//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain  (Read 31264 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #105 on: 09 March 2010, 10:45:28 PM »
Segala sesuatu merupakan proses. Dan proses itu adalah hal yg alami.....terlepas dari benar dan keliru, wajar atau tidak wajar, selama itu adalah bagian dari proses maka itu adalah hal yang alami.

Sebagai contoh yg sering salah kaprah adalah pengrusakan hutan karena penebangan oleh manusia yg sering dikatakan sebagai hal yg tidak alami. Kerusakan hutan di Kalimantan tetap harus dipandang sebagai suatu kealamian karena manusia sendiri adalah bagian dari alam itu sendiri. Kerusakan hutan oleh kebakaran yg bersumber pada petir misalnya, tidak jauh berbeda dengan tindakan penebangan oleh manusia, keduanya sama2 merupakan bagian dari alam terlepas dari pandangan benar atau keliru.

Se-keliru2-nya tindakan penebangan hutan oleh manusia dipandang, hutan yg telah rusak tersebut tetap merupakan ke-alami-an.
Jika demikian, berarti membunuh orang lain juga adalah hal alami, karena perbedaan pendapat adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial. Dan juga, tidak dibunuh juga toh manusia mati juga pada akhirnya. Dengan demikian sekeliru-kelirunya Buddha menetapkan larangan pembunuhan, sebetulnya pembunuhan adalah hal yang alami. Bagaimana menurut Bro hendrako?


Yup, menurut saya, pembunuhan adalah termasuk hal yg alami, sama alaminya dengan tindakan penyelamatan kehidupan. Segala sesuatu yang ada dan yg terjadi  ..... apapun itu..... adalah alami.


Studi kasus: Pembunuhan,.....
Seseorang dibunuh karena memiliki potensi untuk dibunuh disebabkan kamma lampaunya. Si pembunuh merupakan faktor penunjang berbuahnya buah kamma orang yang dibunuh. Si pembunuh melakukan pembunuhan dikarenakan oleh kebencian/keserakahan/kegelapan batin. Pada bagian manakah pada kasus di atas yg bukan merupakan hal yg alami? Sesuatu yang alami tidak mengenal benar atau salah....hanya sekedar begitulah adanya.

Sesuatu disebut tidak wajar karena berbeda dari kebiasaan pada umumnya atau tidak diketahui sebabnya.
Apabila penyebab yg menyebabkan hujan setiap hari di sahara diketahui, maka hujan di sahara tersebut akan dikatakan wajar.






« Last Edit: 09 March 2010, 10:47:38 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #106 on: 09 March 2010, 10:57:33 PM »
^ ^ ^ Jadi, hujan setiap hari di Gurun Sahara adalah alami (walaupun tidak wajar). Atau dengan kata lain, bila kita menegaskan sesuatu sebagai alami tanpa menerangkan wajar atau tidak wajarnya, bisa mengaburkan apakah sesuatu yang alami itu wajar atau tidak wajar?

Misalnya hujan setiap hari di Gurun Sahara adalah alami. Jadi terkesan bahwa hujan di Gurun Sahara wajar-wajar aja?

Dalam topik ini, saya tidak melihat orang memilih-milih berdana dan berspekulasi adalah hal yang alami, karena memang bukan hukum alam yang menentukan seseorang berperilaku demikian. Seseorang terlahir tanpa mengenal Agama Buddha pun belum tentu memilih-milih dalam berdana. Tetapi kalau dilihat dari kurangnya pengetahuan tentang dhamma dan keinginan untuk mendapatkan yang lebih baik, perilaku demikian adalah wajar.


