//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Euthanasia  (Read 34569 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Euthanasia
« on: 05 June 2008, 03:20:52 AM »
Friends, kebetulan keinget tentang ini nih...Menurut pandangan Buddhis bagaimana yah?Dulu pas kuliah sih pernah dibahas,cma gw sendiri skrng lupa... :P
Tadi sempet kulik2 d Wikipedia, jawabannya sih begini :


Quote
Buddhism
There are many different views among Buddhists on the issue of euthanasia. Here are a few:

In Theravada Buddhism a lay person daily recites the simple formula: "I undertake the precept to abstain from destroying living beings."[34] For Buddhist monastics (bhikkhu) however the rules are more explicitly spelled out. For example, in the monastic code (Patimokkha), it states:

    "Should any bhikkhu intentionally deprive a human being of life, or search for an assassin for him, or praise the advantages of death, or incite him to die (thus): 'My good man, what use is this wretched, miserable life to you? Death would be better for you than life,' or with such an idea in mind, such a purpose in mind, should in various ways praise the advantages of death or incite him to die, he also is defeated and no longer in communion."[35]

In other words, such a monk or nun would be expelled irrevocably from the Buddhist monastic community (sangha).[36] The prohibition against assisting another in their death includes circumstances when a monastic is caring for the terminally ill and extends to a prohibition against a monastic's purposively hastening another's death through word, action or treatment.[35]

American Buddhist monk Thanissaro Bhikkhu wrote:

    Thus, from the Buddha's perspective, encouraging a sick person to relax her grip on life or to give up the will to live would not count as an act of compassion. Instead of trying to ease the patient's transition to death, the Buddha focused on easing his or her insight into suffering and its end.[37]

The Dalai Lama was cited by the Agence-France Presse in a 18 September 1996 article entitled "Dalai Lama Backs Euthanasia in Exceptional Circumstances" regarding his position on legal euthanasia:

    Asked his view on euthanasia, the Dalai Lama said Buddhists believed every life was precious and none more so than human life, adding: 'I think it's better to avoid it.'

    'But at the same time I think with abortion, (which) Buddhism considers an act of killing ... the Buddhist way is to judge the right and wrong or the pros and cons.'

    He cited the case of a person in a coma with no possibility of recovery or a woman whose pregnancy threatened her life or that of the child or both where the harm caused by not taking action might be greater.

    "These are, I think from the Buddhist viewpoint, exceptional cases," he said. "So it's best to be judged on a case by case basis."

Menurut temen2 gmn?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #1 on: 05 June 2008, 08:22:40 AM »
Euthanasia perlu dipertanyakan apakah dia mati secara wajar atau sengaja dibuat mati? Dhamma adalah tathata(kebegituan) dalam alam dan semua proses seharusnya terjadi secara alami tanpa ada campur tangan beberapa pihak dalam membuatnya mati. Kasus ini akan berbeda dari contoh kecelakaan jalan raya sehingga ada yang meninggal karena ini adalah kematian alami yang diakibatkan berbuahnya kamma buruk.

Berbeda dengan euthanasia, contoh,ayahnya sangat menderita di rumah sakit,sehingga untuk mengakhiri penderitaan maka pihak keluarga mengambil jalan memotong suplai oksigen atau sintik mati. ini sama saja dengan pembunuhan secara tidak disadari. Apapun yang terjadi pada tubuh ayahnya baik menderita atau tidak,itu adalah hal alami karena lahir,tua,sakit dan mati. Biarkan proses ini terjadi apa adanya. Kalau menderita,beritahukan kepada dia mengenai Dhamma,agar ia mengerti bahwa kondisi tubuh ini tidak kekal sedari dulu. ajak dia menyadari sakitnya dengan bervipasana walaupun dalam keadaan koma. Kalau dari Pure Land,selalu diajak untuk melafal Amitabha sampai pasien itu mencapai konsentrasi atau setidaknya hatinya tenang sampai ia mati total.

Aborsi juga merupakan pembunuhan karena itu adalah buah yang sengaja dibuat namun tidak bisa dipertanggungjawabkan.
menurut aku,aborsi bisa dilakukan apabila kehamilan menyebabkan resiko kematian pada ibu. ini berarti kamma baik/buruk si calon anak ini tidak nyambung dengan keluarga tempat ia akan dilahirkan sehingga ia perlu 'out' .namun tetap ayng menentukan ingin aborsi adalah ibunya sendiri dalam artian ia diuji welas asihnya untuk tetap mengambil resiko melahirkan anak ini atau ia memilih abstain dan melanjutkan aborsi. _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #2 on: 05 June 2008, 09:07:42 AM »
Jika 'suntik mati' dilakukan dengan alasan: Agar si pasien tidak menderita berkepanjangan, harap mengingat hukum kamma vipaka.

Bunyi hukumnya: apa yang kita perbuat, akan kita petik hasilnya.

Penderitaan (sakit) si pasien adalah buah kamma dia sendiri. Jadi, meskipun kita menyuntik mati atau mencabut supply oksigen agar si pasien mati, jikalau vipakanya belum berakhir, si pasien tsb masih harus melanjutkan penderitaannya dikehidupan selanjutnya.

Ini yg perlu kita pertimbangkan juga.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #3 on: 05 June 2008, 09:38:39 AM »
ketika manusia di kutub (eskimo) sudah tua,
rasa dingin itu menusuk ke tulang...

makanya mereka punya tradisi dimana anak mereka harus membunuh orang tua mereka ketika orang tuanya meminta karena tidak dapat menahan penderitaan lagi.

serba sulit kan...
bagi orang tua, dia sudah merasakan neraka avici tanpa jeda...
bagi sang anak, dia juga sulit sekali mengakhiri hidup orang yg dicintainya...

makanya Sang Buddha bilang:
sungguh susah menjalani kehidupan sebagai manusia

when will i see the shore?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #4 on: 05 June 2008, 09:52:08 AM »
makanya Sang Buddha bilang:
sungguh susah menjalani kehidupan sebagai manusia


saya tambahkan lagi "Lebih susah lagi terlahir sebagai manusia tapi tidak mengenal Dhamma"

Jikalau orang Eskimo(manusia) itu bisa mengenal Dhamma, maka tidak akan ada tindakan seperti ini.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Sang Buddha malah pernah mendorong euthanasia
« Reply #5 on: 05 June 2008, 09:57:33 AM »
Quote
Buddhism
There are many different views among Buddhists on the issue of euthanasia. Here are a few:

In Theravada Buddhism a lay person daily recites the simple formula: "I undertake the precept to abstain from destroying living beings."[34] For Buddhist monastics (bhikkhu) however the rules are more explicitly spelled out. For example, in the monastic code (Patimokkha), it states:

    "Should any bhikkhu intentionally deprive a human being of life, or search for an assassin for him, or praise the advantages of death, or incite him to die (thus): 'My good man, what use is this wretched, miserable life to you? Death would be better for you than life,' or with such an idea in mind, such a purpose in mind, should in various ways praise the advantages of death or incite him to die, he also is defeated and no longer in communion."[35]

In other words, such a monk or nun would be expelled irrevocably from the Buddhist monastic community (sangha).[36] The prohibition against assisting another in their death includes circumstances when a monastic is caring for the terminally ill and extends to a prohibition against a monastic's purposively hastening another's death through word, action or treatment.[35]

American Buddhist monk Thanissaro Bhikkhu wrote:

    Thus, from the Buddha's perspective, encouraging a sick person to relax her grip on life or to give up the will to live would not count as an act of compassion. Instead of trying to ease the patient's transition to death, the Buddha focused on easing his or her insight into suffering and its end.[37]

The Dalai Lama was cited by the Agence-France Presse in a 18 September 1996 article entitled "Dalai Lama Backs Euthanasia in Exceptional Circumstances" regarding his position on legal euthanasia:

    Asked his view on euthanasia, the Dalai Lama said Buddhists believed every life was precious and none more so than human life, adding: 'I think it's better to avoid it.'

    'But at the same time I think with abortion, (which) Buddhism considers an act of killing ... the Buddhist way is to judge the right and wrong or the pros and cons.'

    He cited the case of a person in a coma with no possibility of recovery or a woman whose pregnancy threatened her life or that of the child or both where the harm caused by not taking action might be greater.

    "These are, I think from the Buddhist viewpoint, exceptional cases," he said. "So it's best to be judged on a case by case basis."

Menurut temen2 gmn?

Sang Buddha malah pernah mendorong seorang arahat yang ingin bunuh diri, dengan berkata: "Jangan takut mati."

Salam,
hudoyo

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #6 on: 05 June 2008, 10:03:26 AM »
Lantas Arahatnya jadi bunuh diri ga Pak Hudoyo?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #7 on: 05 June 2008, 10:14:14 AM »
Jadi ... kalau tidak salah, itu satu-satunya cerita ada arahat bunuh diri.

Selain itu ada cerita beberapa bhikkhu yang memutuskan bunuh diri --biasanya karena alasan sakit yang berkepanjangan-- lalu justru mencapai kearahatan ketika dalam proses menggorok lehernya sendiri ... Ini dikatakan oleh Sang Buddha, ketika dilapori oleh bhikkhu-bhikkhu lain tentang peristiwa bunuh diri bhikkhu tersebut.

Salam,
Hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #8 on: 05 June 2008, 10:16:10 AM »
when will i see the shore?

