//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain  (Read 31255 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #75 on: 05 March 2010, 08:34:42 PM »
dari banyak sutta yang pernah saya baca,bahwa lebih baik bergaul dengan orang yang bijak dan bajik daripada bergaul dengan orang bodoh..orang bodoh hanya menyulitkan saja,tiada berguna berada didekat yang bodoh...tiada manfaat yang bisa dipetik walau sekecil apapun...Buddha sendiri berkata dalam dalam syair Dhammapadda Atthakanta,"Apabila didalam pengembaraanmu,kamu tidak menemukan yang sesuai dengamu atau yang diatas mu,lebih baik kamu mengembara sendiri,daripada mengembara bersama orang bodoh.."[kira2 isinya seperti itu]

Anumodana _/\_
Betul seperti itu. Tetapi bukan berarti yang lebih pintar/bijaksana dari kita hanyalah para Ariya. Mungkin sekali banyak yang lebih pandai dari kita, namun bukan seorang Ariya. Apakah kemudian kita berkata, "lebih baik saya mengembara sendiri"? Tidak juga bukan? :) Para bijaksana yang bukan Ariya pun bisa membimbing kita menjadi lebih baik.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #76 on: 05 March 2010, 09:33:45 PM »
dari banyak sutta yang pernah saya baca,bahwa lebih baik bergaul dengan orang yang bijak dan bajik daripada bergaul dengan orang bodoh..orang bodoh hanya menyulitkan saja,tiada berguna berada didekat yang bodoh...tiada manfaat yang bisa dipetik walau sekecil apapun...Buddha sendiri berkata dalam dalam syair Dhammapadda Atthakanta,"Apabila didalam pengembaraanmu,kamu tidak menemukan yang sesuai dengamu atau yang diatas mu,lebih baik kamu mengembara sendiri,daripada mengembara bersama orang bodoh.."[kira2 isinya seperti itu]

Anumodana _/\_
Betul seperti itu. Tetapi bukan berarti yang lebih pintar/bijaksana dari kita hanyalah para Ariya. Mungkin sekali banyak yang lebih pandai dari kita, namun bukan seorang Ariya. Apakah kemudian kita berkata, "lebih baik saya mengembara sendiri"? Tidak juga bukan? :) Para bijaksana yang bukan Ariya pun bisa membimbing kita menjadi lebih baik.


Betul,..benar sekali..Orang yang pintar dalam pembelajaran Dhamma tentunya bisa lebih baik didalam mengarahkan kita karena rujukannya adalah Sutta,sehingga agaknya kita tidak bisa ke arah yang salah,tetapi ada pun hal yang saya kurang setujui,karena dimana pada saat Zaman Buddha,Sutta nya masih asli 100%,kalau sekarang?ada yang mau jamin Suttanya asli 100%?

Seperti yang dikisahkan dimana seorang Guru yang Ahli didalam Dhamma mengajarkan murid2nya dan kesemua muridnya mencapai tataran kesucian tertinggi Arahantta,sedangkan si Guru bahkan sotapanna aja belum...Kemudian si Guru di "tegur" sama muridnya...At last[langsung aja ya..] si Guru berlatih dan juga menembus tataran tertinggi.. :)

Kalau untuk kisah ini,kan rujukan dari Guru tersebut sesuai dengan Sutta,dan pastinya Sutta yang dihapalnya adalah Sutta yang asli?atau ada pendapat yang lain dari rekan2?:)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #77 on: 05 March 2010, 10:22:01 PM »
Dikatakan Dana yang langsung berbuah dalam 7 hari adalah dana yg diberikan kepada
Ariya Sangha yaitu ketika Seorang Ariya yg telah mencapai Arahat sedang melakukan meditasi nirodha .... (istilahnya agak lupa  ;D)
disebut Meditasi nirodha adalah meditasi 7 hari 7 malam ..... setelah itu Bhikkhu tersebut bangun dan bangkit untuk pindapata ......
Orang yg memberikan dana makanan pada saat  Bhikkhu (Arahat) itu yg telah melaksanakan Meditasi nirodha dapat langsung berbuah dalam 7 hari .......

