//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 584946 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #960 on: 29 October 2011, 01:44:48 PM »
Apa mungkin juga di-juggle seperti lagi sirkus, atau mungkin ditendang seperti latihan sepak takraw? ;D
Kenapa jauh2 sekali sih imajinasinya? Kita anggap saja keadaan yang beri jeruk impor = yang beri jeruk lokal, tapi yang lokal tidak diterima. (Kecuali ada keterangan lain.)



soalnya, "tidak diterima" ini sepertinya hanyalah kesalah-pahaman, yg satu merasa tidak diberi, yg lain merasa ditolak.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #961 on: 29 October 2011, 01:51:16 PM »
:hammer: om indra sama om kain malah main lawak.
;D Di sini 'kan jurnal pribadi, jadi jenis obrolan apapun juga sah-sah saja. Kalau bukan tentang Buddha-dhamma, yang penting bermanfaat dan menambah wawasan. Kalaupun tidak ada manfaat tertentu, paling tidak harus menghibur, santai, dan tidak berhubungan dengan ucapan-ucapan jahat.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #962 on: 29 October 2011, 01:52:34 PM »
soalnya, "tidak diterima" ini sepertinya hanyalah kesalah-pahaman, yg satu merasa tidak diberi, yg lain merasa ditolak.
Iya, memang bisa jadi juga sih. Tapi kalau tidak ada di TKP pada saat kejadian, susah menilainya.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #963 on: 01 November 2011, 11:16:12 AM »
bro kai yang baik,

mau tau pendapat bro, tentang kekerasan dan penyelesaian masalah.

begini apakah anda setuju kekerasan dalam batas dan kondisi tertentu dapat dibenarkan untuk menyelesaikan suatu masalah. dan dapat dikatakan sebagai tindakan tepat.
misal contoh kecil, seorang polisi dengan kekerasan meringkus seorang perampok, bahkan mungkin dalam kasus tertentu polisi tersebut yang disengaja atau tidak telah membunuh seorang perampok. (kita kondisikan saja bahwa si polisi tidak ada pilihan lain selain menarik pelatuk senjatanya)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #964 on: 01 November 2011, 11:48:48 AM »
bro kai yang baik,

mau tau pendapat bro, tentang kekerasan dan penyelesaian masalah.

begini apakah anda setuju kekerasan dalam batas dan kondisi tertentu dapat dibenarkan untuk menyelesaikan suatu masalah. dan dapat dikatakan sebagai tindakan tepat.
misal contoh kecil, seorang polisi dengan kekerasan meringkus seorang perampok, bahkan mungkin dalam kasus tertentu polisi tersebut yang disengaja atau tidak telah membunuh seorang perampok. (kita kondisikan saja bahwa si polisi tidak ada pilihan lain selain menarik pelatuk senjatanya)
Dalam keadaan ideal, kekerasan adalah tidak perlu terjadi, apapun bentuknya. Namun masalahnya, keadaan ideal itu susah sekali ditemukan, jadi kadangkala, dalam batasan tertentu, penggunaan kekerasan ini malah menjadi solusi yang terbaik. Tapi kadang juga, karena kita terkondisi oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, maka sulit untuk menilai apa yang terbaik. Belum cari solusi lain, langsung pilih kekerasan, atau karena tidak mengendalikan diri, dikuasai kebencian, langsung menggunakan kekerasan.

Jadi kalau menurut saya, prinsip 'tanpa kekerasan' seharusnya dijadikan tolok ukur utama. Jika keadaan itu tidak bisa dicapai, maka lakukanlah 'secukupnya', penuh pertimbangan, dan jangan menikmatinya (karena benci).

Meskipun demikian, ada juga orang yang menjalani tekad tertentu, misalnya petapa yang berada dalam 'kediaman Brahma' sehingga tidak mampu melakukan kekerasan; atau misalnya seorang bodhisatta yang memang menyempurnakan parami tertentu sehingga memberikan bahkan nyawanya bila perlu, demi menghindari kekerasan.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #965 on: 01 November 2011, 01:58:47 PM »
Dalam keadaan ideal, kekerasan adalah tidak perlu terjadi, apapun bentuknya. Namun masalahnya, keadaan ideal itu susah sekali ditemukan, jadi kadangkala, dalam batasan tertentu, penggunaan kekerasan ini malah menjadi solusi yang terbaik. Tapi kadang juga, karena kita terkondisi oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, maka sulit untuk menilai apa yang terbaik. Belum cari solusi lain, langsung pilih kekerasan, atau karena tidak mengendalikan diri, dikuasai kebencian, langsung menggunakan kekerasan.

