//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?  (Read 44751 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #45 on: 10 July 2009, 01:08:58 AM »
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.

Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan
upadana ada 4 setau saya:
- kamupadana: kemelekatan thdp nafsu indera
- ditthupadana: kemelekatan thdp pandangan salah
- silabbatupadana: kemelekatan thdp praktek ritual dan upacara yg dianggap bisa memberi keselamatan dll
- attavadupadana: kemelekatan thdp pandangan adanya diri

jadi jelas pandangan benar dkk dalam JMB8 bukan termasuk bagian kemelekatan, terlebih bila hal tsb dijalankan dg sungguh2. kemelekatan mungkin saja muncul pada tataran teori sebatas pandangan yg keliru yg belum dipahami, tapi tdk mungkin muncul pada tataran praktek. krn jika pandangan tsb keliru, bagaimana mungkin masih tergolong 1 aspek dari JMB8?
appamadena sampadetha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #46 on: 10 July 2009, 09:49:41 AM »
dear xuvie,

betul sekali bhw kemelekatan itu bukanlah bagian namun kalau saya boleh bilang, pada awal kita melangkah, setidaknya tetap ada lobha, dosa dan/atau moha dalam setiap langkah

bukan berarti LDM merupakan bagian dari JMB-8 namun misal pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"

demikian juga dengan jalan2 lainnya misal ucapan benar dimana yang murni 100% baru ada saat sudah menjadi Arahat
Sampai tingkat Anagami saja, masih melakukan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã).

semoga bermanfaat

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #47 on: 10 July 2009, 09:50:10 AM »
pariwara dikit bro.. ;D
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme
ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan

Kalau pandangan anda seperti itu, mungkin sekalian bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme, dst" sehingga semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis.


Kalau begitu, yah memang hanya "Buddhis" yang mencapai alam bahagia dan nibbana.



MMD = Meditasi Mengenal Diri, suatu metode meditasi yang dikembangkan oleh Pak Hudoyo.


Kalo Sis Savana bilang "tidak membunuh adalah jalan Buddhisme, tidak mencuri adalah jalan Buddhisme, moralitas adalah jalan Buddhisme" saya rasa memang tidak masalah, krn memang demikian adanya.. Atau seperti Om Markos yg mengganti dng tutur yg lebih halus bahwa "tdk membunuh selaras dg Buddhisme" sama saja tidak masalah..
Tapi kalo kemudian dari premis tsb lantas menarik kesimpulan atau mengatakan bahwa "semua orang baik adalah Buddhis, yang buruk adalah non-Buddhis" maka itu jelas salah krn tdk nyambung.

Pernyataan "sekalian saja bilang yang baik-baik adalah Buddhis" adalah suatu sinisme.

Awalnya savana_zhang membahas bahwa umat lain tidak bisa mencapai pembebasan karena adanya konsep Ketuhanan yang berbeda.
          namun tentu saja nibana tidak bisa dicapai bg mereka yg mempercayai adanya tuhan karena kepercayaan ini bertentangan dg salah satu implikasi hukum paticca samupada yaitu tanpa pencipta.dan saya rasa masih banyak orang diluar buddhis yg tidak mengakui tuhan"dalam konsep samawi"seperti Agama Tao juga tidak mengakui adanya tuhan mutlak,tujuan mereka adalah mencapai keabadiaan.ajaran Tao juga cukup dalam.

Di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan.  


Saya tidak tahu persisnya apakah savana_zhang menyetujui pernyataan saya atau tidak, tetapi sepertinya ia setuju dengan perubahan pola pikir dan tingkah laku tersebut, namun menganggap pola pikir tersebut hanya ada pada Buddhisme. Maka ia menulis ini:
tidak melekat adalah jalan buddhisme
melihat kenyataan apa adanya adalah jalan buddhisme

ketuhanan adalah jalan kebalikan dari buddhisme

konsep buddhisme yg saya maksud bukan untuk dilekati
tp adalah dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk mencapai nibana,setelah sampai semua harus dilepaskan
Dalam tulisan ini, berarti "hanya Buddhisme yang mengajarkan tidak melekat, hanya Buddhisme yang mengajarkan melihat kenyataan apa adanya". Dengan demikian, orang yang tidak melekat, orang yang melihat kenyataan apa adanya, berarti di dalam jalan Buddhisme (baca: Buddhis). Maka saya menuliskan "sekalian bilang semua orang baik itu Buddhis, yang tidak baik berarti non-Buddhis". Itu bukan kesimpulan, bukan pula premis baru. Itu sebuah sinisme.