Hukum alam merupakan bagian dari alam sebagaimana manusia sendiri baik secara fisik maupun batin merupakan bagian dari alam itu sendiri.
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #107 on: 10 March 2010, 09:16:45 AM »
Sesuatu disebut tidak wajar karena berbeda dari kebiasaan pada umumnya atau tidak diketahui sebabnya.
Apabila penyebab yg menyebabkan hujan setiap hari di sahara diketahui, maka hujan di sahara tersebut akan dikatakan wajar.
Ya, betul. Itu sebabnya saya katakan dengan perbandingan berbeda, yang wajar bisa jadi tidak wajar dan sebaliknya.


Quote
Yup, menurut saya, pembunuhan adalah termasuk hal yg alami, sama alaminya dengan tindakan penyelamatan kehidupan. Segala sesuatu yang ada dan yg terjadi  ..... apapun itu..... adalah alami.


Studi kasus: Pembunuhan,.....
Seseorang dibunuh karena memiliki potensi untuk dibunuh disebabkan kamma lampaunya. Si pembunuh merupakan faktor penunjang berbuahnya buah kamma orang yang dibunuh. Si pembunuh melakukan pembunuhan dikarenakan oleh kebencian/keserakahan/kegelapan batin. Pada bagian manakah pada kasus di atas yg bukan merupakan hal yg alami? Sesuatu yang alami tidak mengenal benar atau salah....hanya sekedar begitulah adanya.
Jika demikian halnya, apakah yang "bukan alami"?


Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #108 on: 14 March 2010, 08:46:01 AM »
Sesuatu disebut tidak wajar karena berbeda dari kebiasaan pada umumnya atau tidak diketahui sebabnya.
Apabila penyebab yg menyebabkan hujan setiap hari di sahara diketahui, maka hujan di sahara tersebut akan dikatakan wajar.
Ya, betul. Itu sebabnya saya katakan dengan perbandingan berbeda, yang wajar bisa jadi tidak wajar dan sebaliknya.


Quote
Yup, menurut saya, pembunuhan adalah termasuk hal yg alami, sama alaminya dengan tindakan penyelamatan kehidupan. Segala sesuatu yang ada dan yg terjadi  ..... apapun itu..... adalah alami.


Studi kasus: Pembunuhan,.....
Seseorang dibunuh karena memiliki potensi untuk dibunuh disebabkan kamma lampaunya. Si pembunuh merupakan faktor penunjang berbuahnya buah kamma orang yang dibunuh. Si pembunuh melakukan pembunuhan dikarenakan oleh kebencian/keserakahan/kegelapan batin. Pada bagian manakah pada kasus di atas yg bukan merupakan hal yg alami? Sesuatu yang alami tidak mengenal benar atau salah....hanya sekedar begitulah adanya.
Jika demikian halnya, apakah yang "bukan alami"?



Yang "bukan alami" contohnya, ke-kekal-an.
« Last Edit: 14 March 2010, 08:48:11 AM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #109 on: 16 March 2010, 10:34:51 AM »
Bro saya kurang setuju dengan kata "diskriminasi"...ada yang mau jelaskan arti dari "diskriminasi" ?saya rasa untuk penafsiran diskriminasi terlalu luas,dan banyak segi yang mesti didiskusikan dan dilihat lebih jauh...ingat kita masih membawa kamma masa lampau kita,dan tidak semua arahat bisa memperoleh dana yang besar,tidak semua arahat dapat memperoleh kemampuan,dan seterusnya[silakan lihat di RAPB by DhammaCitta Press,sangat lengkap ditulis disana..]

Anumodana _/\_
Diskriminasi di sini bukan selalu berarti negatif. Selama kita membuat keputusan berdasarkan perbedaan tertentu (dalam hal ini adalah dugaan pencapaian kesucian) maka itu adalah diskriminasi.
Misalnya seperti berdana mengutamakan yang "terduga ariya" dahulu.

sebenarnya Buddha sudah jelas mengatakan bahwa pelayanan utama tidak dilihat dari tataran kesucian,atau apapun,tetapi dilihat dari senioritas dan junioritas..kan disana sudah jelas..

