//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain  (Read 31001 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #45 on: 05 March 2010, 11:35:47 AM »
Saya rasa kita tidak dapat menilai seseorang adalah Arahat (atau pencapai tingkat kesucian lain) atau bukan. Purabheda Sutta yang dikutip bro Ryu memang adalah karakteristik orang yang telah mencapai tingkat kesucian. Tapi seberapa tenangkah/seimbangkah batinnya? Kita tidak tau. Kita hanya bisa berspekulasi dengan melihat “penampilan luarnya” saja.

Btw, tentang aura, saya rasa kurang tepat. Mama saya pernah dilihat auranya, katanya putih tuh. Hanya ada noda sedikit ;D atau jangan2 mama saya sudah anagami?   ::)
Ini saya setuju. Kita hanya bisa lihat tampilan luar, bukan pikirannya, apalagi kehancuran noda bathinnya.


IMO, masalahnya bukan di menerka atau diskriminasinya. Tapi "masalah" (bisa) muncul ketika kita mulai meyakini pendiskriminasian ini sebagai kebenaran lalu mulai “pilih kasih”, merasa lebih afdol kalo berdana ke bhante yang “kelihatan suci” atau merasa bahwa nasehat bhante tertentu pasti benar karena kelihatan sudah mencapai tingkat kesucian.
Nah, keyakinan membuta ini juga yang bisa merugikan diri sendiri.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #46 on: 05 March 2010, 11:41:49 AM »
masa seh? yakin Tuhan?
yang saya alami sendiri dan pengalaman tuh beda...
nasehat seorang ariya itu langsung kena kemudian singkat terus mampu menyelesaikan segala persoalan.

Majjhima Nikaya 97, Dhananjani Sutta. Sariputta (=Agga-Savaka) tidak mengetahui kondisi bathin Brahmana Dhananjani dan memberikan bimbingan sampai pada Brahma-vihara karena berpikir bahwa hanya sampai situlah yang bisa dicapai oleh Dhananjani. Buddha mengatakan seharusnya Sariputta melanjutkan bimbingannya lebih jauh karena Dhananjani memiliki potensi mencapai kesucian.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #47 on: 05 March 2010, 11:48:10 AM »
Sikap demikian diatas adalah hal yg alami, tak dapat dihindari, hanya dapat dipahami.

Alami karena memang begitulah pandangan yang melakukannya.
Tak dapat dihindari karena memang terjadi.
Dipahami saja bahwa memang sangat mungkin hal ini terjadi dikarenakan pemahaman yg berbeda.

................................................
Saya pikir kita berpegang pada pola pikir "semua karena ada sebabnya", oleh karena itu saya tidak mengatakan suatu pengertian benar/salah adalah alami.
Demikian pula dengan mengetahui sebabnya, mengapa kita mengatakan hal tersebut "tak terhindarkan"?


Quote
Teringat akan salah satu artikel dari Ajahn Chah yg sedikit berhubungan dengan judul Thread, Not Sure - The Standard Of The Noble Ones, berikut petikannya:

          Jadi tetaplah bersama Sang Buddha. Seperti yang sudah saya katakan berkali-kali, dalam praktek kita harus melihat ke dalam dan menemukan Sang Buddha. Di manakah Sang Buddha? Sang Buddha masih tetap hidup sampai dengan hari ini, periksalah dan temukan beliau. Di manakah beliau? Di anicca, periksa dan temukanlah beliau di sana, pergilah dan sembahlah beliau: anicca, ketidakpastiaan. Bagi para pemula, kalian bisa berhenti tepat di sana.

        Jika batin berusaha mengatakan padamu, "Saya seorang sotapanna sekarang", pergi dan menyembahlah pada sang Sotapanna. Ia akan mengatakan padamu, "Semuanya tidak pasti". Jika kalian bertemu seorang sakadagami, pergi dan hormatilah dia. Jika ia melihatmu ia hanya akan mengatakan, "Bukan satu hal yang pasti!" Jika ada seorang anagami, pergi dan sembahlah dia. Ia hanya akan mengatakan satu hal… "Tidak pasti". Bahkan jika kalian bertemu seorang arahat, pergi dan sembahlah dia, dia bahkan akan lebih tegas mengatakan, "Semuanya bahkan lebih tidak pasti!" Kalian akan mendengar kata-kata Para Suci… "Segala sesuatu tidak pasti, jangan melekat pada apapun".

