//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Diamond Sutra dan Hinayana  (Read 65759 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Satria_Bergincu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 201
  • Reputasi: 14
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #105 on: 22 November 2008, 05:40:55 PM »
[at] atas

saya sangat setuju bro egar,

mau kendaraan besar, mau kendaraan kecil (atau "hina") ada setelah sang buddha parinibbana

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #106 on: 22 November 2008, 05:46:35 PM »
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking

Oleh karena itu “Hina” tidak selalu berarti “amoral” atau hina, bisa juga berarti kecil (little), rendah (low, inferior), kurang (lacking) maupun tidak lengkap (incomplete).

Rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #107 on: 24 November 2008, 06:14:15 AM »
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #108 on: 24 November 2008, 07:58:01 PM »
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking



Nah, di sinilah kerancuan ini bermula, Sdr. Gandalf. Jika kita mau fair, kita harus melihat ke belakang bahwa kamus Sanskrit-English maupun Pali-English dalam penyusunannya tentunya harus berdasar.  Apa dasarnya? Seharusnya dasar yang digunakan adalah definisi dan penggunaannya yang ada di dalam literatur Sanskerta maupun Pali itu sendiri dalam hal ini di dalam kitab “suci”.

Pertanyaannya adalah apa dasar dan dari mana Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary menentapkan bahwa kata “hina” dapat diartikan juga sebagai “kecil”? Ini yang perlu dijawab oleh kaum Mahayanis.

Jadi Monier-Williams Sanskrit-English bukanlah sumber tertinggi untuk menyimpulkan bahwa kata “hina” bisa berarti “kecil”

Dalam topik Bhavaviveka "vs" Hinayana telah saya berikan artikelnya, dimana dalam literatur Sanskrit seperti Dharmacakrapavartana sutra yang ada di dalam Lalitavistara, Mahayanasutralankara karya Asanga, Catushparishatsutra, semuanya memberikan jabaran bahwa kata ”hina” sebagai hal yang negatif yaitu amoral atau hina, itu saja dan tidak didefinisikan sebagai “kecil”. Hal ini juga setara dengan penjabaran dalam literatur-literatur Pali.

Nah, sekarang tinggal kaum Mahayanis yang menunjukkan dalam karya mana (kitab “suci” tentunya) kata “hina” dijabarkan sebagai kata “kecil”. Sampai sekarang saya belum menemukan. Bahkan saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis sekarang menerjemahkan kata “hina” yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #109 on: 24 November 2008, 08:14:13 PM »
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.

Jika rujukannya seperti yang dilakukan Sdr. Gandalf, ya tentu saja tidak akan ketemu, Suhu Medho. Berbeda jika rujukan kita adalah sutra itu sendiri seperti penjelasan yang saya sampaikan kepada Sdr. Gandalf, dimana dalam sutra Mahayana sendiri dijabarkan kata “hina” sebagai “amoral” bukan kecil.

Selain itu kita jangan lupa (ini sering dilupakan mungkin juga belum diketahui oleh kaum Mahayanis sendiri) bahwa dalam literatur Mahayana terdapat kumpulan sutra bernama Agama Sutra. Agama Sutra adalah kumpulan sutra yang hampir menyerupai kumpulan sutta Pali. Saya belum bisa membuka semua literatur Agama Sutra karena kesulitan bahasa. Namun, jika kita bisa membongkar semua, maka ada kemungkinan persoalan definisi arahat akan lebih jelas.


GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #110 on: 24 November 2008, 08:53:26 PM »
Haiya..Intinya Theravada=Hinayana bukan?

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #111 on: 24 November 2008, 10:04:47 PM »
 [at]  atas,bukan
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #112 on: 24 November 2008, 10:07:56 PM »
yah masing2x tradisi memiliki rujukan masing2x, kalau yg dari mahayana seperti kata bro gandalf.

Kalau dari rujukan pada sutta2x di tipitaka yah dikatakan seorang arahant adalah seorang yang telah selesai tidak ada yang perlu dilakukan lagi.

yah demikianlah kalau rujukannya beda.

