//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - hengki

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11
106
Kesehatan / [INFO] Mengayun-ayunkan lengan
« on: 14 May 2008, 08:12:45 PM »
Mengayun-ayunkan lengan menolak aneka penyakit

Olahraga mengayun-ayunkan lengan berasal dari I Chin Ching atau Kitab Latihan Otot yang ditulis oleh Bodhidharma. Olahraga tersebut, kini berkembang kembali di Shanghai dan banyak dipraktekkan di Asia Tenggara, Amerika, Eropa, dan lain-lain yang digunakan sebagai “obat” untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Menurut dr. Arthur H. Stenhaus, Dekan dan Profesor Fisiologi di George College, bahwa banyaknya jenis latihan olahraga lebih penting daripada hanya satu jenis latihan. Para ahli berpendapat bahwa satu otot hanya dapat tumbuh pada kecepatan tertentu. Jadi, latihan mengayun-ayunkan lengan tersebut, hendaknya jangan sampai mengabaikan latihan otot yang lainnya.

Di bawah ini diuraikan bagaimana latihan tersebut dilakukan :

1.   Berdiri tegak, telapak dan jari kaki menapak di atas tanah dengan memakai tenaga. Jarak kedua belah kaki sejajar dengan jarak lebar pundak.
2.   Ayunkanlah kedua lengan ke depan dan ke belakang. Sewaktu lengan diayunkan ke depan, janganlah memakai tenaga, dan ketika lengan diayunkan ke belakang, pakailah tenaga (ditekan). Kedua lengan harus benar2 lurus.
3.   Arahkan pandangan mata ke depan. Hilangkan segala pikiran. Ikutilah hitungan jumlah gerakan 200-300 kali. Tambahlah secara berangsur-angsur (sesuai dengan kondisi badan) hingga 1.000-2.000 kali (kira2 setengah jam), selama 2 atau 3 kali sehari.

Latihan mengayun-ayunkan lengan ini telah terbukti menyembuhkan berbagai penyaki, di antaranya :
•   penderita kanker otak dan paru2, setelah berlatih setiap hari (pagi dan sore) masing-masing 2.000 kali, selama lima bulan akan menunjukkan kemajuan yang baik.
•   Sakit rematik pada buku-buku tulang, berak darah dan nanah, serta kanker pada saluran pencernaan, latihan selama lebih kurang 1 tahun terus menerus akan menunjukkan hasil yang baik.
•   Radang limpa (hati), setelah melatih diri selama sebulan, keadaanpun membaik. Dua bulan kemudian sakit menjadi sembuh.
•   Empedu, ginjal, gusi sering bengkak atau keluar nanah, setelah berlatih selama empat bulan, menjadi sehat dan pulih.
•   Maag dan kurang semangat kerja, setelah berlatih tiga bulan, penyakit pun sembuh.
•   Tekanan darah tinggi, dengan rajin berlatih, tekanan darah menjadi sembuh dan normal kembali.
•   Radang selaput mata, dengan latihan setiap pagi sebanyak 1.000 kali dan 1.000 kali pada sore hari, maka akan menjadi normal kembali.

Latihan tersebut akan lebih baik bila ditambah dengan rajin berjalan kaki. Dengan demikian, bukan saja bagian atas, tetapi bagian bawah tubuh pun terlatih dengan sempurna sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan.

Sumber : Buku Pernapasan untuk Kesehatan oleh Jos Usin

107
Lingkungan / Bencana Alam akan makin sering terjadi
« on: 13 May 2008, 08:38:00 PM »
Kemarin saya nonton Metro TV. Pas acaranya tentang bencana alam yang akan makin sering terjadi dan makin dahsyat seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan sebagainya yang disebabkan oleh Pemanasan Global dan menyebabkan es di Kutub mencair.
Ternyata mengerikan sekali yah kondisi bumi sekarang ini dan ternyata kehidupan kita di bumi ini semakin terancam oleh bencana alam yang akan makin sering terjadi seperti yang baru saja terjadi di China gempa bumi yang sangat dahsyat dan menelan korban yang sangat banyak, terus sebelumnya Topan Nargis di Myanmar juga menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak.
Maka dari itu jangan sia-siakan waktu kita....mulailah Berbuat Kebajikan sebanyak mungkin dengan tulus dan Menjaga Sila serta Melatih Diri seperti Baca Keng/Paritta, Meditasi, dll. Jangan terlena oleh kenikmatan duniawi

108
Kafe Jongkok / Jangan biarkan anak2 Menyiksa Hewan
« on: 13 May 2008, 08:23:30 PM »
Koran Tempo yang saya baca, tapi saya lupa terbitan kapan karena sudah lama saya baca, tapi isinya saya masih ingat dan sangat bermanfaat untuk orang tua yang memiliki anak yang masih kecil.

Disebutkan bahwa berdasarkan penelitian di Amerika terhadap para narapidana kelas berat, ternyata mereka itu semasa kecilnya sering menyiksa hewan, yang kemudian setelah terbiasa akan menjadi kejam dan dengan mudah bersikap jahat atau kejam kepada manusia.
Jadi jangan biarkan anak anda atau anak saudara, teman atau tetangga anda menyiksa hewan kalau anda tidak ingin anak itu kelak di kemudian hari menjadi seorang yang sadis, kejam, dan sebagainya.

109
Pure Land / Tanah Suci / Mengumpulkan Kebajikan dan Pahala
« on: 03 May 2008, 02:57:20 AM »
Jika orang telah mengumpulkan cukup kebajikan dan pahala untuk mendapatkan keturunan seratus generasi, maka ia akan memiliki garis keturunan yang berlangsung selama seratus generasi. Orang yang telah mengumpulkan cukup kebajikan dan pahala untuk mendapatkan sepuluh generasi akan memiliki keturunan sebanyak sepuluh generasi. Bagi mereka yang tidak memiliki keturunan, itu disebabkan mereka belum mengumpulkan cukup banyak pahala maupun kebajikan.

