//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 587609 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1065 on: 20 December 2011, 04:18:18 PM »
^
^
saya pernah tanya yang ini sebelumnya, jadi mohon abaikan saja.
maaf.

masih ada yang mau ditanyakan, tapi lanjut besok2 aja.

bro Kain, terima kasih atas waktunya.
 _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1066 on: 20 December 2011, 04:20:07 PM »
^
^
saya pernah tanya yang ini sebelumnya, jadi mohon abaikan saja.
maaf.

masih ada yang mau ditanyakan, tapi lanjut besok2 aja.

bro Kain, terima kasih atas waktunya.
 _/\_
Tanyanya ke saya juga?
Ya, tidak masalah, kapan saja boleh. Tapi saya juga ga janji bisa langsung jawab. ;D
Sama-sama terima kasih. :)
 _/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1067 on: 20 December 2011, 04:21:42 PM »
terima kasih

next :

apakah para deva 'pasti' akan memiliki ingatan akan kelahirannya sebelumnya? sehingga seorang manusia yang sebelumnya tekun mempraktekkan dhamma setelah mati dan 'pindah' ke alam deva masih bisa meneruskan apa yang ditekuninya pada kehidupan lampau?
bisa kalau devanya mau mengingatnya...
sepertinya semua dewa memang memiliki kemam[uan seperti ini, karena mereka tidak mengalami proses perkembangan dari janin-bayi, hingga dewasa... CMIIW
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1068 on: 21 December 2011, 10:18:13 AM »
Kebetulan beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah buku, ada hubungannya dengan pertanyaanya om rico yang di page sebelumnya, mungkin bisa sedikit membantu.
Sumber tulisan ini dari buku Bangunlah, Dunia!, kumpulan ceramah dari Bhikkhu Revata pada berbagai retret meditasi.
Silahkan dibaca...

Empat tipe orang disebutkan dalam perumpamaan teratai. Mereka adalah:
1.   Teratai yang dilahirkan di dalam air dan ketika telah mencapai permukaan air, tumbuh keluar dari air dan tidak tercemar olehnya. Ini adalah seorang Ugghatitannu.
2.   Teratai yang dilahirkan di dalam air dan mencapai permukaan. Ini adalah seorang Vipacitannu.
3.   Teratai yang dilahirkan di dalam air, tumbuh di dalam air, dan, tanpa meninggalkan air, berkembang di dalam air. Ini adalah seorang Neyya.
4.   Teratai yang dilahirkan di dalam air, tumbuh di dalam air, dan, tanpa meninggalkan air, mereka mati di dalam air. Ini adalah seorang Padaparama.
Diantara keempat tipe orang tersebut, tiga tipe pertama dapat mengakhiri penderitaan.

Orang jenis pertama, (seorang Ugghatitannu), adalah seseorang yang bisa terbangunkan hanya dengan mendengarkan petunjuk ringkas. Y.M.Sariputta adalah contoh seorang Ugghatitannu. Dia mencapai tingkat Sotapanna, hanya dengan mendengarkan bait pendek yang terdiri dari empat baris. Jadi silahkan dengarkan dan cari tau apakah anda juga bisa mencapai tingkat Sotapanna. Jika anda bisa, saya akan sangat senang.
“Ye dhamma hetuppabhava;
Tesam hetum tathagato aha,
Te sansa yo niroda;
Evam vadi maha samano.”

Yang Mulia Sariputta merealisasi pencapaian Sotapanna setelah ia mendengar kata-kata: “Ye dhamma hetuppabhava; Tesam hetum tathagato aha, tapi sebelum kata ‘aha’.
Kita perlu mengerti alasan-alasan pencapaian yang cepat oleh orang yang hidup pada jaman Sang Buddha. Sekarang, orang memperdebatkannya. Beberapa bahkan percaya tidak perlu untuk berlatih. Mereka berfantasi bahwa orang pada jaman sekarang juga dapat mencapai tingkat realisasi mendalam, hanya dengan mendengarkan ceramah Dhamma. Untuk mempertahankan pendapatnya, mereka merujuk berbagai kejadian yang terjadi pada jaman Sang Buddha tersebut. Jika pada saat itu bisa, mengapa sekarang tidak?

Dalam Kitab Komentar kita menemukan jawabannya. Hal ini dijelaskan bahwa pengikut awal Sang Buddha bisa menembus Dhamma begitu cepat karena beberapa alasan berikut. Dalam banyak kehidupan sebelumnya mereka mengakumulasikan empat penyebab:
a.   Penguasaan kitab suci ………………  (Pariyatti). Mereka mempelajari sehingga mahir dalam kitab suci Dhamma.
b.   Mendengar ……………  (Savana). Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat terhadap Dhamma yang dijelaskan selama kurun kehidupan lampau yang tak terhingga.
c.   Penyelidikan …………… (Paripuccha). Mereka meneliti dan mendiskusikan bagian dan penjelasan dalam teks dan Kitab Komentar yang sulit.
d.   Usaha sebelumnya ……………… (Pubbayoga). Mereka terlibat dalam praktik meditasi Samatha-Vipassana samapi tingkat Pengetahuan Keseimbangan Terhadap Bentuk-bentuk (sankharupekkha nana) selama dispensasi dari para Buddha.

