dan di setiap waktu/persimpangan jalan, semua hal bisa terjadi (sesuai dengan konsep Anicca yaitu perubahan dan ketidakkekalan). Saya tidak yakin BUDDHA GOTAMA bisa meramalkan perpecahan ajaran BUDDHA menjadi 18 sekte.

Hmmpphh....  ^-^  ^-^

La Sang Buddha kok bisa tahu kalau Dhamma-nya akan lenyap 5000 tahun kemudian setelah beliau Parinibbana? Siapa tahu malah berkembang? Kan Anicca (berubah)??

La kenapa Sang Buddha tahu bahwa kiamat nanti akan muncul tujuh matahari? Kan anicca.... siapa tahu cuman muncul enam matahari?

La kenapa Sang Buddha dapat meramalkan bahwa moralitas manusia akan semakin merosot? Siapa tahu yang terjadi malah naik? Kan anicca (perubahan)?  ^-^  ^-^

La kenapa Sang Buddha dalam satu sutta bisa yakin ketika Ia membabarkan Dhamma pada seseorang, maka seseorang tersebut akan mencapai alam Surga, karena ia teringat oleh Dhamma Sang Buddha?

Kalau alasan anda semuanya Anicca, maka bisa saja setelah mendengar Dhamma, orang tersebut bukannya malah teringat terus, namun di tengah perjalanan malah lupa. Tapi Sang Buddha tahu persis bahwa orang tersebut akan ingat terus, jadi tepat ketika orang itu meninggal, pikirannya masih berbahagia karena teringat akan Dhamma dan ini menyebabkannya terlahir di alam Surga.

Dan inilah yang menyebabkan Sang Buddha memutuskan untuk memberikan pembabaran Dhamma pada orang tersebut.

Jadi Sang Buddha tahu dengan persis arah kebebasan berkehendak dari para makhluk.

Anda berkata:
"ketika BUDDHA GOTAMA meramalkan Maitreya karena Maitreya sudah dalam JALUR PENCAPAIAN KEBUDDHAAN, sehingga lebih mudah diramalkan"

La... kalau begitu, meskipun sulit diramalkan, tetapi tetap DAPAT meramalkan bukan?? Jadi tentu, perpecahan 18 sekte adalah TETAP DAPAT DIRAMALKAN, WALAUPUN MUNGKIN SULIT.

Bahkan Guru Padmasambhava berkata dalam Bhiksuvarsagraprccha bahwa ajaran Sang Buddha terpecah menjadi 18 sekte adalah disebabkan oleh karena karma buruk Beliau sendiri.

Maka dari itu Sang Buddha tahu persis akan karma buruk Beliau yang akan berbuah di masa depan.

Lagipula dalam Sumagadhavadana disebutkan, bahwa sejak zaman dahulu, Kasyapa Buddha telah mengetahui bahwa ajaran Sakyamuni akan terbagi menjadi 18 sekte.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.