//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ANAPANASATI Mengkondisikan Pemahaman Tentang Sifat Bukan Diri/Personifikasi  (Read 2412 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Meditasi Anapanasati, sebagai bagian dari perenungan jasmani (Kayanupassana), menyediakan kesempatan seluas-luasnya untuk mengamati betapa alami dan betapa bukan-dirinya fenomena jasmani berupa masuk-dan-keluarnya nafas.

Dengan Anapanasati, dapat terlihat sifat bukan diri/bukan personifikasi dari fenomena jasmaniah maupun fenomena batiniah.

Saat berdiam mengamati betapa alami & bukan dirinya masuk-dan-keluarnya nafas (salah satu fenomena jasmani, satu fenomena alam yang khas), menyadari KEBERADAANNYA, menyadari keberadaan masuk-dan-keluarnya nafas,  menyadari & memaklumi keberadaan JASMANI;
Dapat terlihat pula sifat alami & bukan diri dari fenomena BATIN (PERASAAN atau PIKIRAN) yang timbul lenyap, berubah-ubah.

Saat perasaan timbul lenyap, kita memaklumi keberadaan fenomena batin, tanpa terlibat. Batin itu memang ada.

Saat  pikiran timbul lenyap (gerakan, dorongan/kehendak, atau warnanya/bentuk-bentuk batin, misal: Panca Nivarana), kita memaklumi  keberadaan fenomena batin, tanpa terlibat. Batin itu memang ada.

Setelah memaklumi keberadaan batin, kita mengembalikan kesadaran atau  perhatian, dengan rileks/lembut, terhadap keberadaan masuk-dan-keluarnya  napas, kembali mengamati fenomena jasmani tersebut, dan seterusnya.

"BATIN memang ada, tapi hanya fenomena batin semata dengan segala sifat & perilaku tipikalnya.."

"JASMANI memang ada, tapi hanya fenomena jasmani semata dengan segala sifat & perilaku tipikalnya.."

Beginilah BATIN dan unsur-unsurnya...
Beginilah JASMANI dan unsur-unsurnya...

Offline Utphala Dhamma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 109
  • Reputasi: 16
  • Semoga semua mahluk berbahagia
KARENA bukan diri/personifikasi (ANATTA) & kosong dari suatu diri/ personifikasi (SUÑÑATA),
Mereka timbul, ada, berubah, berproses, dan lenyap; berperilaku sesuai kondisi-kondisi penunjangnya dan mengikuti hukum alaminya,
DENGAN atau TANPA SEPENGETAHUAN kita,
SEJALAN atau TIDAK SEJALAN dengan keinginan/kehendak...

Begitulah adanya unsur-unsur batin dan jasmani ini dengan segala sifat-sifat & perilaku tipikalnya.
LET GO OF THEM AS THEY REALLY ARE...
What do we expect?
**********

SN 22.59. ANATTA-LAKKHANA SUTTA: Khotbah tentang Karakteristik Bukan-Diri

Demikian yang telah kudengar. Pada suatu waktu Yang Terberkahi sedang tinggal di Varanasi di dalam tempat peristirahatan perburuan di Isipatana. Beliau berbicara pada kelompok lima orang bhikkhu:
"Jasmani, para bhikkhu, adalah bukan diri. JIKA JASMANI ADALAH DIRI, JASMANI INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Akan mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani,'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA JASMANI BUKAN DIRI, MAKA JASMANI MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan jasmani, 'Semoga jasmani ini menjadi demikian. Semoga jasmani ini tidak menjadi demikian'

"Sensasi (Perasaan) bukanlah diri...
"Persepsi bukanlah diri...
"Bentukan [batin] bukanlah diri...

"Kesadaran bukanlah diri. JIKA KESADARAN ADALAH DIRI, KESADARAN INI TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Adalah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian.'
TETAPI KARENA KESADARAN BUKAN DIRI, KESADARAN MENYEBABKAN KEKECEWAAN. Dan tidaklah mungkin [untuk mengatakan] sehubungan dengan kesadaran, 'Semoga kesadaranku menjadi demikian. Semoga kesadaranku tidak menjadi demikian'

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah jasmani kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
Tidak, Bhante."

"Apakah sensasi..., persepsi..., bentukan..., kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Bagaimana menurutmu, para bhikkhu — Apakah kesadaran kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Bhante."

"Dan apakah hal yang tidak kekal itu memberikan kenyamanan atau penderitaan?"
"Penderitaan, Bhante."

"Dan apakah tepat sesuatu yang tidak kekal, menyebabkan penderitaan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini milikku. Ini adalah diriku. Ini adalah aku'?"
"Tidak, Bhante."

"Karena itu, para bhikkhu, apapun jasmani di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; apapun jasmani dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Perasaan (sensasi) apapun...Persepsi apapun... Bentukan [batin] apapun... Kesadaran apapun di masa lampau, masa depan, atau masa sekarang; di dalam atau di luar; kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: apapun kesadaran dilihat sebagai apa adanya dengan pemahaman benar sebagai: 'Ini bukan milikku. Ini bukan diriku. Ini bukan aku.'

"Melihat demikian, siswa Ariya, yang telah memahaminya dengan baik, menjadi TAK TERPESONA pada jasmani, TAK TERPESONA pada perasaan, TAK TERPESONA pada persepsi, TAK TERPESONA pada bentukan [batin], TAK TERPESONA pada kesadaran. SETELAH tak terpesona dia menjadi tidak tertarik. SETELAH tidak tertarik, dia terbebas sepenuhnya. Dengan terbebas penuh, disana ada pengetahuan, 'Terbebas sepenuhnya.' Dia mengerti bahwa 'Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah selesai. Tidak ada lagi lebih jauh untuk dunia ini' (lingkaran samsara terpatahkan)."

Demikian yang dikatakan Sang Bhagava. Berterimakasih, kelompok lima bhikkhu tersebut gembira atas kata-kata Beliau. Sewaktu penjelasan ini sedang diberikan, batin kelompok lima bhikkhu, melalui ketidakmelekatan, terbebas sepenuhnya dari kekotoran batin.