//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: orang bodoh saja bisa arahat.....why?  (Read 12434 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #30 on: 23 February 2010, 08:30:52 AM »
Bro, cara masukin Quotes: pertama kan klik 'reply' dulu. Trus  tinggal klik kata “quote” di pojok kanan atas di quote yang mau dimasukin. Bisa ganti-ganti warna tulisan juga, jadi bro bisa sisipkan komen sendiri di antara kalimat-kalimat quote yang tadi sudah dimasukin.

Menurut bro kita tidak duduk sejajar, tapi saya masih mau bantu, mudah-mudahan bisa jadi sejajar  :)

Saya akui memang orang desa biasanya lebih bahagia. Itu karena kondisi lingkungan juga sih. Di desa, tidak ada kompetisi, semua bekerja sama, dan bahu-membahu. Akhirnya mereka bahagia dan bisa hidup apa adanya dalam kesederhanaan. Tapi coba orang desa itu kita pindahkan ke kota, apakah mereka bahagia? Bisa ya, bisa tidak.

Intinya saya ingin mengatakan bahwa,  kebahagiaan orang tidak bijak, dipengaruhi lingkungannya. Tapi kebahagiaan orang bijak, terletak di dalam batinnya, entah dia pintar atau bodoh, entah dia orang desa atau orang kota.

Tentang teman bro yang tadinya lugu, lalu setelah pintar dia membuat bro terjungkal. Itulah yang saya analogikan dengan orang yang sering kena tipu. Awalnya dia lugu, tapi lama-kelamaan jadi pintar. Kalau dia bijak, dia justru bisa bikin buku “tips tolak penipu” agar tidak ada orang yang menjadi korban seperti dirinya. Tapi kalau dia tidak bijak, maka setelah pintar, dia akan belajar jadi penipu. Atau contoh lain, orang pintar alias bos-bos yang punya pabrik, sering buang limbah sembarangan. Tapi kita jangan lupa ada juga orang pintar yang menciptakan mobil berbahan bakar panas matahari atau mesin daur ulang plastik untuk merawat alam.

Nah, orang-orang pintar ini, bro bisa menilai sendiri, mana yang akan berbahagia dan mana yang (lebih) bisa mengerti Dhamma.

Lalu, tentang alat canggih:
1.Orang bodoh (tidak mengerti alat canggih) tapi dia tidak mudah terhasut untuk mencuri ketika dikatakan ada suatu benda yang bisa membuatnya tidak ketahuan, maka dia adalah orang bijak. Dia punya prinsip.
2.Orang bodoh (tidak mengerti alat canggih) tapi dia mudah terhasut ketika dikatakan ada suatu benda yang bisa membuatnya tidak ketahuan, maka dia adalah orang tidak bijak.

Nah, kedua orang ini bodoh, bro bisa menilai sendiri, mana yang akan berbahagia, mana yang (lebih) bisa mengerti Dhamma, atau mana yang mudah dibelokkan.

[at] sriyeklina, Sang Buddha mengkategorikan 3 jenis kebijaksanaan, sutta, cinta dan bhavana maya panna.

Silahkan disearch untuk lebih detilnya, tapi saya memberi contoh ringkasnya dulu ya (contoh ini saya ambil dari buku, Perempuan-perempuan pejuang (Lanny Anggawati))

1. Sutta Maya Panna (Pengetahuan/Kebijaksanaan dari buku/sutta atau sumber eksternal)

Kita bisa mendapatkan kebijaksaan dari sutta, tapi jangan sampai kita seperti cerita berikut ini.
Ada cerita dari SN Goenka saat pengarahan meditasi. Ada orang sakit yg pegi ke dokter. Dokter itu memberi resep. Krn dia amat percaya dgn dokter itu, maka resep itu ditaruh di altar. Tiap hari dia membaca: "Tiga kali sehari sesudah makan.". Lalu dia menyalakan lilin dan dupa. Lalu bernamaskara, dan mengelilingi resep itu 108 kali sambil terus membaca "Tiga kali sehari sesudah makan... Tiga kali sehari sesudah makan..."
Inilah yang terjadi bila Ajaran (Dhamma) hanya didengarkan dan dipercaya.