Hal ini pernah terjadi pada zaman Sang Buddha ......
Orang yg melakukan itu adalah ratu Malika .....
Seblum Malika menjadi Ratu dari Raja Pasenadi ....... Malika adalah penduduk biasa
Sudah menjadi kebiasaan Malika yg sering memberikan dana makanan kpd anggota Sangha
Malika punya suatu keinginan dunaiwi yaitu menjadi ratu ....
tepat pada saat itu Malika menberikan dana makanan kpd seorang Ariya bernama Kassapa (Ratu Malika tidak tau dan tidak mengenal Bhikkhu Kasspa yg baru saja melaksanakan Meditasi Nirodha dan seorang Arahat) ......
 
Setelah memberi dana makanan tersebut ....kemudian tepat di hari ke 7 Malika di lamar Raja Pasenadi yang ketika itu Raja sedang jalan-jalan keluar dari istana ....
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #78 on: 05 March 2010, 10:25:36 PM »
Bro Kainyn,ini dapat dari sumber mana ya?Nanti saya check lagi buku yang ada di saya,kalau tidak salah ditulis buta semenjak lahir,soal dia buta karena kesalahan masa lampaunya.. ???

Anumodana _/\_
Sayang sekali saya juga sudah lupa dari mana. Anuruddha adalah salah satu dari 7 pangeran Sakya yang ditahbiskan Buddha bersama Upali, tukang cukur mereka. Saya tidak pernah baca Anuruddha buta sejak lahir.
YA ANURUDDHA: Arahat bermata dewa

YA Anuruddha terlahir sebagai saudara sepupu Sang Buddha, putera dari Amitodana. Mempunyai saudara kandung bernama Mahanama dan merupakan saudara satu ayah lain ibu dari Ananda. Wajahnya tampan, alisnya lurus dan bentuk hidungnya bagus, ahli dalam seni bela diri dan olahraga. Orangtuanya amat menyayanginya dan memberinya rumah untuk tiap musim, satu untuk musim panas, satu musim dingin dan satu untuk musim hujan, sebagaimana yang diperoleh Pangeran Siddhattha dari orang tuanya. Di dalam tiap rumah yang dibangun untuk Anuruddha terdapat banyak pelayan yang selalu siap melayaninya.

Kedatangan Sang Buddha ke Kapilavatthu membuat banyak orang tertarik akan ajaran Sang Buddha dan banyak di antara mereka yang meninggalkan hidup keduniawian dan menjadi bhikkhu. Dalam keluarga Anuruddha belum ada yang menjadi bhikkhu. Oleh karena itu Mahanama mengusulkan agar salah satu dari mereka untuk menjadi bhikkhu, karena apabila keduanya menjadi bhikkhu maka tidak ada lagi yang memelihara garis keturunan keluarga.

Anuruddha yang terbiasa hidup dalam kemewahan merasa sulit untuk hidup sebagai bhikkhu, namun Mahanama membujuknya dengan menunjukkan kesukaran kehidupan sebagai perumah tangga, dan pekerjaan dalam pertanian yang tiada habisnya. Anuruddha meminta ijin dari ibunya untuk menjadi bhikkhu. Ibunya yang amat menyayanginya mula-mula menolak memberi ijin, akhirnya memberi ijin dengan syarat sepupunya Bhaddiya, Raja Sakya yang menggantikan Raja Suddhodana yang telah mangkat, juga mengikutinya menjadi bhikkhu. Ibunya berpikir bahwa tidak mungkin Bhaddiya akan meninggalkan tugasnya sebagai raja untuk menjadi bhikkhu.

Bhaddiya berkata bahwa ia mau menemani Anuruddha menjadi bhikkhu asalkan Anuruddha mau menunggu tujuh tahun lagi. Atas desakan Anuruddha, masa menunggu itu dipersingkat menjadi enam tahun, lima tahun, empat tahun, sampai satu tahun. Akhirnya Bhaddiya berjanji untuk melaksanakan hal itu tujuh hari lagi setelah ia menyerahkan tugasnya kepada anak dan saudaranya.

