//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)  (Read 63481 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #195 on: 31 October 2012, 08:52:28 AM »
repost...

repost juga
Kata "bubuk mandi" yg biasanya terdapat dalam perumpamaan yg menjelaskan Jhana 1 terdapat di semua Nikaya.
Jika anda menggunakan fitur Search pada forum ini dan memasukkan kata kunci "bubuk mandi" anda akan dengan mudah menemukannya

dan ini bantuan dari Dato

"bubuk mandi" didalam sutta

Sang Buddha melukiskan Jhana pertama, sebagai berikut:

Terlepas dari kesenangan-indriawi dan keadaan batin yang tak-terlatih, seorang memasuki dan menetap di Jhana Pertama, yang ditandai oleh batin yang berpikir dan berkhayal, diisi kegembiraan dan kebahagiaan yang terlahir dari keterlepasan. Dan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang lahir dari keterlepasan, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya yang tidak disentuh oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari keterlepasan. Bagaikan seorang penjaga permandian yang terlatih atau pembantunya, mengadoni bubuk mandi yang telah disirami air, membentuk darinya sebuah gelembung di dalam sebuah mangkuk logam, yang darinya tidak ada embun yang terbebas- dengan cara yang sama, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tak tersentuh.[D, I: 73]


Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #196 on: 31 October 2012, 11:04:21 AM »
apakah apa yg menjadi kenyataan berarti hal itu dibenarkan? jika nanti ada bhikkhu menikah dan punya anak, maka vinaya juga harus diamandemen agar sesuai dengan "kenyataannya boleh menikah", begitukah?
saya kira pertanyaan anda sangat absurd, bukankah menjalani hidup kebhikkuan identik dgn kehidupan brahmacariya?

IMHO, kalau memang vinaya tidak memungkinkan diamandemen, maka praktek2 yg melanggar vinaya harus dihentikan oleh Sangha (min. pernyataan resmi)
kalau tidak, bukankah itu sama saja dgn amandemen diam2 tanpa tertulis?

sebenarnya bagaimana sih persisnya vinaya soal uang ini? bisakah anda mencantumkan di sini, untuk kita pelajari bersama.
link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0, mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang

tolong copas ke sini, Bro, bagian mana dari kisah itu yg menurut anda adalah perbedaan interpretasi.
sumber utama saya dari buku jadul,
kalau dari Tipitaka ini link-nya: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0

uang juga sudah ada pada masa Sang Buddha, apakah uang pada masa itu tidak lebih praktis dan serba guna?
memang benar sudah ada di masa itu, kalau belum ada mana mungkin bisa masuk ke Vinaya

IMO mungkin penggunaanya belum spt saat ini, dgn pertimbangan kesederhanaan cara hidup dan cara transaksi barter di masa itu
contoh: saya kira di masa itu orang tidak butuh KTP/ID, tapi sekarang harus. di Indonesia walau secara resmi buat KTP gratis, tapi prakteknya mana ada yg gratis. dan saya rasa seorang Bhikkhu pun diwajibkan punya KTP, dan otomatis perlu duit ketika perpanjang KTP. jadi inilah faktanya, zaman sekarang apa2 pakai duit.

saya tidak peduli apakah anda Sangha atau bukan, bisa saja anda seorang Maha thera, tapi saya tetap tidak peduli. Tapi ketika seorang member di sini membuat suatu pernyataan, maka saya berhak mempertanyakan.
betul, anda boleh/berhak mempertanyakan, dan saya pun sudah berusaha menjawabnya

biar jelas, coba deh anda jawab ini:
kalau anda katakan kelonggaran tsb akan menimbulkan kemunduran,
berarti anda setuju kemunduran tsb seizin Buddha? kan Buddha yg memperbolehkannya? apa menurut anda Buddha tdk terlibat?
« Last Edit: 31 October 2012, 11:06:31 AM by siswahardy »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #197 on: 31 October 2012, 11:20:59 AM »
"bubuk mandi" didalam sutta

Sang Buddha melukiskan Jhana pertama, sebagai berikut:

Terlepas dari kesenangan-indriawi dan keadaan batin yang tak-terlatih, seorang memasuki dan menetap di Jhana Pertama, yang ditandai oleh batin yang berpikir dan berkhayal, diisi kegembiraan dan kebahagiaan yang terlahir dari keterlepasan. Dan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang lahir dari keterlepasan, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya yang tidak disentuh oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari keterlepasan. Bagaikan seorang penjaga permandian yang terlatih atau pembantunya, mengadoni bubuk mandi yang telah disirami air, membentuk darinya sebuah gelembung di dalam sebuah mangkuk logam, yang darinya tidak ada embun yang terbebas- dengan cara yang sama, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tak tersentuh.[D, I: 73]


Thank you bro, kelewat ama gw tulisan ini.  Postnya cepat sekali bertambahnya. :>-

Ternyata di jaman Buddha orang India sudah mandi menggunakan.... Rinso :hammer:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #198 on: 31 October 2012, 11:21:46 AM »
saya kira pertanyaan anda sangat absurd, bukankah menjalani hidup kebhikkuan identik dgn kehidupan brahmacariya?

anda benar tapi tidak lengkap, menjalani kehidupan bhikkhu juga identik dengan kehidupan mematuhi vinaya.

Quote
IMHO, kalau memang vinaya tidak memungkinkan diamandemen, maka praktek2 yg melanggar vinaya harus dihentikan oleh Sangha (min. pernyataan resmi)
kalau tidak, bukankah itu sama saja dgn amandemen diam2 tanpa tertulis?

itu kan pendapat anda, yg tentu saja dalam banyak hal terbukti tidak benar.
Sangha yg mana? apakah anda yakin ada terjadi amandemen diam2 tanpa tertulis? apakah menurut anda Sangha adalah segelintir bhikkhu yg tidak bermoral saja? pernahkah anda membaca Mahaparinibbana Sutta bahwa Sang Buddha tidak menunjuk seorang pun yg menjadi penerusnya, melainkan hanya mewariskan Dhamma dan Vinaya sebagai pengganti Sang Buddha.

Quote
link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0, mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang

dan sudah dijawab dengan baik oleh Bro Kainyn Kutho.

Quote
sumber utama saya dari buku jadul,
kalau dari Tipitaka ini link-nya: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0

dan di mana dalam teks itu disebutkan tentang perbedaan interpretasi? saya memahami teks itu sebagai usaha pencarian pembenaran oleh sekelompok bhikkhu yg melanggar vinaya.

Quote
memang benar sudah ada di masa itu, kalau belum ada mana mungkin bisa masuk ke Vinaya

IMO mungkin penggunaanya belum spt saat ini, dgn pertimbangan kesederhanaan cara hidup dan cara transaksi barter di masa itu
contoh: saya kira di masa itu orang tidak butuh KTP/ID, tapi sekarang harus. di Indonesia walau secara resmi buat KTP gratis, tapi prakteknya mana ada yg gratis. dan saya rasa seorang Bhikkhu pun diwajibkan punya KTP, dan otomatis perlu duit ketika perpanjang KTP. jadi inilah faktanya, zaman sekarang apa2 pakai duit.


Dari mana anda tau bahwa pada masa itu penggunaan uang tidak spt saat ini? Dalam sutta2 lain juga disebutkan tentang "menerima sogokan" dll yg juga terjadi pada masa sekarang. pls rujukan, jangan melulu IMO.

Quote
betul, anda boleh/berhak mempertanyakan, dan saya pun sudah berusaha menjawabnya

ok mari kita lanjutkan

Quote
biar jelas, coba deh anda jawab ini:
kalau anda katakan kelonggaran tsb akan menimbulkan kemunduran, berarti anda setuju kemunduran tsb seizin Buddha? kan Buddha yg memperbolehkannya?

saya tidak pernah mengatakan saya setuju, kenapa anda sudah sekonyong2 berkesimpulan demikian? mohon copas kan kata2 saya yg mengatakan bahwa saya setuju baik tersirat maupun tersurat.

Sang Buddha mengatakan apa yg menurut kebijaksanaannya harus dikatakan, anda tentu tau jenis2 ucapan yg diucapkan dan tidak diucapkan oleh Sang Buddha. Jika Sangha mau menghapuskan atau membubarkan diri setelah Sang Buddha parinibbana, apakah yg bisa Sang Buddha lakukan? apakah menurut anda Sang Buddha itu tetap ada? apakah anda penganut eternalis?

Quote
apa menurut anda Buddha tdk terlibat?

menurut saya tidak, bahkan untuk langkah2 antisipasi Sang Buddha sudah memberikan warning dalam 7 faktor ketidak-munduran itu.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #199 on: 31 October 2012, 04:25:35 PM »
Itu boleh dikatakan adalah role model untuk semua keperluan bhikkhu, tidak terbatas kepada jubah saja.

Lebih jelasnya anda bisa baca postingan Bond (sebetulnya ada versi PDFnya)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0


Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #200 on: 31 October 2012, 04:45:24 PM »
Sebenarnya ada solusi mudah agar tidak terjadi pelanggaran vinaya, dan tidak perlu mengamandemen vinaya.

kalau merasa bahwa vinaya itu terlalu sulit utk dilaksanakan, gampang saja, lakukan saja semaunya asal tidak melanggar pancasila, tapi sebelum itu lepas jubah dulu. sesungguhnya menjadi umat awam yg bermoral adalah lebih baik daripada jadi bhikkhu tidak bermoral.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #201 on: 31 October 2012, 05:28:14 PM »
jd inget pepatah tua

"klo ga bs jd bhikkhu yang baik, ya jd lah umat yang baik"

itu lebih baik, dr pd meminta kebijakkan untuk merubah vinaya hanya karena tidak mampu untuk menjalankan vinaya dengan baik. daripada merubah vinaya yg hanya akan merusak latihan kebhikkhuan, lebih baik lepas jubah sekalian, jd lah umat, sila nya cm 5 lebih ringan...

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #202 on: 31 October 2012, 05:43:47 PM »
Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.

Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?
« Last Edit: 31 October 2012, 05:46:54 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #203 on: 31 October 2012, 05:53:50 PM »
Quote Siswahardi said:
    link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0, mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang
----------------------------

dan sudah dijawab dengan baik oleh Bro Kainyn Kutho.


Lihat reply #203 dari gw di atas ini.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #204 on: 31 October 2012, 05:57:53 PM »
NISSAGIYA PACITTIYA 10

10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.

If he should not produce the robe, (the bhikkhu) should stand in silence four times, five times, six times at most for that purpose. Should (the steward) produce the robe after (the bhikkhu) has stood in silence for that purpose four, five, six times at most, that is good.

If he should not produce the robe (at that point), should he then produce the robe after (the bhikkhu) has endeavored further than that, it is to be forfeited and confessed.

If he should not produce (the robe), then the bhikkhu himself should go to the place from which the robe fund was brought, or a messenger should be sent (to say), "The robe fund that you, venerable sirs, sent for the sake of the bhikkhu has given no benefit to the bhikkhu at all. May you be united with what is yours. May what is yours not be lost." This is the proper course here.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #205 on: 31 October 2012, 06:00:24 PM »
Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?

dana telah disediakan oleh si donor untuk digunakan oleh bhikkhu, tapi dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu jadi masih bukan miliki bhikkhu. selama dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu dalam bentuk jubah, maka dana uang itu tetap menjadi milik si donor.

"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #206 on: 31 October 2012, 06:13:14 PM »
Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?
Saya tidak tahu darimana anda dapatkan sumbernya, tapi saya coba tampilkan sumber saya:

Nissaggiya Pacittiya 10:
In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

Seandainya raja, pejabat kerajaan, brahmana, atau perumahtangga memberikan biaya jubah untuk kepentingan seorang bhikkhu melalui seorang perantara, (mengatakan,) "Setelah membeli jubah dengan biaya jubah ini, sandangi bhikkhu dengan nama ini-dan-ini dengan jubah ini": Jika si perantara, mendekati bhikkhu, mengatakan, "Ini adalah biaya jubah yang diantarkan untuk yang mulia. Semoga yang mulia menerima biaya jubah ini," maka bhikkhu tersebut harus memberitahu kepada perantara: "Kami tidak menerima biaya jubah, kawan. Kami menerima jubah (kain jubah) yang berseseuaian dengan musimnya."

Betulkah ada seorang yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang?

Nissaggiya Pacittiya 18:
"Should any bhikkhu accept gold and silver, or have it accepted, or consent to its being deposited (near him), it is to be forfeited and confessed."

"Seandainya seorang bhikkhu menerima emas dan perak, atau membuat hal tersebut diterima, atau menyetujui hal itu disimpan (dekatnya), hal ini harus ditebus dan diakui."

Jadi jika seorang bhikkhu dengan persetujuannya, membuat sebuah pemberian uang terjadi (walaupun penerimanya bukan dirinya), maka ia melakukan nissaggiya pacittiya.



Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #207 on: 31 October 2012, 06:22:21 PM »
"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."

Statement ini apakah bagian dari pasal vinaya itu ataukah penjelasan dari si penulis artikel?

Mohon source artikel di atas.

Kemudian mengenai paragraf ini :
If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.


Kembali tulisan di atas menerangkan bahwa dana jubah (robe fund) sudah diserahkan oleh pendana ke dayaka untuk disimpan, atas petunjuk bhikkhu yang menunjuk siapa dayakanya.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #208 on: 31 October 2012, 06:34:01 PM »
Saya tidak tahu darimana anda dapatkan sumbernya,

Gw mengutip pasal vinaya yang di Samaggi Phala. CMIIW.

Quote
tapi saya coba tampilkan sumber saya:
Nissaggiya Pacittiya 10:
In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

Seandainya raja, pejabat kerajaan, brahmana, atau perumahtangga memberikan biaya jubah untuk kepentingan seorang bhikkhu melalui seorang perantara, (mengatakan,) "Setelah membeli jubah dengan biaya jubah ini, sandangi bhikkhu dengan nama ini-dan-ini dengan jubah ini": Jika si perantara, mendekati bhikkhu, mengatakan, "Ini adalah biaya jubah yang diantarkan untuk yang mulia. Semoga yang mulia menerima biaya jubah ini," maka bhikkhu tersebut harus memberitahu kepada perantara: "Kami tidak menerima biaya jubah, kawan. Kami menerima jubah (kain jubah) yang berseseuaian dengan musimnya."



Betulkah ada seorang yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang?


Bacanya jangan sepotong-sepotong cuman satu paragraf aja bro  #-o,  cobalah dibaca secara keseluruhan

Sudah jelas bahwa :
10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."


Jelas2 ada yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang tersebut (robe fund).


Juga pernyataan di bawah sudah terbantahkan oleh vinaya, soal penyimpanan uang ke dayaka ini ada hubungannya dengan bhikkhu.
Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya[/b]. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.
« Last Edit: 31 October 2012, 06:42:22 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
« Reply #209 on: 31 October 2012, 06:36:23 PM »
Statement ini apakah bagian dari pasal vinaya itu ataukah penjelasan dari si penulis artikel?

Mohon source artikel di atas.

Kemudian mengenai paragraf ini :
If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.


Kembali tulisan di atas menerangkan bahwa dana jubah (robe fund) sudah diserahkan oleh pendana ke dayaka untuk disimpan, atas petunjuk bhikkhu yang menunjuk siapa dayakanya.

saya tidak punya teks Vinaya Pitaka lengkap, jadi rujukan yg selalu saya gunakan jika merujuk pada Patimokkha adalah Buddhist Monastic Code yg saya ambil dari http://accesstoinsight.org