IMO
”Iha Sariputra rupam Sunyata, Sunyata eva rupa.” Saya mengartikan rupam di sini adalah jasmani, tubuh dan bukan berarti wujud. Ada 2 alasan mengapa artinya jasmani. Pertama, di awal sutra, Avalokitesvara sedang merenungkan apa yang ada di dalam diri bukan di luar. Kedua, di awal dan diikuti oleh perkataannya diawal pembicaraannya dengan Sariputra, ia jelas menyebut pancaskanda, dimana pancaskanda dibagi menjadi 2 kelompok yaitu nama (batin) dan rupa (jasmani).
Seperti teman-teman sampaikan sutra ini tidak lain berisi mengenai anatta (tidak berinti). Perumpamaannya seperti kepalan tangan (tinju) kita. Ketika kita membuka satu per satu jari kita sampai kelimanya terbuka, maka kita tidak akan melihat dan menemukan lagi kepalan tinju kita. Hanya dengan menyatukan, menekuk kembali seluruh jari kita baru bisa membentuk kembali kepalan tinju kita.
Sunyata, kosong bukan diartikan tidak ada apa-apa, tetapi ada. Ada yang namanya Dhamma, ada perasaan, kesadaran, bentuk pikiran, dll Tetapi kesemuanya ini ekis karena perpaduan dari kondisi-kondisi. Seperti kepalan tinju kita.
Ada sebuah kisah Zen.
Seorang siswa mempertunjukkan hasil belajarnya kepada seorang guru Zen. Siswa itu berujar: ”Semuanya sunyata, semua fenomena kosong, tidak ada perasaan, kesadaran, pencerapan, bentuk pikiran.” Belum lagi siswa itu meneruskan, guru Zen itu menjepit hidung siswa tersebut dengan keras. Otomatis si siswa teriak kesakitan. Kemudian guru Zen itu berkata, ”Jika semuanya kosong, sunyata, lalu dari mana datangnya rasa sakit tersebut?”