Anuruddha kemudian mengajak pula Ananda, Bhagu, Kimbila dan Devadatta untuk menjadi bhikkhu. Agar tidak dicurigai, mereka pergi ke taman seolah-olah akan berolahraga dengan membawa pula tukang cukur mereka yang bernama Upali. Di tengah perjalanan mereka menyuruh para pengiring pulang, dan kemudian melepaskan baju dan perhiasan yang dipakai untuk dibawa pulang oleh Upali. Tetapi Upali yang merasa takut akan kemarahan orang Sakya bila membawa pulang barang-barang itu, akhirnya mengikuti mereka untuk menjadi bhikkhu. Mereka bertemu dengan Sang Buddha di Anupiya dalam perjalanan ke Rajagaha. Mereka memohon kepada Sang Buddha agar Upali ditahbiskan terlebih dahulu agar mereka dapat mengurangi rasa kesombongan mereka karena dengan demikian selanjutnya mereka harus menghormati Upali sebagai bhikkhu yang lebih senior.

Bhaddiya kemudian mencapai tiga pengetahuan dan menjadi Arahat. Ananda mencapai tingkat kesucian Sotapanna. Devadatta memperoleh kesaktian yang dapat dicapai oleh manusia biasa. Bhagu, Kimbila dan Upali pun kemudian mencapai tingkat Arahat.

Anuruddha yang terbiasa hidup nyaman dan dilayani oleh banyak pelayan kini harus mengenakan jubah kasar, berkeliling menerima dana makanan, tidur di alam terbuka dan menjalani aturan yang keras. Dengan tekadnya yang kuat, ia dapat terbiasa dengan kehidupan sebagai bhikkhu namun merasa amat lelah dalam melaksanakan latihan-latihan itu.

Pada suatu kali ketika Anuruddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya sedang berkumpul di vihara Jetavana mendengarkan khotbah Sang Buddha, ia merasa sangat mengantuk dan tertidur. Ia terbangun ketika Sang Buddha menyebut namanya dan menyapanya dengan beberapa perkataan. Setelah khotbah selesai, dengan rasa malu Anuruddha menyampaikan rasa penyesalannya kepada Sang Buddha dan bertekad untuk tidak lagi tertidur pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha. Sejak saat itu Anuddha tidak pernah memejamkan mata walaupun di malam hari.

Dengan latihannya Anuruddha memperoleh mata dewa, yaitu kemampuan untuk melihat timbul lenyapnya makhluk-makhluk di alam semesta ini. Kemudian beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat. Namun latihan yang keras demikian menyebabkannya gangguan pada matanya sehingga tidak dapat melihat. Ketika diminta oleh Sang Buddha agar beliau tidur untuk memulihkan penglihatan matanya sesuai dengan anjuran dokter, beliau menjawab, “Bhante, dengan bertekad untuk tidak tidur saya dapat mengatasi semua penderitaan. Bagaimana saya dapat melepaskan tekad itu ?”

YA Anuruddha hadir pada saat Sang Buddha mencapai Parinibbana dan berperan pula dalam Sidang Agung Sangha yang diadakan setelah Sang Buddha Parinibbana. Beliau dengan para bhikkhu lainnya mendesak YA Ananda untuk melatih diri dengan sungguh-sungguh sehingga dapat mencapai tingkat Arahat pada Sidang Agung tersebut. YA Anuruddha mencapai Parinibbana (wafat) di desa Veluva dari Vajjian di bawah kerimbunan pohon bambu.
 _/\_

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #79 on: 05 March 2010, 10:28:52 PM »
berati saya ralat pernyataan saya soal Anuruddha buta sejak lahir..Maapkan saya atas kesalahan saya ini..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #80 on: 06 March 2010, 09:15:13 AM »
OOT dikit nih...tentang YM. Anurudha...
Quote
Pada suatu kali ketika Anuruddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya sedang berkumpul di vihara Jetavana mendengarkan khotbah Sang Buddha, ia merasa sangat mengantuk dan tertidur. Ia terbangun ketika Sang Buddha menyebut namanya dan menyapanya dengan beberapa perkataan. Setelah khotbah selesai, dengan rasa malu Anuruddha menyampaikan rasa penyesalannya kepada Sang Buddha dan bertekad untuk tidak lagi tertidur pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha. Sejak saat itu Anuddha tidak pernah memejamkan mata walaupun di malam hari.