Karena keempat penyebab inilah, orang pada saat itu mampu dengan cepat merealisasi pencapaian mendalam, dalam salah satu kehidupan terakhir mereka. Karena empat penyebab itu, hasil ini terjadi:
e.   Pencapaian ………………… (Adhigama). Pencapaian Jalan dan Buah Arahat, atau pencapaian Jalan dan Buah lainnya.

Kita sekarang tahu bahwa mereka yang telah menyempurnakan parami seperti penguasaan kitab suci (Pariyatti), mendengar (Savana), penyelidikan (Paripucca), dan upaya sebelumnya (Pubbayoga) mampu mencapai Jalan dan Buah Kebijaksanaan dengan cepat, kadang-kadang hanya dengan mendengarkan bait yang sangat singkat. Diantara parami, ‘upaya sebelumnya’ (Pubbayoga) sangat penting. Karena akumulasi praktek Meditasi Samatha-Vipassana di masa lalu sampai pada Pengetahuan Keseimbangan Terhadap Bentuk-Bentuk (sankharupekkha nana), murid-murid awal tersebut sudah sangat dekat dengan Jalan dan Buah Kebijaksanaan. Ketika pergi untuk dana makanan, mereka berlatih meditasi. Ketika kembali, mereka berlatih meditasi. Murid-murid awal tersebut telah membuat upaya sebelumnya selama banyak kehidupan. Jadi dalam kehidupan terakhir mereka, hanya dengan mendengarkan Dhamma sudah cukup untuk melihat Nibbana.

Spoiler: ShowHide
jika ada yang berminat untuk membaca penjelasan tipe orang ke dua sampai empat, bisa kasi tau saja, nanti saya ketikkan.
« Last Edit: 21 December 2011, 10:21:36 AM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1069 on: 21 December 2011, 10:41:08 AM »
Kebetulan beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah buku, ada hubungannya dengan pertanyaanya om rico yang di page sebelumnya, mungkin bisa sedikit membantu.
Sumber tulisan ini dari buku Bangunlah, Dunia!, kumpulan ceramah dari Bhikkhu Revata pada berbagai retret meditasi.
Silahkan dibaca...

Empat tipe orang disebutkan dalam perumpamaan teratai. Mereka adalah:
1.   Teratai yang dilahirkan di dalam air dan ketika telah mencapai permukaan air, tumbuh keluar dari air dan tidak tercemar olehnya. Ini adalah seorang Ugghatitannu.
2.   Teratai yang dilahirkan di dalam air dan mencapai permukaan. Ini adalah seorang Vipacitannu.
3.   Teratai yang dilahirkan di dalam air, tumbuh di dalam air, dan, tanpa meninggalkan air, berkembang di dalam air. Ini adalah seorang Neyya.
4.   Teratai yang dilahirkan di dalam air, tumbuh di dalam air, dan, tanpa meninggalkan air, mereka mati di dalam air. Ini adalah seorang Padaparama.
Diantara keempat tipe orang tersebut, tiga tipe pertama dapat mengakhiri penderitaan.

Orang jenis pertama, (seorang Ugghatitannu), adalah seseorang yang bisa terbangunkan hanya dengan mendengarkan petunjuk ringkas. Y.M.Sariputta adalah contoh seorang Ugghatitannu. Dia mencapai tingkat Sotapanna, hanya dengan mendengarkan bait pendek yang terdiri dari empat baris. Jadi silahkan dengarkan dan cari tau apakah anda juga bisa mencapai tingkat Sotapanna. Jika anda bisa, saya akan sangat senang.
“Ye dhamma hetuppabhava;
Tesam hetum tathagato aha,
Te sansa yo niroda;
Evam vadi maha samano.”

Yang Mulia Sariputta merealisasi pencapaian Sotapanna setelah ia mendengar kata-kata: “Ye dhamma hetuppabhava; Tesam hetum tathagato aha, tapi sebelum kata ‘aha’.
Kita perlu mengerti alasan-alasan pencapaian yang cepat oleh orang yang hidup pada jaman Sang Buddha. Sekarang, orang memperdebatkannya. Beberapa bahkan percaya tidak perlu untuk berlatih. Mereka berfantasi bahwa orang pada jaman sekarang juga dapat mencapai tingkat realisasi mendalam, hanya dengan mendengarkan ceramah Dhamma. Untuk mempertahankan pendapatnya, mereka merujuk berbagai kejadian yang terjadi pada jaman Sang Buddha tersebut. Jika pada saat itu bisa, mengapa sekarang tidak?

Dalam Kitab Komentar kita menemukan jawabannya. Hal ini dijelaskan bahwa pengikut awal Sang Buddha bisa menembus Dhamma begitu cepat karena beberapa alasan berikut. Dalam banyak kehidupan sebelumnya mereka mengakumulasikan empat penyebab:
a.   Penguasaan kitab suci ………………  (Pariyatti). Mereka mempelajari sehingga mahir dalam kitab suci Dhamma.
b.   Mendengar ……………  (Savana). Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat terhadap Dhamma yang dijelaskan selama kurun kehidupan lampau yang tak terhingga.
c.   Penyelidikan …………… (Paripuccha). Mereka meneliti dan mendiskusikan bagian dan penjelasan dalam teks dan Kitab Komentar yang sulit.
d.   Usaha sebelumnya ……………… (Pubbayoga). Mereka terlibat dalam praktik meditasi Samatha-Vipassana samapi tingkat Pengetahuan Keseimbangan Terhadap Bentuk-bentuk (sankharupekkha nana) selama dispensasi dari para Buddha.

