//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mora Paritta  (Read 14713 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Mora Paritta
« on: 25 April 2010, 10:55:36 AM »
 _/\_ Dear all,
Apakah ada yang bisa menjelaskan asal usul Mora Paritta (Paritta Perlindungan Burung Merak).
Kenapa disebut perlindungan burung merak? Apakah nama burung merak (binatang) yang dimaksud di sini adalah maksud konotasi?
Please share ya
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline an_atta

  • Sebelumnya: Titin
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 108
  • Reputasi: 15
  • Gender: Female
Re: Mora Paritta
« Reply #1 on: 25 April 2010, 11:20:49 AM »
_/\_ Sdri. Yuri,

Suami saya juga setiap pagi baca Mora paritta utk perlindungan sebelum berangkat kerja.
Tadi search dari http://parittasucifromtjungteck.blogspot.com/ ketemu ini:

Mora Paritta
Dalam kisah Jataka terdapat cerita mengenai seekor burung merak yang selalu mengucapkan paritta ini sebelum ia keluar mencari makanan setiap pagi hari dan pada malam hari apabila ia hendak tidur. Oleh karena itu, ia tidak pernah tertangkap oleh pemburu.

Paritta ini digunakan untuk keselamatan keluarga siang dan malam, untuk perlindungan apabila keluar dari rumah dan juga untuk mendapatkan kebebasan saat ditawan oleh musuh.


Ada juga vesi yg lebih lengkap dari Mora Jataka dari sini: http://dharmaratna.com/index.php?option=com_content&view=article&id=115:mora-jataka&catid=14:jataka&Itemid=13

Mora Jataka     

"Di sanalah ia terbit, Raja segala penglihatan ..." - Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru di Jetavana tentang seorang bhikkhu yang melanggar sila. Bhikkhu ini dibawa oleh yang lainnya ke hadapan Sang Guru, yang kemudian bertanya, "Apakah benar, bhikkhu, seperti yang kami dengar, bahwa anda telah melanggar sila?"

"Ya, Bhante." "Apa yang telah anda lihat sehingga anda melakukannya ?" "Seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang bagus sekali." Kemudian Sang Guru berkata, "Apa yang aneh bahwa kaum wanita menimbulkan masalah bagi kesadaran lelaki seperti anda ! Bahkan orang bijaksana, yang telah tujuh ratus tahun tidak melanggar sila, dengan hanya mendengar suara seorang wanita telah tergoda dalam sekejap; bahkan yang suci menjadi tidak murni; bahkan mereka yang telah mencapai kehormatan yang tertinggi telah menjadi tercemarkan (ternoda) - apalagi yang tidak suci !" dan Beliau menceritakan sebuah kisah pada masa lampau.


Pada suatu masa, ketika Brahmadatta sebagai raja di Benares, Sang Bodhisatva terlahir di dunia ini sebagai seekor merak. Telur yang berisikan dirinya memiliki kulit sekuning pucuk Kanikara; dan ketika telur itu menetas, ia menjadi seekor merak emas, pirang dan bagus sekali, dengan garis-garis merah yang cantik di bawah sayapnya. Untuk mempertahankan hidupnya ia melewati tiga barisan bukit, dan di bukit keempat ia menetap, di sebuah dataran tinggi dari bukit emas di Dandaka. Ketika fajar menyingsing, sambil duduk di atas bukit, memperhatikan matahari terbit, ia mengucap sebuah mantera Brahma untuk menjaga dirinya agar selamat dalam daerah tempat pencaharian makanannya, manteranya di mulai dengan kata-kata, "Di sanalah ia terbit ..."


"Di sanalah ia terbit, raja segala penglihatannya,

menjadikan semua benda cemerlang dengan cahaya emasnya.

Anda saya puja, keberadaan yang agung,

Menjadikan semua benda cemerlang dengan cahaya emasmu,

Jagalah keselamatanku, saya mohon,

melewati hari yang akan datang ini."

 

Memuja matahari dengan kebijaksanaan ini melalui sajak yang dibawakan ini, ia mengulangi sajak lain dalam pujian terhadap para Buddha yang telah lalu, dan semua kebajikan mereka:

 

"Semua orang suci, yang budiman, arif dalam aturan suci,

Inilah yang saya hormati, dan memohon bantuan mereka;

Semua menghormati yang arif , kepada kearifan kehormatan di beri,

kepada kebebasan, dan kepada semua yang telah dibebaskan oleh kebebasan."

