//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain  (Read 31256 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #30 on: 05 March 2010, 09:47:38 AM »
I assume all is arahant ;)

Assuming "All is Arahant" or "None is Arahant" causes no discrimination. Thus, no problem. When we discern "this one is Arahant, and this one is not" based only on speculations, not knowledge, discrimination arose. Then by that speculation and lack of knowledge, our thought and conduct toward that person differ. That's the problem.

*mau ngikut english tapi lagi males*
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?

misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.

akan lebih berbahaya lagi jika,

si terduga "Arahat"  malah ikut2an menganggap dirinya "Arahat" karena banyak orang percaya demikian, dan ternyata, dia merasakan, jadi "Arahat" ternyata nikmat, dimulailah kisah kemerosotannya

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #31 on: 05 March 2010, 09:49:46 AM »
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?
misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.

IMO, masalahnya bukan di menerka atau diskriminasinya. Tapi "masalah" (bisa) muncul ketika kita mulai meyakini pendiskriminasian ini sebagai kebenaran lalu mulai “pilih kasih”, merasa lebih afdol kalo berdana ke bhante yang “kelihatan suci” atau merasa bahwa nasehat bhante tertentu pasti benar karena kelihatan sudah mencapai tingkat kesucian.
oleh karena itu perlu dipahami makna dari trisarana dengan baik sehingga tidak ada pengkultusan terhadap individu2 yang dianggap suci atau pasti benar.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #32 on: 05 March 2010, 09:50:50 AM »
 [at] mayvise: itu dia pointnya dari pernyataan sebelumnya.

diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.

dan kemudian lagi soal nasehat..... apakah nasehat seorang arahant pasti benar? Tidak pada semua kasus deh.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #33 on: 05 March 2010, 09:52:15 AM »
I assume all is arahant ;)

Assuming "All is Arahant" or "None is Arahant" causes no discrimination. Thus, no problem. When we discern "this one is Arahant, and this one is not" based only on speculations, not knowledge, discrimination arose. Then by that speculation and lack of knowledge, our thought and conduct toward that person differ. That's the problem.

*mau ngikut english tapi lagi males*
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?

misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.

akan lebih berbahaya lagi jika,

si terduga "Arahat"  malah ikut2an menganggap dirinya "Arahat" karena banyak orang percaya demikian, dan ternyata, dia merasakan, jadi "Arahat" ternyata nikmat, dimulailah kisah kemerosotannya
seperti kasus bahiya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #34 on: 05 March 2010, 09:57:53 AM »
seperti kasus bahiya?

terlalu jauh ke bahiya, yg sekarang aja ada kok

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #35 on: 05 March 2010, 10:30:37 AM »
[at] mayvise: itu dia pointnya dari pernyataan sebelumnya.

diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.

dan kemudian lagi soal nasehat..... apakah nasehat seorang arahant pasti benar? Tidak pada semua kasus deh.
masa seh? yakin Tuhan?
yang saya alami sendiri dan pengalaman tuh beda...
nasehat seorang ariya itu langsung kena kemudian singkat terus mampu menyelesaikan segala persoalan.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #36 on: 05 March 2010, 10:38:07 AM »
[at] mayvise: itu dia pointnya dari pernyataan sebelumnya.

diskriminasi selalu ada, terlepas kita sudah tahu pasti arahant atau bukan. mostly akan berdana pada yg arahant padahal yg sebenarnya butuh itu, yg perlu kondisi utk berlatih adalah yg belum merealisasikan. Jadinya bisa arahantnya super banyak dana dapatnya, yg belum malahan kekurangan.

dan kemudian lagi soal nasehat..... apakah nasehat seorang arahant pasti benar? Tidak pada semua kasus deh.
masa seh? yakin Tuhan?
yang saya alami sendiri dan pengalaman tuh beda...
nasehat seorang ariya itu langsung kena kemudian singkat terus mampu menyelesaikan segala persoalan.

terpaksa saya mengulangi kesalahan sekali lagi dengan harapan tidak dengan akibat yg sama,

1. dari mana tau Ariya
2. statement dari Sumedho mengandung frasa antisipasi "Tidak pada semua kasus"

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #37 on: 05 March 2010, 10:48:05 AM »
 [at] marcedes: ada koq kasus dimana arahant memberi pengarahan pada sekha tapi ternyata menurut Sang Buddha tidak tepat. CMIIW
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #38 on: 05 March 2010, 11:13:35 AM »
dengan menggunakan "mata ketiga" untuk melihat aura. sering meditasi, biasanya bisa sendiri.
mo jalur express, bisa minta tolong org "pinter" ato Bhikku utk bukain. disarankan dah siap lahir batin.
Bukan masalah bisa/tidak melihat aura-nya, tetapi apakah dari aura bisa diketahui pencapaian kesucian seseorang?