Karena keempat penyebab inilah, orang pada saat itu mampu dengan cepat merealisasi pencapaian mendalam, dalam salah satu kehidupan terakhir mereka. Karena empat penyebab itu, hasil ini terjadi:
e.   Pencapaian ………………… (Adhigama). Pencapaian Jalan dan Buah Arahat, atau pencapaian Jalan dan Buah lainnya.

Kita sekarang tahu bahwa mereka yang telah menyempurnakan parami seperti penguasaan kitab suci (Pariyatti), mendengar (Savana), penyelidikan (Paripucca), dan upaya sebelumnya (Pubbayoga) mampu mencapai Jalan dan Buah Kebijaksanaan dengan cepat, kadang-kadang hanya dengan mendengarkan bait yang sangat singkat. Diantara parami, ‘upaya sebelumnya’ (Pubbayoga) sangat penting. Karena akumulasi praktek Meditasi Samatha-Vipassana di masa lalu sampai pada Pengetahuan Keseimbangan Terhadap Bentuk-Bentuk (sankharupekkha nana), murid-murid awal tersebut sudah sangat dekat dengan Jalan dan Buah Kebijaksanaan. Ketika pergi untuk dana makanan, mereka berlatih meditasi. Ketika kembali, mereka berlatih meditasi. Murid-murid awal tersebut telah membuat upaya sebelumnya selama banyak kehidupan. Jadi dalam kehidupan terakhir mereka, hanya dengan mendengarkan Dhamma sudah cukup untuk melihat Nibbana.

terima kasih saya sangat menghargai ini, ini makin memperjelas jawaban sebelumnya dari bro Kain.


jika ada yang berminat untuk membaca penjelasan tipe orang ke dua sampai empat, bisa kasi tau saja, nanti saya ketikkan.

sis kalau ada yang sudah terketik kopi pastel aja dah...
tapi klo belum, panjang gak sih tulisannya? klo panjang lebih baik jangan, saya jadi merasa terbebani perasaan tidak enak. hanya karena rasa ingin tau, sampe repotin orang lain.
klo ada link, mending kasih linknya saja.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1070 on: 21 December 2011, 12:27:07 PM »
sebenarnya bukan merepotkan, tapi memberi kesempatan untuk berbuat baik.
nanti coba saya cari versi pdfnya dulu, soalnya buku itu juga dibagikan gratis.
tapi kalo tidak, gpp diketik ulang.
nanti PM aja deh, soalnya kalo disini takutnya merusak jurnalnya om kainyn, kecuali jika om kainyn mengijinkan.  :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1071 on: 21 December 2011, 01:05:21 PM »
sebenarnya bukan merepotkan, tapi memberi kesempatan untuk berbuat baik.
nanti coba saya cari versi pdfnya dulu, soalnya buku itu juga dibagikan gratis.
tapi kalo tidak, gpp diketik ulang.
nanti PM aja deh, soalnya kalo disini takutnya merusak jurnalnya om kainyn, kecuali jika om kainyn mengijinkan.  :)
Oh, ga apa kok. Di sini tempatnya bebas dan terbuka, apalagi untuk pengetahuan.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1072 on: 21 December 2011, 02:59:48 PM »
sip, yang punya rumah dah kasih izin.
so kita bisa dikit ngobrol santai disini...  ;D ;D

tapi sis, kalaupun harus ketik ulang disingkat aja sis. kasian, pastinya panjang.

oh ya saya juga lagi search di mbah gugel, judul bukunya Bangunlah, Dunia. ya kan?
tapi belum ketemu nih...
banyak judul yang mirip, tapi sepertinya bukan buku dimaksud.

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1073 on: 23 December 2011, 04:49:48 PM »
tanya dong om kutho ;D.

bagaimana mengatasi kesombongan akibat pencapaian di masa lalu? ;D
misalnya kehidupan sebelumnya menelurkan murid-murid yang berbakat, tapi di kehidupan sekarang sekarang tidak punya murid lagi tapi masih bangga dengan murid-muridnya dikehidupan lampau ;D.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1074 on: 23 December 2011, 04:56:19 PM »
tanya dong om kutho ;D.

bagaimana mengatasi kesombongan akibat pencapaian di masa lalu? ;D
misalnya kehidupan sebelumnya menelurkan murid-murid yang berbakat, tapi di kehidupan sekarang sekarang tidak punya murid lagi tapi masih bangga dengan murid-muridnya dikehidupan lampau ;D.
Kesombongan di manapun juga adalah hal semu yang rapuh. Orang memiliki pencapaian (duniawi) tertentu yang terkondisi dan berubah. Ketika kondisi tersebut berubah, namun ia masih melekat pada 'keberhasilan' tersebut. Akhirnya seperti petinju tua renta dan bongkok, selalu berpikir dirinya sekuat waktu dia masih juara dunia.