Dengan latihannya Anuruddha memperoleh mata dewa, yaitu kemampuan untuk melihat timbul lenyapnya makhluk-makhluk di alam semesta ini. Kemudian beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat. Namun latihan yang keras demikian menyebabkannya gangguan pada matanya sehingga tidak dapat melihat. Ketika diminta oleh Sang Buddha agar beliau tidur untuk memulihkan penglihatan matanya sesuai dengan anjuran dokter, beliau menjawab, “Bhante, dengan bertekad untuk tidak tidur saya dapat mengatasi semua penderitaan. Bagaimana saya dapat melepaskan tekad itu ?”

Coba lihat kalimat yg dibold....dikatakan tidak memejamkan mata walaupun dimalam hari. Apakah ini berarti YM. Anurudha saat bermeditasi juga tidak memejamkan mata alias meditasi dengan mata terbuka? karena kalau dalam meditasinya dengan mata tertutup tentunya matanya tidak akan buta.

Bagaimana pendapat teman2?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #81 on: 06 March 2010, 09:29:00 AM »
OOT dikit nih...tentang YM. Anurudha...
Quote
Pada suatu kali ketika Anuruddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya sedang berkumpul di vihara Jetavana mendengarkan khotbah Sang Buddha, ia merasa sangat mengantuk dan tertidur. Ia terbangun ketika Sang Buddha menyebut namanya dan menyapanya dengan beberapa perkataan. Setelah khotbah selesai, dengan rasa malu Anuruddha menyampaikan rasa penyesalannya kepada Sang Buddha dan bertekad untuk tidak lagi tertidur pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha. Sejak saat itu Anuddha tidak pernah memejamkan mata walaupun di malam hari.

Dengan latihannya Anuruddha memperoleh mata dewa, yaitu kemampuan untuk melihat timbul lenyapnya makhluk-makhluk di alam semesta ini. Kemudian beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat. Namun latihan yang keras demikian menyebabkannya gangguan pada matanya sehingga tidak dapat melihat. Ketika diminta oleh Sang Buddha agar beliau tidur untuk memulihkan penglihatan matanya sesuai dengan anjuran dokter, beliau menjawab, “Bhante, dengan bertekad untuk tidak tidur saya dapat mengatasi semua penderitaan. Bagaimana saya dapat melepaskan tekad itu ?”

Coba lihat kalimat yg dibold....dikatakan tidak memejamkan mata walaupun dimalam hari. Apakah ini berarti YM. Anurudha saat bermeditasi juga tidak memejamkan mata alias meditasi dengan mata terbuka? karena kalau dalam meditasinya dengan mata tertutup tentunya matanya tidak akan buta.

Bagaimana pendapat teman2?


Bro bond..kalau itu kan mungkin hanya versi Virya alias dia yang translate dari yang saya baca berbeda dengan si Virya secara garis besarnya.. :)

Mungkin ada yang mau memberikan link tentang YM Anuruddha?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #82 on: 06 March 2010, 09:34:20 AM »
OOT dikit nih...tentang YM. Anurudha...
Quote
Pada suatu kali ketika Anuruddha dan bhikkhu-bhikkhu lainnya sedang berkumpul di vihara Jetavana mendengarkan khotbah Sang Buddha, ia merasa sangat mengantuk dan tertidur. Ia terbangun ketika Sang Buddha menyebut namanya dan menyapanya dengan beberapa perkataan. Setelah khotbah selesai, dengan rasa malu Anuruddha menyampaikan rasa penyesalannya kepada Sang Buddha dan bertekad untuk tidak lagi tertidur pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha. Sejak saat itu Anuddha tidak pernah memejamkan mata walaupun di malam hari.

Dengan latihannya Anuruddha memperoleh mata dewa, yaitu kemampuan untuk melihat timbul lenyapnya makhluk-makhluk di alam semesta ini. Kemudian beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat. Namun latihan yang keras demikian menyebabkannya gangguan pada matanya sehingga tidak dapat melihat. Ketika diminta oleh Sang Buddha agar beliau tidur untuk memulihkan penglihatan matanya sesuai dengan anjuran dokter, beliau menjawab, “Bhante, dengan bertekad untuk tidak tidur saya dapat mengatasi semua penderitaan. Bagaimana saya dapat melepaskan tekad itu ?”