 

Dengan mengucapkan mantera ini untuk mencegah dirinya dari kejahatan, sang merak pergi mencari makan.1 Setelah beterbangan sepanjang hari, ia kembali jam tujuh dan duduk di puncak bukit untuk menyaksikan matahari terbenam; kemudian sambil bermeditasi, ia mengucapkan mantra lain untuk menjaga dirinya sendiri dan menjauhi kejahatan, yang di mulai dengan "Di sanalah ia terbenam ..."

 

"Di sanalah ia terbenam, Raja segala penglihatan,

Dia yang menjadikan semua cemerlang dengan cahaya emasnya.

Anda saya puja, keberadaan yang mulia (agung).

Menjadikan semua benda cemerlang dengan cahaya emasmu.

Melalui malam, seperti melalui hari ini,

Jagalah kehormatanku, saya mohon."

 

"Semua orang suci, yang budiman, arif dalam aturan suci,

Inilah yang saya hormati, dan memohon bantuan mereka:

Semua menghormati yang arif, kepada kearifan kehormatan diberi,

kepada kebebasan, dan kepada semua yang telah dibebaskan oleh kebebasan"

 
Dengan mengucapkan mantera ini untuk mencegah dirinya dari kejahatan, sang merak tidur.2

 
Waktu itu ada seorang liar yang tinggal di desa tertentu dari para pemburu liar, dekat Benares. Berjalan-jalan di sekitar bukit-bukit Himalaya ia melihat Sang Bodhisatva bertengger di atas bukit emas Dandaka, dan menceritakannya kepada anaknya.

 
Demikianlah terjadi pada suatu hari salah satu istri raja Benares yang bernama Khema melihat dalam mimpi seekor merak emas sedang mengadakan sebuah percakapan religius. Ini diceritakannya kepada raja, sambil menyatakan bahwa ia merindukan untuk mendengar percakapan dari Sang Merak Emas. Raja menanyakan hal itu pada anggota-anggota istananya, dan mereka mengatakan, "Para Brahmana tentu akan mengetahuinya." Para Brahmana mengatakan: "Ya, memang ada merak-merak emas." Ketika ditanya di mana, mereka menjawab, "Para pemburu pasti akan mengetahuinya." Raja mengumpulkan seluruh pemburu dan bertanya pada mereka. Kemudian pemburu itu menjawab, "Oh Baginda raja, ada sebuah bukit emas di Dandaka; dan di sana tinggal seekor merak emas." "Kalau begitu bawa ia kemari - jangan dibunuh, tapi bawalah ia hidup-hidup."

 

Pemburu itu memasang perangkap di daerah pencaharian makanan sang merak. Tetapi bahkan saat sang merak menginjak di atasnya, perangkap itu tak mau menutup. Ini di coba oleh si pemburu selama tujuh tahun tetapi tidak dapat menangkapnya; dan kemudian ia meninggal. Dan Ratu Khema juga meninggal tanpa memperoleh keinginannya.


Raja menjadi gusar karena ratunya telah mati hanya karena seekor merak. Sehingga dialah yang menyebabkan dibuatnya sebuah prasasti di atas piring emas dengan efek: "Di antara pegunungan Himalaya ada sebuah bukit emas Di Dandaka. Di sana hidup seekor Merak emas, dan siapa saja yang memakan dagingnya akan menjadi awet muda dan hidup abadi." Ini dilampirkan pada sebuah peti mati.
 

Setelah kematiannya, raja yang berikutnya membaca prasasti ini dan ia berpikir, "Saya akan menjadi awet muda dan hidup abadi". Jadi ia mengirim pemburu yang lain. Seperti yang pertama, pemburu itu gagal menangkap merak tersebut, dan mati dalam penyelidikan. Dengan cara yang sama kerajaan itu di pimpin oleh enam raja berturut-turut.


Kemudian timbul yang ketujuh, yang juga mengirim seorang pemburu. Pemburu itu mengamati bahwa ketika sang Merak Emas masuk ke dalam perangkap, perangkapnya tidak mau menutup juga dan juga bahwa ia membawakan sebuah mantra sebelum keluar mencari makanan. Ia kemudian pergi ke perbatasan, dan menangkap seekor merak betina, yang dilatih untuk menari bila ia menepukkan tangannya, dan dengan kertakan jari untuk mengeluarkan pekikannya. Kemudian, pagi-pagi sekali sambil membawanya, ia memasang perangkap tegak lurus di tanah, sebelum sang merak membawakan mantranya. Kemudian ia membuat merak betina tersebut mengeluarkan sebuah pekikan. Suara yang asing ini - nada betina - membangkitkan birahi dalam dada si burung merak; ia meninggalkan mantranya yang belum diucapkan, mendekatinya; dan tertangkap dalam jaring. Kemudian si pemburu membawa dan memberikannya kepada raja Benares.