Quote
Kenyataannya memang dlm jalan Buddhisme diajarkan tidak membunuh, tidak mencuri, moralitas kan? Begitu juga ttg ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, dan non-theisme, itu juga bagian dari Buddhisme. Jadi tidak salah koq pendapat Sis Savana. :)

_/\_
1. Buddhisme mengajarkan tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya.
2. Tidak membunuh, tidak mencuri; juga ketidak-melekatan, melihat kenyataan apa adanya, adalah jalan Buddhisme.

Bisa melihat perbedaannya?
Buddhisme atau ajaran apa pun, adalah suatu yang khusus, bukan umum. Sedangkan moralitas dan kebijaksanaan adalah suatu yang universal, bisa dilakukan oleh siapa pun juga. Kalau masih merasa sama, coba bandingkan dengan ini:
1. Sekolah saya mengajarkan baca tulis.
2. Baca tulis adalah ajaran sekolah saya.
Bagaimana? Sama?

Sedangkan pernyataan bro markos, menurut saya bukan lebih halus, tetapi memang tepat, yaitu: "ajaran baca tulis, selaras dengan ajaran sekolah saya".  


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #48 on: 10 July 2009, 10:05:09 AM »
tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan

Kembali ke kepercayaan terhadap Tuhan yang bro savana_zhang bilang menyebabkan seseorang tidak bisa mencapai pembebasan. Dalam sutta, banyak kisah-kisah di mana seseorang memeluk kepercayaan pencipta (Maha Brahma) ataupun percaya pada pemujaan api, tetapi ketika mendengarkan khotbah yang sesuai, bisa mencapai Sotapanna. Sebaliknya kita lihat banyak orang yang mengerti teori kamma, JMB 8, 4 KM, Tilakkhana, dan sebagainya, rajin ke vihara mendengarkan ceramah, tetap tidak bisa mencapai kesucian juga.

Menurut bro savana, mengapa demikian?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #49 on: 10 July 2009, 12:53:34 PM »
dear all,

saat seseorang berpegang pada konsep adanya Tuhan sebagai pencipta, sebagai "sumber" dari segala sesuatu, tentunya org itu tidaklah bisa memahami kondisi anatta

tapi saat org itu siap mendengar dimana ini berarti dia bersedia membuka diri yg kemudian menjadi "tercerahkan" misal seperti 5 pertapa dicerahkan via anattalakkhana sutta, juga dhammacakkpavattana sutta, tentunya org itu sudah tidak memegang konsep "tuhan" sebagai pencipta lagi

Satu hal yg menjadi prinsip seseorang untuk bisa mencapai nibbana adalah karena dilahirkan sebagai mahluk tihetuka (mempunyai akar amoha/Panna)
Selama dia belum menjadi mahluk tihetuka maka dia tidak bisa mencapai kesucian pada kehidupan saat ini
namun jika dia berlatih terus sehingga pada kehidupan mendatang menjadi mahluk tihetuka, tentunya dia bisa menjadi ariya puggala

semoga ini bisa menjembatani diskusi yang ada diatas dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

metta

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #50 on: 10 July 2009, 01:42:42 PM »
Moralitas adalah nilai universal. Dan ironisnya, nilai dari moralitas ini berbeda dalam konsep-konsepnya. Moralitas dalam Buddhisme tidak seratus persen selaras dengan moralitas dalam Non-Buddhisme. Di sini ada kontradiksi...

Jika seorang Buddhis, ia cenderung akan memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Buddhisme adalah moralitas yang 'benar'. Namun jika seorang Non-Buddhis, ia pun akan cenderung memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Non-Buddhisme itu yang benar.

Lantas kalau sudah begini, moralitas mana yang paling 'benar'...?
Ini sudah menunjukkan bahwa kesepakatan akan nilai sejati dari moralitas diwadahkan dalam konsep-konsep yang berbeda. Lantas, apakah mungkin kesepakatan moralitas yang saling bertentangan ini pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan?
Betul, memang ada kontradiksi. Bahkan sesama Buddhis pun, masih ada lain pendapat, bukan?
Bagi saya, asal moralitas bukanlah dari sebuah larangan dan anjuran yang diatur oleh ajaran agama, melainkan berasal dari sebuah kesadaran. Saya pernah diskusi dengan seorang Atheis yang mengatakan bahwa jika seseorang melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan hanya karena disuruh oleh agamanya, orang itu tidaklah menjalankan moralitas sesungguhnya, namun hanya anak-anak yang ditakut-takuti dengan neraka, dan diiming-imingi sorga. Saya langsung setuju dengannya. 
Semua kesadaran ini, secara umum, pasti bersesuaian satu dengan lainnya. Intinya adalah tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