Jika rujukannya seperti yang dilakukan Sdr. Gandalf, ya tentu saja tidak akan ketemu, Suhu Medho. Berbeda jika rujukan kita adalah sutra itu sendiri seperti penjelasan yang saya sampaikan kepada Sdr. Gandalf, dimana dalam sutra Mahayana sendiri dijabarkan kata “hina” sebagai “amoral” bukan kecil.

Selain itu kita jangan lupa (ini sering dilupakan mungkin juga belum diketahui oleh kaum Mahayanis sendiri) bahwa dalam literatur Mahayana terdapat kumpulan sutra bernama Agama Sutra. Agama Sutra adalah kumpulan sutra yang hampir menyerupai kumpulan sutta Pali. Saya belum bisa membuka semua literatur Agama Sutra karena kesulitan bahasa. Namun, jika kita bisa membongkar semua, maka ada kemungkinan persoalan definisi arahat akan lebih jelas.



Oh tentang kata "hina" yah. aye komentarin tentang arahantnya dari bro gandalf. maap lupa di quote

Quote from: gandalf
Rendah karena pencapaian Arhat belumlah sempurna. Para Arhat hanya mencapai Nirvana satu sisi atau Nirvana yang egosentris – berpusat pada diri [bukan egois lo, nggak ada Arhat egois], sedangkan Samyaksambuddha telah mencapai Non-Abiding Nirvana.

mahayana -> arahant masih perlu lanjut (belum sempurna)
theravada -> seorang arahant tidak ada yang perlu dilakukan lagi *sudah sempurna*

Ini juga bagian yg sulit tentang agama sutra. Konon katanya nyaris sama cuma beda minor saja. ada yang punya akses dan bisa mengerti ke agama sutra tidak teman2x?
There is no place like 127.0.0.1

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #113 on: 25 November 2008, 09:04:01 AM »
Apakah ada kemungkinan bahwa para pendiri MAHAYANA ketika akan memisahkan diri, berusaha membuat jargon baru yang "KELIHATAN"-nya lebih eksklusif dan lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran yang sudah ada pada waktu itu... yaitu dengan menambahkan konsep DASABHUMI BODHISATVA dan ARAHAT (orang suci-nya kaum THERAVADA) dianggap masih rendah, karena masih setara dengan BODHISATVA tingkat 7... Dan hanya melalui MAHAYANA-lah diajarkan pencapaian ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA...

Berarti dari dahulu BUDDHA GOTAMA (Petapa SUMEDHA) adalah MAHAYANIS... Kok kenapa tidak dari dulu dulu BUDDHA GOTAMA langsung membabarkan jalan BODHISATVA (jalan ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA) ?? Apakah tidak ada individu yang bisa mengerti ajaran semacam ini, sehingga AJARAN semacam ini harus "DITITIPKAN" di alam NAGA ??????
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #114 on: 25 November 2008, 09:11:22 AM »
Apakah ada kemungkinan bahwa para pendiri MAHAYANA ketika akan memisahkan diri, berusaha membuat jargon baru yang "KELIHATAN"-nya lebih eksklusif dan lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran yang sudah ada pada waktu itu... yaitu dengan menambahkan konsep DASABHUMI BODHISATVA dan ARAHAT (orang suci-nya kaum THERAVADA) dianggap masih rendah, karena masih setara dengan BODHISATVA tingkat 7... Dan hanya melalui MAHAYANA-lah diajarkan pencapaian ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA...

Berarti dari dahulu BUDDHA GOTAMA (Petapa SUMEDHA) adalah MAHAYANIS... Kok kenapa tidak dari dulu dulu BUDDHA GOTAMA langsung membabarkan jalan BODHISATVA (jalan ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA) ?? Apakah tidak ada individu yang bisa mengerti ajaran semacam ini, sehingga AJARAN semacam ini harus "DITITIPKAN" di alam NAGA ??????
good question...