Ini berbicara tentang memiliki atau tidak memiliki keturunan. Jika telah mengumpulkan pahala atau kebajikan untuk seratus generasi, maka kita akan memiliki keturunan sebanyak seratus generasi. Guru Besar Yin Guang sering memuji Konfusius, yang mengembangkan “Kebajikan Seratus Generasi.” Konfusius terus menerus memikirkan bagaimana membawa manfaat bagi Negara dan rakyat banyak, tanpa sedikitpun mengejar kepentingan diri sendiri. Ia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pendidikan dan meneruskan cita-cita dan aspirasinya kepada murid-muridnya. Ia merupakan pendidik terbesar di dalam sejarah Tiongkok.

Saat ini telah ada lebih dari tujuh puluh generasi keturunan Konfusius dan keturunannya saat ini, Tuan Kong De Cheng, masih dihormati oleh orang-orang di seluruh dunia. Tidak hanya orang-orang di Tiongkok, masyarakat lain terutama orang2 Amerika sangat hormat dan menghargainya, menyambutnya dengan hangat ketika tahu ia adalah keturunan Konfusius. Menjadi sangat jelas bahwa dengan menanam benih atau sebab-sebab yang baik, kita menuai panen atau hasil yang baik.

Dalam Empat Ajaran Liao Fan, kita membaca bahwa jika mengumpulkan cukup kebajikan dan pahala untuk sepuluh generasi kita akan memiliki keturunan hingga sepuluh generasi untuk menikmati nasib baik itu. Dalam sejarah Tiongkok, para kaisar akan berusaha membangun dinasti yang mampu memerintah selama banyak generasi, seperti Dinasti Qing, yang bertahan selama sepuluh generasi. Akan tetapi, jika leluhur mereka tidak mengumpulkan cukup kebajikan ataupun pahala maka hal itu tidaklah mungkin. Hari ini, orang tidak percaya akan hal ini. Mereka pikir yang mereka butuhkan cuma kemampuan, taktik politik yang bagus, dan pengetahuan. Tapi mereka salah. Kebajikan yang dikumpulkan oleh leluhur kita ditambah dengan kebajikan kita sendiri dari perbuatan dalam kehidupan sebelumnya membawa hasil berupa orang dengan kebajikan yang sama yang dilahirkan dalam keluarga kita. Sehingga, kelanjutannya menjadi terjamin.

Sebagai contoh, sampai berapa banyak generasi sebuah bisnis keluarga akan bertahan? Di Taiwan, ada rantai toko obat bernama “Aula Welas Asih Universal” yang berasal dari Beijing. Oleh pengumpulan kebajikan dan pahala, bisnis ini telah berlangsung selama seratus tahun dan telah diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Leluhur-leluhur yang penuh welas asih, mengawali toko itu dengan tujuan mulia membuka toko agar mereka dapat menyelamatkan nyawa orang lain. Mereka tidak terlalu perduli pada laba, mereka cuma ingin mendapatkan cukup laba agar dapat hidup dengan sederhana. Jadi tujuan mereka bukanlah untuk mendapatkan laba atau untuk menikmati hidup yang mudah dan nyaman, tapi untuk membawa manfaat bagi masyarakat dan menolong orang yang menderita. Dengan tujuan seperti ini, mereka mampu membangun bisnis yang bertahan selama seratus tahun. Jika keturunan mereka tidak menyimpang dari tujuan asal tersebut, rantai toko ini akan mampu terus berlanjut selamanya. Tidak akan seperti yang lain, yang kurang memiliki jasa baik dan pahala, mereka menyaksikan bisnis mereka bangkrut hanya setelah berlangsung beberapa tahun.

Beberapa hanya memiliki kebajikan dan pahala untuk bertahan selama dua atau tiga generasi. Orang Tiongkok memiliki ungkapan, “Ada tiga hal yang membuat seorang anak tidak berbakti, tidak memiliki keturunan adalah yang paling berat.” Ini berarti kurang memiliki kebajikan dan pahala sampai ke titik tidak bisa memiliki anak. Di zaman dahulu kala, orang sangat perduli soal yang satu ini, tapi hari ini keadaan telah berubah. Banyak pasangan muda yang sengaja tidak menginginkan anak karena takut direpotkan. Di samping itu, masyarakat sekarang juga berbeda dengan masyarakat dulu karena sekarang kita memiliki jaminan kesejahteraan sosial.

Di banyak Negara, siapa yang menjaga orang-orang lanjut usia? Negara. Karena tidak perlu mengandalkan anak2 untuk merawat mereka saat tua, banyak pasangan memutuskan tidak membutuhkan anak. Mereka bisa pensiun pada usia enam puluh lima dan mengambil jaminan kesejahteraan sosial setiap bulan dari pemerintah. Program ini bahkan lebih berbakti daripada anak kandung sendiri. Ini dimungkinkan karena system jaminan kesejahteraan sosial saat ini jauh lebih baik dibandingkan zaman dahulu kala. Dulu, orang lanjut usia hanya bisa tergantung pada dukungan anak-anak mereka. Sementara kecenderungan saat ini adalah mengandalkan bantuan pemerintah untuk merawat orang lanjut usia. Akan tetapi, Hukum Sebab Akibat tidak akan berubah.

110
Pure Land / Tanah Suci / Mengembangkan Nasib Baik
« on: 02 May 2008, 04:52:00 AM »
Guru Yun Gu bilang kepada Liao Fan, “Jadi menurut engkau, banyak hal di dunia yang tidak pantas engkau dapatkan, tidak cuma kemahsyuran ataupun anak! Mereka yang memiliki uang jutaan dalam kehidupan ini pasti telah menumbuhkan nasib baik di masa lampau yang bernilai jutaan. Mereka yang memiliki uang ribuan, pasti telah mengembangkan nasib baik bernilai ribuan di masa silam. Mereka yang mati kelaparan, sebetulnya memang ditentukan untuk mati seperti itu. Akibat karma yang diterima hari ini cuma merupakan buah dari perbuatan mereka sebelumnya. Makhluk-makhluk langit tidak punya niat apa2 terhadap diri kita.”

