Masalahnya jubah serahkan pas penyerahan dana Kathina di dalam vihara pas perayaan Kathina, di mana bhikkhunya sudah standby untuk serah-terima dana dari umat. Dan biasanya diawali dengan gatha yang dibaca umat, "Imam Bhante, sapparivaram, civaradussam sanghassa onojayama, dst...
Yang menerima dana adalah sangha, dan bhikkhu2 di situ hanya mewakili. Bagaimana mau menolak?
Nah, justru itu yang saya juga masih kurang jelas. Apakah karena yang menerima 'sangha', walaupun menyadari penerimaan akan berlebihan, tak berguna, mubazir, tetap harus diterima? Misalnya sangha ada 100, masing-masing sudah punya 1 jubah ganti; jubah cadangan di 'gudang' masih ada 300, lalu sekarang mau terima 500 lagi. Apakah karena 'merk'-nya "Kathina" jadi harus menerima semuanya?
Jubah kan sesuai vinaya?
1 set jubah untuk diri, 1 set untuk ganti, dan 1 untuk cadangan termasuk milik bersama. Tapi tidak dikatakan dalam vinaya boleh punya cadangan puluhan jubah.
Sama juga makanan bukan hal 'haram' dalam vinaya, tapi bukan berarti boleh menyimpan dan menimbun.
Kathina kan utamanya untuk menerima dana jubah?
Kalo makanan tiap pagi dan sebelum tengah hari bisa setiap hari.
Iya, bukan masalah 'event'-nya, tapi masalah mental si penerima. Kalau 'kaipang' memang selalu terima tanpa batas tidak ada aturan2nya sebab mereka memang 'perumah-tangga', bukan petapa; kalau bhikkhu, setahu saya, hanya menerima secukupnya. Kalau yang biasa saya ingat di sutta, puas hanya dengan satu jubah yang menutupi tubuh, melindungi dari panas-dingin, puas dengan makanan secukupnya pada hari itu, dan tempat tinggal untuk berteduh. Jadi tidak ada semacam 'kepemilikan' dalam petapaan.