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #115 on: 25 November 2008, 09:13:36 AM »
yang nitipin siapakah? Sang Buddhanya sendiri?kan di jaman Sang Buddha belum ada penulisan kanon2.sesudah Parinibbana baru ada "kisah" ditulisnya kanon Pitaka.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #116 on: 25 November 2008, 02:48:36 PM »
Saya copy dari postingan saya sebelumnya.

The Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary (Oxford, 1899), gives a translation of 'Hīna' as: "deficient, defective, faulty, isufficient, short, incomplete, poor, little, low, vile, bad, base, mean.". According to Pali Text Society Dictionary, the word hina in sanskrit and pali has much derogatory meaning. Hina: 1. inferior, low; poor, miserable; vile, base, abject, contemptible, despicable 2. deprived of, wanting, lacking



Nah, di sinilah kerancuan ini bermula, Sdr. Gandalf. Jika kita mau fair, kita harus melihat ke belakang bahwa kamus Sanskrit-English maupun Pali-English dalam penyusunannya tentunya harus berdasar.  Apa dasarnya? Seharusnya dasar yang digunakan adalah definisi dan penggunaannya yang ada di dalam literatur Sanskerta maupun Pali itu sendiri dalam hal ini di dalam kitab “suci”.

Pertanyaannya adalah apa dasar dan dari mana Monier-Williams Sanskrit-English Dictionary menentapkan bahwa kata “hina” dapat diartikan juga sebagai “kecil”? Ini yang perlu dijawab oleh kaum Mahayanis.

Jadi Monier-Williams Sanskrit-English bukanlah sumber tertinggi untuk menyimpulkan bahwa kata “hina” bisa berarti “kecil”

Dalam topik Bhavaviveka "vs" Hinayana telah saya berikan artikelnya, dimana dalam literatur Sanskrit seperti Dharmacakrapavartana sutra yang ada di dalam Lalitavistara, Mahayanasutralankara karya Asanga, Catushparishatsutra, semuanya memberikan jabaran bahwa kata ”hina” sebagai hal yang negatif yaitu amoral atau hina, itu saja dan tidak didefinisikan sebagai “kecil”. Hal ini juga setara dengan penjabaran dalam literatur-literatur Pali.

Nah, sekarang tinggal kaum Mahayanis yang menunjukkan dalam karya mana (kitab “suci” tentunya) kata “hina” dijabarkan sebagai kata “kecil”. Sampai sekarang saya belum menemukan. Bahkan saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis sekarang menerjemahkan kata “hina” yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.


Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

 Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D

 

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #117 on: 25 November 2008, 05:58:09 PM »

Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

Nah, pertanyaannya, apa dasarnya para penerjemah ke bahasa Tiongkok tersebut menerjemahkan hina dengan xiao (kecil)?
Sekali lagi saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis termasuk dan khususnya dari Tiongkok menerjemahkan kata “hina” yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.

Quote
Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D

Yang jelas bukan saya yang mengatakan bahwa Arahat sebagai amoral, Sdr. Chingik  ;D. Dan saat ini saya tidak sedang membahas mengenai arahat itu hina atau apa, tapi mengenai etimologi kata “hina”
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #118 on: 27 November 2008, 01:39:25 PM »

Bicara soal terminologi? Seluruh kitab Tripitaka yg diterjemahkan ke bahasa Tiongkok , semuanya menuliskan kata Hinayana sebagai 小乘 (Xiao= Kecil, Cheng=Kendaraan).  Tidak ada tuh ditulis 贱乘 (贱(Jian)= hina), atau 鄙乘(鄙(bi)=hina, rendah).

Nah, pertanyaannya, apa dasarnya para penerjemah ke bahasa Tiongkok tersebut menerjemahkan hina dengan xiao (kecil)?
Sekali lagi saya mengawatirkan bahwa kaum Mahayanis termasuk dan khususnya dari Tiongkok menerjemahkan kata “hina” yang ada dalam sutra berdasarkan perkiraan saja, rekaan, dicocok-cocokkan sehingga definisinya diperhalus sehingga tidak menimbulkan kesan kasar.