Quote
sehati.
tapi prakteknya memang begitu. karena tau(bisa melihat sendiri) maka otomatis lebih hormat dibanding yg lain. kl tidak tau, maka semua di sama ratakan.

ya.. begitulah... ;D
Seperti pertanyaan di atas. Walaupun bisa melihat aura dengan kemampuan sendiri, apakah benar aura bisa menunjukkan pencapaian kesucian seseorang?


Quote
setau gua, liat aura, gak bisa utk melihat seseorang single apa dah married ;D
Saya rasa, mungkin bisa. Tetapi tidak selalu akurat, tentunya.



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #39 on: 05 March 2010, 11:18:53 AM »
Ada pula yang konon bisa tahu dari reliknya.
Sebenarnya ada bahayanya gak sih menebak kesucian seseorang?
Itu dia yang mau dibahas. Kemudian selain masalah berisiko/tidak, ada manfaatnya atau tidak?
Kalau kita sudah berisiko tebak-tebakan, tapi ternyata tidak ada manfaatnya jika benar, bukankah sangat merugikan?

Quote
Kenapa Sang Buddha mengkategorikan "berbohong mengenai pencapaian kesucian sendiri" sebagai sesuatu yang sangat berat (parajika) ?
Menurut saya memang sangat berbahaya bagi diri sendiri dan juga orang lain, maka saya rasa perlu membahas topik ini agar jangan sampai terperosok ide tersebut, baik disengaja (=ditipu) atau tidak (=spekulasi sendiri).

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #40 on: 05 March 2010, 11:21:08 AM »
Pada saat itu, terdapat dewa lain yang bernama Ankura di alam dewa Tavatimsa yang telah banyak memberikan dana; jauh lebih banyak daripada apa yang telah Indaka berikan. Tetapi dana itu dilakukan di luar masa keberadaan ajaran Buddha. Sehingga meskipun dananya besar dan banyak, ia menikmati pahala
kehidupan dewa dalam ukuran yang lebih kecil daripada Indaka, yang telah mempersembahkan sangat sedikit dana.

Ketika Sang Buddha berada di Tavatimsa, Ankura bertanya kepada Beliau alasan ketidaksesuaian perolehan pahala itu. Kepadanya Sang Buddha menjawab, "O dewa! Ketika memberikan dana kamu seharusnya memilih kepada siapa kamu memberi, karena perbuatan dana seperti halnya menanam bibit. Bibit yang ditanam di tanah yang subur akan tumbuh menjadi pohon atau tanaman yang kuat dan hebat, serta akan menghasilkan banyak buah; tetapi kamu telah menebarkan bibitmu di tanah yang tandus, sehingga kamu memperoleh sangat sedikit."

Mungkin sutta diatas salah pemicu umat awam menebak-nebak tingkat kesucian seseorang.Sehingga saat berdana terjadilah perbedaan.Apakah itu adil???

Referensi yang menarik. Coba kita baca lagi apakah Buddha mengatakan tentang "berdana di masa ada ajaran Buddha" ataukah "berdana pada Ariya" yang lebih besar pahalanya?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #41 on: 05 March 2010, 11:22:12 AM »
ya kalo dari segi pencapaian arahat bukankah badan jasmani kita ga akan bisa bertahan lebih dari 7 hari jika sudah mencapai arahat? mohon penjelasanny? apakah melihat dari aura saja sudah bisa meyakini bahwa seseorang sudah arahat? ^:)^
Setelah mencapai Arahatta, dikatakan tidak bisa hidup lebih dari 7 hari sebagai perumahtangga.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #42 on: 05 March 2010, 11:27:12 AM »
Bukannya sama saja ariya atou ngak..
Yang penting-kan dhamma(objek) yang diajarkannya..ingat pesan guru agung sebelum parinibbana "buatlah pulau pelindung bagi dirimu sendiri"..
Itu juga yang dibahas di sini. Apakah menjadi berbeda kalau bhikkhu itu ariya atau tidak?


Quote
Trus soal berdana kepada sangha,
Sy bingung..kenapa umat sangat antusias berdana kepada bhikku ya?,apalagi bhikku yg di yakini mencapai kesucian tertentu..apa karena katanya "feedback"nya lebih besar???
Bukannya berdana tujuannya untuk melepas??
Saya lupa istilahnya, tetapi ditinjau dari tekadnya, seseorang berdana dibagi 2:
1. mendapatkan kamma baik
2. berlatih melepas kemelekatan
Yang ke dua itu yang membawa pada nibbana.