What shore? .... ;D

Salam,
hudoyo

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #9 on: 05 June 2008, 10:24:42 AM »
Saya pernah membaca mengenai hal ini juga Pak Hud, bahwa ketika seseorang mencapai ke Arahatan , ia merasa semua sudah sirna lantas untuk apa lagi,jadi dia "bunuh diri", Pak Hud,mau tanya bukankah keadaaan seorang Arahat itu sudah "out" dari timbulnya kamma baik dan kamma buruk,jadi ketika memutuskan untuk mengakhiri hidupnya itu okay. Sama halnya Sang Buddha menerima permintaan Mara untuk segera Parinibbana, bukankah itu namanya diajak "bunuh diri" aja. lantas Pacceka Buddha yang membakar dirinya ketika Sammasambuddha akan lahir,bukankah itu "bunuh diri"? mereka bunuh diri juga toh mereka sudah mencapai end sebenarnya. konsekuensi akan terjadi kalau kita berbicara dalam scope umat awam. sudah bijaksanakah ia bertindak seperti arahat itu?

soal bhikkhu bunuh diri dan akhirnya mencapai kearahatan, ada juga kisah seorang bhikkhu yang ditantang melihat semua hasrat seksual, diajak ke surga lihat dewi dewi yang berubah jadi monyet dan akhirnya ia menyadari dan mencapai Arahat. berarti dalam proses itu,ada yang mebuat dia tersadarkan, namun apakah ini layak dipraktekkan oleh umat awam, boro boro capai arahat,pendarahan iya, akhirnya ga tersadarkan("pingsan"). Ada mental state yang besar yang harus dilakukan.
« Last Edit: 05 June 2008, 10:27:12 AM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #10 on: 05 June 2008, 10:41:55 AM »
[...] mereka bunuh diri juga toh mereka sudah mencapai end sebenarnya. konsekuensi akan terjadi kalau kita berbicara dalam scope umat awam. sudah bijaksanakah ia bertindak seperti arahat itu?

Ya, betul buat seorang arahat, bunuh diri tidak membawa konsekuensi apa pun ...

Tapi ada kisah beberapa bhikkhu yang belum arahat ... bunuh diri karena sakit yang berkepanjangan ... lalu justru mencapai kearahatan ketika melakukan bunuh diri itu ...

YM Nanavira Thera ... dalam sebuah surat wasiatnya menulis bahwa beliau telah mencapai tingkat sotapatti ... tapi karena sakit yang berkepanjangan ... dan merasa yakin tidak akan sembuh ... dan penyakitnya itu membuat beliau terombang-ambing antara pilihan 'lepas jubah' dan 'bunuh diri' ... akhirnya memilih bunuh diri juga ...

Salam,
hudoyo

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: Euthanasia
« Reply #11 on: 05 June 2008, 10:46:15 AM »
apakah dalam agama buddha dibolehkan bunuh diri ? lalu apakah tidak sama bunuh diri sendiri dengan bunuh makhluk  lain ? jika begitu , kita bisa juga bunuh makhluk lain yg sedang sakit sakitan donk ?

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #12 on: 05 June 2008, 10:54:06 AM »
YM Nanavira Thera ... dalam sebuah surat wasiatnya menulis bahwa beliau telah mencapai tingkat sotapatti ... tapi karena sakit yang berkepanjangan ... dan merasa yakin tidak akan sembuh ... dan penyakitnya itu membuat beliau terombang-ambing antara pilihan 'lepas jubah' dan 'bunuh diri' ... akhirnya memilih bunuh diri juga

ini saya review dari tulisan Pak Hudoyo saja berdasarkan kondisi tulisan yang dikasih, bukan atas kondisi si bhikkhu itu karena saya tidak tahu sesungguhnya seperti apa
yah itu urusan dia pak mengenai kebijaksanaan dia, Sang Buddha mengharapkan kita untuk tidak berspekulasi dan juga bertaruh(gambling). memang kemungkinan tidak akan sembuh tapi belajar dari Moggalana(kalo ga salah) yang mati dibunuh meskipun ia sudah tahu ke depan bahwa dia akan mati dibunuh,tapi Moggalana merelakan hukum Dhamma terjadi padanya,bukan menyembunyikan diri atau bunuh diri duluan daripada dicoblos orang.
Pembuat keputusan akan bertanggung jawab atas keputusannya, begitulah Kamma diajarkan.

Tapi ada kisah beberapa bhikkhu yang belum arahat ... bunuh diri karena sakit yang berkepanjangan ... lalu justru mencapai kearahatan ketika melakukan bunuh diri itu ...
ini sama halnya dengan tulisan saya ,aada bhikku yang diajak jalan2 oleh Sang Buddha ke surga kenikmatan indriawi,kalo ga salah Ananda yah pada saat merasa "musim kawin" tiba, lantas setelah ingin berbuat,nafsu itu padam.
Bunuh diri,pada saat itu dia menjadi Arahat dan kemudian padam, kembali lagi ke tulisan Arahat tidak memiliki konsekuensi apa2. Kasusnya beda Pak untuk orang yang bunuh diri. niatnya aja udah berbeda.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #13 on: 05 June 2008, 10:56:50 AM »
apakah dalam agama buddha dibolehkan bunuh diri ? lalu apakah tidak sama bunuh diri sendiri dengan bunuh makhluk  lain ? jika begitu , kita bisa juga bunuh makhluk lain yg sedang sakit sakitan donk ?

Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami
Aku mengambil tekad untuk menghindari segala bentuk pembunuhan baik melalui ucapan,perbuatan dan pemikiran, dan semoga dengan tekad ini memperkuat samadhi saya.

Masih kurang jelas?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: Euthanasia
« Reply #14 on: 05 June 2008, 11:01:21 AM »
tapi cerita tentang bunuh diri diatas itu ? kenapa boleh ? malah mencapai arahat

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Euthanasia
« Reply #15 on: 05 June 2008, 11:08:10 AM »
Ada bocorannya, Bhikkhu tersebut sudah sering bermeditasi, dan sering berada pada kondisi temporary insight, dan dia mendapatkan pengetahuan bahwa satu-satunya cara mencapai pembebasan dalam hidup itu adalah ketika dia berada dalam keadaan sakratul maut. Pada kondisi tersebutlah yang paling sesuai, jadi bukan pengetahuan sembarangan, dan dilakukan bukan dalam kondisi sembarangan melainkan dilakukan dalam kondisi vipassana penuh.

Beliau Bhikkhu tua meditator handal puluhan tahun.
Jadi tujuannya bukan untuk mengakhiri hidup, melainkan mendapatkan kondisi sesuai untuk padam.

Jadi jangan disamakan dengan membunuh diri sendiri orang dengan pandangan salah, mengganggap akan terbebas dari penderitaan (baik keinginan untuk lenyap ataupun menjadi), Bhikkhu tersebut menggorok batang leher sendiri pada saat berada dalam temporary insight agar kondisi sesuai untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.

Setiap orang berbeda kondisi untuk mencapai pencerahan, ada yang diajarkan menggosok kain bersih, ada yang dikasih obyek meditasi anu, itu, ada yang cuma dikasih pengajaran sedikit, ada yang harus berlatih puluhan tahun.

Apakah anda tahu dengan menggorok leher sendiri bisa terbebas?
« Last Edit: 05 June 2008, 11:14:55 AM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #16 on: 05 June 2008, 11:11:30 AM »
tapi cerita tentang bunuh diri diatas itu ? kenapa boleh ? malah mencapai arahat

gunakan kebijaksanaan anda memilah tulisan soal bhikkhu bunuh diri. kondisi mental seseorang berbeda-beda, dari pengertian saya mengenai tulisan Pak Hudoyo, bhikkhu yang melakukan "bunuh diri", terdapat gejolak gejolak batin yang menyiksa dia sampai memutuskan bunuh diri, namun ketika ingin "bunuh diri" , ia tercerahkan melihat bahwa gejolak gejolak pertentangan batin sesungguhnya adalah Mara, dia melihat Mara dan meruntuhkan Mara, disitulah magga phala diperoleh.

satu pengertian lagi bunuh "diri" adalah membunuh ego yang membuat orang terjbak dalam "atta", darisitu muncul anatta, mengetahui hal itu maka seseorang tercerahkan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #17 on: 05 June 2008, 11:14:29 AM »
Seperti kata bro Karuna, mental state seseorang berbeda dan juga niat bunuh dirinya berbeda, kasus yang dijumpai dari bunuh diri adalah putus cinta,tidak bisa menerima sakit, dan segala macam alasan,apakah si pembunuh diri itu setelah mau bunuh diri melakukan perenungan dan vipasana,tentu tidak,ia sudah terjebak dengan kondisi ketakutan dia dulu. jadi jangan coba2 kalo belum memiliki pengetahuan sempurna, yang ada adalah "mati konyol"
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #18 on: 05 June 2008, 11:26:40 AM »
when will i see the shore?

What shore? .... ;D

Salam,
hudoyo

Itu ada dalam lirik lagu Life is Like a Boat, entah kenapa saya sangat menyukai lagu ini :)

Quote from: Life is Like A Boat's Lyric
Life is Like A Boat

Nobody knows who I really am
I never felt this empty before
And if I ever need someone to come along,
Who's gonna comfort me, and keep me strong?