        Jangan hanya memandangi Sang Buddha seperti seorang yang tolol. Jangan melekat pada segala sesuatu, mencengkeram kuat tanpa melepaskan.

        Jadi saya katakan, "Pergilah kepada Sang Buddha". Di manakah Sang Buddha? Sang Buddha adalah Sang Dhamma. Semua Ajaran di dunia ini dapat dimuat dalam satu ajaran ini: anicca. Pikirkanlah itu. Sebagai bhikkhu saya sudah mencarinya lebih dari empat puluh tahun dan inilah semua yang saya temukan. Anicca dan ketahanan kesabaran. Inilah cara mendekati ajaran Sang Buddha… anicca: semuanya tidak pasti.


sumber: http://www.what-buddha-taught.net/BI/Ajahn_Chah_Food_for_the_Heart.htm#bab9
Thanx buat referensinya. Terlepas apakah Ajahn Chah seorang Ariya atau tidak, memang menurut saya ajaran beliau mencerminkan ajaran Buddha.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #48 on: 05 March 2010, 12:11:17 PM »
Saya pikir ini memang fenomena umat Buddha di seluruh dunia. Bukan tidak mungkin kalau fenomena ini sudah terjadi di zaman Sang Buddha.

Dinyatakan dalam Sanghanusati, bahwa (Ariya) Sangha adalah ladang untuk menanam jasa yang tiada tara di alam semesta. Oleh karena itu, banyak umat Buddha yang berbondong-bondong berdana kepada para bhikkhu; apalagi ada bhikkhu yang disinyalir sudah mencapai tingkat kesucian. Tidak perlu bhikkhu yang disinyalir sudah suci, umat Buddha pun biasanya lebih suka berdana kepada bhikkhu yang populer atau bhikkhu yang sudah senior.

Saya secara pribadi justru mencium adanya aroma "nafsu-keinginan" dari umat mayoritas untuk memperoleh kusala vipaka yang besar dari perbuatan ini. Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa siapa yang berdana kepada para bhikkhu, maka akan memperoleh kekayaan di kehidupan selanjutnya.

Fenomena terka-menerka ini tidak hanya berimbas pada aspek berdana di kalangan umat Buddha. Aspek lain seperti kredibilitas Dhammadesana, popularitas, maupun sikap hormat kepada bhikkhu yang disinyalir itu pun turut terimbas; bagaikan efek domino. Salah satu imbas terjauh yang kasat mata di kalangan umat Buddha adalah sikap mengkultuskan seorang bhikkhu.

Menurut saya, fenomena terka-menerka ini hanyalah satu produk pikiran yang masih terikat oleh persepsi. Yang mungkin disebabkan oleh keinginan untuk membandingkan (mana), dan atau keinginan untuk memiliki satu figur yang sesuai dengan ekspetasi.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #49 on: 05 March 2010, 12:36:28 PM »
akan lebih berbahaya lagi jika,

si terduga "Arahat"  malah ikut2an menganggap dirinya "Arahat" karena banyak orang percaya demikian, dan ternyata, dia merasakan, jadi "Arahat" ternyata nikmat, dimulailah kisah kemerosotannya

satu orang merosot masih lebih baik daripada 10000 orang merosot karena mengikuti "ariya" berpandangan salah
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #50 on: 05 March 2010, 12:39:10 PM »
diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.
point yg menarik...
saya setuju soal "bahwa sebenarnya yg lebih membutuhkan adalah yg berlatih".
disini saya lihat masalahnya bukan pada penerima dana, melainkan pada si-pendana.

Pendana "cenderung" (ga semua) bukan memikirkan kebutuhan penerima dana,
melainkan memikirkan pahala pen-danaannya. ---> dg demikian apakah gembar-gembor dana pada ariya, pada zaman Buddha, dsb yg memberikan pahala lebih* (atau pahala di bln ramadhan lebih gede hehehe) memberikan manfaat? hmmm...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #51 on: 05 March 2010, 12:45:15 PM »
     "You misguided men, how can you for the sake of your stomachs
   speak praise of one another's superior human states to householders?
   It would be better for you that your bellies be slashed open with a
   sharp butcher's knife than that you should for the sake of your
   stomachs speak praise of one another's superior human states to
   householders. Why is that? For //that// reason you would undergo
   death or death-like suffering, but you would not on that account, at
   the break-up of the body, after death, fall into deprivation, the
   bad bourn, the abyss, purgatory. But for //this// reason you would,
   at the break-up of the body, after death, fall into deprivation, the
   bad bourn, the abyss, purgatory....Bhikkhus, in this world with its
   gods, maras, and brahmas, its generations with priests and
   contemplatives, princes and men, this is the ultimate great thief:
   he who claims an unfactual, non-existent superior human state. Why
   is that? You have consumed the nation's almsfood through theft."
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #52 on: 05 March 2010, 01:08:18 PM »
seperti kasus bahiya?

terlalu jauh ke bahiya, yg sekarang aja ada kok

Lu Shen Yeng? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #53 on: 05 March 2010, 01:12:10 PM »
[at] mayvise: itu dia pointnya dari pernyataan sebelumnya.

diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.

dan kemudian lagi soal nasehat..... apakah nasehat seorang arahant pasti benar? Tidak pada semua kasus deh.

Bro saya kurang setuju dengan kata "diskriminasi"...ada yang mau jelaskan arti dari "diskriminasi" ?saya rasa untuk penafsiran diskriminasi terlalu luas,dan banyak segi yang mesti didiskusikan dan dilihat lebih jauh...ingat kita masih membawa kamma masa lampau kita,dan tidak semua arahat bisa memperoleh dana yang besar,tidak semua arahat dapat memperoleh kemampuan,dan seterusnya[silakan lihat di RAPB by DhammaCitta Press,sangat lengkap ditulis disana..]

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #54 on: 05 March 2010, 01:52:17 PM »
Bro saya kurang setuju dengan kata "diskriminasi"...ada yang mau jelaskan arti dari "diskriminasi" ?saya rasa untuk penafsiran diskriminasi terlalu luas,dan banyak segi yang mesti didiskusikan dan dilihat lebih jauh...ingat kita masih membawa kamma masa lampau kita,dan tidak semua arahat bisa memperoleh dana yang besar,tidak semua arahat dapat memperoleh kemampuan,dan seterusnya[silakan lihat di RAPB by DhammaCitta Press,sangat lengkap ditulis disana..]

Anumodana _/\_
Diskriminasi di sini bukan selalu berarti negatif. Selama kita membuat keputusan berdasarkan perbedaan tertentu (dalam hal ini adalah dugaan pencapaian kesucian) maka itu adalah diskriminasi.
Misalnya seperti berdana mengutamakan yang "terduga ariya" dahulu.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #55 on: 05 March 2010, 02:12:01 PM »
Bro saya kurang setuju dengan kata "diskriminasi"...ada yang mau jelaskan arti dari "diskriminasi" ?saya rasa untuk penafsiran diskriminasi terlalu luas,dan banyak segi yang mesti didiskusikan dan dilihat lebih jauh...ingat kita masih membawa kamma masa lampau kita,dan tidak semua arahat bisa memperoleh dana yang besar,tidak semua arahat dapat memperoleh kemampuan,dan seterusnya[silakan lihat di RAPB by DhammaCitta Press,sangat lengkap ditulis disana..]

Anumodana _/\_
Diskriminasi di sini bukan selalu berarti negatif. Selama kita membuat keputusan berdasarkan perbedaan tertentu (dalam hal ini adalah dugaan pencapaian kesucian) maka itu adalah diskriminasi.
Misalnya seperti berdana mengutamakan yang "terduga ariya" dahulu.

sebenarnya Buddha sudah jelas mengatakan bahwa pelayanan utama tidak dilihat dari tataran kesucian,atau apapun,tetapi dilihat dari senioritas dan junioritas..kan disana sudah jelas..

sekarang kita asumsikan bahwa si A adalah pendana,dan apa yang menggerakan si A mendanakan kepada Bhikkhu tertentu?tentunya sesuai dengan "persepsi" si A terlepas di menggangap Bhikkhu tersebut Ariya atau bukan[karena ini masuk ke ranah keyakinan],apakah ada faktor kamma yang mendukung seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang lain?

tentunya pandangan2 seperti ini sangat berbahaya,tetapi saya rasa "Si Bhikkhu" seharusnya memiliki kebijaksanaan[apalagi sudah "diyakini" mencapai tataran kesucian tertentu],misalnya dana yang diterima disumbangkan ke orang2 yang membutuhkan dan seterusnya,dengan begini masalah clear bukan?