Nasehat Guru Yun Gu ini paling penting dan jangan dianggap sebagai takhyul! Karena berpikiran seperti itu berarti digelapi batinnya dan karenanya tidak mampu meyakini kata-kata Orang Suci, tidak mampu percaya pada realitas sejati. Guru Yun Gu mengajar Tuan Liao Fan untuk secara jujur merenung di dalam hati dan bersikap kritis pada diri sendiri. Ini membuat dia mampu mengenali banyak kesalahannya. Dengan demikian, kebajikan terbesar adalah mengenali dan mengubah jalan yang salah diri sendiri.

Mengadakan Persembahan kepada tidak terhitung banyaknya Makhluk Suci adalah perbuatan yang sangat baik. Namun, kita belajar dari Sutra Kehidupan Tanpa Batas bahwa lebih baik lagi jika kita memalingkan diri dari kegelapan batin dan mengembangkan batin dengan gigih dan rajin. Melaksanakannya berarti membuka sebuah lembaran baru, apa yang digambarkan oleh Orang-Orang Suci zaman dahulu kala sebagai kebajikan besar dari Pertobatan dan Perbaikan Diri.

Guru Yun Gu memberitahu Tuan Liao Fan, bahwa jelas sekali ia merasa ada banyak hal yang tidak pantas ia dapatkan dalam hidup ini, tidak hanya putra ataupun pengangkatan oleh kaisar. Mendapatkan ranking tinggi dalam ujian Negara berikut pengangkatan oleh kerajaan sebagai hasilnya sama2 tergantung dari pengembangan dan pengumpulan pahala kita dalam kehidupan yang lampau. Kalimat “Mereka yang memiliki jutaan uang dalam kehidupan kali ini” membahas tentang kekayaan dan kedudukan sosial yang untuk mendapatkannya kita juga perlu nasib yang tepat. Semua itu tidak diperoleh secara kebetulan. Dalam Agama Buddha, dikatakan bahwa untuk bisa memperoleh banyak kemakmuran dalam hidup ini, kita perlu melaksanakan secara intensif praktek memberikan kemakmuran dalam kehidupan2 sebelumnya. Dapatkah kita memaksa alam memberi kita kekayaan? Tidak mungkin. Mencoba melakukannya akan mengundang bencana dan nasib jelek. “Tidak ada nasib buruk ataupun nasib baik yang datang tanpa sebab dan kondisi, kita yang menimbulkannya.”

Orang-orang Tiongkok zaman dahulu kala yang menciptakan aksara kanji memiliki kebijaksanaan yang besar. Aksara untuk “Nasib Baik” dan “Nasib Jelek” sangat mirip, hanya berbeda sedikit. Oleh karena itu, penyimpangan kecil membawa kesalahan besar. Ini semua membantu kita memahami hokum sebab dan akibat. Menjadi paham bahwa ketika mengupayakan kemahsyuran, kekayaan, dan kedudukan dengan cara selaras dengan Ajaran, kita akan menemukan bahwa semuanya dapat dicapai.

“Jutaan uang” melambangkan kemakmuran kelas atas. “Ribuan uang” mewakili kemakmuran kelas menengah. Oleh sebab2 baik yang telah ditanam dalam kehidupan sebelumnya, sebagian orang akan memiliki kemakmuran kelas atas atau kelas menengah. Mereka yang bernasib mati kelaparan telah melakukan banyak pelanggaran berat dalam kehidupan sebelumnya. Mereka tidak menjalankan praktek memberi, sebaliknya kikir dan pelit. Sayang sekali, banyak orang seperti ini dalam dunia hari ini. Mereka tidak mampu berbuat baik sedikitpun atau mendermakan satu sen pun. Mereka mendorong orang lain untuk memberi, tapi tidak mengikuti saran mereka sendiri. Kita tahu mereka akan mengalami akibatnya dengan hidup miskin dalam kehidupan yang akan datang. Kita semua mengalami akibat dari sebab2 yang kita timbulkan. Semua itu tidak ditimpakan kepada kita oleh suatu kekuatan di luar sana yang mengendalikan hidup kita.

Guru Yun Gu berkata bahwa makhluk-makhluk langit cuma sekedar menghukum mereka yang jahat dengan penderitaan yang mereka ciptakan sendiri dan memberkahi orang-orang baik hati dengan nasib baik yang pantas mereka dapatkan. Sebagian orang dalam dunia ini menganggap bahwa segalanya telah diatur sekehendak hati makhluk-makhluk dewata. Tapi tidak demikian halnya. Sebab sebenarnya segala yang terjadi pada kita adalah hasil dari perilaku kita sendiri. Makhluk-makhluk dewata tidak memiliki keinginan terhadap diri kita. Hanya pertapa-pertapa agung dengan kebijaksanaan sejati yang mampu melihat dengan jernih kebenaran realitas. Apakah kaya dengan kedudukan sosial yang baik atau miskin tanpa memiliki apapun semuanya ada di dalam nasib kita sendiri.

Sumber : Seni Mengubah Nasib, Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

111
Guru Yun Gu bercerita kepada Liao Fan bahwa jika orang tidak mampu berpaling ke dalam hatinya sendiri, sebaliknya malah secara membuta mengejar kemahsyuran, kekayaan, dan umur panjang dari sumber2 luar, meskipun berupaya mencapai semua itu dengan menggunakan kepintaran, ia paling tinggi cuma akan memperoleh apa yang memang telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya. Berbuat sebaliknya, yakni melakukan kejahatan  untuk mendapatkan semua itu, akan membuat ia kehilangan kesucian di sebelah dalam sekaligus apa yang tadinya telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya. Sehingga upaya pengejaran itu menjadi sia2.