Raja sangat senang dengan kecantikan burung merak tersebut; dan memerintahkan sebuah tempat duduk disediakan untuknya. Sambil duduk di tempat yang disediakan, Sang Bodhisatta bertanya, "Mengapa anda menangkap saya, Oh Raja?" "Karena mereka mengatakan semua yang memakanmu menjadi abadi dan memiliki hari kemudian yang kekal. Jadi saya ingin memperoleh kemudaan yang abadi dan hidup kekal dengan memakan kamu." Kata Sang Raja. "Jadi begitu-andaikata semua yang memakan saya menjadi abadi dan memiliki kemudaan abadi - bukankah itu berarti saya harus mati!" "Tentu saja begitu," Kata Sang Raja.


"Baik - dan jika saya mati, bagaimana mungkin dagingku memberikan keabadian kepada yang memakannya?" "Warnamu emas; sehingga dikatakan siapa yang memakan dagingmu akan menjadi muda dan hidup abadi."3


"Tuan," balas sang burung, "Ada alasan yang sangat baik untuk warna emasku. Dahulu kala, saya memegang kekuasaan kerajaan atas seluruh dunia, berkuasa dalam kota yang sama itu; Saya melaksanakan Pancasila dan membuat seluruh rakyat dunia melaksanakan hak yang sama. Untuk itu saya terlahir kembali setelah kematian dalam alam (tiga puluh tiga dewa terpenting); Di sana saya menghabiskan masa hidupku, tetapi dalam kelahiran selanjutnya saya menjadi seekor merak sebagai akibat dari beberapa kesalahan; namun demikian, saya menjadi keemasan karena saya pernah melaksanakan pancasila pada masa lalu."

 
"Apa ? Luar biasa ! Anda seorang pemimpin kerajaan, yang melaksanakan sila ! Lahir berwarna keemasan sebagai buah perbuatanmu ! Sebuah bukti, tunjukkan ! [38] "Saya memiliki satu, tuanku" "Apa itu ?" "Begini, Tuanku, ketika saya sebagai raja, saya sering bepergian di udara terbuka dengan duduk di atas sebuah kereta yang dilapisi permata, yang sekarang terbenam dalam tanah di bawah air telaga kerajaan. Galilah itu dari bawah telaga, dan itu akan menjadi buktiku."


Raja setuju dengan rencana tersebut; ia menyuruh mengosongkan telaga dan menggali keluar kereta perang tersebut, dan ia percaya kepada Sang Bodhisatva. Kemudian Sang Bodhisatva menyapanya demikian: " Tuanku, kecuali Nirvana yang kekal abadi, semua benda-benda lainnya merupakan gabungan  dari unsur-unsur alaminya, tidaklah kokoh, hanya sementara (tidak tetap), dan merupakan subjek bagi kehidupan dan kematian." Dengan membicarakan tema itu ia membuat sang raja menjalankan sila. Kedamaian mengisi hati sang raja, ia melimpahkan kerajaannya pada Sang Bodhisatva, dan menunjukkan rasa hormat yang tertinggi padanya. Sang Bodisatva mengembalikan hadiah tersebut; dan setelah tinggal beberapa hari, ia membumbung ke angkasa dan terbang kembali ke bukit emas di Dandaka, dengan ucapan nasihat perpisahan - " Oh Raja, berhati-hatilah !" Dan sang raja mengingat nasihat Sang Bodhisatva; dan setelah memberikan dana dan melakukan kebajikan, raja meninggal dunia untuk kemudian meneruskan kelahirannya sesuai dengan perbuatan-perbuatannya.

 
Ceramah itu selesai, Sang Guru mengatakan kebenaran itu, dan mengidentifikasikan kelahiran tersebut. Setelah Dhamma ini di paparkan bhikkhu yang melanggar sila itu telah menjadi seorang suci: "Ananda adalah raja pada masa itu, dan saya sendiri adalah Sang Merak Emas."