Quote
JMB8 bisa dijalankan oleh semua orang, tanpa terikat oleh status agamanya. Sebelumnya... kalau kita semua yakin bahwa JMB8 adalah jalan universal, maka sudah seharusnya kita memandang bahwa JMB8 adalah jalan yang mampu mengantar kita mencapai "tujuan". Saya harap kita semua setuju dengan hal ini. Namun sayangnya, konsep-konsep di luar Buddhisme sering kali bertentangan dan tidak selaras dengan JMB8. Oleh karena itu, dengan sangat menyesal saya harus menyatakan bahwa "selama seseorang masih menjalankan konsep yang tidak sejalan dengan perbuatan, ucapan dan pikiran di Buddhisme, maka dengan sendirinya orang itu tidak menjalankan JMB8".
Ini saya setuju. Menghafalkan & mengerti secara teoritis dan realisasinya adalah hal yang sama sekali berbeda. Ini yang sepertinya tidak akan diakui oleh sebagian besar umat Buddha kalau sebenarnya kita masih "belum tahu apa2". Saya beri contoh yang sangat sederhana. Kita tahu bahwa semua keinginan indriah tidak mengantarkan kita pada pembebasan. Semua juga tahu teorinya. Lalu, mengapa masih sibuk mencari pasangan?

Namun, apakah berarti mengejar kenikmatan indriah secara benar tidak sesuai dengan Buddhisme? Tidak juga. Hanya saja itu sebenarnya membuktikan bahwa kita sendiri belum merealisasikan apa itu "pandangan benar/kebenaran mutlak" tersebut, maka kita masih berputar-putar dalam nafsu yang fana.


Quote
Misalnya : Dalam JMB8, perhatian benar adalah salah satu poin pentingnya. Perhatian benar ini berbicara mengenai meditasi, yang erat kaitannya dengan poin berikutnya, yaitu konsentrasi benar. Bagaimana mungkin seseorang yang menjalankan konsep Non-Buddhisme untuk mencapai "tujuan" (baca : menjalankan JMB8), jika ia tidak menjalankan perhatian benar dan konsentrasi benar?
Saya telah melakukan keempat Satipatthana sebelum saya mengenal Buddhisme sama sekali. Dengan begitu saya tidak akan mengklaim menjalankan dhamma harus mengenal Buddhisme terlebih dahulu. Dan saya pun sangat-sangat ragu kalau saya hanya satu-satunya yang demikian. Seperti saya bilang, "benar" atau tidaknya jalan seseorang, bukan dari agamanya, tetapi dari kecenderungan pola pikir dan perilakunya. Menurut saya, hal itulah yang dimaksud "sedikit/banyak debu di matanya".


Quote
JMB8 adalah panduan sistematis dari Sang Buddha untuk khalayak ramai. Tentunya semua orang juga bisa menjalankan JMB8 ini, meski ia sendiri tidak menyusun sistematikanya. Seorang Pacceka Buddha mungkin saja tidak bisa menyusun panduan sistematis ini. Atau seumpamanya beliau mampu, mungkin beliau tidak mampu menjelaskannya secara detil kepada khalayak ramai. Namun pada hakikatnya, Pencerahan itu bersifat universal. Orang yang belum mencapai Pencerahan sudah tentu adalah orang yang 'tersesat'. Ketika dia mampu merealisasi kenyataan, maka ia dikatakan telah mencapai Pencerahan. Dengan kata lain, orang yang mencapai Pencerahan pada akhirnya ia telah bertindak-tanduk selaras dengan Buddhisme.

Inilah pandangan yang saya jabarkan dari kacamata Buddhisme.
Ini juga saya setuju. Seperti saya katakan, (dari sudut pandang Buddhis,) semua yang melakukan kebenaran, pasti perilakunya bersesuaian dengan JMB 8, walaupun dia sendiri tidak tahu format ajaran JMB 8 atau Buddhisme. Dan kalaupun dia bertemu dengan ajaran itu, pasti akan menyetujuinya.


Quote
Kalau menurut saya, jika mengacu pada Ajaran Sang Buddha, maka seharusnya pola pandang tentang adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis" itu justru akan bertambah kuat; namun tidak tepat apabila kita malah melekat dan menjadi fanatik padanya. Kenapa saya katakan justru akan bertambah kuat? Karena kita seharusnya menjadi semakin jeli tentang konsep dan perilaku dari orang lain; "apakah hal ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha", "apakah hal ini selaras dengan JMB8", "apakah dia berperangai sebagai seorang yang baik", dsb. Kepekaan akan berbagai perihal ini seharusnya akan tumbuh dengan sendirinya seiiring semakin kita mendalami Dhamma. Yang harus kita hindari, adalah kemelekatan dan kefanatikan akan status sebagai "Buddhis". Jadi, bukannya kepekaan untuk melihat adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis".