Nasehat ini tepat untuk dunia kita saat ini. Dapatkah orang memperoleh apa yang mereka kejar? Tidak. Jika memperoleh sesuatu, itu karena kita telah ditakdirkan sebelumnya untuk memilikinya. Hanya ketika mendapatkan apa yang tidak ditakdirkan sebelumnya untuk kita dapatkan, barulah dapat dikatakan kita telah berhasil mencapai apa yang kita cari. Jadi tidak berlaku kalau kita menerima apa yang memang sudah ditentukan sebelumnya untuk kita dapatkan karena kita akan mendapatkannya meskipun tidak mengejarnya dengan sengaja.

Misalnya, ada yang bilang kepada kita bahwa investasi di pasar modal sangat menguntungkan karena orang berhasil mendapatkan keuntungan jutaan dollar setiap tahun. Orang2 ini cuma mendapatkan apa yang memang menjadi milik mereka. Orang lain yang tidak ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan itu cuma akan menderita kerugian di bursa saham. Tidak setiap orang memperoleh keuntungan. Jika semuanya menang, lalu siapa yang rugi? Demikian juga halnya, uang yang didapatkan di meja judi, adalah memang telah menjadi hak penjudi itu sebelumnya. Bahkan pencuri yang berhasil, juga memang telah ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan apa yang ia curi. Jika tidak ditentukan sebelumnya, ia tidak akan berhasil mendapatkan apa yang ia cari

Orang2 jaman dulu mengerti hal ini, sehingga mereka mengatakan, “Orang yang berwatak luhur dan penuh integritas, berbahagia menjadi orang yang luhur, tetapi selama seseorang itu masih tetap jahat, usahanya tidak bermanfaat.” Mengapa? Karena mereka tidak akan mampu melepaskan diri dari takdir, konstanta itu. Jika saja kita mampu memahami kaidah2 ini, maka kita semua akan merasa puas dengan apa yang kita miliki. Dengan cara ini, kita akan menikmati hidup yang memuaskan, masyarakat yang stabil, dunia akan menjadi damai dan tidak akan ada lagi konflik, tidak akan ada lagi perang.

Agama Buddha mengajarkan kita untuk mendapatkan apa yang tidak ditakdirkan sebelumnya untuk hidup kita, bukan mengejar konstanta. Apa yang mampu kita capai dari upaya itu berasal dari variable, atau factor pengubah. Bagaimana cara kita mengupayakannya? Dari dalam. Ini penting dalam dunia kita pada hari ini. Hari ini kita tidak mampu berusaha mendapatkan pencerahan dan mengembangkan nilai-nilai agung dari dalam diri kita. Mengapa? Kita belum mengerti. Kita mencari ke dunia luar. Kita membuat rencana dan strategi setiap hari. Tapi dalam berupaya, kita perlu mengikuti jalan yang benar. Karena meskipun kita telah memiliki rencananya, metodenya, caranya, lalu apa? Saat berhasil memperoleh apa yang kita cari, kita cuma mendapatkan apa yang memang sudah ditentukan sebelumnya untuk menjadi milik kita. Sangat sederhana. Jika tidak ditentukan sebelumnya untuk mendapatkannya, kita tidak akan berhasil memperolehnya. Semua yang kita capai itu telah ditentukan sebelumnya, sebuah konstanta. Tuan Liao Fan mengerti bahwa ada sebuah konstanta, jadi dia tidak merasa cemas, dia tidak menggunakan cara2 yang tidak benar untuk memperoleh apa yang ia inginkan. Ia mengetahui nasibnya sendiri. Ia tahu bahwa memunculkan bentuk pikiran yang terus berkeliaran, atau menghalalkan segala cara, cuma akan menemukan kegagalan jika nasib menentukan demikian.

“Gagal, dari sebelah dalam maupun dari sebelah luar.” Apa kegagalan di sebelah dalam itu? Batin yang tidak bersih. Bagaimana kita tidak membuat perselisihan, kalau pencarian kita di dunia luar menghasilkan frustasi? Selama dua puluh tahun, Tuan Liao Fan bergerak sesuai dengan apa yang diramalkan oleh Tuan Kong. Sebagai akibatnya, ia tidak gagal di sebelah dalam, tapi kalah di sebelah luar. Karena ia tidak memikirkan apapun, tidak mencari apapun di sebelah dalam tapi mempertahankan keadaan dengan penuh syukur dan pikiran yang hening. Semua yang di sebelah luar, dikendalikan oleh nasib. Semua yang di sebelah dalam dikendalikan oleh kita.

Orang rata-rata yang mengejar dunia luar ke sana kemari, akan melihat bahwa pengetahuan dan pengalaman mereka tidaklah dapat dibandingkan dengan Tuan Liao Fan. Ia telah menemukan kedamaian batin sempurna. Orang rata2 berakhir dengan batin yang resah dan gelisah. Apapun yang mereka peroleh adalah apa yang sudah ditakdirkan sebelumnya, jadi mereka gagal baik di sebelah luar maupun di sebelah dalam. Jika tidak menang, mereka kalah, sehingga berakhir lebih buruk daripada sebelumnya. Dengan demikian tidak ada manfaatnya sama sekali.

Sumber : Seni Mengubah Nasib, Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

112
Pure Land / Tanah Suci / Merenungkan Kebajikan Leluhur
« on: 30 April 2008, 12:10:39 PM »
Saat mengingat masa lalu, kita dapat merenungkan kebajikan para leluhur kita. Saat memikirkan masa sekarang, kita bisa tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang tua kita. Saat memikirkan Negara, kita bisa berpikir bagaimana membalas kebaikannya kepada kita dan saat memikirkan keluarga kita bisa berpikir bagaimana mengembangkan nasib baik keluarga. Tatkala memikirkan keadaan luar, pikirkan bagaimana menolong orang di sekeliling kita yang sedang kesusahan, dan saat memikirkan keadaan di dalam, pikirkan bagaimana mencegah pikiran-pikiran dan perbuatan yang tidak terpuji supaya tidak muncul.

