Namo Buddhaya... Dear Bro and Sis,
Kalau diceritakan pasti akan sangat panjang dan lebar
Pada prinsipnya, saya senantiasa mempertanyakan segala doktrin yang diajarkan pada saya, entah itu yang dari doktrin Kejawen, maupun dari doktrin agama lama saya ; I***M.
" Darimanakah asalku ? ", dijawab,
" Dari Tuhan, diciptakan Tuhan "" Kalau aku diciptakan Tuhan, siapa yang menciptakan Tuhan ", dijawab,
" Tidak ada yang menciptakan Tuhan, karena Tuhan adalah Maha-Pencipta, Asal mula dari semuanya "" Lalu, jika sebelum ada aku, yang ada adalah Tuhan ; lalu, sebelum Tuhan ada, siapa yang ada ? Atau, sebelum ia jadi Tuhan, dimanakah ia tadinya berada ? " mulai pertanyaan ini tidak bisa dijawab. Dan seterusnya, dan seterusnya...
Pertanyaan itu, telah mulai saya pertanyakan sejak sangat keciill sekali.., belum sekolah, setidaknya saya pertanyakan sejak saya mulai pinter bicara...
Lalu, semenjak itu teruslah bertanya.. bertanya... .
Mungkin karena ada tradisi Kejawen, jadi kemudian saya mengenal meditasi
( semedi ; Jawa ).Someday, when I was very little child, saya berkata,
"Saya sudah pernah dilahirkan, jauh sebelum masa yang sekarang... . Terakhir kali, ratusan tahun yang lalu, di tanah Jawa ini juga.. Saya mati karena " bla bla bla bla ".., saya lahir kembali karena " bla bla bla bla "... . Setelah itu, saya tidak di alam manusia.. ,tapi di " bla bla bla "... dst." .Semenjak itu, jika saya beragama I***M, maupun mendapat pelajaran agama itu di sekolah, itu hanya menjadi formalitas saja. Semasa sekolah dasar, jika tiba pelaran agama I***M, apa yang membuat saya tertarik terutama sekali adalah kisah2 para Nabi.. .
Yang sekarang membuat saya tersipu malu, saya waktu itu tertarik pada kisah2 kehebatan Nabi M******D yang selalu menang dalam berbagai peperangan ; ketertarikan saya ini mungkin mirip dengan ketertarikan anak2 kecil yang bercita2 menjadi Tentara atau Polisi, sehingga saya menganggap Nabi M******D sangat hebat .
Padahal, setelah gedhe begini, apalagi semakin menghayati Buddha-Dhamma, peperangan dan pembunuhan makhluk hidup dengan berbagai alasan apapun, adalah tidak baik dan tidak bisa dibenarkan.
Sebelum bertemu Buddha-Dhamma, saya sempat mengalami
krisis identitas.Mengapa ? Sebab, apa yang menjadi keyakinan saya, tidak bisa diterima oleh agama2 samawi yang ada. Waktu itu, saya sama sekali tidak pernah mempunyai kesempatan mengenal Buddhisme, karena : tidak ada teman yang beragama Buddha, di sekolah maupun kuliah tidak ada informasi mengenai Buddhisme.., singkatnya saya sangat asing dengan Buddhisme.
Krisis identitas yang terjadi, cukup membuat batin saya bergejolak.
Bahkan, saya sempat berpikir,
"Wah, barangkali saja nih pandanganku bisa jadi agama baru" ( wkwkwkwkwkwkwk ).Apa yang tidak bisa diterima di agama2 samawi sementara hal yang tidak bisa diterima itu telah menjadi keyakinan saya ? Ialah :
1. Pertama dan terutama, saya menolak konsepsi adanya "Pencipta" yang menjadi "Ayah" dari semua makhluk, yang "Maha-Kuasa", dll., dst.
2. Bagi saya semua yang bekerja ini hanyalah hukum alam, hukum sebab-akibat ( waktu itu belum mengenal "Panca-Niyama", tapi hanya secara global ada hukum2 alam yang bekerja dengan sendirinya ).
3. Saya memandang adanya proses kelahiran-kembali dari makhluk2 hidup.
4. Saya memandang , tanpa beragama pun manusia bisa masuk ke surga asalkan ia menjaga hidupnya dengan sebaik2nya, tanpa merugikan makhluk2 lain. Bahkan, orang2 yang beragama tertentu yang dinyatakan menjadi lisensi untuk bisa masuk surga pun, belum tentu bisa masuk surga bila hidupnya tidak baik.