Coba lihat kalimat yg dibold....dikatakan tidak memejamkan mata walaupun dimalam hari. Apakah ini berarti YM. Anurudha saat bermeditasi juga tidak memejamkan mata alias meditasi dengan mata terbuka? karena kalau dalam meditasinya dengan mata tertutup tentunya matanya tidak akan buta.

Bagaimana pendapat teman2?


Bro bond..kalau itu kan mungkin hanya versi Virya alias dia yang translate dari yang saya baca berbeda dengan si Virya secara garis besarnya.. :)

Mungkin ada yang mau memberikan link tentang YM Anuruddha?

Anumodana _/\_

Justru yg pernah saya baca yg Virya tulis.... ;D. Tapi ngak tau juga kalo ada versi lainnya...atau Anurudha yg berbeda..
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
There is no place like 127.0.0.1

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #84 on: 06 March 2010, 06:38:13 PM »
[at] mayvise: itu dia pointnya dari pernyataan sebelumnya.

diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.

dan kemudian lagi soal nasehat..... apakah nasehat seorang arahant pasti benar? Tidak pada semua kasus deh.
masa seh? yakin Tuhan?
yang saya alami sendiri dan pengalaman tuh beda...
nasehat seorang ariya itu langsung kena kemudian singkat terus mampu menyelesaikan segala persoalan.

terpaksa saya mengulangi kesalahan sekali lagi dengan harapan tidak dengan akibat yg sama,

1. dari mana tau Ariya
2. statement dari Sumedho mengandung frasa antisipasi "Tidak pada semua kasus"

1.coba om kumis ketemu sendiri deh..nanti juga pertanyaan nomor 1 jadi hilang sendiri.
kasus nya apa?

kalau mau tahu pasti sosialisasi saja bersama beliau di kamboja sono... ;D
nanti banyak hal aneh loh yg ditemukan... :P
Quote
[at] marcedes: ada koq kasus dimana arahant memberi pengarahan pada sekha tapi ternyata menurut Sang Buddha tidak tepat. CMIIW
Tuhan..... kasus seperti itu hanya tertulis dalam Tipitaka sedangkan ke otentikan Tipitaka saja masih di ragukan...
sedangkan banyak hal lain yg tidak tertulis bahkan bertentangan dengan Tipitaka...misalkan saja kasus Ajahn Mun....apakah anda ragu? padahal Ajahn Mun punya relik yg sangat-sangat bagus.

saya sendiri memang tidak yakin pasti apakah Sangharaja seorang Arahat atau bukan...tetapi setidak nya saya tahu beliau bukan manusia biasa...karena banyak hal mistik yg saya tidak bisa jelaskan secara langsung di sini.
« Last Edit: 06 March 2010, 06:55:48 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #85 on: 06 March 2010, 07:38:44 PM »
Sikap demikian diatas adalah hal yg alami, tak dapat dihindari, hanya dapat dipahami.

Alami karena memang begitulah pandangan yang melakukannya.
Tak dapat dihindari karena memang terjadi.
Dipahami saja bahwa memang sangat mungkin hal ini terjadi dikarenakan pemahaman yg berbeda.

................................................
Saya pikir kita berpegang pada pola pikir "semua karena ada sebabnya", oleh karena itu saya tidak mengatakan suatu pengertian benar/salah adalah alami.
Demikian pula dengan mengetahui sebabnya, mengapa kita mengatakan hal tersebut "tak terhindarkan"?


Segala yang terjadi adalah hal yg alami.
Tak terhindarkan karena hal seperti ini hampir selalu ada.
Dari pengalaman pribadi........sikap awal yg baik adalah berusaha memahami daripada mencoba secara langsung dan frontal "meluruskan".
yaa... gitu deh

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #86 on: 06 March 2010, 07:51:27 PM »
wah ini topik nya lari kemana yah gampang toh punya abinya yang bisa melihat pikiran seseorang seperti nya ada cerita tentang sorang penderma wanita dalam jaman sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian ( yang pasti belum arahat) dia menyediakan ruang yang bisa di pergunakan Bhikku untuk berlatih meditasi dan bhikku tersebut datang dan tinggal untuk berlatih meditasi setiap Bhikku itu ingin makan dan lain lain hal ini dapat di ketahui sang penderma wanita ini dengan mengantar makan dan lain lain hal ini membuat takut bhikku tersebut dan kembali dan Buddha bertanya pada bhikku tersebut mengapa dia kembali terus dia certiakan soal tersebut Buddha bertanya buat apa Takut terhadap hal tersebut Hingga Bhikku itu kembali berlatih di rumah penderma wanita ini.