Kata-kata berikut memberikan kesimpulan untuk bagian ini, yang sangat penting karena di dalamnya ada kunci untuk pembentukan nasib. Apa yang kita pikirkan di sebelah dalam akan menjadi petunjuk untuk meningkatkan kebajikan dan moral serta untuk mengembangkan perbuatan-perbuatan baik. Di masa lalu, pendidikan di Tiongkok mengajarkan tentang hubungan antar manusia, antara manusia dan makhluk halus, dan antara manusia dan alam. Ajaran itu mengingatkan orang untuk ingat pada masa lalu, menghormati para leluhur dan membuat kebaikan mereka diketahui orang lain. Jika kita dihormati masyarakat karena prinsip moral dan etika, pengetahuan, dan profesi kita, maka kita telah menghormati leluhur.

Pada masyarakat hari ini, apakah yang menjadi tenaga pendorong utama di balik kerja keras? Uang, kepopuleran, dan gengsi. Kebanyakan orang bersedia berbuat apa saja yang perlu untuk memperoleh semua ini. Mengapa? Pengumpulan uang mendorong orang, membuat mereka maju. Jika tidak ada uang di sana, siapa yang mau bekerja begitu keras? Sangat sedikit! Di masa lalu, tenaga pendorong di belakang kerja keras adalah rasa bakti kepada orang tua. Mengingat orang tua dan leluhur, mereka berusaha sebaik-baiknya dalam mengembangkan dan mengumpulkan pahala dan kebajikan demi dan untuk dipersembahkan kepada orang tua. Tenaga pendorong ini jauh lebih berharga dan luhur dibandingkan dengan uang, kepopuleran, dan gengsi. Ini telah menjadi tradisi Tiongkok dan ajaran Konfusius selama beberapa ribu tahun.

Agama Buddha juga didasarkan pada rasa bakti kepada orang tua. Sehingga, upacara memberikan persembahan kepada leluhur dan pendirian tempat-tempat sembahyang leluhur (sejenis cetya keluarga) sangat dihormati, dan menjadi akar dan landasan utama dalam kebudayaan Tiongkok. Jika mampu berbakti kepada orang tua dan leluhur, mampu mengingat akar diri, maka kita dengan sendirinya akan mampu berpikir dan berperilaku dengan benar dan tidak melakukan kejahatan.

“Ketika berpikir tentang saat ini, kia bisa tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang tua.” (Ini pembahasan tentang mereka yang dekat dengan diri kita). Jika anaknya berbakti, memiliki kontribusi yang baik di masyarakat, maka sekalipun orang tuanya telah melakukan kesalahan kecil, orang-orang akan mengabaikan dan melupakannya. Orang-orang akan memuji orang tuanya karena telah membesarkan anak yang berbakti seperti itu.

“Saat berpikir tentang Negara, kita bisa memikirkan bagaimana membalas kebaikan budinya.” Di atas diri kita, Negara dan pemerintah memiliki misi menjadi pemimpin, orang tua, dan guru yang bertanggung jawab kepada penduduknya, menyediakan tempat di mana orang bisa tinggal dan bekerja dengan damai dan bahagia. Sebagai balasannya, penduduk harus setia, cinta Negara, dan membaktikan diri bagi Negara.
“Pada waktu memikirkan keluarga, kita bisa berpikir bagaimana membawa nasib baik bagi keluarga.” Di bawah kita adalah keluarga. Ingat kepada keluarga artinya tidak cuma kepada keluarga inti, namun keluarga dalam arti luas seperti pandangan orang zaman dahulu kala, keluarga dekat berikut sanak kerabat. Sebagai anggota keluarga, kita perlu hati-hati dalam mengembangkan nasib baik seluruh keluarga, tidak hanya untuk anggota keluarga dekat lainnya. Oleh karena itu, saat satu orang mendapatkan nasib baik keluarga jauh juga bisa mendapatkan manfaatnya.

“Kala berpikir tentang keadaan luar, pikirkan bagaimana menolong orang yang sedang kesusahan di sekeliling kita.” Selalu ingat kepentingan masyarakat banyak. Kita perlu melakukan semua yang perlu kita lakukan untuk melayani masyarakat dan menciptakan nasib baik bagi semua. Dalam masyarakat hari ini, kebutuhan yang paling mendesak adalah membangkitkan dan mengembangkan pendidikan akhlak dan moral.

“Ketika berpikir tentang keadaan sebelah dalam, pikirkan bagaimana mencegah pikiran dan perbuatan yang tidak benar agar tidak muncul.” Kita perlu mencegah pikiran yang berkeliaran dan menyeleweng supaya tidak muncul. Kita perlu penuh perhatian tentang apa yang seharusnya kita lakukan dan membiarkan pergi ambisi yang terlalu besar. Jika kita semua dapat melakukan ini, mampu memenuhi tanggung jawab, maka masyarakat luas akan bernasib sangat baik dan harmonis dan dunia akan damai. Mencius mengatakan bahwa “Jika orang berhati luhur dan berintegritas tinggi dapat setia pada tanggung jawab mereka, maka dengan cara ini kebenaran akan dapat diungkapkan.”

Dalam ajaran Konfusius, tanggung jawab ini merujuk kepada lima hubungan umat manusia, termasuk di dalamnya hubungan antara suami dan istri, orang tua dan anak, saudara, teman, pemimpin politik dan public. Ia juga berbicara tentang Sepuluh Tanggung Jawab Moral. Semua ini berarti kita perlu memenuhi tanggung jawab kepada masyarakat dan orang lain. Apapun tanggung jawab itu, kita perlu melaksanakannya dengan giat dan rajin supaya dapat menciptakan Nasib Baik bagi keluarga dan masyarakat luas.

113
“Nasib tidak dipatok, tapi diciptakan dan ditentukan oleh diri kita sendiri.” Ini sungguh benar.