We are all rowing the boat of fate
The waves keep on coming and we can't escape
But if we ever get lost on our way
The waves would guide you through another day

Far away, I'm breathing, as if I were transparent
It would seem I was in the dark, but I was only blindfolded

I give a prayer as I wait for the new day
Shining vividly up to the edge of that sea

Nobody knows who I really am
Maybe they just don't give a damn
But if I ever need someone to come along
I know you would follow me, and keep me strong

People's hearts change and sneak away from them
The moon in its new cycle leads the boats again

And every time I see your face
The ocean heaves up to my heart
You make me wanna strain at the oars, and soon
I can see the shore

Oh, I can see the shore
When will I see the shore?

I want you to know who I really am
I never thought I'd feel this way towards you
And if you ever need someone to come along,
I will follow you, and keep you strong

And still the journey continues on quiet days as well
The moon in its new cycle shines on the boats again

I give a prayer as I wait for the new day
Shining vividly up to the edge of that sea

And every time I see your face
The ocean heaves up to my heart
You make me wanna strain at the oars, and soon
I can see the shore

We are rowing the boat of fate, but the waves keep attacking us
But isn't that still a wonderful journey? Aren't any of them a wonderful journey?



Contributed by frecklegirl
http://www.nostalgic-lavender.net

Translated by Rizuchan [Image]
http://rizu.omegazorgon.com



download aja dech... lagunya benar2 T O P !!! :) :) :)

click di sini utk men-download: Life is Like a Boat.mp3

 :rose: :rose: :rose:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #19 on: 05 June 2008, 11:42:37 AM »
apakah dalam agama buddha dibolehkan bunuh diri ? lalu apakah tidak sama bunuh diri sendiri dengan bunuh makhluk  lain ? jika begitu , kita bisa juga bunuh makhluk lain yg sedang sakit sakitan donk ?

Euthanasia pada abad ke-21 ini sudah menjadi masalah etika yang tidak terdapat pada masa-masa sebelum ini.

Teknologi kedokteran sudah menjadi begitu canggih sampai fungsi jantung dan pernapasan bisa dipertahankan sekalipun fungsi otak sudah mati. ... Ini menimbulkan masalah etika yang sama sekali baru: kapan upaya untuk mempertahankan kehidupan ini boleh dihentikan?

Seorang dokter dapat membahas masalah euthanasia ini dengan seorang pasien yang mentalnya masih waras. ... Salah satu solusi adalah pernyataan tertulis dari pasien agar tidak dilakukan upaya mempertahankan kehidupan dalam keadaan krisis ... "Do not rescucitate" atau "Do not maintain life-support". ... ini disebut euthanasia pasif.

Lebih lanjut lagi, seorang pasien dalam keadaan waras dapat minta dokternya untuk membantu mengakhiri kehidupannya ... ini disebut euthanasia aktif.

Menurut hemat saya, ini tidak sama dengan "membunuh" dalam pengertian secara umum. ... Yang jelas, masalah ini akan bertambah menonjol dengan semakin majunya teknologi kedokteran.

Salam,
hudoyo

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: Euthanasia
« Reply #20 on: 05 June 2008, 11:44:35 AM »
bro karuna mukti : bocoran ? ada sumbernya ngak ? jadi mau tahu juga :)
bhante nyanadhana : ya, justru itu, tidak semua orang bisa langsung bijaksana, itulah pentingnya saya harus belajar dan belajar, semoga bhante bisa kasih petunjuk

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #21 on: 05 June 2008, 11:49:16 AM »
maaph,ane bukan bhante....melainkan upasaka  _/\_  ^:)^
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Euthanasia
« Reply #22 on: 05 June 2008, 11:51:19 AM »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Euthanasia
« Reply #23 on: 05 June 2008, 12:08:48 PM »
ho8 nyana dibilang bhante..  :P

 _/\_
menurut saya euthanasia itu membunuh, membunuh tetaplah membunuh : masih ingatkan arti membunuh cuma bedanya apa yg kita rasakan pada saat membunuh.
contoh nih : Si A membunuh musuhnya dengan penuh kebencian dan dibandingkan dengan Si A membunuh orang tuanya sendiri yg menderita kesakitan (dalam hal ini Si A mengakhiri penderitaan hidup orang tuanya karna merasa kasihan like karuna = belas kasihan dan ingin menghilangkan penderitaan makhluk lain) dua2 nya membunuh cuma bobot karmanya beda.

saya setuju dengan Bro hudoyo kecanggihan teknologi kedokteran membuat orang yang mati seolah2 masih hidup, padahal sesungguhnya orang tersebut mungkin sudah mati dan tidak mempunyai kesadaran indria lagi.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: Euthanasia
« Reply #24 on: 05 June 2008, 12:11:48 PM »
maaph,ane bukan bhante....melainkan upasaka  _/\_  ^:)^

maap maap maap, kirain bhante, jadi upasaka nyanadhana:), oh ya, beda upasaka sama panditta itu apa ya?

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Euthanasia
« Reply #25 on: 05 June 2008, 12:14:12 PM »
upasaka itu umat yang menjalankan sila dalam hal ini umat biasa kalau pandita itu kayak guru agama gitu deh..he2 sepertinya begitu, betul ga teman2..  ;D
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #26 on: 05 June 2008, 01:10:16 PM »
Upasaka = 5 Sila
Pandita = 8 Sila

kalo ga salah yaph......hoho ane dikira Bhante, wadoh tanggung jawab makin meningkat.hooh. ^:)^ _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Euthanasia
« Reply #27 on: 05 June 2008, 01:22:49 PM »
masa sih pandita 8 sila ? Nga koq, sila-nya sama. Kalao 8 sila itu optional sama seperti umat awam biasa.
There is no place like 127.0.0.1

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #28 on: 05 June 2008, 01:26:09 PM »
ow berarti pernyataan saya salah...heheh kan tadi tulis kalo ga salah tapi salah...hehehehhe... :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer: :hammer:..OOT
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Euthanasia
« Reply #29 on: 05 June 2008, 02:08:10 PM »
jadi suhu medho perbedaan nya dimana ya?
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Euthanasia
« Reply #30 on: 05 June 2008, 02:15:52 PM »
hayo :backtotopic:

utk soal bedanya buka thread baru aja :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline Saddha_vinita05

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 5
  • Gender: Female
  • KeEp sMILe EvEnToUgH MAnY PEOPLe WhO HuRtS YoU....
Re: Euthanasia
« Reply #31 on: 05 June 2008, 02:38:09 PM »
EUTHANASIA???? wah..... rada bingung jga cie..!!!
euthanasia?? sama halnya dengan bunuh diri yach????
klo menurut agama buddha.., sesuatu hal yg terjadi pada diri ini baik atau buruk,. tuch semua terjadi akibat dari perbuatan sendiri,!!!! klo misalnya diri kita kena musibah, sakit parah,... apapun yg baik atau buruk.,, kita harus bisa terima dengan bijaksana,.. bukan pasrah terus malah bunuh diri,, misal dengan suntik mati,.. memang kenyataanya menyedihkan dan sulit untuk dilalui,, tapi sadari saja hal tersebut dan coba untuk bertahan,.. dengan cara,. lebih banyak berbuat baik,.. perbaikan mental diri.. toch,.. setelah kita bunuh diri,.. pasti ada kehidupan lain yg mungkin lebih menderita dari pada kehidupan sebelumnya..,, bunuh diri gax akan menyelesaikan penderitaan sampai tuntas,,. akan ada lagi penderitaan yg timbul dari euthanasia tsb...,, jadi biarkan apapun yg terjadi pada diri ini terjadi dan hadapi dengan penuh pengertian,..  _/\_ _/\_
maaf klo commentnya agak gax jelas atau salah!!!!!
 ;) ;) ;) ;)
ThE HAppiEST oF PEoPLe dOn't NEcessARily HAve tHE  BeST oF Every ThiNg, TheY juSt MAke tHe MosT Of EVeRY ThiNG tHAt Comes aLOng TheIr Way

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Euthanasia
« Reply #32 on: 05 June 2008, 04:43:22 PM »
Eutanasia.....


lebih taku mati atau takut sama tagihannya Rumah Sakit?
dan ini yg akan membuat sanak, keluarga dll menjadi benar2 "SAKIT"...............

