Ini justru hanya akan menunjukkan bahwa pencerahan Buddha masih terbatas, ia belum menyadari semua realitas kehidupan, karena ia masih belum pasti apakah pencipta ada atau tidak.
Jadi karena tidak kenal Tuhan, berarti pencerahan Buddha masih terbatas.
Dasarnya apa? Bagaimana anda bisa membuat premis 'Tuhan ada" sebagai benar, sehingga bisa menyimpulkan ketidaktahuan Tuhan = pencerahan terbatas?
Kalau bikin premis seenak udel, saya juga bisa berargumen tuhan anda itu tidak maha tahu karena tidak cerita dunia bermula dari Chronus dan Ananke.
Saya ingatkan lagi, saya tidak diskusi model anak SD memaksakan 'jagoannya'.
Kalimat "jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya", menunjukkan bahwa Buddha tidak pasti apakah tuhan ada atau tidak. Taruhlah -- misal -- bahwa memang ada pencipta yang jahat, jadi bagaimana? Apakah kejahatan yang dia lakukan lantas membuat dia tidak ada, atau bukan pencipta?
Simple. Jika memang pencipta itu jahat dan menciptakan penderitaan, maka Buddha telah melampauinya dengan menemukan padamnya penderitaan.
Lagi pula, apakah karena ada kejahatan, maka penciptanya juga jahat? Mengapa harus disimpulkan seperti itu? Misal bro menciptakan radio. Bro merancangnya sebagus mungkin, dan akhirnya radio itu berfungsi. Namun tidak beberapa lama radio itu rusak. Mengapa harus disimpulkan bahwa bro-lah yang merusak radio itu? Bisa saja kan radio itu rusak karena faktor luar, mungkin karena listrik yang tidak stabil, atau karena ada orang lain yang sengaja merusak. Jadi sekali lagi, mengapa harus disimpulkan bro-lah yang merusak? Dan apakah karena radio itu rusak, berarti bro ada pencipta yang perusak? Saya kira logikanya tidak seperti itu.
Nah, perumpamaan yang sungguh bagus.
Jika saya pembuat radio yang mahatahu, maka saya akan mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan merusak radio. Kemudian jika saya adalah pembuat radio yang mahadaya, maka saya akan membuat radio yang akan bertahan dari faktor luar tersebut.
Jika ternyata masih rusak juga, maka tentu saya akan mengakui ketidak-mahatahuan dan ketidak-mahadayaan saya, bukan dengan dongkol pada kerusakan radio, menciptakan tungku peleburan.
"Penjelasan" bagaimana bro? Sedangkan masih tentang molekul yang menjadi awal kehidupan saja Richard Dawkins berkata "kebetulan". "Kebetulan" ini yang bro maksud "penjelasan"?
Seperti sudah saya bilang, awal mula kehidupan belum dibuktikan, semua masih hipotesis dan dugaan. Yang sudah dibuktikan adalah evolusi itu sendiri. Evolusi belum menyebutkan 'awal' ataupun 'akhir' dari kehidupan, tapi menjelaskan proses adaptasi makhluk terhadap lingkungan yang menyebabkan diversifikasi, dsb.
Itu mungkin pendapat Richard Dawkins, tapi itu bukan berarti diterima oleh sains.
Baik, saya ngikut arus saja dulu. Jadi -- menurut bro -- tidak ada bukti bahwa tuhan ada, dan juga tidak ada bukti bahwa tuhan tidak ada.
Ya, betul.
Maka satu-satunya cara untuk menyimpulkan ada-tidaknya Tuhan adalah melalui apa yang kelihatan, yaitu alam semesta. Baik, saya ingin memberi sebuah gambaran sederhana:
Suatu ketika bro melihat sebuah lukisan pegunungan dengan pepohonan berikut pemandangan laut yang sangat indah. Bro mengamati lukisan itu dan terkagum. Karena bro adalah orang yang cerdas, bro mengetahui warna-warna cat yang digunakan, bro mengetahui kompisisi warnanya, dan bro juga mengetahui teknik lukis yang digunakan. Namun bro tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu.
Nah, sebagai orang yang cerdas, apakah karena tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu, lantas bro menyimpulkan bahwa tidak ada yang melukis lukisan itu? Bahwa entah dengan bagaimana cat-cat tertumpah -- mungkin melalui proses tumpahan jutaan kali -- dan membentuk lukisan itu?
anda tidak bisa menggunakan taktik itu ke saya.
Ketika anda menggunakan argumen lukisan dan pelukisnya, anda sudah mengukuhkan alam ini (lukisan) diciptakan oleh (pelukis). Sedangkan kita belum sampai pada kesimpulan alam ini dilukis atau bukan.
Coba lagi.