//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 583884 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #945 on: 27 October 2011, 11:24:15 AM »
Saya pikir kalau secara umum seperti itu, tidak terlalu masalah. Kadang di vihara, si bhikkhu juga belum tentu tau apakah makanan yang diberikan itu adalah karena dana, atau karena 'sogokan' untuk berceramah yang bagus. Tapi terlepas dari itu, tidak apa untuk dimakan. Menurut saya yang perlu diperhatikan adalah pandangan benar dari masing2 pribadi, termasuk bhikkhu & pendana, di mana melihat layanan bhikkhu tidak dilakukan untuk dapat imbalan 'dana', juga sebaliknya 'dana' bukan ditujukan untuk membayar pelayanan si bhikkhu terhadap umat.

lebih ke pikiran masing2 pada saat berbuat ya om?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #946 on: 27 October 2011, 01:52:07 PM »
lebih ke pikiran masing2 pada saat berbuat ya om?
Iya. Kalo di kasus Sundarika, Buddha 'kan memang punya kemampuan memahami pikiran orang lain, jadi bisa lebih detail dalam memilih melakukan apa yang sesuai/tidak. Kalau untuk bhikkhu biasa yang tidak punya kemampuan itu, saya pikir tidak masalah untuk bersikap wajar saja, tidak menspekulasikan pikiran orang lain terlalu jauh, tapi meninjaunya lebih ke arah bathin sendiri saja. Ketika menerima dana, dia pahami ini adalah pemberian dana, bukan ongkos dari pelayanannya. Ketika memberikan pelayanan, dia juga pahami bahwa ini adalah bagian dari pengabdian pada masyarakat bukan profesi demi dapat imbalan. 

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #947 on: 28 October 2011, 10:16:19 AM »
bagaimana dengan yang ada dalam sigalovada sutta om?

Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan brahmana sebagai arah atas:
1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.

Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:
1.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
2.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
3.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
4.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
5.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
6.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #948 on: 28 October 2011, 11:03:25 AM »
bagaimana dengan yang ada dalam sigalovada sutta om?

Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan brahmana sebagai arah atas:
1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.

Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:
1.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
2.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
3.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
4.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
5.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
6.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
Ya, memang sikap tersebut adalah interaksi yang dianjurkan bagi seorang guru spiritual dan umatnya.
Tapi hal tersebut TIDAK dilakukan demi mengharapkan/membayar pelayanan dari pihak lain, namun sebagai kewajiban pribadi bagi si guru dan murid sendiri. 

Jadi seorang samana tidak mengajarkan dhamma untuk memperoleh dana atau karena dia menerima dana, namun ia mengajarkan dhamma karena pengabdiannya sebagai seorang guru. Murid juga tidak membuka pintu bagi para petapa untuk menuntut pengajaran dhamma atau membayar pengajaran dhamma yang diterimanya, namun sebagai bentuk pengabdian seorang murid kepada gurunya.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #949 on: 28 October 2011, 12:54:02 PM »
bagaimana dengan yang ada dalam sigalovada sutta om?

Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan brahmana sebagai arah atas:
1.   Dengan perbuatan yang ramah tamah;
2.   Dengan ucapan yang ramah tamah;
3.   Dengan pikiran yang bersih;
4.   Membuka pintu bagi mereka;
5.   Memberikan mereka keperluan hidup.

Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara:
1.   Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan;
2.   Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan;
3.   Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;
4.   Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar;
5.   Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar;
6.   Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga.
Apa sikap diatas  berlaku bagi samana "bergitar"?

Di zaman sekarang ini banyak bikkhu yg melakukan perbuatan yg melanggar vinaya,nah,sebagai umat yg paham sutta-vinaya bagaimana menyikapinya?

**kemaren aye baru liat bhikku yg mengunakan kamera DSLR,dahsyat nya kamera tersebut digunakan di dhammasala pada posisi berdhammadesana.. :hammer:
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline mettama