Quote
Trus,waktu salah satu luagpu dtg ke indonesia,
buset dha..dananya ampe satu ruangan penuh..
pertanyannya; salahkah memilih untuk tidak berdana kepada luang-pu tersebut dgn alasan dana yg telah didanakan melimpah-ruah,termasuk pandangan salah kah??
CMIIW
Pemberian dana kepada para petapa memang seharusnya tidak dihalangi/dibatasi. Tetapi juga hendaknya si penerima dana bersikap bijak terhadap dana yang diterima agar tidak mubazir.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #43 on: 05 March 2010, 11:29:57 AM »
Kelihatannya hal sepele, tetapi imbasnya bisa ke mana-mana.

Hal ini umum terjadi terutama jika menyangkut hubungan umat dan sangha. Anggota sangha yang diduga sebagai seorang Ariya, biasa keputusannya bisa dianggap lebih benar. Dana yang diberikan pun biasanya lebih diutamakan, semua berbondong-bondong datang demi Bhikkhu(ni) "Ariya" tersebut. Bahkan saya pernah dengar ada metode yang bisa dilakukan orang tertentu untuk "mengintip" apakah anggota sangha tersebut adalah (tanpa tanggung-tanggung,) Arahat.

Bagaimana pendapat rekan-rekan terhadap sikap demikian?



NB: Topic ini bukan untuk memperpanjang dan juga tidak ada hubungannya dengan Topik sebelah, tetapi memang membahas fenomena yang terjadi, apakah sesuai atau tidak sesuai dengan dhamma.

No Junk, Please!

Sikap demikian diatas adalah hal yg alami, tak dapat dihindari, hanya dapat dipahami.

Alami karena memang begitulah pandangan yang melakukannya.
Tak dapat dihindari karena memang terjadi.
Dipahami saja bahwa memang sangat mungkin hal ini terjadi dikarenakan pemahaman yg berbeda.

................................................
Teringat akan salah satu artikel dari Ajahn Chah yg sedikit berhubungan dengan judul Thread, Not Sure - The Standard Of The Noble Ones, berikut petikannya:

          Jadi tetaplah bersama Sang Buddha. Seperti yang sudah saya katakan berkali-kali, dalam praktek kita harus melihat ke dalam dan menemukan Sang Buddha. Di manakah Sang Buddha? Sang Buddha masih tetap hidup sampai dengan hari ini, periksalah dan temukan beliau. Di manakah beliau? Di anicca, periksa dan temukanlah beliau di sana, pergilah dan sembahlah beliau: anicca, ketidakpastiaan. Bagi para pemula, kalian bisa berhenti tepat di sana.

        Jika batin berusaha mengatakan padamu, "Saya seorang sotapanna sekarang", pergi dan menyembahlah pada sang Sotapanna. Ia akan mengatakan padamu, "Semuanya tidak pasti". Jika kalian bertemu seorang sakadagami, pergi dan hormatilah dia. Jika ia melihatmu ia hanya akan mengatakan, "Bukan satu hal yang pasti!" Jika ada seorang anagami, pergi dan sembahlah dia. Ia hanya akan mengatakan satu hal… "Tidak pasti". Bahkan jika kalian bertemu seorang arahat, pergi dan sembahlah dia, dia bahkan akan lebih tegas mengatakan, "Semuanya bahkan lebih tidak pasti!" Kalian akan mendengar kata-kata Para Suci… "Segala sesuatu tidak pasti, jangan melekat pada apapun".

        Jangan hanya memandangi Sang Buddha seperti seorang yang tolol. Jangan melekat pada segala sesuatu, mencengkeram kuat tanpa melepaskan.

        Jadi saya katakan, "Pergilah kepada Sang Buddha". Di manakah Sang Buddha? Sang Buddha adalah Sang Dhamma. Semua Ajaran di dunia ini dapat dimuat dalam satu ajaran ini: anicca. Pikirkanlah itu. Sebagai bhikkhu saya sudah mencarinya lebih dari empat puluh tahun dan inilah semua yang saya temukan. Anicca dan ketahanan kesabaran. Inilah cara mendekati ajaran Sang Buddha… anicca: semuanya tidak pasti.


sumber: http://www.what-buddha-taught.net/BI/Ajahn_Chah_Food_for_the_Heart.htm#bab9


yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #44 on: 05 March 2010, 11:35:26 AM »
*mau ngikut english tapi lagi males*
problemnya di tebak2x orang itu arahat atau diskriminasinya?
Dua-duanya.
Pertama, bisa atau tidak dibedakan dengan metode tertentu?

Quote
misalnya kalau sudah pasti dan tidak tebak2x, kan diskriminasinya pasti tetap ada.
Ini fase berikutnya.
Ke dua, jika pun bisa atau seandainya kita hidup di jaman Buddha yang menyatakan si A sudah Arahat, benarkah kita harus mendiskriminasikan? Dari sisi apa saja diskriminasinya dan betulkah ada manfaatnya?