2. Cinta Maya Panna (Kebijaksanaan intelektual)

Mudah-mudahan kebijaksanaan kita tidak hanya kebijaksanaan intelektual seperti berikut ini.
Bila orang tersebut pergi ke dokter dan bertanya. Lalu dokter ini memberi penjelasan: "penyakitmu adalah ini, dan penyebabnya adalah itu. Obat ini akan menghilangkan penyebabny, sehingga penyakitmu akan hilang". Orang itu amat gembira. Kepercayaannya bertambah pada dokter itu. Maka dia kembali dan memberitahu semua teman "Dokterku luar biasa. Dia pintar sekali. Beda dengan doktermu. Cuma dokterku yg pintar" Perselisihan terjadi. seru. Tapi tetap saja org itu tidak meminum obatnya.

3. Bhavana Maya Panna (Kebijaksanaan dari pengalaman sendiri, dari melihat sendiri Kebenaran)

Mudah-mudahan kita akhirnya seperti ini:
Namun bila setelah memperoleh obatnya, org itu segera meminumnya. Karena obat itu memang pas utk penyakitnya, tentu saja dia sembuh.

Bro, saya, dan kita semua, terlepas dari kita pintar atau bodoh, kita bisa belajar untuk memiliki kebijaksanaan nomor 3. Ini diperoleh dari "hidup saat ini", dan inilah yang bisa membuat kita bahagia. Saya rasa, bro dan juga saya, masih memiliki kebijaksanaan dari sutta. Kita tau kalo kita harus hidup saat ini, tidak mengkhawatirkan masa depan atau pusing dengan masa lalu. Tapi itu hanya sebatas pengetahuan. Kita belum memiliki kebijaksanaan nomor 3, kebijaksanan dari "melihat sendiri Kebenaran". Jalan untuk "hidup saat ini", bisa bro cari di sumber-sumber dengan keyword "Meditasi Vipassana", "Sati", atau "Satipatthana".
« Last Edit: 23 February 2010, 08:55:03 AM by Mayvise »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #31 on: 23 February 2010, 09:30:35 AM »
Maaf kalau OOT,ada yang bisa tunjukkan cara bagaimana meng-quote per bagian seperti bro Kainyn diatas??Saya tidak tahu caranya.
Kalau kita reply (bukan "quick reply"), ada pilihan "Insert Quote" di bawah "Change Color". Kalau diklik akan keluar "quote" dan "/quote" di dalam kurung siku "[]". Bagian yang mau dikutip itu ditaruh di antara "quote" dan "/quote". Kalau mau 2 bagian, tinggal klik lagi "Insert Quote"-nya.


Quote
Saya tidak pernah mengatakan bahwa kemampuan berpikir menjadi MASALAH.Atau mungkin kata-kata saya kurang cocok yah.Kata otak atau kesadaran mungkin lebih cocok.Bagi yang menganggap kata-kata itu lebih tepat.

Saya ada membaca sutta yang mengatakan bahwa kita menderita karena hidup di masa lalu dan dimasa datang.Tidak hidup dihari ini.Selagi lagi saya minta maaf yah,kalau saya untuk mengingat sutta yang mana.Jujur saya tidak ingat.Saya membaca sesuatu lebih senang mencari maknanya.Jadi tolong jangan ditanya balik ke saya lagi.
Tidak masalah, saya juga rasa yang penting adalah mengingat inti ajaran, bukan menghafal sutta yang mana. Tetapi kalau bisa, juga diingat/dicatat agar bisa dibagikan ke orang lain.

Dalam konteks duniawi, perasaan menyenangkan itu ada baik di masa lalu, sekarang dan akan datang. Di masa lalu contohnya orang yang mencapai prestasi tertentu. Meski telah berlalu bertahun-tahun, ia akan tetap bahagia atas prestasinya di masa lalu, walaupun mungkin ia sudah tua dan tidak dapat melakukannya kembali. Berkenaan dengan masa depan itu contohnya gampang. BESOK anda akan bertemu dengan sang pujaan hati. Ketemunya besok (yang sebetulnya belum tentu terjadi juga) tapi senangnya sekarang. Dengan begitu, tidak bisa dibilang "hidup" di masa lalu atau masa depan itu tidak bahagia, walaupun yang paling realistis adalah yang "hidup sekarang".


Quote
Jadi setelah saya membaca sutta itu,saya berpikir dan periksa diri.Dan sutta itu betul sekali.Selama ini yang membuat saya menderita karena berpikir tentang masa lalu dan mengkhawatirkan atau mengejar yang akan datang.Contoh:Jika saat ini saya belum punya rumah.Maka saya berusaha ,bagaimana mewujudkan rumah itu.Kenapa ingin punya rumah??Karena memikirkan banyak hal seperti:bagaimana jika punya anak nanti?Akan susah kontrak sana sini.Dan waktu yang tepat adalah saat belum menikah dan belum punya anak.Karena jika sudah punya anak,biaya akan semakin membesar.
Demikian pula perasaan tidak menyenangkan juga ada pada masa lalu, sekarang dan masa depan. Contohnya sudah diberikan bro sendiri.

Namun dalam konteks Buddha-dhamma, baik masa lalu, masa sekarang, dan masa depan tetap adalah dukkha, ketika kita melekatinya. Mengapa dukkha? Karena semua senantiasa berubah. Masa 1 detik di depan akan berubah menjadi sekarang dalam 1 detik. Sekarang pun, ketika berlalu dalam sekejap, akan menjadi masa lalu. Yang menyenangkan bisa jadi tidak menyenangkan atau netral, dan juga sebaliknya. Demikianlah dukkha.

"Ia saya sebut brahmana, yang tidak melekat pada khanda lampau, masa depan dan sekarang, dan terbebas dari kotoran moral serta kemelekatan."
Khuddaka Nikaya, Dhammapada 421.


Quote
Saya bandingkan kehidupan saya dengan lingkungan lain yang saya tinggali.Sudah beberapa tahun saya hidup dikampung yang listrikpun tidak ada.Anda tahu tempat tinggal mereka hanya dari papan dengan ukuran 3x4m.Tapi mereka tidak menderita stress seperti yang saya alami.Mereka tetap ketawa walau cuma makan daun ubi hampir setiap hari.Mereka tidak pernah memusingkan hal-hal yang didepan.Mereka tidak stress karena tidak memiliki mobil atau televisi.Mereka hidup apa adanya dan menerima apa adanya.
Memang kebahagiaan bathin bukan berasal dari luar.


Quote
Menurut bro Kainyn_kutho apakah karena mereka berpikir banyak/rumit/panjang sehingga bisa bahagia seperti itu?Banyak mana pikiran mereka dengan saya??
Pangeran Siddhatta memiliki semua harta dan kenikmatan duniawi sejak lahir, namun malah memilih kehidupan petapa tanpa kepemilikan. Menurut bro sendiri, apakah karena berpikir panjang atau tidak berpikir panjang?


Quote
Saya bandingkan dengan penduduk lain yang masih dikampung itu juga.Menurut saya orang itu pintar.Cuma karena wawasan,pengetahuan dan pendidikan yang tidak ada.Dia cepat belajar.Apa saja yang kita ajarin dia cepat menangkap.Anda tahu apa yang terjadi???Awalnya dia orang yang lugu,tapi begitu dia pintar dan mengerti banyak hal.Bahkan saya sendiripun bisa dia buat terjungkal dalam usaha.Sangat-sangat jauh sekali perbedaannya dengan pertama kali saya kenal.
Kembali lagi, jika anda berpikir seperti itu, maka orang pintar tidak ada yang baik.
Saya sering mengatakan seseorang itu baik ada 2 macam:
1. Yang tidak punya niat jahat
2. Yang tidak mampu berbuat jahat (apakah karena takut atau kurang kemampuan)
Orang tipe pertama, walau memiliki kekuatan menguasai dunia pun, tetap tidak akan melakukan kejahatan.

Quote
Anda tahu???Betapa awalnya saya sangat membenci orang itu.Dan semua pikiran buruk pun berjalan dipikiran saya.Saya bukan tidak bisa membalasnya.Saya bisa menghancurkan orang itu lebih parah.Tapi 1hal yang saya sadari,disaat saya merasakan benci dan berpikir buruk.Yang saya rasakan sangat menderita sekali.Apakah anda pernah merasakan hal itu????
Ya saya pernah merasakannya.


Quote
Dan setelah membaca banyak hal sejak kenal forum ini.Saya mengerti kenapa orang itu begitu.Karena dia tidak bisa mengendalikan gejolak batinnya.Dia cenderung melepaskan dirinya dengan nafsu keduniawian.
Dari situ saya bisa katakan bahwa pikiran adalah pabriknya.Segala sesuatu hal baik atau buruk itu semua di proses disana.Selanjutnya baru terjadi tindakan.Dan kebijaksanaanlah yang sangat dibutuhkan untuk jadi pengendalinya.Sehingga disaat kita berpikir buruk,kebijaksanaan yang menyadarkan.Disaat kita berpikir baik,kebijaksanaan yang mendorong untuk mewujudkan.
Di sini saya setuju. Memang pikiran adalah "pabrik"-nya. Demikian saya katakan bahagia dan tidak bahagia, bukan dari banyak/dikit produknya, tetapi dari kualitas produk yang dihasilkan pabrik tersebut.


Quote
Dan darimana kita dapatkan kebijaksanaan???Pengalamankah,wawasankah,pendidikankah???Apa semuanya itu tidak butuh kemampuan untuk berpikir dan mencerna yang diterima baik secara teori maupun praktek?Dan setelah kita cerna dan kita bisa terima.Selanjutnya apa???Keyakinan kan??
Coba baca kisah pendek di topik Kisah Sariputta Thera– Dhammapada Atthakatha ini. Apakah setelah belajar secara teori dan praktek, kebijaksanaan Sariputta didapatkan dari "keyakinan"?


Quote
Bagaimana jika orang itu melompat langsung pada proses yakin.Dan menjalankan semua syarat untuk mendapat pencerahan.Apakah itu tidak boleh??Bukankah itu memotong jalur namanya menjadi lebih cepat?
Dalam Buddhisme, diajarkan menyelidiki baru percaya. Bolehkan proses penyelidikannya saya lompati saja, langsung pada proses yakin?

Quote
Tapi tidak semua orang bisa seperti itu.karena orang yang biasa bermain dengan pikiran,pasti menerima sesuatu , dipikirkan dulu baru bisa yakin.Karena sudah menjadi kebiasaan jadi susah dirubah.
Ya. Beruntunglah orang yang menyelidiki dulu baru percaya sebab ia mengetahui apa yang ia yakini.


Offline otnatus

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #32 on: 23 February 2010, 01:19:35 PM »
Namo Buddhaya..

Maaf rekan2 semua saya member baru..
Sekedar ingin sedikit berkomentar.. dari apa yang saya tahu dan rasakan..
1. Bahwa Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Spiritual tidaklah sama, dapat duduk bersama namun tak jarang saling melemahkan....
2. Bahwa Kebijaksanaan adalah "produk" dari kecerdasan Spiritual yang setahu saya tidak ada predikat "bodoh" maupun "pintar" karena memang tidak ada ukuran matematis layaknya Kecerdasan Intelektual..

Kecerdasan Intelektual bisa diasah dari membaca dan menganalisa sedangkan Kecerdasan Spiritual hanya Muncul dari Pengalaman, Praktek berlatih dan tentu saja bekal "karma" kita..

Saya pernah berpikir seperti ini saat saya belajar Meditasi " Mungkin lebih baik aku belum pernah membaca  buku tentang meditasi". Rekan2 mungkin pernah merasakan bahwa kita terlalu sibuk menganalisa pikiran kita sendiri yang seakan-akan itu adalah "Sati" padahal menurut saya itu adalah kecerdasan Intelektual..... Mohon maaf saya juga baru belajar. Mungkin rekan2 bisa mengkoreksinya..  ^:)^

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #33 on: 23 February 2010, 03:58:42 PM »
Kecerdasan Intelektual bisa diasah dari membaca dan menganalisa sedangkan Kecerdasan Spiritual hanya Muncul dari Pengalaman, Praktek berlatih dan tentu saja bekal "karma" kita..

Yup, betul. Menurut saya, istilah bekal karma itu adalah, praktik yang telah kita lakukan. Dikatakan bahwa walaupun praktik kita belum membuahkan hasil (kita belum merealisasikan Kebenaran) namun “pengulangan” dan usaha yang terus-menerus suatu saat nanti akan membuahkan hasil, entah dalam kehidupan ini maupun kehidupan selanjutnya.

Saya pernah berpikir seperti ini saat saya belajar Meditasi " Mungkin lebih baik aku belum pernah membaca  buku tentang meditasi". Rekan2 mungkin pernah merasakan bahwa kita terlalu sibuk menganalisa pikiran kita sendiri yang seakan-akan itu adalah "Sati" padahal menurut saya itu adalah kecerdasan Intelektual.....

Teori-teori memang tidak semua diperlukan dalam praktik. Bahkan sebagian besar justru bisa kita temukan sendiri saat praktik berkembang. Selama belum kita temukan dan lihat sendiri, kata-kata itu hanya sebatas huruf-huruf di atas kertas aja. Kalo saya sih, sering bingung sendiri kalo kebanyakan teori. Jadi, menurut saya, pelajari aja teori yang dibutuhkan sebagai fondasi praktik. Kalo bro Otnatus mau membahas tentang perbedaan sati dengan kecerdasan intelektual, mungkin bisa posting di Broad Meditasi biar bisa dibahas lebih dalam oleh teman-teman yang ngerti.
« Last Edit: 23 February 2010, 04:00:21 PM by Mayvise »

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #34 on: 23 February 2010, 04:11:41 PM »
[at] Bro Kainyn_kutho n Sis Mayvise

Terima kasih atas masukannya :)
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #35 on: 23 February 2010, 10:54:47 PM »
teori itu seperti peta, menunjukkan arah tapi bukan arah yg dituju itu sendiri

karena kita "bodoh" (baca: moha) menganggap peta itu adalah arah yg dituju.....
dan kebodohan yg sama juga yang membuat kita membuang peta itu karena dianggap menyesatkan

karna itu, gunakanlah peta dengan bijaksana, bukan dengan moha

semoga bermanfaat agar tidak menyalahkan peta, pun tidak melekati peta itu

Offline otnatus

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #36 on: 25 February 2010, 11:08:22 AM »
Pada akhirnya kita-lah yang harus menempuhnya...
tidak ada Dewa, Manusia, atau "Setan" yang akan membawa kita pada tujuan akhir..
Kalo ngutip iklan " Just di it"

Jangan ragu atau bimbang..biarlah semua kita "dapatkan" pada "saat"-nya...
"Kita bisa tahu bahwa setiap ketinggian 100 M suhu udara akan Turun 1 derajat Celcius, tapi sebelum kita mendaki Gunung yang tinggi kita tidak akan pernah Merasakanya"....


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: orang bodoh saja bisa arahat.....why?
« Reply #37 on: 27 March 2010, 12:32:17 AM »
Pribadi, menurut saya sih Culapanthaka bukanlah bodoh melainkan mengalami kelainan, sejenis defisiensi daya ingat. Pasti ada yang terjadi sehingga beliau menjadi demikian, mungkin gegar otak atau hal2 terkait. [dgn mengesampingkan jawaban karma-vipaka] Terbukti beliau dapat berkomunikasi dan beraktifitas yang artinya mampu mengingat cara komunikasi, misalnya..
appamadena sampadetha

 

anything