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #950 on: 28 October 2011, 01:10:45 PM »
 _/\_ ;DTAnya lg om, BAgaimana jika pada saat pindapata atau kita berdana tapi ditolak oleh bhikku, jika si pemberi sedih karena tidak diterima  apakah dua-duanya mendptkan dampak karma buruk jg, ada kejadian tp bukan terjadi pada calon bhikku disebut apaja ya kalau gak salah, contoh nya ada 2 orang memegang dua jenis jeruk warna hijau jeruk lokal dan warna kuning jeruk import, pada calon bhikku nya sudah berdiri di dpn kita yang memegang jeruk hijau dan bermaksud memberi tp ditolak,sedangkan yang berwarna kuning diterima, kalau dilaht itu akan menimbulkan kesedihan terhadap jeruk lokal tsb. Menurut om gimana?apakh dua2nya bersalah?
Tambahan lagi kalau dilihat cerita didalam buku, banthe akan memberikan darm jia mereka sudah mencapai arahat?dan kalau jaman sekarang susah mengetahu dia sudAh arahat atau bukan dan sudahboleh  mengajar atau ceranah gimana tuh?apakah sebelum arahat kebijaksanaan selalu ada boleh dipegang ?makasih ;D _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #951 on: 29 October 2011, 09:43:05 AM »
Apa sikap diatas  berlaku bagi samana "bergitar"?
Mana ada 'samana bergitar'? Kalau bergitar, berarti bukan samana. Kalau samana, berarti tidak bergitar.

Quote
Di zaman sekarang ini banyak bikkhu yg melakukan perbuatan yg melanggar vinaya,nah,sebagai umat yg paham sutta-vinaya bagaimana menyikapinya?
Kalau memang berkesempatan, bisa coba langsung diskusi ke bhikkhu bersangkutan tentang vinaya tersebut. Kalau memang tetap dilakukan, ya itu pilihan masing-masing personal.

Quote
**kemaren aye baru liat bhikku yg mengunakan kamera DSLR,dahsyat nya kamera tersebut digunakan di dhammasala pada posisi berdhammadesana.. :hammer:
Memang dari dulu jaman Buddha saja sudah ada bhikkhu-bhikkhu yang tidak jelas, apalagi sekarang di mana Buddha sebagai 'perlindungan' sudah tidak ada. Jadi kalau menurut saya, disadari dan dimaklumi saja. Kalau bisa diubah, boleh diusahakan, kalau tidak bisa, jangan sampai mengembangkan kebencian.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #952 on: 29 October 2011, 10:06:59 AM »
_/\_ ;DTAnya lg om, BAgaimana jika pada saat pindapata atau kita berdana tapi ditolak oleh bhikku, jika si pemberi sedih karena tidak diterima  apakah dua-duanya mendptkan dampak karma buruk jg, ada kejadian tp bukan terjadi pada calon bhikku disebut apaja ya kalau gak salah, contoh nya ada 2 orang memegang dua jenis jeruk warna hijau jeruk lokal dan warna kuning jeruk import, pada calon bhikku nya sudah berdiri di dpn kita yang memegang jeruk hijau dan bermaksud memberi tp ditolak,sedangkan yang berwarna kuning diterima, kalau dilaht itu akan menimbulkan kesedihan terhadap jeruk lokal tsb. Menurut om gimana?apakh dua2nya bersalah?
Saya coba bahas dari 2 sudut pandang: kamma & vinaya.
Kalau dari sudut pandang kamma, jika kita tidak mendapatkan kesempatan berdana, maka berarti belum ada kamma baik yang berbuah. Tapi bila kita bersedih karena hal tersebut, itu adalah buah kamma buruk karena kemelekatan kita pada keinginan untuk berdana.

Kalau dari sudut pandang vinaya, setahu saya bhikkhu TIDAK pilih-pilih makanan. Mereka akan makan makanan apapun yang masuk ke patta-nya, selama memang bisa dimakan. Kejadian penolakan itu kita tidak tahu mengapa si calon bhikkhu menolaknya. Mungkin harus ditanyakan dulu alasannya.


Quote
Tambahan lagi kalau dilihat cerita didalam buku, banthe akan memberikan darm jia mereka sudah mencapai arahat?dan kalau jaman sekarang susah mengetahu dia sudAh arahat atau bukan dan sudahboleh  mengajar atau ceranah gimana tuh?apakah sebelum arahat kebijaksanaan selalu ada boleh dipegang ?makasih ;D _/\_
Bukan berarti bhante harus Arahat dulu sebelum memberikan ceramah dhamma, tapi maksudnya adalah bahwa tujuan utama dari kehidupan kebhikkhuan adalah mencapai kesucian (mengakhiri kelahiran kembali), bukan menjadi penceramah dhamma. Itu dari sisi bhikkhu.

Kalau dari sisi umat, kita juga hendaknya belajar dari siapapun tanpa memandang siapa yang memberikan pelajaran tersebut. Kadang bhikkhu yang kita puja-puja juga ternyata bisa keliru dan sebaliknya orang yang tidak kita kenal pun juga bisa memberikan input yang bermanfaat. Jadi kalau menurut saya, lebih baik kita objektif menyelidiki apa yang diajarkan ketimbang percaya/menolak berdasarkan reputasi pengajar.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #953 on: 29 October 2011, 10:19:54 AM »
_/\_ ;DTAnya lg om, BAgaimana jika pada saat pindapata atau kita berdana tapi ditolak oleh bhikku, jika si pemberi sedih karena tidak diterima  apakah dua-duanya mendptkan dampak karma buruk jg, ada kejadian tp bukan terjadi pada calon bhikku disebut apaja ya kalau gak salah, contoh nya ada 2 orang memegang dua jenis jeruk warna hijau jeruk lokal dan warna kuning jeruk import, pada calon bhikku nya sudah berdiri di dpn kita yang memegang jeruk hijau dan bermaksud memberi tp ditolak,sedangkan yang berwarna kuning diterima, kalau dilaht itu akan menimbulkan kesedihan terhadap jeruk lokal tsb. Menurut om gimana?apakh dua2nya bersalah?


ini ceritanya tidak lengkap, apakah ke2 orang yg berdana jeruk beda warna dan beda kewarganegaraan itu berjenis kelamin sama? karena ada bhikkhu yg memegang aturan tidak menerima langsung dari perempuan. kalau ke2nya laki2, bagaimana cara bhikkhu itu menolaknya? karena dalam pindapatta, umat kan hanya nyemplungin makanan ke dalam patta, jadi kalau bhikkhu itu menolak, maka ia harus mengambil dari pattanya dan me-retur atau membuangnya yg sepertinya tidak mungkin ia lakukan.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #954 on: 29 October 2011, 11:06:57 AM »
ini ceritanya tidak lengkap, apakah ke2 orang yg berdana jeruk beda warna dan beda kewarganegaraan itu berjenis kelamin sama? karena ada bhikkhu yg memegang aturan tidak menerima langsung dari perempuan. kalau ke2nya laki2, bagaimana cara bhikkhu itu menolaknya? karena dalam pindapatta, umat kan hanya nyemplungin makanan ke dalam patta, jadi kalau bhikkhu itu menolak, maka ia harus mengambil dari pattanya dan me-retur atau membuangnya yg sepertinya tidak mungkin ia lakukan.

Bisa juga tidak membuka pattanya ketika orang itu mau berdana, yang berarti menolak.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #955 on: 29 October 2011, 11:14:10 AM »
Bisa juga tidak membuka pattanya ketika orang itu mau berdana, yang berarti menolak.

tidak membuka bisa saja karena si umat tidak menunjukkan isyarat mau berdana, jadi si bhikkhu pikir orang itu cuma petugas keamanan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #956 on: 29 October 2011, 11:33:32 AM »
tidak membuka bisa saja karena si umat tidak menunjukkan isyarat mau berdana, jadi si bhikkhu pikir orang itu cuma petugas keamanan
Petugas keamanan buat apa bawa jeruk? ;D Buat sambit maling?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #957 on: 29 October 2011, 11:34:42 AM »
Petugas keamanan buat apa bawa jeruk? ;D Buat sambit maling?

itu juga menjadi pertanyaan, jeruknya ditarok di mana? apakah diumpetin di kantong? atau diacung2kan dengan gaya "tolak peluru", atau bagaimana?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #958 on: 29 October 2011, 11:44:01 AM »
itu juga menjadi pertanyaan, jeruknya ditarok di mana? apakah diumpetin di kantong? atau diacung2kan dengan gaya "tolak peluru", atau bagaimana?
Apa mungkin juga di-juggle seperti lagi sirkus, atau mungkin ditendang seperti latihan sepak takraw? ;D
Kenapa jauh2 sekali sih imajinasinya? Kita anggap saja keadaan yang beri jeruk impor = yang beri jeruk lokal, tapi yang lokal tidak diterima. (Kecuali ada keterangan lain.)


Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #959 on: 29 October 2011, 11:58:33 AM »
:hammer: om indra sama om kain malah main lawak.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

 

anything