Misalnya : YA. Sariputta pasti melihat perbedaan perilaku antara seorang bhikkhu junior yang serius mendalami Dhamma dengan seorang bhikkhu junior yang kurang serius mendalami Dhamma. Terlebih lagi, membandingkan seorang siswa pengikut Sang Buddha yang baik dengan seorang siswa pengikut petapa lain.
Membandingkan seseorang dengan objektif memang tidak bertentangan dengan Buddha-dhamma. Jika orang bodoh, ketahuilah dia sebagai bodoh; jika orang bijaksana, ketahuilah dia sebagai bijaksana. Sikap ini juga membantu kita agar jangan bergaul dengan orang bodoh dan sebaliknya, mendekati orang bijaksana. Tetapi kalau mendiskriminasikan seseorang karena kepercayaannya (karena Buddhis, baru bisa mencapai nibbana) saya rasa kurang tepat.



Quote
Di sini muncul lagi mengenai nilai konsep yang ditawarkan oleh Buddhisme dengan Non-Buddhisme. Saya sungkan untuk menyatakan hal ini. Karena itu, jika ada rekan-rekan yang tersinggung, saya minta maaf sebelumnya...

Sudah saya katakan bahwa beberapa konsep antara Buddhisme dan Non-Buddhisme itu berseberangan, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. Karena itu, jika kita melihatnya dari kacamata Buddhisme, maka dapat kita simpulkan bahwa konsep di agama lain seringkali tidak membawa kita pada JMB8. Saya setuju dengan komentar Anda mengenai : "semua orang yang belum mencapai Pencerahan, pada dasarnya adalah sama-sama tersesat". Namun perbedaan mayornya terlihat : "bahwa Buddhisme membimbing kita untuk menyelami pemahaman benar, sehingga kita memiliki pola pandangan yang benar, untuk selanjutnya kita dapat berbuat dan berucap benar, menjalani penghidupan dengan benar, dan menumbuhkan kecenderungan untuk berdaya-upaya benar, sehingga mengkondisikan kita untuk memiliki perhatian benar yang juga ditunjang oleh konsentrasi benar". Delapan poin ini akan saling berkaitan dan menguatkan. Inilah yang ditawarkan dalam Buddhisme. Kita benar-benar diarahkan untuk masuk dengan mempraktikkan jalan ini. Dan hal ini tidak ditawarkan oleh konsep-konsep di agama lain.

Oleh karena itu, menurut saya orang Non-Buddhis yang bisa merealisasi Pencerahan adalah "para pemikir bebas" ataupun "orang Non-Buddhis yang tidak terstigma oleh konsep agamanya". Orang Non-Buddhis hanya sedikit kurang beruntung. Orang Buddhis lebih beruntung karena memiliki peta yang benar. Yang harus diwaspadai oleh seorang Buddhis adalah keakuannya (fanatisme pada Buddhisme).

Saya tidak akan menyangkal kalau saya berpendapat "Buddhis memang cenderung lebih terbuka dan tidak dogmatis". Tetapi dari pengalaman saya, minoritas di agama lain juga rata-rata begitu. Karena biasanya mereka tidak terlalu mendapatkan tempat di komunitasnya (dikucilkan sebagai setengah sesat), maka kita jarang bertemu dengan mereka. Saya beruntung telah bertemu banyak dari mereka. Karena itu, walaupun hanya 1 di antara 1 juta, saya tetap menghitung itu "ada". Demikian juga mengapa saya katakan bahwa umat lain bisa mencapai kesucian.


Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #51 on: 10 July 2009, 03:46:37 PM »
tidak juga,kebenaran adalah universal dan bukan milik agama buddha
jika ada yg lainnya yg mengajarkan kebanaran maka itu adalah kebenaran,dan mungkin kebenaran itu sejalan dg ajaran sang buddha atau mungkin tidak ada didalam ajaran buddha tapi bukan berarti itu salah.saya sangat tidak setuju dg pandangan bahwa hanya agama buddha saja yg baik,dan yang lain salah.

            saya setuju 100% dg anda mengenai ketidakmelekatan,tp setau saya kemelekatan itu adalah urutan ke-sekian dari patica samupada yg berarti masih diperlukan tindak lanjut dari hal ini

             saya pernah membaca bahwa ajaran sang buddha sebenarnya klo dirangkum akan menjadi 1 kata yaitu SUNYA(bhikku buddhadasa).yg artinya asalkan dapat memahami ke-sunya-an atau klo theravada adalah tilakhana maka ARAHAT tercapai.simple yg agak ribet adalah bagaimana caranya kesana,sehingga banyak sekali metode2 yg diajarkan