Jadi kalau menurut saya, prinsip 'tanpa kekerasan' seharusnya dijadikan tolok ukur utama. Jika keadaan itu tidak bisa dicapai, maka lakukanlah 'secukupnya', penuh pertimbangan, dan jangan menikmatinya (karena benci).

Meskipun demikian, ada juga orang yang menjalani tekad tertentu, misalnya petapa yang berada dalam 'kediaman Brahma' sehingga tidak mampu melakukan kekerasan; atau misalnya seorang bodhisatta yang memang menyempurnakan parami tertentu sehingga memberikan bahkan nyawanya bila perlu, demi menghindari kekerasan.

sederhananya atau intinya dalam batasan tertentu dan dalam kondisi tertentu dan subjek tertentu ada yang disebut (dan setuju) kekerasan adalah jalan terbaik. jadi bukan sekedar pemahaman baku semua kekerasan adalah salah tanpa kompromi.

begitu bukan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #966 on: 01 November 2011, 02:41:21 PM »
sederhananya atau intinya dalam batasan tertentu dan dalam kondisi tertentu dan subjek tertentu ada yang disebut (dan setuju) kekerasan adalah jalan terbaik. jadi bukan sekedar pemahaman baku semua kekerasan adalah salah tanpa kompromi.

begitu bukan?
Kalau kita bicara dalam hal dhamma, maka bukan masalah benar atau salah. Bagaimanapun juga, dalam batasan dan kondisi apapun juga, kekerasan yang kita lakukan TETAP akan membuahkan kamma. Bilamana memang kita siap untuk menerima 'tanggung-jawab' tersebut, maka silahkan lakukan, jika kita anggap yang terbaik. Tidak ada jalan baku yang berlaku bagi semua orang dalam hal ini.

Saya beri contoh kasar saja, seandainya seorang yang kuat sedang diancam akan dipukuli.
1. Karena dia terikat oleh aturan, maka dia tidak melawan. Karena dipukuli tersebut, hatinya dipenuhi dendam.
2. Karena dia kuat, maka dia melawan, meng-KO lawannya dan melarikan diri untuk mencari aman.

Jika sesaat setelah itu, dia meninggal, kira-kira yang lebih prospek ke alam menderita adalah 'pikiran tidak melawan tapi penuh dendam' atau 'pikiran melawan untuk mencari aman'?



Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #967 on: 01 November 2011, 02:52:09 PM »
Kalau kita bicara dalam hal dhamma, maka bukan masalah benar atau salah. Bagaimanapun juga, dalam batasan dan kondisi apapun juga, kekerasan yang kita lakukan TETAP akan membuahkan kamma. Bilamana memang kita siap untuk menerima 'tanggung-jawab' tersebut, maka silahkan lakukan, jika kita anggap yang terbaik. Tidak ada jalan baku yang berlaku bagi semua orang dalam hal ini.

Saya beri contoh kasar saja, seandainya seorang yang kuat sedang diancam akan dipukuli.
1. Karena dia terikat oleh aturan, maka dia tidak melawan. Karena dipukuli tersebut, hatinya dipenuhi dendam.
2. Karena dia kuat, maka dia melawan, meng-KO lawannya dan melarikan diri untuk mencari aman.

Jika sesaat setelah itu, dia meninggal, kira-kira yang lebih prospek ke alam menderita adalah 'pikiran tidak melawan tapi penuh dendam' atau 'pikiran melawan untuk mencari aman'?

errr.. begini, untuk kali ini saja saya mohon anda tidak membahasnya dalam konteks dhamma sang buddha.
kita bahas secara logika saja, dan norma umum dalam masyarakat luas.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #968 on: 01 November 2011, 03:06:21 PM »
errr.. begini, untuk kali ini saja saya mohon anda tidak membahasnya dalam konteks dhamma sang buddha.
kita bahas secara logika saja, dan norma umum dalam masyarakat luas.
Jika kita mengabaikan Ajaran Buddha dalam kasus ini, termasuk hukum kamma, maka tentunya yang menjadi prioritas adalah mempertahankan nilai yang paling berharga dalam hidup ini, termasuk kehidupan itu sendiri. Kembali ke kasus awal, jika memang pengabdiannya dalam hidup (sebagai polisi) adalah tegaknya hukum, maka nilai tersebutlah yang diutamakan, walaupun harus melalui kekerasan.