Seperti kasus sewaktu Buddha Gotama pergi ke surga Tavatimsa,dimana orang2 bertanya kepada Bhante Mongalana[dimana YM Mongalana dipercaya memiliki kemampuan 1 level di bawah Buddha],tetapi apa yang dilakukan YM Moggalana?YM Moggalana dengan bijak menyuruh umat menanyakan kepada Bhante Anurudha[saya tidak tahu bagaimana tulisan yang benar,tolong dikoreksi nama Bhante tersebut,yang buta sejak lahir],tujuannya agar umat2 juga menghormati Bhante Anurudha...

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #56 on: 05 March 2010, 02:16:00 PM »
Saya pikir ini memang fenomena umat Buddha di seluruh dunia. Bukan tidak mungkin kalau fenomena ini sudah terjadi di zaman Sang Buddha.

Dinyatakan dalam Sanghanusati, bahwa (Ariya) Sangha adalah ladang untuk menanam jasa yang tiada tara di alam semesta. Oleh karena itu, banyak umat Buddha yang berbondong-bondong berdana kepada para bhikkhu; apalagi ada bhikkhu yang disinyalir sudah mencapai tingkat kesucian. Tidak perlu bhikkhu yang disinyalir sudah suci, umat Buddha pun biasanya lebih suka berdana kepada bhikkhu yang populer atau bhikkhu yang sudah senior.
Dalam Sanghanussati itu saya pikir sedikit rancu antara Sammuti Sangha ataukah Ariya Sangha yang dimaksud. Jika Ariya Sangha, berarti termasuk para Ariya perumahtangga (Sotapanna->Anagami). Saya bingung juga selain cara membedakannya apakah benar sudah Ariya, bagaimana cara menanam jasanya? Bukankah mereka tidak menerima dana layaknya bhikkhu(ni)?
Jika Sammuti Sangha, maka saya pikir itu adalah lebih sesuai, karena terlepas dari pencapaian kesucian yang telah diperoleh, berdana pada orang yang mengambil jalan petapa untuk mencapai kesucian adalah yang paling baik.


Quote
Saya secara pribadi justru mencium adanya aroma "nafsu-keinginan" dari umat mayoritas untuk memperoleh kusala vipaka yang besar dari perbuatan ini. Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, Sang Buddha pernah menyatakan bahwa siapa yang berdana kepada para bhikkhu, maka akan memperoleh kekayaan di kehidupan selanjutnya.
Tepat sekali. Menurut saya, ini pun adalah pandangan salah, baik tentang dana, juga dhamma.


Quote
Fenomena terka-menerka ini tidak hanya berimbas pada aspek berdana di kalangan umat Buddha. Aspek lain seperti kredibilitas Dhammadesana, popularitas, maupun sikap hormat kepada bhikkhu yang disinyalir itu pun turut terimbas; bagaikan efek domino. Salah satu imbas terjauh yang kasat mata di kalangan umat Buddha adalah sikap mengkultuskan seorang bhikkhu.

Menurut saya, fenomena terka-menerka ini hanyalah satu produk pikiran yang masih terikat oleh persepsi. Yang mungkin disebabkan oleh keinginan untuk membandingkan (mana), dan atau keinginan untuk memiliki satu figur yang sesuai dengan ekspetasi.
Betul. Ini yang paling bahaya. Kadang seorang puthujjana bisa saja jauh lebih mahir dari seorang Ariya dalam berceramah. Sementara bagi para Ariya yang memang tidak mengembangkan kemampuan mengajar, belum tentu pandai mengajar.


-------------------
Berarti kembali lagi ke permasalahan awal:
1. Apakah kita bisa mengetahui perbedaan antara Ariya dan Puthujjana?
2. Jika seandainya kita bisa mengetahui dengan pasti, apakah manfaatnya bagi kita?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #57 on: 05 March 2010, 02:21:56 PM »
sebenarnya Buddha sudah jelas mengatakan bahwa pelayanan utama tidak dilihat dari tataran kesucian,atau apapun,tetapi dilihat dari senioritas dan junioritas..kan disana sudah jelas..

sekarang kita asumsikan bahwa si A adalah pendana,dan apa yang menggerakan si A mendanakan kepada Bhikkhu tertentu?tentunya sesuai dengan "persepsi" si A terlepas di menggangap Bhikkhu tersebut Ariya atau bukan[karena ini masuk ke ranah keyakinan],apakah ada faktor kamma yang mendukung seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang lain?

tentunya pandangan2 seperti ini sangat berbahaya,tetapi saya rasa "Si Bhikkhu" seharusnya memiliki kebijaksanaan[apalagi sudah "diyakini" mencapai tataran kesucian tertentu],misalnya dana yang diterima disumbangkan ke orang2 yang membutuhkan dan seterusnya,dengan begini masalah clear bukan?