5. Saya menganggap, bahwa semua manusia itu sama adanya, dan mempunyai potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan. Sehingga, dengan ini saya menolak adanya "Manusia-Pilihan" dimana dia adalah satu2nya yang bisa menjadi istimewa hanya karena menyatakan ia mendapat "Klaim-Illahiah" sebagai pilihan Tuhan, kekasih Tuhan, Utusan Tuhan, dan lain2 sebagainya.Nah, suatu ketika, muncullah pemikiran dalam diri saya,
" Saya sendiri telah memaklumi dalam diri saya sendiri, bahwa saya sudah pernah hidup di tanah Jawa ini ratusan tahun yll. Nah, pada jaman itu, agama yang berkembang adalah agama Hindu-Buddha. Sangat mungkin sekali, bahwa keyakinan yang ada dalam batin saya sekarang ini, adalah bersumber dari ajaran Hindu-Buddha. Mengapa saya tidak mencari informasi mengenai ajaran Hindu-Buddha ?"Berangkat dari kesimpulan itu , saya mulai mencari2 informasi mengenai agama Hindu-Buddha.
Saya mulai pergi ke kelentheng, ke vihara Mahayana.
Tapi, saya tidak menemukan sesuai apa yang ada di keyakinan saya.
Saya pergi ke vihara Buddhayana.
Masih ada yang mengganjal, meskipun saya mulai menemukan benang merah.
Sebelum akhirnya bisa "menemukan" , saya pergi ke sebuah "PURA".
Disana saya mencoba mempelajari agama Hindu.
Tapi, ternyata tidak sesuai dengan keyakinan yang sudah ada dalam batin saya.
( Terutama karena, saya menolak adanya "Tuhan-Pencipta" ).Akhirnya, saya pergi ke sebuah vihara Theravada.
Disana saya membaca buku
"Ketuhanan YME dalam agama Buddha" tulisan
Dr.Cornelis Wowor. Hati ini mulai berdegup2 seperti ketemu
"kekasih".. .
Ditambah kemudian membaca buku2 Bhante Narada Mahathera ; seperti buku tentang
hukum karma, dan buku
"Sang Buddha dan Ajaran2-Nya".Wuahh.., luar biasa... ! Saya menemukan suatu agama yang bisa meng-
"konfirmasi"-kan keyakinan saya.
Ternyata, apa yang menjadi Keyakinan saya selama ini, yang bertentangan dengan ajaran2 agama samawi dan juga agama Hindu ; adalah sangat bersesuaian dengan ajaran Buddha [!] .
Hati saya senang luar biasa.. .
Ternyata,
saya sudah tidak perlu lagi membuat "AGAMA-BARU" (
)
Saya berkata dalam hati,
"Sangat mungkin, apa yang menjadi keyakinan saya selama ini bersumber dari Ajaran Buddha. Karena, bahkan berdasarkan ingatan saya ( yang saya yakini sendiri ) bahwa saya dulu pernah hidup di Jawa sini dengan suatu kronologis cerita yang juga saya hayati hingga kematiannya... , saat itu agama yang berkembang adalah agama Hindu-Buddha. Dan, sehingga pula saya tidak heran, mengapa keyakinan yang muncul dari dasar samudera alam bawah sadar saya, sangat sesuai dengan ajaran Buddha."Sejak itu, semakin dalam meng-explore lagi.., semakin dalam lagi menghayati perjalanan hidup saya, dan semakin dalam menghayati Buddha-Dhamma. Dan, saya menemukan kebahagiaan.
Saya tidak lagi mengalami krisis-identitas, karena identitas saya sekarang jelas , bahwa saya beragama Buddha ; bahwa agama Buddha adalah yang sesuai dengan keyakinan dan pengalaman batin yang saya hayati.
Setelah itu, jelas dengan sangat lega dan mudah sekali saya berganti agama dan mencantumkan nama agama "BUDDHA" dalam KTP.. , dan sangat mudah sekali meninggalkan agama yang sebelumnya, karena memang sudah sejak sangat lama tidak sesuai dengan keyakinan dan pengalaman batin yang saya hayati.
Mengenai ajaran yang lama yang pernah saya pelajari, saya simpan dalam kotak kenangan kehidupan dan saya simpan di lemari / bank memori saja, tanpa perlu diutak-atik kembali.
Demikian kurang-lebihnya.
Sukhi hotu.
Mettacittena.