Ini juga dari Kitab Sejarah dan menekankan pentingnya pengembangan kebajikan, tentang bagaimana factor pengubah bisa melampaui konstanta. Ajaran-ajaran Orang Suci dan Bajik zaman dahulu kala merupakan kebenaran dan karenanya tidak berubah. Oleh Karena itu, baik dulu maupun sekarang, kita menyebut ajaran-ajaran itu sebagai “Sutra”. Saat diterapkan ke dalam masyarakat modern, ajaran2 itu tetap benar. Jika tidak mempercayainya dan memilih untuk terus mengikuti pendapat sendiri dan tetap melakukan kejahatan, kita Cuma akan menambah pelanggaran. Bahkan kendati mendapatkan suatu keuntungan sesaat, kita Cuma mendapatkan apa yang sudah menjadi nasib kita untuk dinikmati. Jika tidak tahu bagaimana mengembangkan kebajikan, maka kita tidak bisa menjaga kemakmuran, tapi juga hidup kita sendiri. Dan jika tidak mampu menjaga hidup kita, untuk apa memiliki semua kekayaan itu?

Dunia ini bisa ditimpa bencana kapan saja. Kita bisa kehilangan nyawa kapan saja. Coba pikirkan, apa gunanya mendapatkan yang lain? Semuanya akan menjadi tidak berguna, meskipun kita telah memilikinya. Hal ini dengan jelas diungkapkan di dalam “Bagian Perilaku dan Sumpah Bodhisattva Pemberi Manfaat Universal” dari Sutra Rangkaian Bunga. Di detik nafas terakhir, kita tidak mampu membawa apapun beserta kita ke dalam kehidupan berikutnya, apakah anggota keluarga, teman, nama baik, kekayaan, tidak ada apapun! Apa yang bisa kita bawa serta adalah Sepuluh Ikrar Agung, yang terus beserta kita, tidak pernah meninggalkan kita, tapi membimbing kita untuk lahir di Tanah Suci.

Juga dikatakan di dalam Agama Buddha bahwa “Tidak ada yang bisa dibawa serta ke kehidupan berikutnya selain dari karma kita.” Ini adalah kata2 nasehat yang sangat penting. Karena tahu bahwa karma akan mengikuti seperti bayangan, kita perlu rajin2 mengembangkan kebajikan, agar tidak mengumpulkan karma buruk beserta kita. Karena jika mengumpulkan karma buruk, kita akan dituntun menuju Tiga Alam Buruk. Karma baik akan memimpin kita lahir di Tiga Alam Baik/Menyenangkan. Dan karma Suci dari Perhatian Terus-Menerus pada Buddha Amitabha akan membawa kita lahir di Tanah Suci Barat. Dari sini semestinya jelas sudah apa yang perlu kita lakukan dalam hidup ini. Kita perlu melebarkan pandangan, meluaskan cara berpikir, dan bukannya menghabiskan waktu dengan hal2 yang dangkal atau menghitung untung rugi dalam hidup ini. Hidup ini sangat pendek. Akan merupakan pahala yang luar biasa jika dalam hidup ini kita melakukan lebih banyak kebaikan, memberi manfaat lebih banyak kepada sesama.

Jika setelah membaca ajaran Orang-orang Suci dan Bajik zaman dahulu kala, kita mampu yakin, menerima, dan mengikuti ajaran2 itu, maka kita akan menerima pahala dan manfaat yang tidak habis-habisnya. Jika tidak mampu mempercayai ajaran-ajaran itu, berpikir bahwa semua itu Cuma dongeng yang tidak bisa diandalkan, maka ini disebabkan oleh rintangan karma kita. Akibatnya,kita akan kehilangan kesempatan yang luar biasa dan tak ada bandingannya ini.

Sumber : Seni Mengubah Nasib. Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

114
Orang harus mampu menemukan kesalahan sendiri dan memperbaikinya setiap hari. Jika orang tidak mampu menemukan kesalahan pada diri sendiri maka ia akan berpikir bahwa apapun yang ia lakukan itu benar. Sehingga, mereka menjadi tidak mampu memperbaiki kesalahannya dan tidak ada kemajuan apa2 di sana.

Sadar berarti mampu mengetahui kesalahan kita setiap hari. Itu adalah Pencerahan Sempurna. Awal dari Pencerahan adalah mengetahui kesalahan sendiri setiap hari. Kita mengawali proses ini saat kita pertama-tama mengemukakan ikrar untuk menjadi seorang Bodhisattva dengan Pencerahan yang Memadai. Begitu menemukan kesalahan sendiri setiap hari, kita perlu memperbaikinya. Ini adalah Pembinaan Diri. Itu berarti memperbaiki pikiran dan perilaku kita setiap hari. Ini adalah keberhasilan sejati dalam Pembinaan Diri yang dicapai oleh orang-orang yang bijaksana dan berkebajikan.

Ini adalah kunci pengubahan nasib, meninggalkan penderitaan di belakang dan meraih kebahagiaan. Tatkala kebanyakan orang tidak mampu menjadi Bajik dan Suci dalam satu kehidupan dan tidak mampu berhasil dalam Pembinaan Diri, mereka akan melihat bahwa masalahnya ada di sini. Mengenali kesalahan diri kita sendiri setiap hari berarti SADAR setiap hari. Begitu menemukan satu kesalahan, baiklah adanya jika kita memperbaikinya. Dengan cara ini, kita akan membangun Kekuatan Pembinaan Diri untuk berubah dengan tulus. Kita mendapatkan kekuatan dari pengembangan diri yang kita lakukan. Tidak banyak yang perlu dilakukan. Jika mampu menemukan dan memperbaiki satu kesalahan setiap hari, kita akan menjadi Orang Suci dan Bajik dalam tempo tiga tahun.

Sebagai Praktisi yang Melafal Nama Buddha, jika mampu memperbaiki satu kesalahan setiap hari dan terus penuh perhatian pada Buddha Amitabha, maka dalam waktu tiga tahun kita akan mendapatkan Kelahiran Tingkat Tinggi atau Menengah di Tanah Suci. Ini adalah cara Membina Diri untuk menjadi Buddha. Pertanyaannya adalah apakah kita punya tekad untuk berbuat seperti itu dengan ulet. Kita tercemar kalau tidak mampu menemukan satu kesalahan di dalam diri kita setiap hari. Jika tidak mengenalinya, maka sudah barang tentu kita tidak bisa memperbaikinya. Bagaimana kita bisa berharap untuk maju kalau demikian halnya? Saat tidak ada kemajuan, berarti ada kemerosotan. Umumnya, kita lalu akan jatuh lagi. Menganggap diri kita sempurna, merasa yakin bahwa apapun yang kita lakukan itu benar adalah cara hidup yang paling menyeramkan bagi kita.