Kembali ke kepercayaan terhadap Tuhan yang bro savana_zhang bilang menyebabkan seseorang tidak bisa mencapai pembebasan. Dalam sutta, banyak kisah-kisah di mana seseorang memeluk kepercayaan pencipta (Maha Brahma) ataupun percaya pada pemujaan api, tetapi ketika mendengarkan khotbah yang sesuai, bisa mencapai Sotapanna. Sebaliknya kita lihat banyak orang yang mengerti teori kamma, JMB 8, 4 KM, Tilakkhana, dan sebagainya, rajin ke vihara mendengarkan ceramah, tetap tidak bisa mencapai kesucian juga.

Menurut bro savana, mengapa demikian?

para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka tentang keberadaan sesosok pencipta tunggal baru mereka mencapai kesucian karena didalam semua sutta dan abhidhamma tidak dapat ditemukan satupun yg mendukung teori pencipta tunggal yg menentangnya ada banyak.
           dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

             keyakinan adanya pencipta tunggal sangatlah bertentangan dg patica samupada
tanpa penembusan sejati patica samupada yg intinya adalah avija maka tidak ada arahat.demikian yg saya dengar.semoga memuaskan

                disisi lain saya sangat senang karena kalian semua sangat bijak,pandai,dg komen yg berbobot.jika semua umat buddha bgt maka pasti TOP

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #52 on: 10 July 2009, 03:48:33 PM »
dear all,

saat seseorang berpegang pada konsep adanya Tuhan sebagai pencipta, sebagai "sumber" dari segala sesuatu, tentunya org itu tidaklah bisa memahami kondisi anatta

tapi saat org itu siap mendengar dimana ini berarti dia bersedia membuka diri yg kemudian menjadi "tercerahkan" misal seperti 5 pertapa dicerahkan via anattalakkhana sutta, juga dhammacakkpavattana sutta, tentunya org itu sudah tidak memegang konsep "tuhan" sebagai pencipta lagi

Satu hal yg menjadi prinsip seseorang untuk bisa mencapai nibbana adalah karena dilahirkan sebagai mahluk tihetuka (mempunyai akar amoha/Panna)
Selama dia belum menjadi mahluk tihetuka maka dia tidak bisa mencapai kesucian pada kehidupan saat ini
namun jika dia berlatih terus sehingga pada kehidupan mendatang menjadi mahluk tihetuka, tentunya dia bisa menjadi ariya puggala

semoga ini bisa menjembatani diskusi yang ada diatas dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

metta
setuju 100%
dan sekali lagi saya tidak setuju bahwa yg benar2 saja adalah buddhis sedang yg lain salah
benar ya tetap benar tidak ada kaitan dg buddhis-NYA
salah ya salah apapun itu

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #53 on: 10 July 2009, 03:52:34 PM »
Moralitas adalah nilai universal. Dan ironisnya, nilai dari moralitas ini berbeda dalam konsep-konsepnya. Moralitas dalam Buddhisme tidak seratus persen selaras dengan moralitas dalam Non-Buddhisme. Di sini ada kontradiksi...

Jika seorang Buddhis, ia cenderung akan memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Buddhisme adalah moralitas yang 'benar'. Namun jika seorang Non-Buddhis, ia pun akan cenderung memiliki pandangan bahwa moralitas dalam Non-Buddhisme itu yang benar.

Lantas kalau sudah begini, moralitas mana yang paling 'benar'...?
Ini sudah menunjukkan bahwa kesepakatan akan nilai sejati dari moralitas diwadahkan dalam konsep-konsep yang berbeda. Lantas, apakah mungkin kesepakatan moralitas yang saling bertentangan ini pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan?
Betul, memang ada kontradiksi. Bahkan sesama Buddhis pun, masih ada lain pendapat, bukan?
Bagi saya, asal moralitas bukanlah dari sebuah larangan dan anjuran yang diatur oleh ajaran agama, melainkan berasal dari sebuah kesadaran. Saya pernah diskusi dengan seorang Atheis yang mengatakan bahwa jika seseorang melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan hanya karena disuruh oleh agamanya, orang itu tidaklah menjalankan moralitas sesungguhnya, namun hanya anak-anak yang ditakut-takuti dengan neraka, dan diiming-imingi sorga. Saya langsung setuju dengannya. 
Semua kesadaran ini, secara umum, pasti bersesuaian satu dengan lainnya. Intinya adalah tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