Quote
Kalo amoral, mohon referensinya di manakah tertulis Arahat sebagai amoral? soalnya pengertian saya tentang amoral itu adalah orang yang tidak bermoral, tidak sopan , tidak memiliki etika. Sama seperti pembunuh, pembohong, pencuri, itu adalah orang yg amoral.
Lebih memungkinkan Arahat itu egosentris. Ada yg mengartikannya individualistis, dan anonimnya adalah altruis. Tapi apapun itu, semua berbalik pada persepsi. Jika anda mengatakan Arahat tidak individualistis, maka silakan berlaku altruis, dan sebaliknya. JIka tidak altruis, ya berarti individualistis.  ;D

Yang jelas bukan saya yang mengatakan bahwa Arahat sebagai amoral, Sdr. Chingik  ;D. Dan saat ini saya tidak sedang membahas mengenai arahat itu hina atau apa, tapi mengenai etimologi kata “hina”


Justru yg harus dipertanyakan adalah atas dasar apa kita2 yg hidup di jaman sekarang dapat menafsirkan terjemahan para penerjemah masa lalu , padahal terjadi banyak pergeseran makna sebuah istilah seiring dengan perubahan waktu lebih dari seribu tahun.
Contoh sederhana saja, tahukah bro tentang kata "nona" utk bahasa mandarin? Yaitu 小姐(XiaoJie). XiaoJie adalah panggilan hormat kepada seorang perempuan. Tapi ini adalah Panggilan hormat hanya utk masa kini lho ya. Bagaimana dengan masa dinasti Song? Ternyata sebutan XiaoJie pada masa dinasti Song adalah panggilan utk seorang wanita rendah dan hina, dan sangat malu bila seorang wanita dipanggil demikian.
Dari hal ini sudah jelas sekali bahwa semakin tidak layak kita yang hidup di jaman sekarang utk menafsirkan secara harfiah atau dari sudut pandang masa kini utk menafsirkan ucapan orang di masa lalu. Setidaknya kita perlu mempertimbangkan sebuah istilah tidak melulu dari satu sisi.
 
Jika Mahayana memiliki konotasi buruk terhadap kata Hinayana, maka praktisi Mahayana secara alami tidak akan mengalami kemajuan dalam pelatihan batin. Apakah mungkin seorang praktisi Mahayana sebegitu picik dan bodoh? Tentu persepsi seorang Mahayanis tidak sampai serendah itu, kecuali kalo memang ada praktisi Mahayana yang benar2 melekat pada istilah dan penafsiran secara serampangan maka itu lain cerita lagi.
Jika menafsirkan dari segi Theravada, tentu tidak akan pernah matching dan saya rasa sia-sia saja. Term Hinayana hanya dikenal dalam Mahayana maka dari sudut pandang Mahayana-lah yang paling memahaminya. Oleh karena itu tentu perlu mendengar secara seksama dari apa yang dijelaskan oleh praktisi Mahayana. 
 Sama seperti halnya Agama Buddha akan selalu ditafsirkan secara salah oleh para penganut agama lain, karena mereka bukan memahaminya dari perspektif agama Buddha sendiri. Hanya praktisi Buddha-lah yang lebih memahami apa yang tersurat dan tersirat dalam ajarannya sendiri. Dan para penganut agama lain perlu mendengar secara seksama dari apa yang dijelaskan oleh para praktisi Buddha.

 



 

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Diamond Sutra dan Hinayana
« Reply #119 on: 27 November 2008, 03:01:57 PM »
[at]  atas : Semua aliran juga baru ada setelah Siddharta parinibbana
setelah ada Mahayana barulah...mereka menghina2 aliran Buddhist yg non-Mahayana sebagai kendaraan kecil ato bla bla..


Sang Buddha khan mengajarkan ke-3 yana..

dan di Theravada juga mengajarkan ke-3 yana..

yg ngebeda2in aliran sebenarnya..menurut gw seh so called Mahayana dulu..