jadi gampang nya dari pada main terka mending kita seperti penderma wanita tersebut memiliki abinya beres tah. Bila kita belum punya kemampuan tersebut berusaha lah mencapai nya atau kita tidak usah pusing soal soal mendapat karma baik karena menderma kepada ariya sangha dll karena belum berjodoh/ berkarma baik untuk bertemu ariya sangha sudah beres.

satu hal lagi dari cerita ini bahkan yang memiliki kesucian masih menaruh penghormatan terhadap bhikku ( anggota sangha) yang sedang berlatih diri untuk mencapai kesucian
« Last Edit: 06 March 2010, 08:06:03 PM by daimond »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #87 on: 06 March 2010, 08:05:03 PM »
Tidak semua keyakinan tentang seseorang itu ariya adalah salah dan membuta. Hal yg terpenting melakukan penyelidikan dengan seksama yg didasarkan pengertian benar. Kalau menerka2 tanpa dasar pengertian benar tentu itu tidak baik...tetapi benar apa yg dikatakan bro hendrako bahwa fenomena itu hal yg wajar...sesuai dhamma atau tidak, kita sulit menilai...selama kita masih putthujana walau demikian tentu ada batas2an dasar tentang ariya....misal kalo ariya pake perhiasan...hidupnya wah...nah itu patut dipertanyakan.

Saya rasa tulisan samanera Peacemind sangatlah bijaksana dan bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk direnungkan bagi yg mau merenungkan, berikut dibawah ini :

Quote

Pertama saya tekankan di sini bahwa keyakinan pada seseorang bahwa ia telah mencapai kesucian bukan hal yang salah. Hal ini sah-sah saja, apalagi jika keyakinan itu muncul setelah kita berasosiasi dengan orang tersebut dalam jangka waktu yang lama. Selama berasosiasi, kita melihat bagaimana tindak tanduk orang tersebut baik perkataan maupun jasmani benar2 mencerminkan tanda2 seorang mulia. Kita yang belum pernah melihat secara langsung bagaimana tindak-tanduk Bhikkhu Sāriputta, Bhikkhu Mahā Mogallana, Mahā Kassapa atau bhikkhu2 terkenal lainnya yang hidup pada jaman Sang Buddha saja percaya 100 persen bahwa mereka adalah arahat. Tentu tidak ada salahnya bagi kita untuk yakin bahwa seseorang merupakan seorang mulia / ariya terutama setelah kita berasosiasi dengan beliau dalam jangka waktu yang lama. Sang Buddha sendiri pernah mengatakan bahwa kebijaksanaan seseorang akan tampak hanya ketika kita telah berasosiasi dengannya dalam jangka waktu yang tidak sedikit.

Jadi masalah ini memang kompleks....sehingga kembali kepada pribadi masing2.

1.Ada yg meyakini karena telah berasosiasi dgn mereka...walau tidak mengetahui dengan pasti kondisi batin mereka tapi secara simbolik penghargaan itu ada, melalui keyakinan dengan dasar pengertian benar tanpa pengkultusan. Dan ini biasanya berhubungan dengan aspek praktek langsung

2. Ada yg hanya yakin karena katanya dan desas-desus.

3. ada yg meyakini karena mau mendapatkan pahala.

4. Ada yg selalu meragukan/mempertanyakan tanpa meneliti lebih lanjut...ini juga bentuk ekstrem lainnya..

5. Ada yg mempertanyakan tapi ia meneliti lebih lanjut sampai tuntas dan ada juga yg melakukan penelitian terbatas tapi tidak tuntas, dan terjebak dalam pandangannya.

6. ada yg netral sampai terbukti atau ada sinyalemen kesana baru menyimpulkan...

7.   Tidak  percaya atau tidak mau percaya sama sekali, bisa karena katanya/desas-desus, atau karena penilitian tuntas atau penelitian yg terbatas dan terjebak didalamnya.

