Pathama Jhana atau Jhana ke 1 dapat kita ketahui, adapun ciri-cirinya sbb :
1. Vitaka, berusaha memegang obyek.
2. Vicara, telah memegang obyek dengan kuat.
3. Piti, kegiuran.
4. Sukha, kebahagiaan yang dalam.
5. Ekagatta, pikiran yang telah terpusat, batin seimbang.
Pada waktu masuk jhana pertama, kita masih dapat mendengar suara dari luar tapi tetap masih dapat memegang obyek dengan mantap, tidak goyah, suara tsb tidak dapat mengganggu meditasi sekalipun kita mendengarnya, batin bekerja dengan wajar seperti biasa. Bila meditasi telah mencapai tingkat ini disebut Jhana Pertama artinya yang telah memegang obyek dengan kuat dan tidak terpengaruh suara dari luar, melainkan hanya terpusat pada satu obyek. Guru meditasi mengatakan bahwa hal tsb diatas berarti antara jasmani dan batin mulai dapat dipisahkan. Sesungguhnya kebiasaan batin adalah menganalisa tubuh, misalnya pada waktu kita mendengar suara, maka batin ini ingin mengetahui apa dan dari mana suara itu. pada tingkat Jhana Pertama ini batin tidak ingin mengetahui tubuh, tetapi batin menjadi diam, batin hanya memegang satu obyek, inilah yang disebut Jhana Pertama.
Kelima ciri2 tsb di atas muncul bersama-sama dalam pikiran atau batin kita, tetapi batin kita tetap dapat menguasainya. Apa saja yang muncul dari kelima ciri2 tsb dapat kita ketahui. Misal muncul piti kita mengetahuinya sebagai piti, bila muncul vitaka atau vicara juga kita dapat mengetahui sebagaimana mestinya selama kita bermeditasi.
RINTANGAN JHANA PERTAMA
Rintangan atau musuh yang berbahaya dalam Jhana Pertama adalah suara, bila seorang yang praktek meditasi dapat memegang obyek, suara dari luar masih dapat didengar tetapi suara itu tidak dapat menganggu konsentrasinya, maka ia telah masuk Jhana Pertama.
Tetapi jangan lupa Lokiya Jhana ini masih merupakan Jhana yang rendah, Jhana yang baru didapat dari meditasi. Jhana ini mudah hilang atau merosot bila batin dimabukkan oleh salah satu nivarana. Bila kita dapat menghalau nivarana maka Jhana dapat muncul kembali.
Berkembang dan merosotnya Jhana tergantung bagaimana kita menghadapi rintangan batin/nivarana. Bila nivarana tidak muncul maka batin menjadi sunyi dan tenang. Sebaliknya bila nivarana muncul maka Jhana akan lenyap.
Keadaan semacam ini juga berlaku pada Jhana2 yang lain yaitu Jhana kedua sampai Jhana kedelapan. Bila nivarana muncul dalam salah satu tingkat Jhana maka Jhana itu akan turun dan lenyap, oleh karena itu kita harus memperhatikan bagaimana nivarana itu muncul.