Apakah mati itu begitu menakutkan?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #33 on: 05 June 2008, 04:58:57 PM »
Upasaka = 5 Sila
Pandita = 8 Sila

kalo ga salah yaph......hoho ane dikira Bhante, wadoh tanggung jawab makin meningkat.hooh. ^:)^ _/\_

hehe .. :) Pandita 8 sila? ... Kebanyakan pandita masih suka makan malam kok ... seperti saya.  ;D

Salam,
Hudoyo

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Euthanasia
« Reply #34 on: 05 June 2008, 05:08:52 PM »
kalo 8 sila terus, bisa diceraikan istri yah Pak Hudoyo :))
There is no place like 127.0.0.1

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #35 on: 05 June 2008, 05:13:27 PM »
ehe ..  Pandita 8 sila? ... Kebanyakan pandita masih suka makan malam kok ... seperti saya. 

asal vegetarian yah pak hihihihihihii  :whistle: ^-^ ^-^ ^-^ ^-^ ^-^

kalo 8 sila terus, bisa diceraikan istri yah Pak Hudoyo
Pi,mami pengen trus dijawab "inget sila,inget sila" ahahhaha
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #36 on: 05 June 2008, 05:19:08 PM »
heh ... ini kan lagi ngomongin euthanasia ... ;D

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #37 on: 05 June 2008, 05:36:51 PM »
ooops melentjeng yah Pak Hud,hehehehehe OOT
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #38 on: 05 June 2008, 06:41:34 PM »
So, kalau dirangkum, euthanasia sendiri tidak dapat di klaim baik atau buruk, tetapi harus dilihat kasusnya 1 per 1?
Pasien dalam keadaan waras, merasa sakit berkepanjangan dan kalau dirawat di rumah sakit akan menghabiskan uang keluarga--> DILARANG.
Pasien dalam keadaan koma yang sudah lama, yang otaknya sudah mati, badannya hidup hanya karena alat bantu-->BOLEH.
Aborsi karena merasa malu, tidak dapat merawat, hasil pemerkosaan, tidak punya biaya-->DILARANG.
Aborsi karena si Ibu jika meneruskan dapat meninggal.-->BOLEH.

Apakah yang di atas benar? Terus, apakah ada guide line jika sesorang dihadapkan pada euthanasia?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #39 on: 05 June 2008, 06:48:09 PM »
Ow iya, sebagai TS,
 :hammer: kepada Nyana karena memulai OOT
 :hammer: kepada Rina karena menanyakan hal OOT
 :hammer: kepada Om Sumedho karena membiarkan OOT
 :hammer: kepada Nyana lagi karena memperpanjang OOT
Khusus Pak Hud, kasih dipensasi, soalnya sudah menutup pertanyaan OOT. Lagian sebagai murid yang baik tidak boleh getok  guru.... Ntar kualat lg...  ^:)^ ;D ;D
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #40 on: 05 June 2008, 06:52:21 PM »
maka kuakhiri topik ini dg jawaban sederhana:

JALAN TENGAH

sekali-kali kita perlu OOT,
asal jgn lupa tuk back to topic


=))
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #41 on: 05 June 2008, 10:54:00 PM »
JALAN TENGAH itu bagaimana?Maaf belum mudeng....
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #42 on: 06 June 2008, 12:05:30 AM »
Euthanasia... hmm...
perdebatan klasik di forum manapun,

tetapi, IMHO, AFAIK, dengan sengaja menghilangkan nyawa makhluk hidup adalah pelanggaran mutlak terhadap "PANATIPATA VERAMANI SIKKHAPADAM SAMADHIYAMI"

YM Sakyamuni Buddha tidakpernah memberikan konsesi terhadap aturan "Jangan membunuh" dengan embel2 "kecuali (terpaksa, terjepit, untuk mengurangi penderitaan... dsb dsb)" cmiiw  :|

 _/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #43 on: 06 June 2008, 04:40:00 AM »
YM Sakyamuni Buddha tidakpernah memberikan konsesi terhadap aturan "Jangan membunuh" dengan embel2 "kecuali (terpaksa, terjepit, untuk mengurangi penderitaan... dsb dsb)" cmiiw  :|
 _/\_

Di dalam aliran Vajrayana, ada Sumpah Bodhisattva ... dan salah satu Sumpah Bodhisattva Tambaha(Secondary) berbunyi:

"Saya bersedia melanggar Sila (membunuh, mencuri, berzina, berdusta, minum minuman keras) demi Welas Asih."

Silakan ditafsirkan sendiri. ...

Salam,
Hudoyo

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #44 on: 06 June 2008, 08:06:22 AM »
Seorang Bodhisatva boleh ikut berperang dan membunuh di medan perang selama itu untuk membela negara,membela dirinya sendiri dan membela keluarganya...aku pernah baca yang ginian namun konon katanya,pembunuhan itu dilakukan untuk welas asih kepada banyak makhluk, artinya bunuh 1 penjahat untuk menolong 100 warga.well anybody wanna expalin it?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #45 on: 06 June 2008, 08:07:22 AM »
YM Sakyamuni Buddha tidakpernah memberikan konsesi terhadap aturan "Jangan membunuh" dengan embel2 "kecuali (terpaksa, terjepit, untuk mengurangi penderitaan... dsb dsb)" cmiiw  :|
 _/\_

Di dalam aliran Vajrayana, ada Sumpah Bodhisattva ... dan salah satu Sumpah Bodhisattva Tambaha(Secondary) berbunyi:

"Saya bersedia melanggar Sila (membunuh, mencuri, berzina, berdusta, minum minuman keras) demi Welas Asih."

Silakan ditafsirkan sendiri. ...

Salam,
Hudoyo

Wew... no comment dah kalo mengenai ini... soale msh awam neh.. :|

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #46 on: 06 June 2008, 08:45:33 AM »
Di dalam aliran Vajrayana, ada Sumpah Bodhisattva ... dan salah satu Sumpah Bodhisattva Tambaha(Secondary) berbunyi:

"Saya bersedia melanggar Sila (membunuh, mencuri, berzina, berdusta, minum minuman keras) demi Welas Asih."

Silakan ditafsirkan sendiri. ...

Salam,
Hudoyo
Saya pun pernah mendengar seorang pertapa yg tiap hari menombak ikan di sungai, dengan tujuan ikan2 itu bertumimbal lahir di alam yg lebih menyenangkan..

tetapi paradox semacam ini, seperti yg pak pandita tulis itu juga, bisa menjadi tafsir yg sangat berbahaya apabila ditangkap / dipahami secara salah oleh orang awam..

bagaimanapun bodhisatta, pertapa suci, dan yang lain semacamnya memilki kemampuan dan tingkat kebijaksanaan berbeda, yang mungkin masih jauh "beyond" pemikiran kita2 yg masih muter2 di dalam belenggu samsara melulu.. maka harus dipahami melalui pengertian/pemahaman yang tidak mudah.

Bodhisatta Gotama pun dalam cerita jataka pernah membunuh dsb.. namun semua itu tetap membawa suatu konsekuensi..
Pahlawan membunuh ratusan musuh demi negara..
Avalokithesvara menyeberang ke neraka dan memotong tubuhnya sendiri utk menolong ayahnya yg terbakar di neraka avici tingkat 18...
dan lain2 masih banyak lagi..
pembunuhan, pelanggaran sila, dsb.. yg termasuk dalam sumpah bodhisatta ala vajrayana itu harus dilihat cermat konteksnya, apakah pelanggaran itu ditempuh "DEMI" / untuk tujuan welas asih, atau pelanggaran sila itu harus ditempuh / dijalani sebagai rangkaian penggenapan "karma" yg harus dilalui dalam perjalanan mencapai bodhi seperti halnya yg kita lihat dari puluhan cerita jataka tentang Bodhisatta Gotama?

Tentunya tidak sesederhana menafsirkan hal semacam itu :)

Kalau kita berusaha memahami hal semacam ini dengan pengertian yg belum sempurna, Buddha Dharma bisa menjadi ajaran yg saling kontradiksi dan tumpang tindih, bahkan banyak konsesi di sana sini, Pak. In my humble opinion.

 _/\_ _/\_ _/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #47 on: 06 June 2008, 09:02:29 AM »
Seorang Bodhisatva boleh ikut berperang dan membunuh di medan perang selama itu untuk membela negara,membela dirinya sendiri dan membela keluarganya...aku pernah baca yang ginian namun konon katanya,pembunuhan itu dilakukan untuk welas asih kepada banyak makhluk, artinya bunuh 1 penjahat untuk menolong 100 warga.well anybody wanna expalin it?

Apa si Boddhisatva sudah mempertimbangkan:
~ apakah benar2 si penjahat yg bersalah, bukannya penduduk desa asal tuduh
~ bagaimana kalau ada fitnah
~ bagaimana dengan nasib anak / keluarga si penjahat
~ ketimbang dibunuh, apa tidak lebih baik si penjahat diarahkan dan dibimbing, diajarkan dhamma?
~ masih banyak peluang lainnya ketimbang membunuh, ingat Boddhisatva perlu menyempurnakan kebijaksanaan (panna parami)  :)

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
Re: Euthanasia
« Reply #48 on: 06 June 2008, 09:16:25 AM »
 :hammer: untuk edward karna sendiri OOT  :P

 _/\_

1. soal perang, kenapa harus berperang, kan bisa berunding sehingga tidak perlu melanggar sila, masih ingat cerita jataka yang rajanya menyerah sebelum berperang karena takut memakan korban jiwa, He's a wise king !!

2. soal suntik mati, bisa cari solusi lain kan, misalnya memberikan pengertian dhamma kepada orang tersebut agar menghadapi penderitaan nya dengan tenang.

3. soal penjahat, w jadi ingat cerita penjahat yang di jinakkan sang buddha, jadi tidak perlu membunuh kan?? ada cara lain yang lebih bijak dan tidak melanggar sila.

That's all is our choice..
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Mangkok

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 123
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • Mangkok
Re: Euthanasia
« Reply #49 on: 07 June 2008, 11:52:07 AM »
Tentang sila sekunder sumpah bodhisattva, di bawah saya mengutip dari buku The Bodhisattva Vow oleh Dagpo Rinpoche: (terjemahan bebas)

...

11. Tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan yang adalah perlu demi kesejahteraan/kebaikan yang lain (I: Not committing a harmful action which is necessary for welfare of others )

Pelanggaran sekunder kesebelas ini dilakukan dengan tidak melakukan suatu perbuatan negatif atau menyakitkan yang adalah perlu ditinjau dari sudut pandang welas asih.
Sebenarnya ini mengacu pada ketujuh perbuatan yang menyakitkan: tiga perbuatan menyakitkan melalui tubuh {membunuh, mencuri, berhubungan kelamin yang tidak benar, red} dan empat perbuatan menyakitkan melalui ucapan {berbohong, memecah belah, ucapan kasar/menyakitkan, obrolan yang tidak berguna, red}. Bila kita menolak melakukan perbuatan2 menyakitkan ini, ketika hal itu diperlukan demi kesejahteraan/kebaikan yang lain, itu jelas menunjukkan suatu kekurangan welas asih.

Komentar2 agung/besar menyebutkan dua pendapat mengenai ini. Pendapat pertama adalah ketika ada suatu kasus welas asih yang nyata dan kesejahteraan mayoritas makhluk dihasilkan oleh tindakan tersebut, maka  seorang bodhisattva yang membunuh seseorang tidak melakukan suatu perbuatan negatif.
Dalam komentar2 yang menyebutkan seorang bodhisattva, yang dimotivasi oleh welas asih, tidak melakukan suatu perbuatan negatif dalam membunuh seseorang, pelanggaran sekunder ini tidak disebutkan. Oleh karena itu hanya ada 45 pelanggaran sekunder, bukan 46.

Komentar2 yang lain
, seperti komentar Bodhibhadra, menunjukkan bahwa sangat penting bahkan mengharuskan bodhisattva tersebut melakukan perbuatan menyakitkan ketika hal itu bermanfaat bagi mayoritas makhluk. Dalam komentar2 inilah muncul 46 pelanggaran sekunder terhadap sumpah bodhisattva.

Ada banyak diskusi tentang hal ini. Penting bahwa kita memperhatikan hal ini dengan seksama (I: give this a great deal of thought). Membunuh seseorang adalah suatu perbuatan "kotor" {I: gross} bagi setiap orang, dan hal ini berlaku sama pada bodhisattva. Oleh karena itu, dikatakan bahwa hanya bodhisattva yang sudah merealisasikan bodhicitta bukan buatan {spontan, red}, tidak membuat kesalahan {I: error} ketika mereka melakukan perbuatan menyakitkan tersebut.

Lama Tsongkhapa
menambahkan bahwa bodhicitta bukan buatan saja tidak cukup untuk mengizinkan seorang bodhisattva melakukan perbuatan "kotor" tersebut. Beliau mengatakan bahwa bodhisattva yang telah merealisasikan bodhicitta bukan buatan, harus telah terlatih dalam keenam paramita dalam waktu yang lama dan harus dimotivasi oleh welas asih yang murni pada SAAT melakukan perbuatan tersebut.

Jika kita melakukan suatu perbuatan yang menyakitkan seperti membunuh seseorang, kita akan menghimpun banyak karma negatif. Masalahnya di sini yaitu bahwa pada saat tertentu, kita akan mencapai suatu level perkembangan spiritual yang mana perbuatan yang sama {membunuh, red} tidak lagi menghasilkan kenegatifan, namun malah menghasilkan kebajikan.

Ada juga beberapa diskusi tentang apakah bodhisattva tersebut, yang memiliki bodhicitta bukan buatan, yang telah terlatih dalam ke-6 paramita untuk waktu yang lama dan pada saat melakukan perbuatan tersebut dimotivasi oleh welas asih, boleh seorang yang ditabhiskan {anggota sangha, red} atau harus seorang praktisi umat awam. Jawabannya adalah ini hanya berlaku bagi praktisi umat awam.

Apa yang harus dilakukan oleh orang yang ditabhiskan pada situasi tersebut? Bodhisattva yang ditabhiskan akan mematahkan sumpah kebhiksuannya dan kehilangan pentabhisannya dalam perbuatan tersebut. Oleh karena itu, seorang bodhisattva yang ditabhiskan harus melepaskan {mengembalikan, red} sila kebhiksuannya terlebih dahulu, sehingga dia tidak perlu mempertahankannya lagi, dan hanya setelah itu baru melanjutkan perbuatan yang menyakitkan tersebut.

Ada banyak diskusi dan debat tentang pertanyaan apakah mengambil kehidupan {membunuh, red} dalam kasus ini menghasilkan karma negatif. Saya {Dagpo Rinpoche, red} tidak akan mengulasnya di sini. Saya pikir cukup bagi kita mengetahui bahwa sebuah akitvitas negatif seperti membunuh orang, hanya bisa dilakukan oleh seorang bodhisattva yang memiliki realisasi bodhicitta bukan buatan, yang telah terlatih dalam ke-6 paramita dalam waktu yang lama dan dimotivasi oleh welas asih murni, sehingga satu saat pun tidak ada kepentingan pribadi yang terlibat. Jika bodhisattva tersebut tidak menghasilkan jejak (I: imprint) negatif apapun sama sekali, namun hanya menghasilkan energi yang positif, maka bodhisattva ini diizinkan melakukannya. Jika beliau adalah orang yang ditabhiskan, beliau harus melepaskan sila kebhiksuannya sebelum melakukan perbuatan ini. Penjelasan ini adalah penting karena beberapa orang cenderung berpikir bahwa dalam Buddhisme Mahayana, apapun boleh dilakukan sepanjang seseorang memiliki pikiran yang positif ketika melakukannya. Di sini, kita melihat dengan jelas bahwa ini tidak benar.

......


Semoga bermanfaat  _/\_

Terima kasih  :|
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #50 on: 07 June 2008, 01:36:27 PM »
Menurut keyakinan saya, di dalam ajaran Sang Buddha tidak ada dogma dan hal-hal yang dimutlakkan ... Juga berkaitan dengan Sila ...

Semua perbuatan kita ditentukan oleh pikiran kita (cetana) ... bukan ditentukan oleh rumusan Sila ...

Kalau orang memahami ini, maka ia bebas merenungkan masalah yang dihadapi oleh dunia kedokteran modern tentang euthanasia, baik euthanasia pasif maupun euthanasia aktif.

Kalau orang melihat Sila sebagai kitab undang-undang yang rumusannya dianggap sebagai harga mati dengan ancaman hukuman ini-itu, maka ia akan bingung menghadapi masalah etika yang muncul di zaman modern, yang tidak ada di zaman Sang Buddha.

[...] Penjelasan ini adalah penting karena beberapa orang cenderung berpikir bahwa dalam Buddhisme Mahayana, apapun boleh dilakukan sepanjang seseorang memiliki pikiran yang positif ketika melakukannya. Di sini, kita melihat dengan jelas bahwa ini tidak benar.

Pendapat pribadi dari seorang Rinpoche di antara sekian banyak Rinpoche yang ada, tidak mengikat bagi seorang Buddhis yang menggunakan panna. ... Di dalam arsip Berzine, ada pendapat lain yang berbeda.

Kembali saja kepada panna dan hati nurani masing-masing.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 07 June 2008, 01:40:19 PM by hudoyo »

Offline Mangkok

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 123
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • Mangkok
Re: Euthanasia
« Reply #51 on: 07 June 2008, 01:50:12 PM »
Maaf OOT, mau menjelaskan aja, postingan saya tentang sila bodhisattva bukan untuk menjawab tentang euthanasia boleh atau tidak (maaf sekali lagi  ^:)^), namun sekedar menyampaikan penjelasan tentang sila bodhisattva yang kebetulan disebut beberapa kali.

Tentang euthanasia saya pikir udah disampaikan oleh rekan2 lain yang jauh lebih berkualitas.


Terima kasih  :|
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #52 on: 08 June 2008, 06:13:43 AM »
Sila Bodhisattva itu saya tampilkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada ajaran yang bersifat mutlak ("harga mati") dalam Buddhisme ... Sila pun juga tidak mutlak.

Salam,
hudoyo

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Euthanasia
« Reply #53 on: 08 June 2008, 11:35:01 AM »
Sila Bodhisattva itu saya tampilkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada ajaran yang bersifat mutlak ("harga mati") dalam Buddhisme ... Sila pun juga tidak mutlak.

Salam,
hudoyo
tidak mutlak bukan berarti bebas sebebas-bebasnya loh pak hud.  :)
tetap ada 'rambu2'nya, karena segala sesuatunya saling bergantung satu sama lain.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #54 on: 08 June 2008, 11:40:35 AM »
tidak mutlak bukan berarti bebas sebebas-bebasnya loh pak hud.  :)
tetap ada 'rambu2'nya, karena segala sesuatunya saling bergantung satu sama lain.
 _/\_


By : Zen

Biasanya orang mencari 'rambu-rambu' itu dari luar ... apa kata kitab suci ... apa kata guru-guru ... :)

Jarang orang mencari ke dalam batinnya sendiri ... 'rambu' yang adalah atta-nya sendiri.

Salam,
hudoyo

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Euthanasia
« Reply #55 on: 08 June 2008, 11:46:01 AM »
tidak mutlak bukan berarti bebas sebebas-bebasnya loh pak hud.  :)
tetap ada 'rambu2'nya, karena segala sesuatunya saling bergantung satu sama lain.
 _/\_


By : Zen

Biasanya orang mencari 'rambu-rambu' itu dari luar ... apa kata kitab suci ... apa kata guru-guru ... :)

Jarang orang mencari ke dalam batinnya sendiri ... 'rambu' yang adalah atta-nya sendiri.