Nah silakan dipilih dibagian manakah diri kita ....
« Last Edit: 06 March 2010, 08:34:01 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #88 on: 06 March 2010, 08:29:06 PM »
 [at]  marcedes,

jika saya bertemu Beliau dan dengan mata kepala sendiri menyaksikan tindak tanduknya yg tanpa cela, bahkan saya akhirnya juga hanya menerka bahwa Beliau adalah Arahat, tapi benar atau tidaknya tidak bisa dipastikan. karena kualitas batin saya tidak memungkinkan untuk memberikan penilaian apakah seseorang Arahat atau bukan. saya bahkan tidak bisa menilai apakah seseorang itu maling atau bukan dalam satu atau dua kali pertemuan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #89 on: 06 March 2010, 08:42:07 PM »
Tidak semua keyakinan tentang seseorang itu ariya adalah salah dan membuta. Hal yg terpenting melakukan penyelidikan dengan seksama yg didasarkan pengertian benar. Kalau menerka2 tanpa dasar pengertian benar tentu itu tidak baik...tetapi benar apa yg dikatakan bro hendrako bahwa fenomena itu hal yg wajar...sesuai dhamma atau tidak, kita sulit menilai...selama kita masih putthujana walau demikian tentu ada batas2an dasar tentang ariya....misal kalo ariya pake perhiasan...hidupnya wah...nah itu patut dipertanyakan.

Saya rasa tulisan samanera Peacemind sangatlah bijaksana dan bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk direnungkan bagi yg mau merenungkan, berikut dibawah ini :

Quote

Pertama saya tekankan di sini bahwa keyakinan pada seseorang bahwa ia telah mencapai kesucian bukan hal yang salah. Hal ini sah-sah saja, apalagi jika keyakinan itu muncul setelah kita berasosiasi dengan orang tersebut dalam jangka waktu yang lama. Selama berasosiasi, kita melihat bagaimana tindak tanduk orang tersebut baik perkataan maupun jasmani benar2 mencerminkan tanda2 seorang mulia. Kita yang belum pernah melihat secara langsung bagaimana tindak-tanduk Bhikkhu Sāriputta, Bhikkhu Mahā Mogallana, Mahā Kassapa atau bhikkhu2 terkenal lainnya yang hidup pada jaman Sang Buddha saja percaya 100 persen bahwa mereka adalah arahat. Tentu tidak ada salahnya bagi kita untuk yakin bahwa seseorang merupakan seorang mulia / ariya terutama setelah kita berasosiasi dengan beliau dalam jangka waktu yang lama. Sang Buddha sendiri pernah mengatakan bahwa kebijaksanaan seseorang akan tampak hanya ketika kita telah berasosiasi dengannya dalam jangka waktu yang tidak sedikit.

Jadi masalah ini memang kompleks....sehingga kembali kepada pribadi masing2.

1.Ada yg meyakini karena telah berasosiasi dgn mereka...walau tidak mengetahui dengan pasti kondisi batin mereka tapi secara simbolik penghargaan itu ada, melalui keyakinan dengan dasar pengertian benar tanpa pengkultusan. Dan ini biasanya berhubungan dengan aspek praktek langsung

2. Ada yg hanya yakin karena katanya dan desas-desus.

3. ada yg meyakini karena mau mendapatkan pahala.

4. Ada yg selalu meragukan/mempertanyakan tanpa meneliti lebih lanjut...ini juga bentuk ekstrem lainnya..

5. Ada yg mempertanyakan tapi ia meneliti lebih lanjut sampai tuntas dan ada juga yg melakukan penelitian terbatas tapi tidak tuntas, dan terjebak dalam pandangannya.

6. ada yg netral sampai terbukti atau ada sinyalemen kesana baru menyimpulkan...

7.   Tidak  percaya atau tidak mau percaya sama sekali, bisa karena katanya/desas-desus, atau karena penilitian tuntas atau penelitian yg terbatas dan terjebak didalamnya.

Nah silakan dipilih dibagian manakah diri kita ....
dari pilihan itu semua kenapa tidak ada pilihan atau sangat sedikit yang menginginkan menjadi ariya itu sendiri.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))