Sumber Buku “Seni Mengubah Nasib, Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

115
Pure Land / Tanah Suci / Jadi seorang yang Bermoral
« on: 25 April 2008, 05:18:25 AM »
Jadi Seorang yang Bermoral

Lung Shu berkata :

Setiap orang dapat menjadi seorang yang mulia, seorang yang bermoral, tetapi mereka tidak mau.
Tidak seorang pun menginginkan menjadi orang rendah, seorang yang egois, tetapi mereka mau.

Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan, ramah tamah dan selaras serta tulus untuk melakukan penghormatan kepada Orang Suci dan memuji yang benar, menolong semua makhluk menurut apa yang tepat : semua hal di atas adalah benih2 orang yang mulia, dari orang yang bermoral. Dan itu semua tidak sulit untuk dilakukan. Tetapi orang tidak mau – mengapa?

Menjadi penipu dan penuh kelicikan serta serakah, kasar dan bengis serta penuh tipu daya, berbicara kelemahan dan kebiasaan buruk orang, gemar menyakiti dan melukai makhluk hidup, semua hal di atas adalah benih2 orang yang rendah, dari seorang yang egois. Apa keuntungan dengan melakukan ini? Tetapi orang tertarik untuk melakukannya – mengapa?

Bila anda adalah orang yang mulia, orang akan senang dengan anda, para leluhur akan menolong anda, dan ketidakberuntungan tidak akan datang. Anda dapat mencari keberuntungan baik dan kaya serta anda akan memperoleh banyak …

Bila anda orang yang hina, orang akan membenci anda, para leluhur akan marah dengan anda, bencana akan datang kepadamu. Keberuntungan baikmu dan kehidupanmu akan dipotong pendek, dan kamu akan menderita banyak kerugian…

116
Lingkungan / Benarkah akan terjadi wabah kelaparan di dunia?
« on: 18 April 2008, 09:24:57 PM »
Berdasarkan informasi yang saya baca bahwa di dunia akan terjadi wabah kelaparan yang dikarenakan harga pangan terutama beras yang terus merangkak naik di pasaran dunia.
Apabila benar kenyataannya demikian maka bahaya besar sudah di depan mata karena apabila orang kelaparan maka akal sehatnya sudah tidak bekerja dengan baik dan ujung2nya adalah kerusuhan dan penjarahan.

Apa yang menyebabkan terjadinya hal tersebut dan bagaimana cara mengatasinya?

Mohon masukan dari teman2.

117
Pure Land / Tanah Suci / Bersujud pada Buddha
« on: 17 April 2008, 11:36:10 PM »
Bersujud pada Buddha

Bersujud pada Buddha bukanlah hal yang sulit. Tetapi, hal ini sulit bagi beberapa orang. Beberapa cendekiawan merasa berlutut dan membungkuk untuk menghormat/Namaskara adalah hal yang sangat sulit. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung merasa harga dirinya tinggi sekali. Mereka tidak mengerti arti Bersujud pada Buddha. Dalam pandangan mereka, membaca dan mempelajari Sutra sudah cukup dan hal lain tidaklah penting. Tanpa berlatih untuk Bersujud pada Buddha, kita tidak akan dapat menghilangkan ego “aku” dan pandangan salah yang telah kita kenakan selama beberapa dekade.

Mereka yang yakin pada Triratna akan penuh Sujud pada Triratna dengan tulus tanpa memperdulikan apakah ada orang yang melihatnya atau tidak. Melalui latihan ini, keyakinan seseorang akan semakin menguat. Keyakinan akan luntur jika kita ragu dalam Menghormati Buddha. Ada pepatah mengatakan :”Bagi mereka yang telah menjadi umat Buddha selama setahun, Buddha berada tepat di depan mereka. Sesudah tiga tahun, Buddha berada di angkasa. Sesudah lima tahun, Buddha jauh berada di Barat. Sesudah dua puluh tahun, mereka tidak Menghormati Buddha lagi. Buddha telah menghilang dari pikiran mereka.” Kita harus tulus dalam Bersujud pada Buddha sehingga kita akan mendapatkan manfaat yang sesungguhnya.

Hal pertama dari “Sepuluh Janji Agung dan Perilaku dari Samantabhadra Bodhisattva” adalah Bersujud pada Semua Buddha. Dengan Bersujud secara tulus, kita dapat mengurangi kesombongan dan rasa bangga pada diri kita. Jika tidak yakin pada Triratna, kita tidak pantas menjadi siswa Triratna. Kita dapat menilai keyakinan seseorang pada Buddha dari ketulusannya dalam Menghormati Buddha. Kita wajib mengamalkan metode Bersujud pada Buddha ini dengan baik. Kita dapat memasuki Ruang Utama dan Bersujud pada Buddha sebanyak yang kita mau.

Melalui ketulusan dalam Menghormati Buddha, kita dapat melihat kebenaran dalam diri kita. Kita akan menjadi rendah hati dan tidak tersesat. Bersujud pada Para Buddha dapat menuntun pada pencapaian kearifan. Ketika melihat Citra Buddha, dengan gerakan badan kita berNamaskara secara perlahan-lahan. Pada saat itu kita bersama dengan Buddha. Kita akan lupa akan sekeliling kita dan dapat berkonsentrasi. Saat berkonsentrasi, kita akan dapat melihat kesalahan kita dan menyadari betapa kecilnya kita. Ini membuat kita berusaha memperbaiki diri dan menyucikan hati dan pikiran. Dengan Bersujud pada Buddha, kita akan menemukan pentingnya hidup dan memperoleh kedamaian pikiran. Kearifan kita akan berkembang.