Salam,
hudoyo
bagi mereka yg sudah belajar, hal itu ga masalah.
bagi mereka yang baru belajar, hal itu membingungkan, pak hud.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #56 on: 08 June 2008, 12:16:56 PM »
kapan selesai belajar? ... :)

apa kriterianya "selesai belajar"? ... :)

mengapa dibedakan antara yang "baru belajar" dan "sudah belajar"? ... :)

Salam,
hudoyo

Offline Mangkok

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 123
  • Reputasi: 14
  • Gender: Male
  • Mangkok
Re: Euthanasia
« Reply #57 on: 08 June 2008, 04:47:13 PM »
From Hudoyo on: Yesterday at 01:36:27 PM
Quote

Quote
from: Mangkok on Yesterday at 11:52:07 AM
[...] Penjelasan ini adalah penting karena beberapa orang cenderung berpikir bahwa dalam Buddhisme Mahayana, apapun boleh dilakukan sepanjang seseorang memiliki pikiran yang positif ketika melakukannya. Di sini, kita melihat dengan jelas bahwa ini tidak benar.

Pendapat pribadi dari seorang Rinpoche di antara sekian banyak Rinpoche yang ada, tidak mengikat bagi seorang Buddhis yang menggunakan panna. ... Di dalam arsip Berzine, ada pendapat lain yang berbeda.

Kembali saja kepada panna dan hati nurani masing-masing.

Dari penjelasan pak Hudoyo sendiri sudah menyatakan bahwa dibutuhkan panna dan hati nurani, dengan kata lain seorang Buddhis bukan hanya mengembangkan kebaikan hati (apapun istilahnya: hati nurani, bodhicitta, welas asih, kasih sayang, motivasi baik, niat baik, atau apapun), tetapi juga mengembangkan panna atau kebijaksanaan. Dan saya yakin arsip Berzine akan menyatakan hal yang sama, bahwa kita membutuhkan kebijaksanaan dan welas asih (dalam istilah bahasa Inggris, biasanya digunakan kata method dan wisdom) dalam setiap tindakan kita, salah satu saja tidak bisa membawa kita ke pencapaian tertinggi. Penggabungan kedua kualitas tersebut dalam setiap perbuatan kita akan memberikan hasil yang terbaik. Semakin baik tingkat kebijaksanaan dan kebaikan hati kita, semakin besar manfaat yang bisa dihasilkan. 

Dan sekali lagi, saya hanya mencoba memberikan suatu penjelasan tentang sila bodhisattva yang menurut saya tidak sembarang orang akan mampu menafsirkannya sendiri. Dalam membahas vinaya bhikkhu, kita (saya tidak tahu yang lain, yang jelas saya pribadi perlu) juga perlu penafsiran/komentar dari mereka yang benar2 berkompeten, meskipun mungkin ada juga yang merasa mampu menafsirkannya sendiri. Yah, sekali lagi, silakan berkaca pada kebijaksanaan dan kebaikan hatinya masing2.

Di luar semua itu, semua orang punya kapasitas dan kebijaksanaan masing2 dalam menerima apapun. Jadi, saya juga tidak berpikir bahwa postingan saya akan menjadi satu aturan yang mengikat. Terserah kepada kebijaksanaan dan hati nurani masing2 (mengutip kata2 pak hudoyo sendiri, dan terima kasih pak hudoyo sudah membuatnya menjadi lebih tegas dan jelas  _/\_).
Jadi, klo postingan saya bermanfaat, terima kasih (dan silakan dipraktikkan semampunya bila mau), dan bila tidak bermanfaat atau malah memicu munculnya kilesa, yah mohon lupakan saja.

Terima kasih  :|
NB: maaf bila OOT lagi.
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #58 on: 11 June 2008, 09:42:36 AM »
Sila Bodhisattva itu saya tampilkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada ajaran yang bersifat mutlak ("harga mati") dalam Buddhisme ... Sila pun juga tidak mutlak.

Salam,
hudoyo
IMHO bisa misleading kalau caranya seperti itu, pak pandita  _/\_

Bagaimana kalau sekarang pertanyaannya dibalik,
Welas asih macam apa yg ingin bapak capai dengan membunuh orang (panatipata), merampok merampas mencuri (adinadanna), memperkosa melecehkan secara seksual (kamesu miccacara), menipu sana sini dan menyakiti orang dengan penganiayaan verbal / memaki (musavada), dan mengkonsumsi narkoba / miras (surameraya majja pamadattana) ???

Seperti yg Bapak tulis, itu adalah cuplikan dari sila bodhisatta "VERSI" vajrayana CMIIW...
since Bapak mulai membatasi sesuatu dengan "versi" makan saya berpendapat bahwa sebuah "core issue" itu harus dipahami sesuai konteks masing2.

Di dalam kehidupan ini ada yg dinamakan paradoks,
statement bahwa, "boleh bolos, asalkan pintar.." kata guru SD
"boleh konsumsi narkoba asal tidak kecanduan & mabok..."
"boleh nge-sex bebas asal tidak melakukan perbuatan asusula..."

itu merupakan contoh2 paradoks, yg intinya adalah menekankan pentingnya substansi yg terkandung pada frasa ke 2, sehingga substansi frasa yg pertama dibuat seakan-akan menjadi "anti"nya.
pada statement boleh tidak sekolah asal pintar... menekankan pentingnya pintar, yg tidak mungkin dicapai kalau tidak bersekolah. Which mean, setiap orang akan menyadari bahwa kalau mau pintar yah semestinya bersekolah, karena statement itu kalau ditelan secara naif dengan menjalankan "tidak" bersekolah, tidak mungkin pintar itu tercapai..
pun bagi contoh paradoks yg lain..

back to sumpah bodhisatta ala vajra yg Bapak munculkan dengan tujuan menyadarkan orang bahwa tidak ada harga mati itu..,
IMHO itu adalah paradoks, bahwa tidak mungkin welas asih itu dicapai dengan membunuh / melanggar sila.. tapi bodhisatta menekankan bahwa yg terpenting adalah sikap welas asih.

Tapi saya setuju bahwa aturan itu bukan harga mutlak walau harus DIPAHAMI dengan pengertian benar dulu, bukan asal digembar-gemborkan lalu orang lain dengan pemahaman yg berbeda salah menafsirkan.. sembarangan melakukan perbuatan melanggar sila karena salah memahami "harga mutlak" yg berusaha Bapak kemukakan itu.

Sakyamuni buddha tidak mencantumkan istilah "kecuali" pada pancasila buddhis memang tidak bisa dijadikan tolok ukur "kemutlakan" suatu aturan, tetapi bukan berarti kalau sudah merasa mampu memahami konsep tidak mutlak, lantas kita jadi ahli pembuat konsesi.. :)
Kalau semua hal belum2 sudah dipandang dari sisi "relatif".. lalu buat apa Dhamma itu dibabarkan?
Buat apa Sakyamuni buddha susah2 bikin sila, vinaya, pattimokha, etc???

MEMANG BENAR, aturan / sila / apapun lah istilahnya, tidak berguna lagi apabila hari nurani kita sudah "tercerahkan"..
Kalau semua sudah bisa jadi "cerah" ngapain susah2 meninggalkan kehidupan duniawi, digundul pake jubah, dengan 227 aturan yg harus dijalankan/????

Tapi kita juga harus menyadari, bahwa masih banyak pak di luar sana yg mukulin orang atas nama "kebaikan", ngancurin fasilitas umum atas nama "membela kesusilaan", bahkan dengan enteng memperkosa bahkan menghilangkan nyawa orang lain atas nama "kebenaran"..,
bahkan masih sejibun orang yg muter2 mulu mencari pemahaman terhadap kesunyataan seperti saya dan Bapak sendiri (mungkin) ?? yg membuat sebuah aturan itu menjadi "worth" utk dijadikan pedoman walaupun di tingkat pemahaman lebih tinggi kita bisa dengan enak bilang "itu tidak mutlak" ? :)



 _/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Euthanasia
« Reply #59 on: 11 June 2008, 10:12:27 AM »
kapan selesai belajar? ... :)

apa kriterianya "selesai belajar"? ... :)

mengapa dibedakan antara yang "baru belajar" dan "sudah belajar"? ... :)

Salam,
hudoyo

ini hanya pendapat pribadi saya, romo. :)
kapan selesai belajar? <--- saya sendiri belum selesai belajar dalam hidup ini, jd kurang tau kapan selesainya.. ^_^
maybe ketika saya pindah alam lain, pak hud.  ;D
semoga saya terus lanjut belajarnya, dengan tubuh manusia lagi...   ;)
kriterianya saya kurang tau, krn belum selesai belajarnya.

mengapa dibedakan antara yang "baru belajar" dan "sudah belajar"? <-- ya, berkaitan dengan topik yang dibicarakan. sepengetahuan saya, cara menjelaskan jawaban ttg mengapa apel membusuk kepada seorang anak sd dengan seorang mahasiswa berbeda, pak. kalo disamakan nanti repot.
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #60 on: 11 June 2008, 04:24:46 PM »
kapan selesai belajar? ... :)

apa kriterianya "selesai belajar"? ... :)

mengapa dibedakan antara yang "baru belajar" dan "sudah belajar"? ... :)

Salam,
hudoyo
Inget lho pak pandita.. ingett...
ini sub forum BUDDHISME UNTUK PEMULA...

hati2 pak.. :)
yg masuk dan baca di sini engga semuanya pinter kayak Bapak  ^:)^ ^-^
melainkan, mungkin ada yg masih awam bahkan masih ragu2 terhadap buddhisme...
jadi once again, Pak Pandita harap berhati-hati dalam unjuk "kebijaksanaan" dan "pengetahuan" di sini :)

 _/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #61 on: 11 June 2008, 04:35:45 PM »
Rekan Dhyanaputra,

Justru saya mau bicara kepada para pemula yang belajar Agama Buddha agar tidak berlarut-larut belajar sesuatu yang menurut saya tidak ada gunanya tanpa meditasi ...

