Sammasambuddha adalah mereka yang mencapai nibanna dengan usaha sendiri, dan mereka mengajarkan Dhamma sempurna, yaitu 4 kebenaran mulia.
Pacceka Buddha adalah mereka yang mencapai nibanna dengan usaha sendiri, tetapi karena kurang parami, mereka tidak bisa mengajarkan Dhamma sempurna. Mereka terlahir pada kappa dimana seorang Sammasambuddha muncul, tetapi mereka tidak bisa bertemu dengan seorang Sammasambuddha, dan tidak bisa berada pada saat Dhamma yang diajarkan seorang Sammasambuddha masih ada di dunia. Pencapaian kesucian mereka diibaratkan mimpi seorang buta dan tuli.
Selama masih ada Dhamma yang diajarkan oleh seorang Sammasambuddha, pencapaian nibanna hanya bisa dicapai dengan menjalankan Dhamma yang diajarkan tersebut. Yang mencapainya umumnya disebut Arahat, atau Savaka Buddha (Buddha karena mendengar).
Jalan mulia beruas delapan, sering juga disebut dengan jalan tengah, atau 4 landasan perhatian murni adalah satu-satunya jalan (ekayano maggo) atau ekayana. Disebut satu-satunya bukan sebagai dogma yang sempit, tetapi untuk menunjukkan bahwa pencapaian nibanna hanya bisa dalam jalan mulia beruas delapan tersebut. Diumpamakan sebagai satu-satunya gerbang di suatu kota, tanpa retak di tembok atau atap, sehingga makhluk apapun yang keluar dari kota tersebut pasti melalui gerbang tersebut. Entah labelnya apa, kalau ada jalan mulia beruas delapan, maka bisa ditemukan nibanna.
Kalau agama tetangga atau aliran Maitreya, setahu saya tidak memiliki jalan mulia beruas delapan ini, antara lain pandangan benar (tidak ada tuhan sebagai kekuatan omnipoten sumber segala sesuatu, mengenal kelahiran kembali, mengenal sebab musabab yang saling bergantung, mengenal tiga corak umum, mengenal empat kebenaran mulia), tidak ada konsentrasi dan perhatian benar (meditasi yang bermuara pada jhana dan nyana), tidak dikenal mata pencaharian benar (berjualan senjata / daging / manusia atau makhluk hidup / racun / minuman keras tidak diatur)