Sumber : Dharma dalam kehidupan sehari-hari oleh Y.A. Bhiksu Tsang Hui

118
Diskusi Umum / Apakah beda membunuh semut dengan membunuh anjing?
« on: 17 April 2008, 11:18:11 PM »
rekan-rekan yang baik,
Apakah bila kita membunuh semut karma buruknya lebih kecil dibandingkan misalnya kita membunuh anjing, sapi, gajah, dll.
Apakah semakin besar hewan maka karma buruk yang kita terima akan lebih besar bila kita membunuh?
Bila benar maka apa sebabnya? Apakah karena hewan yang tubuhnya lebih besar itu kesadarannya lebih kuat atau bagaimana?
Mohon masukan dari rekan-rekan.

Thanks sebelumnya.

119
Pure Land / Tanah Suci / Petunjuk dari Master Yin Guang
« on: 11 April 2008, 08:23:28 PM »
NASEHAT DARI MASTER YIN GUANG

Kedua-duanya, baik para anggota Sangha (Bhiksu dan Bhiksuni) dan para umat Buddha seharusnya selalu menghormati yang lebih tua atau yang lebih senior. Dan sekaligus harus memperlakukan yang lebih muda dengan sikap yang baik. Kita harus tahan penderitaan seperti apa yang diderita oleh orang lain, dan lakukanlah pekerjaan yang baik/ yang penuh kebajikan yang mana orang lain tidak perduli atau tidak prihatin untuk melakukannya.

Para anggota Sangha dan umat Buddha harus selalu menolong orang lain, bergembira atas kebaikan dan kebajikan yang dibuat oleh orang lain dan di samping itu juga memberi dorongan secara moral. Ketika seseorang sedang dalam kesendirian, dia haruslah selalu memikirkan kembali kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Dan ketika berbicara dengan orang lain, tidak boleh membicarakan kebaikan dan keburukannya. Setiap saat dalam keadaan apapun, seseorang harus selalu sadar dan berdoa berulang-ulang dan terus menerus Melafal “NA MO A MI THO FO”

Walaupun sedang berjalan, berdiri, duduk, berbaring, makan atau berpakaian harus mengingat Nama Buddha. Membaca berulang-ulang Nama Buddha Amitabha dengan nada suara yang rendah atau berdoa di dalam hati. Jangan membiarkan pikiran-pikiran yang lain timbul sewaktu berdoa Nama Buddha.

Pada waktu-waktu yang tertentu ketika pikiran kepalsuan timbul, harus segera menghentikannya dengan kesadaran yang tepat. Selalu menyesali perbuatan yang salah, dan selalu mencoba untuk Bertobat dan memperbaiki semua perbuatan yang salah. Apabila telah ada beberapa kemajuan dalam usaha pengembangan batin menyucikan diri, harus bersikap rendah hati dan tidak memamerkannya kepada orang lain. Jangan sekalipun mengharapkan pujian dan penghormatan dari orang lain. Di manapun juga harus menjaga pikirannya dengan baik dan jangan terlena dan terlibat dalam masalah orang alin yang tidak penting!

Selalu melihat kelebihan kebaikan orang lain dan jangan pernah menilai kesalahan orang lain. Perlakukan setiap orang seperti mereka itu adalah Para Bodhisattva dan anda sendiri adalah umat biasa.

Apabila seseorang dapat melatih diri menurut apa yang saya ajarkan ini, saya yakin bahwa orang itu akan dilahirkan di Tanah Suci Sukhavati yang Suci, yang mana merupakan berkah yang paling sempurna setelah berakhirnya kehidupan ini.

120
Chan atau Zen / Bertobat
« on: 10 April 2008, 11:39:02 PM »
Bertobat dan Menyesali Karma Buruk yang Lampau

Banyak orang selalu menyalahkan diri sendiri karena memiliki banyak karma buruk dan kekotoran batin. Mereka berpikir bahwa Buddha tidak memberkati mereka dan telah membuat mereka menderita. Karma buruk adalah akibat dari perbuatan jahat kita yang lampau. Jika kita menghadapi kesulitan, kita harus menyesal dan mengintrospeksi diri. Tanyalah diri sendiri, apakah kita telah berlatih dengan tekun? Apakah kita telah belajar dengan giat? Apakah kita masih mempelajari Sutra dengan baik? Apakah kita selalu menepati janji? Apakah kita telah melakukan sesuatu yang melukai orang lain? Apakah kita menghormati Triratna? Kita harus selalu mengintrospeksi tindakan kita, dan menyesali dan Bertobat jika kita melakukan kesalahan.

Bertobat tidak berarti kita perlu mengundang seorang Bhiksu/Bhiksuni untuk melafalkan Sutra untuk kita untuk memperbaiki keberuntungan kita. Penyesalan yang terbaik adalah menyesali diri sendiri dengan tulus di hadapan Buddha dan mengakui semua kesalahan yang telah dilakukan. Jika tulus dan jujur dalam Pertobatan, kita bisa menyucikan pikiran. Kita perlu Bertobat setiap kali melakukan kesalahan. Jika malu mengakuinya di depan orang lain, kita dapat mengakuinya di hadapan Buddha. Sebanyak mungkin kita Bersujud sampai kita merasa damai dan suci. Inilah Pertobatan yang sejati. Jika melakukan kesalahan lagi sesudah Pertobatan, kita mesti terus Bertobat. Bertobat adalah suatu cara untuk berlatih.

Pakaian perlu dicuci agar bersih. Pertobatan juga demikian. Pertobatan membuat kita menjadi tenang sehingga kita tidak melantur atau terganggu oleh Mara. Lebih sedikit gangguan akan kita hadapi saat berlatih meditasi. Jika menginginkan segala hal berjalan lancar, kita harus Bertobat dan menyesali karma buruk kita yang lampau. Pertobatan menuntun pada kebahagiaan dan kedamaian. Setiap orang patut menyesali karma buruk yang diperbuatnya di masa lampau.

Sumber : Dharma dalam kehidupan sehari-hari oleh Y.A. Bhiksu Tsang Hui

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9 10 11