Seperti kasus sewaktu Buddha Gotama pergi ke surga Tavatimsa,dimana orang2 bertanya kepada Bhante Mongalana[dimana YM Mongalana dipercaya memiliki kemampuan 1 level di bawah Buddha],tetapi apa yang dilakukan YM Moggalana?YM Moggalana dengan bijak menyuruh umat menanyakan kepada Bhante Anurudha[saya tidak tahu bagaimana tulisan yang benar,tolong dikoreksi nama Bhante tersebut,yang buta sejak lahir],tujuannya agar umat2 juga menghormati Bhante Anurudha...

Anumodana _/\_
Tambahan saja:
Bhante Anuruddha tidak buta sejak lahir. Suatu kali ketika Buddha sedang berceramah, Anuruddha ketiduran. Kemudian setelahnya, Buddha menegurnya dan ia menjadi sangat malu. Ia bertekad untuk tidak lagi memejamkan mata, walaupun itu berbahaya bagi kesehatan matanya. Maka dalam menjalankan tekadnya itu, ia kehilangan pandangannya dan menjadi buta, tetapi kemudian ia juga mencapai mata deva yang terunggul di antara para Savaka.


Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #58 on: 05 March 2010, 02:24:47 PM »
sebenarnya Buddha sudah jelas mengatakan bahwa pelayanan utama tidak dilihat dari tataran kesucian,atau apapun,tetapi dilihat dari senioritas dan junioritas..kan disana sudah jelas..

sekarang kita asumsikan bahwa si A adalah pendana,dan apa yang menggerakan si A mendanakan kepada Bhikkhu tertentu?tentunya sesuai dengan "persepsi" si A terlepas di menggangap Bhikkhu tersebut Ariya atau bukan[karena ini masuk ke ranah keyakinan],apakah ada faktor kamma yang mendukung seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang lain?

tentunya pandangan2 seperti ini sangat berbahaya,tetapi saya rasa "Si Bhikkhu" seharusnya memiliki kebijaksanaan[apalagi sudah "diyakini" mencapai tataran kesucian tertentu],misalnya dana yang diterima disumbangkan ke orang2 yang membutuhkan dan seterusnya,dengan begini masalah clear bukan?

Seperti kasus sewaktu Buddha Gotama pergi ke surga Tavatimsa,dimana orang2 bertanya kepada Bhante Mongalana[dimana YM Mongalana dipercaya memiliki kemampuan 1 level di bawah Buddha],tetapi apa yang dilakukan YM Moggalana?YM Moggalana dengan bijak menyuruh umat menanyakan kepada Bhante Anurudha[saya tidak tahu bagaimana tulisan yang benar,tolong dikoreksi nama Bhante tersebut,yang buta sejak lahir],tujuannya agar umat2 juga menghormati Bhante Anurudha...

Anumodana _/\_
Tambahan saja:
Bhante Anuruddha tidak buta sejak lahir. Suatu kali ketika Buddha sedang berceramah, Anuruddha ketiduran. Kemudian setelahnya, Buddha menegurnya dan ia menjadi sangat malu. Ia bertekad untuk tidak lagi memejamkan mata, walaupun itu berbahaya bagi kesehatan matanya. Maka dalam menjalankan tekadnya itu, ia kehilangan pandangannya dan menjadi buta, tetapi kemudian ia juga mencapai mata deva yang terunggul di antara para Savaka.



Bro Kainyn,ini dapat dari sumber mana ya?Nanti saya check lagi buku yang ada di saya,kalau tidak salah ditulis buta semenjak lahir,soal dia buta karena kesalahan masa lampaunya.. ???

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #59 on: 05 March 2010, 02:26:29 PM »
Quote
Berarti kembali lagi ke permasalahan awal:
1. Apakah kita bisa mengetahui perbedaan antara Ariya dan Puthujjana?
sekilas mungkin bisa,tetapi keknya bagi saya tidak mungkin mengetahui seorang Ariya atau bukan..kecuali kita sendiri juga seorang Ariya,.. :)

Quote
2. Jika seandainya kita bisa mengetahui dengan pasti, apakah manfaatnya bagi kita?
um..berguru kepada dia,dan minta pengarahannya?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...