1 Baris kata-kata ini berirama dalam bahasa Pali.

2 Baris kata-kata ini berirama dalam bahasa Pali.

3 Mungkin karena menyangka benar-benar dapat hidup selama emas dapat bertahan. Dengan prinsip yang sama, potongan permata jade diletakan dalam peti mati orang-orang cina, untuk menjaga roh dari yang mati , groot, dalam sebuah karyanya tentang           kepercayaan-kepercayaan orang cina, mengutip seorang penulis cina pada abad ke 4, yang mengatakan: “Dia yang menelan emas                 akan hidup selama emas; Dia yang menelan permata jade akan hidup selama permata jade;” dan merekomendasikannya untuk     kehidupan.(ep. Groot, Religious of China, i.pp. 271, 273).

Diterjemahkan oleh Caris
Diedit oleh a.c. untuk pertama kali.

_/\_

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Mora Paritta
« Reply #2 on: 25 April 2010, 01:03:40 PM »
ada hub dgn legenda burung pheonix ga?
...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Mora Paritta
« Reply #3 on: 25 April 2010, 02:32:15 PM »
cmiiw...

ini tentang merak yg goyah ketika melihat si-cantik*?
menurut saya, paritta ini mengajarkan agar kita senantiasa dalam keadaan bathin waspada (sati sampajana)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mora Paritta
« Reply #4 on: 09 May 2010, 03:37:43 PM »
lah ini merak gitu lohh bukan phonix.

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Mora Paritta
« Reply #5 on: 09 May 2010, 11:24:01 PM »
entah napa...ikke demen baca paritta itu
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Mora Paritta
« Reply #6 on: 09 May 2010, 11:32:22 PM »
cmiiw...

ini tentang merak yg goyah ketika melihat si-cantik*?
menurut saya, paritta ini mengajarkan agar kita senantiasa dalam keadaan bathin waspada (sati sampajana)
moso sih?
yg kalo gak salah saia baca ceritanya tuh
si merak yg pengen cari makan minta perlindungan ke matahari...
Samma Vayama

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Mora Paritta
« Reply #7 on: 10 May 2010, 12:30:03 AM »
entah napa...ikke demen baca paritta itu
Gw baru pertama tau ini paritta .....
yg kayak gimana bacanya gw gak tau  :hammer:

Sis ... dpat dari mana paritta ini?
kira2 demen karna apa ...... nadanya? alunan?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Mora Paritta
« Reply #8 on: 10 May 2010, 09:41:13 AM »
entah napa...ikke demen baca paritta itu
Gw baru pertama tau ini paritta .....
yg kayak gimana bacanya gw gak tau  :hammer:


cara bacanya ikke juga asal aja...parittanya ada di 'the book of chants'. kalau yang ada terjemahan bahasa indonya, ikke gak tau dari buku apa, soalnya kopian sih.

Sis ... dpat dari mana paritta ini?
kira2 demen karna apa ...... nadanya? alunan?
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mora Paritta
« Reply #9 on: 10 May 2010, 09:18:02 PM »
lah banyak kok terdapat pada buku buku paritta, masa sih tidak tahu coba lihat buku paritta terbitan bhante ashin jinarakita  pasti ada dah.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Mora Paritta
« Reply #10 on: 10 May 2010, 10:17:41 PM »
lah banyak kok terdapat pada buku buku paritta, masa sih tidak tahu coba lihat buku paritta terbitan bhante ashin jinarakita  pasti ada dah.
Gw khan produk baru  ;D ..... yg kenal agama Buddha baru-baru ini aja
diskull dulu dapt paritta yg umum saja ......
pernah baca buku paritta terbitan Buddhayana ..... Gema Kebahagiaan
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Mora Paritta
« Reply #11 on: 11 May 2010, 01:16:34 PM »
om semangat mau i kopiin dari the book of chants?
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Mora Paritta
« Reply #12 on: 11 May 2010, 10:56:10 PM »
Gak usah .....
kyknya gak bakal di baca apalagi paritta ..... sehari-hari aja kagak baca paritta
Thanks  _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Mora Paritta
« Reply #13 on: 11 May 2010, 11:03:42 PM »
duh yang gampang gampang seperti pancasila kan bisa kan, terus tisarana yang gampang saja kok kan tidak perlu banyak waktu.

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Mora Paritta
« Reply #14 on: 22 May 2010, 10:05:50 AM »
mora parita ada di buku paritta keluaran sti cari aja bro virya
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

 

anything