Bagaimana orang mengatasi kesombongan tersebut adalah dengan menyadari keterkondisian duniawi. Punya harta, punya nama baik, banyak pengikut, atau bahkan mencapai jhana 8, semua itu terkondisi. Memahami ketidak-kekalan tersebut, maka dia tidak akan melekatinya. Dengan begitu kesombongan pun akan memudar dengan sendirinya. 


Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1075 on: 23 December 2011, 05:07:30 PM »
Sebelumnya, saya ulangi, uraian ini saya kutip dari buku Bangunlah, Dunia!, yang merupakan kumpulan dhammadesana dari Bhikkhu Revata diberbagai pusat meditasi.
Kata "saya" dalam uraian tersebut mengacu pada Bhikkhu Revata.
---
lanjutan penjelasan mengenai empat tipe orang dalam perumpamaan teratai

Tipe orang kedua (seorang Vipacitannu) adalah seseorang yang membutuhkan petunjuk rinci. Apakah anda ingat lima pertapa yang sebelumnya menjaga Bodhisatta selama enam tahun Ia menjalankan praktek ekstrim? Anda sekarang sudah ingat? Ketika Bodhisatta menghentikan praktek itu, mereka meninggalkanNya. Ketika Bodhisatta menjadi Buddha yang tercerahkan sempurna, Dia mencari kelima pertapa itu untuk memberi ceramah. Ceramah itu merupakan ceramah pertama yang diberikan oleh Sang Buddha. Apakah anda ingat judul ceramah itu? Sutta Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkapavattana Sutta). Dalam Sutta itu, Sang Buddha memberikan petunjuk rinci. Ketika mendengar itu, satu diantara lima pertapa itu mencapai tingkat Pemasuk Arus (Sotapanna). Ia adalah Y.M.Kondanna. Ketika Sang Buddha memberikan petunjuk lanjutan kepada pertapa lainnya dengan ceramah Dhamma, Y.M.Vappa dan Y.M.Bhaddiya juga mencapai tingkat Pemasuk Arus. Setelah makan dana makanan yang dibawa oleh ketiga Pemasuk Arus, Y.M.Kondanna, Y.M.Vappa dan Y.M.Bhaddiya, Sang Buddha terus memberikan petunjuk lanjutan kepada sisa dua pertapa dengan ceramah Dhamma. Tidak lama setelah itu, Y.M.Mahanama dan Y.M.Asaji juga mencapai Pemasuk Arus. Kita sekarang tahu bahwa Y.M.Kondanna, Y.M.Vappa, Y.M.Bhaddiya, Y.M.Mahanama, dan Y.M.Asaji adalah tipe orang kedua, seorang Vipacitannu.

Banyak diantara kita yang juga pernah mendengarkan atau membaca Sutta Dhammacakkapavattana. Apakah kita mencapai pemasuk arus? Jika tidak, kita dapat menyimpulkan bahwa kita bukan tipe orang kedua, seorang Vipacitannu, yang dapat merealisasi Nibbana hanya dengan mendengarkan penjelasan rinci tentang Dhamma.

Tipe orang ketiga (seorang Neyya) adalah orang yang tidak dapat mencapai pemasuk arus hanya dengan mendengarkan rangkuman atau rincian instruksi. Melainkan dengan mempraktekkan latihan moralitas (Sila), latihan konsentrasi (Samadhi) dan latihan kebijaksanaan (Panna) langakah demi langkah, secara sistematis, mereka baru bisa merealisasi Empat Kebenaran Mulia dan mencapai Nibbana. Saya percaya bahwa ada banyak pendengar yang merupakan tipe orang ketiga ini. Saat ini, tipe orang pertama dan kedua tidak dapat ditemukan dimanapun. Namun, banya orang Neyya yang hidup ditengah-tengah kita hari ini. Untuk merealisasi Nibbana, seorang Neyya perlu mempelajari teks Pali, membahas bagian yang sulit dan penjelasan dalam teks dan Kitab Komentar, dan perlu mengingat apa yang telah dipelajari. Mereka harus bergaul dengan teman yang baik dan harus berlatih meditasi. Ini disebutkan dalam Kitab Komentar.

Berkumpul dengan seoang teman yang baik adalah sangat penting. Sekalipun kita tidak dapat memperoleh pengetahuan dari teks Pali dan Kitab Komentar, jika kita berkumpul dengan seorang teman yang baik yang benar-benar dapat membimbing kita dalam tiga latihan; hanya dengan ini saja dapat membawa kita ke Nibbana. Ketika Sang Buddha mengamati dunia dengan mata BuddhaNya, Dia melihat makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka dan yang dengan banyak debu, makhluk dengan pemahaman tajam dan tumpul, makhluk dengan sifat baik dan buruk, makhluk yang mudah dan yang sulit untuk diajar. Hanya sedikit yang takut melakukan perbuatan buruk dan takut akan dunia setelahnya.

Melihat hal ini, Sang Buddha menjawab Brahma itu dengan ayat-ayat:
“Terbukalah bagi mereka pintu tiada-kematian!
Biarkan mereka yang memiliki telinga melepaskan keyakinan mereka.
Melihat akan timbul masalah, Aku enggan berkotbah pada awalnya,
Dhamma yang sangat baik untuk manusia dan Brahma!”