Quote
JMB8 bisa dijalankan oleh semua orang, tanpa terikat oleh status agamanya. Sebelumnya... kalau kita semua yakin bahwa JMB8 adalah jalan universal, maka sudah seharusnya kita memandang bahwa JMB8 adalah jalan yang mampu mengantar kita mencapai "tujuan". Saya harap kita semua setuju dengan hal ini. Namun sayangnya, konsep-konsep di luar Buddhisme sering kali bertentangan dan tidak selaras dengan JMB8. Oleh karena itu, dengan sangat menyesal saya harus menyatakan bahwa "selama seseorang masih menjalankan konsep yang tidak sejalan dengan perbuatan, ucapan dan pikiran di Buddhisme, maka dengan sendirinya orang itu tidak menjalankan JMB8".
Ini saya setuju. Menghafalkan & mengerti secara teoritis dan realisasinya adalah hal yang sama sekali berbeda. Ini yang sepertinya tidak akan diakui oleh sebagian besar umat Buddha kalau sebenarnya kita masih "belum tahu apa2". Saya beri contoh yang sangat sederhana. Kita tahu bahwa semua keinginan indriah tidak mengantarkan kita pada pembebasan. Semua juga tahu teorinya. Lalu, mengapa masih sibuk mencari pasangan?

Namun, apakah berarti mengejar kenikmatan indriah secara benar tidak sesuai dengan Buddhisme? Tidak juga. Hanya saja itu sebenarnya membuktikan bahwa kita sendiri belum merealisasikan apa itu "pandangan benar/kebenaran mutlak" tersebut, maka kita masih berputar-putar dalam nafsu yang fana.


Quote
Misalnya : Dalam JMB8, perhatian benar adalah salah satu poin pentingnya. Perhatian benar ini berbicara mengenai meditasi, yang erat kaitannya dengan poin berikutnya, yaitu konsentrasi benar. Bagaimana mungkin seseorang yang menjalankan konsep Non-Buddhisme untuk mencapai "tujuan" (baca : menjalankan JMB8), jika ia tidak menjalankan perhatian benar dan konsentrasi benar?
Saya telah melakukan keempat Satipatthana sebelum saya mengenal Buddhisme sama sekali. Dengan begitu saya tidak akan mengklaim menjalankan dhamma harus mengenal Buddhisme terlebih dahulu. Dan saya pun sangat-sangat ragu kalau saya hanya satu-satunya yang demikian. Seperti saya bilang, "benar" atau tidaknya jalan seseorang, bukan dari agamanya, tetapi dari kecenderungan pola pikir dan perilakunya. Menurut saya, hal itulah yang dimaksud "sedikit/banyak debu di matanya".


Quote
JMB8 adalah panduan sistematis dari Sang Buddha untuk khalayak ramai. Tentunya semua orang juga bisa menjalankan JMB8 ini, meski ia sendiri tidak menyusun sistematikanya. Seorang Pacceka Buddha mungkin saja tidak bisa menyusun panduan sistematis ini. Atau seumpamanya beliau mampu, mungkin beliau tidak mampu menjelaskannya secara detil kepada khalayak ramai. Namun pada hakikatnya, Pencerahan itu bersifat universal. Orang yang belum mencapai Pencerahan sudah tentu adalah orang yang 'tersesat'. Ketika dia mampu merealisasi kenyataan, maka ia dikatakan telah mencapai Pencerahan. Dengan kata lain, orang yang mencapai Pencerahan pada akhirnya ia telah bertindak-tanduk selaras dengan Buddhisme.

Inilah pandangan yang saya jabarkan dari kacamata Buddhisme.
Ini juga saya setuju. Seperti saya katakan, (dari sudut pandang Buddhis,) semua yang melakukan kebenaran, pasti perilakunya bersesuaian dengan JMB 8, walaupun dia sendiri tidak tahu format ajaran JMB 8 atau Buddhisme. Dan kalaupun dia bertemu dengan ajaran itu, pasti akan menyetujuinya.


Quote
Kalau menurut saya, jika mengacu pada Ajaran Sang Buddha, maka seharusnya pola pandang tentang adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis" itu justru akan bertambah kuat; namun tidak tepat apabila kita malah melekat dan menjadi fanatik padanya. Kenapa saya katakan justru akan bertambah kuat? Karena kita seharusnya menjadi semakin jeli tentang konsep dan perilaku dari orang lain; "apakah hal ini sesuai dengan Ajaran Sang Buddha", "apakah hal ini selaras dengan JMB8", "apakah dia berperangai sebagai seorang yang baik", dsb. Kepekaan akan berbagai perihal ini seharusnya akan tumbuh dengan sendirinya seiiring semakin kita mendalami Dhamma. Yang harus kita hindari, adalah kemelekatan dan kefanatikan akan status sebagai "Buddhis". Jadi, bukannya kepekaan untuk melihat adanya "Buddhis" dan "Non-Buddhis".