sekarang kita asumsikan bahwa si A adalah pendana,dan apa yang menggerakan si A mendanakan kepada Bhikkhu tertentu?tentunya sesuai dengan "persepsi" si A terlepas di menggangap Bhikkhu tersebut Ariya atau bukan[karena ini masuk ke ranah keyakinan],apakah ada faktor kamma yang mendukung seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang lain?

tentunya pandangan2 seperti ini sangat berbahaya,tetapi saya rasa "Si Bhikkhu" seharusnya memiliki kebijaksanaan[apalagi sudah "diyakini" mencapai tataran kesucian tertentu],misalnya dana yang diterima disumbangkan ke orang2 yang membutuhkan dan seterusnya,dengan begini masalah clear bukan?

Seperti kasus sewaktu Buddha Gotama pergi ke surga Tavatimsa,dimana orang2 bertanya kepada Bhante Mongalana[dimana YM Mongalana dipercaya memiliki kemampuan 1 level di bawah Buddha],tetapi apa yang dilakukan YM Moggalana?YM Moggalana dengan bijak menyuruh umat menanyakan kepada Bhante Anurudha[saya tidak tahu bagaimana tulisan yang benar,tolong dikoreksi nama Bhante tersebut,yang buta sejak lahir],tujuannya agar umat2 juga menghormati Bhante Anurudha...

Anumodana _/\_

Saudara Riky yang baik, Bhante Mogallana dan Sang Buddha bukan berbeda satu tingkat tetapi berbeda banyak sekali tingkat...

Dalam Visuddhi Magga diterangkan bahwa bila ada sejumlah Bhikkhu dengan kemampuan setara dengan Y.A. Mogallana duduk bersusun rapi hingga memenuhi Jambudipa,  kemampuan mereka digabungkan setara dengan kemampuan seorang PaccekaBuddha.

Bila ada sejumlah Paccekabuddha duduk bersusun rapi memenuhi seluruh Jambudipa, maka kemampuan mereka digabungkan setara dengan seorang SammasamBuddha.

Demikian luar biasa kemampuan seorang SammasamBuddha, itulah sebabnya para Bhikkhu dalam tradisi Theravada sangat menghormati Beliau.

 _/\_
« Last Edit: 16 March 2010, 10:37:36 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Menerka Pencapaian Kesucian Orang Lain
« Reply #110 on: 16 March 2010, 11:00:59 AM »
Dalam Anguttara Nikaya dikatakan bahwa hanya dengan bergaul dekat untuk waktu yang lama sifat-sifat seseorang dapat diketahui.

kadang-kadang kita beranggapan bahwa semua Ariya sifatnya sesuai apa yang ada sesuai dengan persepsi kita, padahal tidak demikian, contohnya: kita beranggapan bahwa seorang sotapanna tentu nafsunya sudah jauh berkurang, atau mungkin sudah tidak begitu tertarik dengan kehidupan duniawi padahal tidak demikian.

Contoh yang jelas dalam hal ini adalah Y.A. Visakha, beliau sudah mencapai tingkat kesucian Sotapanna ketika berumur 16 tahun, kemudian beliau menikah dan memiliki keturunan 20 putra-putri.

Tentu hal ini jauh dari gambaran kita terhadap seorang Sotapanna kan?

Demikian juga dengan harapan bahwa seorang Sotapanna pasti sabar dan tak akan marah, bila kita telah bergaul dekat kita akan kecewa sendiri, karena mungkin yang kita anggap Sotapanna masih bisa marah (tetapi walaupun marah, ia tetap Sotapanna).

Jadi sebenarnya kita tak perlu menerka-nerka mengenai pencapaian kesucian orang lain, we never know... kecuali orang itu sendiri, gurunya dan Ariya puggala lain yang memiliki kesaktian.

Bila ingin berbuat baik terhadap orang itu lakukan saja, karena setiap perbuatan baik akan bermanfaat bagi orang itu dan bagi kita kan?

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata