Bro, cara masukin Quotes: pertama kan klik 'reply' dulu. Trus tinggal klik kata “quote” di pojok kanan atas di quote yang mau dimasukin. Bisa ganti-ganti warna tulisan juga, jadi bro bisa sisipkan komen sendiri di antara kalimat-kalimat quote yang tadi sudah dimasukin.
Menurut bro kita tidak duduk sejajar, tapi saya masih mau bantu, mudah-mudahan bisa jadi sejajar
Saya akui memang orang desa biasanya lebih bahagia. Itu karena kondisi lingkungan juga sih. Di desa, tidak ada kompetisi, semua bekerja sama, dan bahu-membahu. Akhirnya mereka bahagia dan bisa hidup apa adanya dalam kesederhanaan. Tapi coba orang desa itu kita pindahkan ke kota, apakah mereka bahagia? Bisa ya, bisa tidak.
Intinya saya ingin mengatakan bahwa, kebahagiaan orang tidak bijak, dipengaruhi lingkungannya. Tapi kebahagiaan orang bijak, terletak di dalam batinnya,
entah dia pintar atau bodoh, entah dia orang desa atau orang kota.Tentang teman bro yang tadinya lugu, lalu setelah pintar dia membuat bro terjungkal. Itulah yang saya analogikan dengan orang yang sering kena tipu. Awalnya dia lugu, tapi lama-kelamaan jadi pintar. Kalau dia bijak, dia justru bisa bikin buku “tips tolak penipu” agar tidak ada orang yang menjadi korban seperti dirinya. Tapi kalau dia tidak bijak, maka setelah pintar, dia akan belajar jadi penipu. Atau contoh lain, orang pintar alias bos-bos yang punya pabrik, sering buang limbah sembarangan. Tapi kita jangan lupa ada juga orang pintar yang menciptakan mobil berbahan bakar panas matahari atau mesin daur ulang plastik untuk merawat alam.
Nah, orang-orang pintar ini, bro bisa menilai sendiri, mana yang akan berbahagia dan mana yang (lebih) bisa mengerti Dhamma.
Lalu, tentang alat canggih:
1.Orang bodoh (tidak mengerti alat canggih) tapi dia
tidak mudah terhasut untuk mencuri ketika dikatakan ada suatu benda yang bisa membuatnya tidak ketahuan, maka dia adalah orang bijak. Dia punya prinsip.
2.Orang bodoh (tidak mengerti alat canggih) tapi dia
mudah terhasut ketika dikatakan ada suatu benda yang bisa membuatnya tidak ketahuan, maka dia adalah orang tidak bijak.
Nah, kedua orang ini bodoh, bro bisa menilai sendiri, mana yang akan berbahagia, mana yang (lebih) bisa mengerti Dhamma, atau mana yang mudah dibelokkan.
[at] sriyeklina, Sang Buddha mengkategorikan 3 jenis kebijaksanaan, sutta, cinta dan bhavana maya panna.
Silahkan disearch untuk lebih detilnya, tapi saya memberi contoh ringkasnya dulu ya (contoh ini saya ambil dari buku, Perempuan-perempuan pejuang (Lanny Anggawati))
1. Sutta Maya Panna (Pengetahuan/Kebijaksanaan dari buku/sutta atau sumber eksternal)
Kita bisa mendapatkan kebijaksaan dari sutta, tapi jangan sampai kita seperti cerita berikut ini.
Ada cerita dari SN Goenka saat pengarahan meditasi. Ada orang sakit yg pegi ke dokter. Dokter itu memberi resep. Krn dia amat percaya dgn dokter itu, maka resep itu ditaruh di altar. Tiap hari dia membaca: "Tiga kali sehari sesudah makan.". Lalu dia menyalakan lilin dan dupa. Lalu bernamaskara, dan mengelilingi resep itu 108 kali sambil terus membaca "Tiga kali sehari sesudah makan... Tiga kali sehari sesudah makan..."
Inilah yang terjadi bila Ajaran (Dhamma) hanya didengarkan dan dipercaya.
2. Cinta Maya Panna (Kebijaksanaan intelektual)
Mudah-mudahan kebijaksanaan kita tidak hanya kebijaksanaan intelektual seperti berikut ini.
Bila orang tersebut pergi ke dokter dan bertanya. Lalu dokter ini memberi penjelasan: "penyakitmu adalah ini, dan penyebabnya adalah itu. Obat ini akan menghilangkan penyebabny, sehingga penyakitmu akan hilang". Orang itu amat gembira. Kepercayaannya bertambah pada dokter itu. Maka dia kembali dan memberitahu semua teman "Dokterku luar biasa. Dia pintar sekali. Beda dengan doktermu. Cuma dokterku yg pintar" Perselisihan terjadi. seru. Tapi tetap saja org itu tidak meminum obatnya.
3. Bhavana Maya Panna (Kebijaksanaan dari pengalaman sendiri, dari melihat sendiri Kebenaran)
Mudah-mudahan kita akhirnya seperti ini:
Namun bila setelah memperoleh obatnya, org itu segera meminumnya. Karena obat itu memang pas utk penyakitnya, tentu saja dia sembuh.
Bro, saya, dan kita semua, terlepas dari kita pintar atau bodoh, kita bisa belajar untuk memiliki kebijaksanaan nomor 3. Ini diperoleh dari "hidup saat ini", dan inilah yang bisa membuat kita bahagia. Saya rasa, bro dan juga saya, masih memiliki kebijaksanaan dari sutta. Kita tau kalo kita harus hidup saat ini, tidak mengkhawatirkan masa depan atau pusing dengan masa lalu. Tapi itu hanya sebatas pengetahuan. Kita belum memiliki kebijaksanaan nomor 3, kebijaksanan dari "melihat sendiri Kebenaran". Jalan untuk "hidup saat ini", bisa bro cari di sumber-sumber dengan keyword "Meditasi Vipassana", "Sati", atau "Satipatthana".