Sang Buddha telah membuka pintu tiada kematian. Kita harus mempercayakan keyakinan kita kepada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Jika keyakinan tidak mencukupi, kita tidak mungkin membuka pintu tiada-kematian. Karena kurangnya keyakinan dalam Buddha, Dhamma dan Sangka, kadang-kadang kita mungkin berpikir, apakah benar-benar mungkin mencapai konsentrasi jhana hanya dengan berfokus pada napas? Atau, apakah benar-benar mungkin untuk melihat cahaya hanya dengan berfokus pada keluar masuknya napas? Pikiran-pikiran ini dapat mengganggu dan menguasai pikiran kita dengan keragu-raguan. Jika ini terjadi, orang yang tidak mempunyai keyakinan sering kali berhenti meneruskan pratik. Pikiran mereka penuh dengan keraguan dan mereka menjadi bingung, mereka mengeluh tentang segala hal. Keraguan yang mudah menyebar ini akan menghambat timbulnya keuntungan-keuntungan dalam kehidupan mereka.

Karena itu, Sang Buddha mengatakan:
“Biarkan mereka yang memiliki telinga melepaskan keyakinan mereka.
Melihat akan timbul masalah, Aku tidak berkotbah pada awalnya,
Dhamma yang sangat baik untuk manusia, Brahma!”

Kita tahu bahwa setelah Sang Buddha mencapai pencerahan, Dia cenderung untuk tidak mengajarkan Dhamma. Akhirnya, setelah diminta untuk ketiga kalinya, Sang Buddha menyetujui permintaan Brahma Agung. Dikarenakan belas kasih tak terhingga bagi semua makhluk, Dia mengamati dunia dengan mata BuddhaNya. Dia kemudian melihat orang tipe pertama, kedua dan ketiga seperti yang telah saya jelaskan. Mari kita sekarang jelaskan tipe orang keempat.

Jenis orang keempat (seorang Padaparama) adalah seseorang yang pencapaian tertingginya merupakan pemahaman intelektual teks-teks Dhamma. Meskipun orang seperti ini mempraktikkan latihan moralitas (Sila), latihan konsentrasi (Samadhi), dan latihan kebijaksanaan (Panna) langkah demi langkah, secara sistematis, dan bahkan setelah mendengar rangkuman instruksi atau instruksi rinci, mereka tetap tidak mampu menembus Empat Kebenaran Mulia dan melihat Nibbana dalam kehidupan ini. Semua usaha mereka adalah untuk realisasi dan pencapaian di masa akan datang. Apa yang telah mereka kumpulkan dalam kehidupan saat ini adalah harta yang akan dibawa, sebagai bekal dalam perjalanan ke Nibbana. Oleh karena itu, mereka akan mengetahui dan melihat Dhamma sebagaimana adanya dalam kehidupan masa yang akan datang.

Apa yang harus dilakukan jika kita termasuk tipe orang keempat (seorang Padaparama)? Jika kita adalah tipe orang keempat, meditasi sangat diperlukan, dalam hal ini, sangatlah penting bagi kita mempraktekkan meditasi sebanyak mungkin dalam kehidupan ini. Ini adalah untuk mewujudkan realisasi dan pencapaian kita di masa depan.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline helenfransisca

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1076 on: 26 December 2011, 10:26:02 AM »
KK boleh discuss mengenai Pancasila dalam aplikasi kehidupan sehari-hari? kalo memang sudah pernah dibahas sebelumnya, bisa tolong berikan linknya. tq  _/\_

Sebagai umat awam ada 5 sila yang wajib qt lakukan, terkadang aq masih rancu apakah apakah aq sudah melanggar sila atau tidak. Aq sudah mencoba browsing dan dapat masukan sebagai berikut : (karena thread ini sudah lama jd aq copas di sini  ;D)

SILA 1 :    PANATIPATA VERAMANI
      Menghindar membunuh makhluk hidup
OBJEK :
1.   Manusia
2.   Binatang
a.   Binatang yg berguna
b.   Binatang yg tidak berguna
   Binatang yg merugikan
   Binatang yg tidak merugikan

KEHENDAK :
1.   Direncanakan/disengaja/dikehendaki
2.   Tidak di kehendaki  ----> Kalau qt tidak menghendaki baik itu bentuk mempertahankan diri, reflek atau kecelakaan kenapa bisa di sebut melanggar sila? Padahal qt tidak mempunyai niat  lhoo :no:
a.   Dorongan sesaat (mendadak)
b.   Mempertahankan diri
c.   Kecelakaan

USAHA :
1.   Secara Langsung
2.   Secara tidak Langsung

FAKTOR :
1.   Ada Makhluk hidup
2.   Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup ---> Bila aq mengetahui bahwa mahluk itu hidup, lalu melihat mahluk itu di bunuh, apakah termasuk melanggar sila? Padahal bukan aq lho yang melakukannya  :-?
3.   berpikir untuk membunuhnya
4.   Berusaha untuk membunuhnya
5.   Makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tsb


Catatan :
Penyiksaan terhadap binatang :
Yaitu suatu perlakuan yg sadis/kejam terhadap binatang. Misalnya :
1.   Membiarkan binatang kelaparan
2.   Mencambuk/memukul bagian tubuh binatang
3.   Menganggu/mengusik binatang yg tidak bersalah
4.   Mengadu binatang untuk kesenangan
5.   Menjadikan binatang sebagai umpan untuk menangkap binatang lainnya


SILA II :    ADINNADANA VERAMANI
      Menghindari mencuri/mengambil barang yg tidak diberikan


Pencurian secara langsung
1.   Mencuri
2.   Merampas
3.   Memeras
4.   Merampok
5.   Mengajukan gugatan palsu ---> 4 hal yang aq bold dibawah ini, selain melanggar sila ke 2 juga melanggar sila ke 4 bukan ya? Berarti pelanggaran sila jg bisa ada kombinasinya?
6.   Berbohong/berdusta
7.   Menipu
8.   Memalsu
9.   Mencopet
10.   Menukar barang
11.   Menyeludupkan barang dan menghindari pajak/bea
12.   menggelapkan uang/barang

Pencurian secara tidak langsung
1.   Menjadi kakitangan atau tukang tadah
2.   Merayu/memeras untuk menipu
3.   Menerima suap (pungli) ---> Sebagaimana yang qt semua tau bila berurusan dengan surat-menyurat, biar urusan lancar terkadang qt diminta memberikan uang pelicin, dalam hal ini qt memberikan suap. Berarti dalam kasus tersebut qt membuka jalan bagi orang untuk melangar sila? lalu qt jg termasuk pelanggar?

Perbuatan yg serupa dengan pencurian
1.   Menghancurkan barang milik orang lain dengan tujuan untuk membalas dendam
2.   Menggunakan barang dengan sekehendak hatinya/sewenang-wenang

FAKTOR :
1.   Ada sesuatu/barang/benda milik pihak lain
2.   Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya
3.   Berpikir untuk mencurinya
4.   Berusaha untuk mencurinya
5.   Berhasil mengambil barang itu melalui usaha tersebut


Catatan :
Empat macam kebahagiaan yang akan diperoleh bagi mereka yg mencari nafkah secara benar – tidak melanggar Hukum Negara dan Ajaran Agama :
1.   Rasa bangga karena memiliki barang (harta) secara sah
2.   Bebas dari rasa takut/khawatir, dan akan merasa aman pergi kemanapun juga
3.   Dapat menggunakan harta yang dimiliki dengan batin yang tidak tertekan – karena merasa tidak bersalah
4.   Memperkuat kemampuan dalam menghindari perbuatan-perbuatan jahat

........

SILA V :   SURAMERAYA MAJJAPAMADATTHANA VERAMANI
      Menghindari segala minuman keras yang menyebabkan lemahnya kesadaran

Objek yang menyebabkan pelanggaran :
1.   Semua jenis minuman yang memabukkan
2.   Barang cair, padat maupun gas yang bila digunakan/dimasukkan ke dalam tubuh bisa membuat lemahnya kesadaran, dan yang bisa menimbulkan ketagihan ---> Bila ada benda yangdimasukkan ke dalam tubuh (bukan minuman keras), yang pada awalnya membantu qt menghilangkan sakit lalu untuk seterusnya qt pakai karena kebiasaan apakah bisa memperlemah kesadaran ?

Tujuan utama dari pelaksanaan sila ini adalah :
1.   Untuk melatih pengendalian diri
2.   Untuk melatih kewaspadaan
3.   Untuk melatih dan mengembangkan kesadaran


Mohon penjelasannya, agar saya bisa lebih memahami maksud dari sila2 tersebut.  _/\_


Everything should be made as simple as possible but not simpler

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1077 on: 26 December 2011, 11:40:17 AM »
KK boleh discuss mengenai Pancasila dalam aplikasi kehidupan sehari-hari? kalo memang sudah pernah dibahas sebelumnya, bisa tolong berikan linknya. tq  _/\_

Sebagai umat awam ada 5 sila yang wajib qt lakukan, terkadang aq masih rancu apakah apakah aq sudah melanggar sila atau tidak. Aq sudah mencoba browsing dan dapat masukan sebagai berikut : (karena thread ini sudah lama jd aq copas di sini  ;D)

Mohon penjelasannya, agar saya bisa lebih memahami maksud dari sila2 tersebut.  _/\_
Ya, tentu saja boleh kita diskusikan lagi walaupun mungkin pernah dibahas di tempat lain. :)

Quote
----> Kalau qt tidak menghendaki baik itu bentuk mempertahankan diri, reflek atau kecelakaan kenapa bisa di sebut melanggar sila? Padahal qt tidak mempunyai niat  lhoo

Pertama saya mau perjelas dulu bahwa sila ini bukan semacam peraturan mutlak atau harga mati, tapi sebagai suatu panduan bagi kita untuk menghindari perbuatan (kamma) tidak baik yang akan berakibat tidak baik juga.

Kalau kita memang tidak meniati satu perbuatan, maka memang tidak ada kamma yang ditanam. Tapi hati-hati karena bukan berarti tidak ada konsekwensi lainnya. Misalnya karena dikageti, si korban kaget latah dan tinju si pengaget, mati di tempat. Mungkin secara sila tidak salah karena tidak ada niat, tapi tetap saja bisa terjerat hukum.

Kalau mempertahankan diri, itu adalah sesuatu yang kita sadari, jadi tetap ada niatnya. Tapi motivasi dari niat juga menentukan buah kamma itu sendiri. Dalam rumus sederhana: makin terpaksa kita melakukannya, makin kecil buah kammanya. Ini berlaku untuk semua kamma, baik & buruk. Jika kita berdana terpaksa, maka hasilnya sedikit. Jika kita membunuh karena terpaksa mempertahankan diri, maka akibatnya juga lebih ringan.

Quote
---> Bila aq mengetahui bahwa mahluk itu hidup, lalu melihat mahluk itu di bunuh, apakah termasuk melanggar sila? Padahal bukan aq lho yang melakukannya
Tentu saja tidak melanggar sila jika bukan kita yang menyebabkan atau menganjurkan pembunuhan tersebut.

Quote
---> 4 hal yang aq bold dibawah ini, selain melanggar sila ke 2 juga melanggar sila ke 4 bukan ya? Berarti pelanggaran sila jg bisa ada kombinasinya?
Tentu saja bisa dikombinasi. Misalnya orang mabuk di supermarket lalu menunjuk "tuh ada sinterklas terbang!" dan ketika orangnya menoleh ke arah yang ditunjuk, si pemabuk ambil botol kecap dan memukul kepala orang yang menoleh tersebut sehingga meninggal. Nah, itu sudah kombinasi pelanggaran 4 sila.

Quote
---> Sebagaimana yang qt semua tau bila berurusan dengan surat-menyurat, biar urusan lancar terkadang qt diminta memberikan uang pelicin, dalam hal ini qt memberikan suap. Berarti dalam kasus tersebut qt membuka jalan bagi orang untuk melangar sila? lalu qt jg termasuk pelanggar?
Dalam urusan birokrasi ini, sebetulnya ada 2 kasus umum yang berbeda:
1. Urusan bisa dijalankan sesuai hukum, tapi karena kita mau yang gampang, maka menggunakan suap.
2. Instansi birokrasi yang tidak menjalankan fungsinya sesuai hukum kecuali kalau dibayar.

Dalam kasus (1), kita memang menganjurkan orang bermata-pencaharian salah, maka perbuatan kita tidak baik. Dalam kasus (2), itu sama saja seperti kita dirampok. Menurut saya, kita tidak bersalah dalam hal ini.

Quote
---> Bila ada benda yangdimasukkan ke dalam tubuh (bukan minuman keras), yang pada awalnya membantu qt menghilangkan sakit lalu untuk seterusnya qt pakai karena kebiasaan apakah bisa memperlemah kesadaran ?
Maksud sila ke lima di sini bukan membahas masalah 'kecanduan' tapi memperlemah kesadaran. Jika kasusnya adalah sakit (beneran, bukan yang dibuat-buat), penggunaan zat apapun untuk kesembuhan tidak termasuk pelanggaran sila. Sila ini juga bukan masalah zat itu 'haram' atau apa, tetapi kalau kesadaran lemah, maka kita tidak bisa memusatkan pikiran, tidak bisa memahami dhamma, otomatis tidak tahu mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Dari pikiran kacau itu, maka tentu perbuatan tidak terjaga, bisa ke mana-mana akibatnya.
Untuk hal kecanduan, itu bahasan berbeda lagi, dan juga luas pembahasannya, tergantung kasus per kasus.

Offline helenfransisca

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 7
  • Gender: Female
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1078 on: 26 December 2011, 12:26:05 PM »
Terima kasih buat penjelasannya  _/\_

Kalau mempertahankan diri, itu adalah sesuatu yang kita sadari, jadi tetap ada niatnya. Tapi motivasi dari niat juga menentukan buah kamma itu sendiri. Dalam rumus sederhana: makin terpaksa kita melakukannya, makin kecil buah kammanya. Ini berlaku untuk semua kamma, baik & buruk. Jika kita berdana terpaksa, maka hasilnya sedikit. Jika kita membunuh karena terpaksa mempertahankan diri, maka akibatnya juga lebih ringan.  :yes:

Tentu saja tidak melanggar sila jika bukan kita yang menyebabkan atau menganjurkan pembunuhan tersebut. ---> Statement ini aq masih mengganjal. Kadangkala aq berpikir seperti di atas, tapi kadang terbesit pikiran kalau aq bisa mencegah maka tidak terjadi pembunuhan dunk. Semacam rasa bersalah muncul, apakah anda punya pendapat mengapa hal ini bisa terjadi?  Dalam hal ini konteksnya bukan hanya pembunuhan, bisa jg aq melihat perbuatan asusila lainnya misalnya aq mengetahui perselingkuhan. Walau bukan aq yang melakukan tapi aq mengetahui hal tersebut, apakah aq harus diam saja?

Dalam urusan birokrasi ini, sebetulnya ada 2 kasus umum yang berbeda:
1. Urusan bisa dijalankan sesuai hukum, tapi karena kita mau yang gampang, maka menggunakan suap.
2. Instansi birokrasi yang tidak menjalankan fungsinya sesuai hukum kecuali kalau dibayar.

Dalam kasus (1), kita memang menganjurkan orang bermata-pencaharian salah, maka perbuatan kita tidak baik. Dalam kasus (2), itu sama saja seperti kita dirampok. Menurut saya, kita tidak bersalah dalam hal ini.   :yes:

Maksud sila ke lima di sini bukan membahas masalah 'kecanduan' tapi memperlemah kesadaran. Jika kasusnya adalah sakit (beneran, bukan yang dibuat-buat), penggunaan zat apapun untuk kesembuhan tidak termasuk pelanggaran sila. Sila ini juga bukan masalah zat itu 'haram' atau apa, tetapi kalau kesadaran lemah, maka kita tidak bisa memusatkan pikiran, tidak bisa memahami dhamma, otomatis tidak tahu mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Dari pikiran kacau itu, maka tentu perbuatan tidak terjaga, bisa ke mana-mana akibatnya.
Untuk hal kecanduan, itu bahasan berbeda lagi, dan juga luas pembahasannya, tergantung kasus per kasus.
---> Aq kurang paham maksud sila ke5 ini :no:, bisa tolong di perjelas? Lalu luas dalam arti apa ya? Misalkan aq ada satu kasus : Bila seseorang yang kepalanya pusing atau mabuk darat biasanya menggunakan minyak angin untuk meredakan sakit, tapi lama kelamaan dia menggunakannya hampir dalam setiap moment. Kemanapaun dia pergi, benda itu harus ada dan tanpa sebab pun dia bisa memakainya. Menurut aq kategorinya sudah kecanduan, apakah ini bisa memperlemah kesadaran nya?
Everything should be made as simple as possible but not simpler

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1079 on: 26 December 2011, 02:32:56 PM »
Terima kasih buat penjelasannya  _/\_
Sama2.  _/\_

Quote
---> Statement ini aq masih mengganjal. Kadangkala aq berpikir seperti di atas, tapi kadang terbesit pikiran kalau aq bisa mencegah maka tidak terjadi pembunuhan dunk. Semacam rasa bersalah muncul, apakah anda punya pendapat mengapa hal ini bisa terjadi?  Dalam hal ini konteksnya bukan hanya pembunuhan, bisa jg aq melihat perbuatan asusila lainnya misalnya aq mengetahui perselingkuhan. Walau bukan aq yang melakukan tapi aq mengetahui hal tersebut, apakah aq harus diam saja?
Dalam hal 'perasaan bersalah', perlu pandangan benar bahwa semua orang bertanggung-jawab pada perbuatannya sendiri-sendiri. Jika kita adalah seperti orang-tua, guru, pembimbing, atau bahkan teman yang baik, maka secara moral kita wajib mengingatkan orang lain tentang perbuatan baik dan buruk. Namun keputusan tetap ada pada masing-masing, kita tidak bisa memaksa orang lain mengikuti kehendak kita. Karena itu, tidak perlu merasa bersalah atau merasa gagal. Usahakan saja yang terbaik.

Mengenai harus diam saja atau bertindak, itu adalah situasional.
Jika kita bisa menasihati dan menghentikan perbuatan buruk orang lain, maka itu adalah kesempatan kita berbuat baik. Tidak ada keharusan untuk melakukannya, tapi alangkah sia-sianya jika kita kita tidak mengambil kesempatan itu. Namun ada juga kalanya tidak tepat bagi kita bertindak karena situasi tidak mendukung. Dalam hal ini, lebih baik juga menahan diri, menjaga keseimbangan bathin. Jangan karena dorongan yang tidak terbendung, malah buat situasi tambah runyam. Untuk itu kita harus bijaksana dalam menilai situasi dan menentukan langkah yang bermanfaat.


Quote
]---> Aq kurang paham maksud sila ke5 ini :no:, bisa tolong di perjelas? Lalu luas dalam arti apa ya? Misalkan aq ada satu kasus : Bila seseorang yang kepalanya pusing atau mabuk darat biasanya menggunakan minyak angin untuk meredakan sakit, tapi lama kelamaan dia menggunakannya hampir dalam setiap moment. Kemanapaun dia pergi, benda itu harus ada dan tanpa sebab pun dia bisa memakainya. Menurut aq kategorinya sudah kecanduan, apakah ini bisa memperlemah kesadaran nya?
Ajaran Buddha adalah justru mengajarkan agar kita selalu waspada dan berperhatian penuh setiap saat. Konsumsi zat2 yang menghilangkan kesadaran itu akan mengganggu kewaspadaan kita, maka kita melatih diri menghindarinya.

Untuk yang minyak angin, sepertinya tidak ada zat yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Juga setahu saya tidak ada zat addiktif dalam minyak angin yang menyebabkan tubuh 'menagih'. Paling-paling itu hanya sebatas kebiasaan dan 'kecanduan' secara psikologis saja, mungkin karena penggunaannya memberikan rasa yang enak. Ini tidak masalah, hanya saja ini juga berpotensi pada kemelekatan, dan semua kemelekatan tentu berpotensi pada penderitaan. (Contohnya kalau lagi di satu tempat, kehabisan minyak angin, maka bisa menderita karena hal itu.)

 

anything