Apa yang saya ketahui bukan hanya untuk yang "pinter" saja. Justru saya mau bicara kepada para pemula. Tidak ada batas pemisah antara pemula dan yang "pinter". ...

Kenapa? ... Karena saya sendiri belakangan menyadari bahwa apa yang saya pelajari secara intelektual selama bertahun-tahun tentang Buddha Dhamma tanpa meditasi adalah pembuangan waktu yang sia-sia saja. ...

Dengan bicara di sini saya berharap ada pemula yang tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang pernah saya perbuat ...

Anda boleh setuju boleh tidak setuju. ... :)

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 11 June 2008, 04:38:20 PM by hudoyo »

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Euthanasia
« Reply #62 on: 11 June 2008, 04:43:48 PM »
saya ingat sebuah cerita, seorang belajar musik.
pertama2, dia belajar not balok...
menulis, dan menghafal...
lalu dia belajar lebih lanjut ttg alat musik, dan terus menerus memainkannya...
akhirnya menjadi seorang maestro...
sekarang dia memainkan musiknya dengan hati, bukan berdasarkan not balok di buku...

pertanyaannya :
1. apakah berarti org yg ga ngerti musik sama sekali bisa jadi maestro dengan main musik tanpa paham apa2 ttg musik?
kalo bakat alam, maybe bisa, pak.... tapi itu kasus langka... peluangnya 1 per 1 juta orang kali...
2. apakah pelajaran awalnya ttg menulis dan membaca not balok tidak berguna sama sekali?
3. IMO, bahkan tidak memilih apa2 juga ada sebuah pilihan...
mohon maaf kalau ada kata2 saya yg menyinggung, pak hud. _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #63 on: 11 June 2008, 09:06:10 PM »
Rekan Hikoza,

Saya rasa, Anda mengambil analogi yang sama sekali tidak tepat. ...

Penghentian, kepadaman ... tidak bisa dibandingkan dengan suatu ketrampilan yang harus dipelajari, yang untuk itu dibutuhkan waktu. ...

Padam itu melepas, bukan mencari sesuatu, bukan belajar sesuatu ... Melepas itu tidak bisa dilakukan dengan "belajar melepas" ... Itu bukan melepas namanya ...

Jadi, maaf, persepsi Anda tentang nibbana bertolak belakang dengan persepsi saya ... Itulah sebabnya diskusi ini berjalan agak alot. ... :)

Kalau sudah disadari adanya perbedaan titik tolak dalam memahami pelepasan/pembebasan ... apakah diskusi ini bermanfaat untuk dilanjutkan? ... :)

Quote
3. IMO, bahkan tidak memilih apa2 juga ada sebuah pilihan...

Ini cuma permainan kata-kata ... Yang penting bukan 'memilih' atau 'tidak memilih' ... melainkan ada atau tidak adakah aku di balik itu ...

Kalau masih ada aku ... maka 'tidak memilih' pun menjadi suatu 'pilihan' sikap dari si aku ... Aku mengambil sikap untuk 'tidak memilih' ... itu memang suatu pilihan. ...

Jadi 'tidak memilih' itu hanya otentik kalau sudah tidak ada aku lagi ...

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 11 June 2008, 09:24:39 PM by hudoyo »

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Euthanasia
« Reply #64 on: 11 June 2008, 11:47:48 PM »
jika presepsi anda ttg nibbana membuat anda bahagia, silahkan saja pak.  :)
mungkin krn saya masih melekat dengan konsep 'aku', jadi saya melihat kata2nya melekat dengan konsep 'tanpa aku'.
masih sibuk dengan dualisme, melekat dan benci...
jika berada di satu sisi, cenderung menolak sisi yg lain.. dan sebaliknya...
samsara oh samsara....
koq masih mau dlm samsara... :hammer:
saya ambil jalan tengah saja, pak hud.  ;D
dengan ini diskusi saya tutup... tok ... tok ... tok ...

music mode on :
jagalah hati, jangan kau nodai...
jagalah hati, pelita hidup ini...
music off:

Semoga semua makhluk berbahagia!  _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Euthanasia
« Reply #65 on: 12 June 2008, 12:15:22 AM »
Permainan kata-kata....
kata-kata dimainin...
siapa yang mainin?

Tidak ada yang mainin, jawabku
karena tidak ada aku yang memainin
tapi aku dipermainin
oleh kata-kata yang sedang bermain
 :o ;D

ahhhhh....., main-main apa ini?
kenapa main-main tentang kata-kata 'main' yg dipermainin??

duh, cape dehhhh.......  :'( :'( ;D ;D
« Last Edit: 12 June 2008, 12:17:09 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #66 on: 12 June 2008, 08:01:54 AM »
IMHO bisa misleading kalau caranya seperti itu, pak pandita  _/\_
[...]
back to sumpah bodhisatta ala vajra yg Bapak munculkan dengan tujuan menyadarkan orang bahwa tidak ada harga mati itu..,
IMHO itu adalah paradoks, bahwa tidak mungkin welas asih itu dicapai dengan membunuh / melanggar sila.. tapi bodhisatta menekankan bahwa yg terpenting adalah sikap welas asih.

Tapi saya setuju bahwa aturan itu bukan harga mutlak walau harus DIPAHAMI dengan pengertian benar dulu, bukan asal digembar-gemborkan lalu orang lain dengan pemahaman yg berbeda salah menafsirkan.. sembarangan melakukan perbuatan melanggar sila karena salah memahami "harga mutlak" yg berusaha Bapak kemukakan itu.

Sakyamuni buddha tidak mencantumkan istilah "kecuali" pada pancasila buddhis memang tidak bisa dijadikan tolok ukur "kemutlakan" suatu aturan, tetapi bukan berarti kalau sudah merasa mampu memahami konsep tidak mutlak, lantas kita jadi ahli pembuat konsesi.. :)
Kalau semua hal belum2 sudah dipandang dari sisi "relatif".. lalu buat apa Dhamma itu dibabarkan?
Buat apa Sakyamuni buddha susah2 bikin sila, vinaya, pattimokha, etc???

MEMANG BENAR, aturan / sila / apapun lah istilahnya, tidak berguna lagi apabila hari nurani kita sudah "tercerahkan"..
Kalau semua sudah bisa jadi "cerah" ngapain susah2 meninggalkan kehidupan duniawi, digundul pake jubah, dengan 227 aturan yg harus dijalankan/????

Tapi kita juga harus menyadari, bahwa masih banyak pak di luar sana yg mukulin orang atas nama "kebaikan", ngancurin fasilitas umum atas nama "membela kesusilaan", bahkan dengan enteng memperkosa bahkan menghilangkan nyawa orang lain atas nama "kebenaran"..,
bahkan masih sejibun orang yg muter2 mulu mencari pemahaman terhadap kesunyataan seperti saya dan Bapak sendiri (mungkin) ?? yg membuat sebuah aturan itu menjadi "worth" utk dijadikan pedoman walaupun di tingkat pemahaman lebih tinggi kita bisa dengan enak bilang "itu tidak mutlak" ? :)
 _/\_

Secara tertulis Sila sudah ada ... Tapi setiap orang, disadari atau tidak disadari, selalu akan menafsirkan sila itu menurut kepentingan masing-masing ... Banyak yang melanggar sila dengan entengnya karena "semua orang melakukannya" atau "itulah tuntutan kehidupan modern" ... tetapi ada pula yang mempertimbangkan setiap perbuatannya dengan teliti ... didasarkan pada welas asih ...

Misalnya, sila "tidak mengambil apa yang tidak diberikan (mencuri)" ... bagi seorang yang nafkahnya tergantung pada dunia bisnis ... sejauh mana ia bersedia menerapkan sila itu? ... Pasti banyak yang melanggarnya ... dengan rasa enteng  ... dengan alasan semua umat Buddha yang dagang pasti melakukannya ... itulah tuntutan kehidupan modern ...

Di lain pihak, seorang dokter menghadapi pasien koma selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, yang hidupnya bergantung sepenuhnya pada alat bantu pernapasan ... apa yang harus dilakukannya? ... Itulah yang menjadi perdebatan berkepanjangan di sidang-sidang pengadilan AS belum lama berselang? ... Kalau dokter itu Buddhis, bagaimana ia harus bersikap? ... Apakah secara enteng ia akan bilang "jangan membunuh" ... ?