Misalnya : YA. Sariputta pasti melihat perbedaan perilaku antara seorang bhikkhu junior yang serius mendalami Dhamma dengan seorang bhikkhu junior yang kurang serius mendalami Dhamma. Terlebih lagi, membandingkan seorang siswa pengikut Sang Buddha yang baik dengan seorang siswa pengikut petapa lain.
Membandingkan seseorang dengan objektif memang tidak bertentangan dengan Buddha-dhamma. Jika orang bodoh, ketahuilah dia sebagai bodoh; jika orang bijaksana, ketahuilah dia sebagai bijaksana. Sikap ini juga membantu kita agar jangan bergaul dengan orang bodoh dan sebaliknya, mendekati orang bijaksana. Tetapi kalau mendiskriminasikan seseorang karena kepercayaannya (karena Buddhis, baru bisa mencapai nibbana) saya rasa kurang tepat.



Quote
Di sini muncul lagi mengenai nilai konsep yang ditawarkan oleh Buddhisme dengan Non-Buddhisme. Saya sungkan untuk menyatakan hal ini. Karena itu, jika ada rekan-rekan yang tersinggung, saya minta maaf sebelumnya...

Sudah saya katakan bahwa beberapa konsep antara Buddhisme dan Non-Buddhisme itu berseberangan, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. Karena itu, jika kita melihatnya dari kacamata Buddhisme, maka dapat kita simpulkan bahwa konsep di agama lain seringkali tidak membawa kita pada JMB8. Saya setuju dengan komentar Anda mengenai : "semua orang yang belum mencapai Pencerahan, pada dasarnya adalah sama-sama tersesat". Namun perbedaan mayornya terlihat : "bahwa Buddhisme membimbing kita untuk menyelami pemahaman benar, sehingga kita memiliki pola pandangan yang benar, untuk selanjutnya kita dapat berbuat dan berucap benar, menjalani penghidupan dengan benar, dan menumbuhkan kecenderungan untuk berdaya-upaya benar, sehingga mengkondisikan kita untuk memiliki perhatian benar yang juga ditunjang oleh konsentrasi benar". Delapan poin ini akan saling berkaitan dan menguatkan. Inilah yang ditawarkan dalam Buddhisme. Kita benar-benar diarahkan untuk masuk dengan mempraktikkan jalan ini. Dan hal ini tidak ditawarkan oleh konsep-konsep di agama lain.

Oleh karena itu, menurut saya orang Non-Buddhis yang bisa merealisasi Pencerahan adalah "para pemikir bebas" ataupun "orang Non-Buddhis yang tidak terstigma oleh konsep agamanya". Orang Non-Buddhis hanya sedikit kurang beruntung. Orang Buddhis lebih beruntung karena memiliki peta yang benar. Yang harus diwaspadai oleh seorang Buddhis adalah keakuannya (fanatisme pada Buddhisme).

Saya tidak akan menyangkal kalau saya berpendapat "Buddhis memang cenderung lebih terbuka dan tidak dogmatis". Tetapi dari pengalaman saya, minoritas di agama lain juga rata-rata begitu. Karena biasanya mereka tidak terlalu mendapatkan tempat di komunitasnya (dikucilkan sebagai setengah sesat), maka kita jarang bertemu dengan mereka. Saya beruntung telah bertemu banyak dari mereka. Karena itu, walaupun hanya 1 di antara 1 juta, saya tetap menghitung itu "ada". Demikian juga mengapa saya katakan bahwa umat lain bisa mencapai kesucian.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #54 on: 10 July 2009, 03:58:46 PM »
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


ini dr saudara kainyn-kutho

di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 July 2009, 02:50:14 PM
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 

maaf,saya tidak bermaksud menyinggung
tp klo cara2 diatas dalam agama buddha nampaknya bukan jalan akhir ke nibana deh,melainkan separuh jalan saja tp sudah berada dalam jalur yg benar.hal itu menurut sutta akan membawa inividu itu untuk mencapai jhana-jhana.

jhana-jhana adalah alat yg baik untuk melakukan analisa vipasanna yg akhirnya membawa orang menuju nibana.dalam sutta disebutkan adalah mutlak untuk menembus pengertian dari tilakhana untuk mencapai nibana

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #55 on: 10 July 2009, 04:02:23 PM »
kasih grp ah buat savana

yg laen nyusul aja yah....... kalo inget :P
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #56 on: 10 July 2009, 04:13:32 PM »
para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka [...]
dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