Jadi, ya, jika kita mengabaikan Ajaran Buddha dalam kasusnya, maka dengan pertimbangan duniawi yang logis, kekerasan kadang kala adalah pilihan terbaik satu-satunya.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #969 on: 01 November 2011, 03:20:17 PM »
Apakah Sang Buddha mengajarkan tentang non-dualisme ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #970 on: 01 November 2011, 03:23:19 PM »
Apakah Sang Buddha mengajarkan tentang non-dualisme ?
Non-dualisme ini maksudnya bagaimana, dari sudut pandang bagaimana?

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #971 on: 01 November 2011, 03:23:35 PM »
Jika kita mengabaikan Ajaran Buddha dalam kasus ini, termasuk hukum kamma, maka tentunya yang menjadi prioritas adalah mempertahankan nilai yang paling berharga dalam hidup ini, termasuk kehidupan itu sendiri. Kembali ke kasus awal, jika memang pengabdiannya dalam hidup (sebagai polisi) adalah tegaknya hukum, maka nilai tersebutlah yang diutamakan, walaupun harus melalui kekerasan.

Jadi, ya, jika kita mengabaikan Ajaran Buddha dalam kasusnya, maka dengan pertimbangan duniawi yang logis, kekerasan kadang kala adalah pilihan terbaik satu-satunya.

terima kasih.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #972 on: 01 November 2011, 03:49:11 PM »
Non-dualisme ini maksudnya bagaimana, dari sudut pandang bagaimana?

Seperti yang di advaita vedanta  ;D

Saya juga kurang paham tentang non-dualisme, hanya pernah baca di suatu forum yang mendiskusikan tentang anicca, dukkha, anatta -> Shunyata -> non-dualisme...
« Last Edit: 01 November 2011, 03:50:57 PM by rooney »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #973 on: 01 November 2011, 04:30:28 PM »
Seperti yang di advaita vedanta  ;D

Saya juga kurang paham tentang non-dualisme, hanya pernah baca di suatu forum yang mendiskusikan tentang anicca, dukkha, anatta -> Shunyata -> non-dualisme...
Kalau saya pribadi, tidak menganut hal seperti di advaita vedanta, dan melihat Suññatā secara berbeda. Apapun yang dipersepsi oleh pikiran, baik itu gagasan dualisme maupun non-dualisme, adalah berkondisi dari landasan kesadaran dan indera. Ketika penopang dari kondisi tersebut tidak ada, maka apakah ada, tidak ada, sebagian, menyeluruh, hampa, isi, semua gagasan itu tidak lagi timbul.

Sedangkan Suññatā, saya memahaminya begini: objek pikiran apapun (termasuk objek dalam jhana), ketika muncul, jika objek tersebut adalah 'menyenangkan', maka pikiran berdiam di sana dalam damai. Para mulia memahami bahwa kedamaian tersebut juga adalah hal yang berkondisi oleh khanda. Maka ketika pikirannya tidak lagi melekati apapun, bahkan persepsi yang paling halus (arupa jhana bukan persepsi, bukan non-persepsi), ia dikatakan berada dalam kekosongan (Suññatā) tersebut. Di situlah ada kebahagiaan yang tak terkondisi oleh khanda dan merupakan akhir dari dukkha.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #974 on: 01 November 2011, 04:35:10 PM »
Kalau saya pribadi, tidak menganut hal seperti di advaita vedanta, dan melihat Suññatā secara berbeda. Apapun yang dipersepsi oleh pikiran, baik itu gagasan dualisme maupun non-dualisme, adalah berkondisi dari landasan kesadaran dan indera. Ketika penopang dari kondisi tersebut tidak ada, maka apakah ada, tidak ada, sebagian, menyeluruh, hampa, isi, semua gagasan itu tidak lagi timbul.

Penopang disini maksudnya adalah pemuasan indera ?

 

anything