Jika demikian, berarti seseorang dengan parami yang cukup, tekun dalam samadhi, ketika mendengarkan dhamma yang sesuai, dapat menembus hakikat dhamma sejati, dan meninggalkan kepercayaan lama mereka (apa pun kepercayaannya, termasuk Tuhan/pencipta, pemujaan api, ataupun teori Buddhisme yang salah tafsir) dan mencapai kesucian, betul?
Maka kita lihat di sini, ketika seseorang telah matang bathinnya, ia tetap akan melihat kebenaran walau apa pun pandangan salah yang dianutnya, dan pada saat itu juga, barulah semua pandangan salah akan dilepaskan dengan sendirinya.
Bukanlah kepercayaan seseorang (apakah Tuhan ada/tidak ada) yang menentukan kematangan bathin, melainkan bagaimana seseorang melatih pikiran dan perbuatannya. Begitu maksud saya.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas
Ya, menurut saya begitu.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #57 on: 10 July 2009, 04:25:39 PM »
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


ini dr saudara kainyn-kutho

di lain pihak, saya katakan pencapaian kesucian adalah dengan perubahan pola pikir dan perilaku.
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 July 2009, 02:50:14 PM
[...] saya lebih melihat bahwa pola pikir dan cara pandang seseorang yang cenderung melepaskan, bukan membelenggu; cenderung puas pada yang sedikit, bukan selalu minta lebih; cenderung mengerti, bukan masa bodoh; cenderung mengikis ego, bukan menyombongkan diri; cenderung pada pemadaman nafsu, bukan menyenangkan indriah berlebihan; maka itulah jalan yang kondusif bagi tercapainya pembebasan. 

maaf,saya tidak bermaksud menyinggung
tp klo cara2 diatas dalam agama buddha nampaknya bukan jalan akhir ke nibana deh,melainkan separuh jalan saja tp sudah berada dalam jalur yg benar.hal itu menurut sutta akan membawa inividu itu untuk mencapai jhana-jhana.

jhana-jhana adalah alat yg baik untuk melakukan analisa vipasanna yg akhirnya membawa orang menuju nibana.dalam sutta disebutkan adalah mutlak untuk menembus pengertian dari tilakhana untuk mencapai nibana

Bagi saya, memang tidak ada satu jalan pintas menuju nibbana yang berlaku bagi semua orang.
Cara-cara tersebut adalah perilaku umum yang mendukung kematangan bathin, mendukung realisasi dhamma, bukan hanya pemahaman teori dhamma secara verbal.

Mengenai penembusan dalam vipassana, itu sudah subjektif. Misalnya Patacara melihat air dan menembus dhamma, channa melihat ketakutan dalam kematian dan menembus dhamma.



Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #58 on: 10 July 2009, 04:32:01 PM »
para pemuja api bisa mencapai tingkatan kesucian setelah mendengar ceramah yg sesuai untuk mereka dan mereka menerima kebenaran itu mampu menembus hakekat sejatinya dan setelah itu meninggalkan keyakinan lama mereka [...]
dan mereka yg mengetahui tentang JMB 8,patica samupada dll dan tidak dapat mencapai apa2 itu karena mereka kekurangan parami,tidak cukup ulet dalam samadhi,dan terpenting belum menembus hakekat sejati ajaran itu.

Jika demikian, berarti seseorang dengan parami yang cukup, tekun dalam samadhi, ketika mendengarkan dhamma yang sesuai, dapat menembus hakikat dhamma sejati, dan meninggalkan kepercayaan lama mereka (apa pun kepercayaannya, termasuk Tuhan/pencipta, pemujaan api, ataupun teori Buddhisme yang salah tafsir) dan mencapai kesucian, betul?
Maka kita lihat di sini, ketika seseorang telah matang bathinnya, ia tetap akan melihat kebenaran walau apa pun pandangan salah yang dianutnya, dan pada saat itu juga, barulah semua pandangan salah akan dilepaskan dengan sendirinya.
Bukanlah kepercayaan seseorang (apakah Tuhan ada/tidak ada) yang menentukan kematangan bathin, melainkan bagaimana seseorang melatih pikiran dan perbuatannya. Begitu maksud saya.


saya mendapati bahwa maksud anda adalah bahwa bukan hanya buddhis yg bisa mencapai kesucian dan meng-klaim kebenaran.melainkan kesucian dan kebenaran adalah milik UMUM.apakah bgt?

                 Ya,klo bgt saya sangat setuju dg semua yg anda katakan diatas
Ya, menurut saya begitu.


masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?
« Reply #59 on: 10 July 2009, 04:43:55 PM »
Udah clear deh........  ;)

 

anything