Seorang dokter menghadapi pasien kanker yang tidak dapat sembuh menurut ilmu kedokteran paling canggih ... dan pasien itu menyatakan dengan kesadaran penuh mau mengakhiri hidupnya ... bagaimana dokter Buddhis itu harus bersikap? ... Apakah dengan entengnya dia harus bilang kepada pasiennya "itu melanggar sila"? ...

Itulah yang saya mau katakan, bahwa dalam banyak situasi peraturan sila itu tidak berlaku mutlak ... dan harus didampingi oleh pertimbangan welas asih ... Sebaliknya, malah tidak jarang saya lihat umat Buddhis dengan entengnya melanggar sila 'tidak mencuri' hanya karena melihat "semua orang melakukannya". ... Hasilnya umat Buddha pun terseret pada kehidupan global yang penuh keserakahan, mementingkan diri sendiri ... tanpa menyumbang apa pun pada kesejahteraan umat manusia dan keadilan ... malah terjun di dalamnya.

Dunia nyata ini tidak sama dengan apa yang ada di kepala seorang pakar agama Buddha ...

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 12 June 2008, 08:21:54 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #67 on: 12 June 2008, 08:06:22 AM »
Di dalam aliran Vajrayana, ada Sumpah Bodhisattva ... dan salah satu Sumpah Bodhisattva Tambaha(Secondary) berbunyi:

"Saya bersedia melanggar Sila (membunuh, mencuri, berzina, berdusta, minum minuman keras) demi Welas Asih."

Silakan ditafsirkan sendiri. ...

Salam,
Hudoyo
Saya pun pernah mendengar seorang pertapa yg tiap hari menombak ikan di sungai, dengan tujuan ikan2 itu bertumimbal lahir di alam yg lebih menyenangkan..

tetapi paradox semacam ini, seperti yg pak pandita tulis itu juga, bisa menjadi tafsir yg sangat berbahaya apabila ditangkap / dipahami secara salah oleh orang awam..

bagaimanapun bodhisatta, pertapa suci, dan yang lain semacamnya memilki kemampuan dan tingkat kebijaksanaan berbeda, yang mungkin masih jauh "beyond" pemikiran kita2 yg masih muter2 di dalam belenggu samsara melulu.. maka harus dipahami melalui pengertian/pemahaman yang tidak mudah.

Bodhisatta Gotama pun dalam cerita jataka pernah membunuh dsb.. namun semua itu tetap membawa suatu konsekuensi..
Pahlawan membunuh ratusan musuh demi negara..
Avalokithesvara menyeberang ke neraka dan memotong tubuhnya sendiri utk menolong ayahnya yg terbakar di neraka avici tingkat 18...
dan lain2 masih banyak lagi..
pembunuhan, pelanggaran sila, dsb.. yg termasuk dalam sumpah bodhisatta ala vajrayana itu harus dilihat cermat konteksnya, apakah pelanggaran itu ditempuh "DEMI" / untuk tujuan welas asih, atau pelanggaran sila itu harus ditempuh / dijalani sebagai rangkaian penggenapan "karma" yg harus dilalui dalam perjalanan mencapai bodhi seperti halnya yg kita lihat dari puluhan cerita jataka tentang Bodhisatta Gotama?

Tentunya tidak sesederhana menafsirkan hal semacam itu :)

Kalau kita berusaha memahami hal semacam ini dengan pengertian yg belum sempurna, Buddha Dharma bisa menjadi ajaran yg saling kontradiksi dan tumpang tindih, bahkan banyak konsesi di sana sini, Pak. In my humble opinion.

 _/\_ _/\_ _/\_

Bacalah pemahaman Vajrayana tentang sumpah Bodhisattva ... (lihat arsip Berzine di internet) ...

Di situ jelas tertera bahwa bagi pengikut Vajrayana, Sumpah Bodhisattva bukanlah dimaksudkan untuk orang yang meninggalkan kehidupan duniawi ... melainkan JUSTRU untuk orang awam yang mulai melangkah pada jalan Bodhisattva ... tanpa perlu teori-teori njlimet tentang karma ... yang oleh Sang Buddha sendiri sudah diperingatkan agar tidak dipikir-pikir.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 12 June 2008, 08:09:01 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #68 on: 12 June 2008, 08:20:33 AM »
jika presepsi anda ttg nibbana membuat anda bahagia, silahkan saja pak.  :)
mungkin krn saya masih melekat dengan konsep 'aku', jadi saya melihat kata2nya melekat dengan konsep 'tanpa aku'.
masih sibuk dengan dualisme, melekat dan benci...
jika berada di satu sisi, cenderung menolak sisi yg lain.. dan sebaliknya...
samsara oh samsara....
koq masih mau dlm samsara... :hammer:
saya ambil jalan tengah saja, pak hud.  ;D
dengan ini diskusi saya tutup... tok ... tok ... tok ...
[...]
Semoga semua makhluk berbahagia!  _/\_
By : Zen

Kalau orang berada pada tataran pikiran, kitab suci dsb, mau tidak mau ia akan terombang-ambing antara hal-hal yang saling bertentangan ... 'aku' vs 'tanpa aku', 'samsara' vs 'nibbana' ... dsb

Jika persepsi Anda tentang Buddha Dhamma seperti itu membuat Anda nyaman, silakan saja, Rekan Hikoza. :)

Bagi saya, yang penting adalah melihat pikiran itu sendiri ...

Semoga semua makhluk berbahagia ...

Salam,
hudoyo

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #69 on: 12 June 2008, 08:23:49 AM »
menurut saya, kalau mau membahas ini melanggar sila atau tidak, bisa dibuatkan buku setara dg KUHP. bahkan mungkin lebih tebal lagi. :))

misalnya saja,

"membunuh".
apa yg termasuk membunuh? apa yg bukan membunuh? euthanasia membunuh?

"mencuri"
ketika menemukan dompet berisi banyak uang tetapi tanpa identitas, apakah saya harus pura2 tidak melihat? ^-^

dst...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #70 on: 12 June 2008, 08:45:07 AM »
:))  :))  :))

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #71 on: 12 June 2008, 08:27:49 PM »
[at]  Sodaraku seDharma, Tesla;

Tidak perlu seperti itu, Bro.
Anak kecil pun sebenarnya sudah tahu makna dasar dari “membunuh”,

Justru ketika kompleksitas pikiran orang dewasa mulai mencoba melakukan “twist” terhadap makna fundamental “membunuh” menjadi “bunuh demi kasih, bantai untuk kebaikan, langgar sila untuk welas asih, basmi untuk kebenaran, and so on bla bla”.. barulah aturan (sila) itu perlu dibuat penjelasan seperti KUHP atau kitab silat Tio Bu Kie yg lebih tebal lagi  ;D

Pasiennya sekarat gak mati2.. biaya udah menumpuk, ICCU mahal…
Ayo dok.. copot alatnya supaya mati saja... Lalu kata dokter, “Eitss.. saya tidak membunuh lho ya..!!! tapi sebaliknya, ini justru welas asih..”


Kebanyakan akan bersikap seperti itu, tapi coba tengok pakai nurani.. rasanya kok ada yg mengganjal? Khususnya pada kata2 yg saya bold hijau itu (?)  :-?

 _/\_


 [at]  Pak Pandita Hud,


Anda mengambil contoh sumpah bodhisatta ala vajrayana (yg AFAIK merupakan salah satu sekte Buddhism), untuk menekankan parameter “ketidakmutlakan”. Namun contoh yg anda ambil tsb apakah sudah cukup REPRESENTATIVE terhadap “the whole buddhism” ?? (wah jangan2 nanti dijawab “tidak ada whole-whole an… buddhism ya buddhism… semua termasuk buddhism.. )  – kalo gitu Sang Hyang Adi Buddha termasuk ‘Buddhism’ juga lho Pak.. hehehe. Mudah2an engga segitunya ya Pak. Anda pasti nangkep yg saya maksud…  :D

Bagaimana dengan friksi dari sekte lain yg menekankan sikap menghargai kehidupan dan cinta kasih sampai dibela-belain latihan vegetarian, bahkan bhiksunya jalan sampai hati hati lihat ke tanah takut menginjak semut? Bahkan dewi-nya yg bernama sang welas asih rela memotong tubuh dan mencongkel matanya sendiri untuk mempertahankan ‘kehidupan’ sang ayah? Toh ayahnya raja lalim yang hobby menyiksa rakyat, kalaupun si raja akhirnya mati, bukankah akan ada ratusan ribu rakyat yang bebas dari penderitaan?
Nanti kesannya kita seperti bikin puzzle, memanfaatkan keberagaman dan heterogenitas Buddhism dengan comot konsep sana sini utk membenarkan / nge-twist sesuatu? CMIIW  ::)

Pada issue euthanasia ini IMHO yg perlu disikapi adalah bukan usaha “menyulap” pembunuhan menjadi “cinta kasih”, melainkan suatu sikap bijak dalam merespon “tanggung jawab moral”. Membunuh tetaplah membunuh, tidak bisa disim-salabim jadi welas asih. Tetapi yg membedakan adalah tanggung jawab moral di belakangnya. Kebanyakan orang berusaha mencari pembenaran, sedangkan sangat sedikit yang berani mengatakan, “Ya, saya membunuh, tapi dengan alasan bla bla bla..” yang tentunya alasan tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan. Bukan membuat konsesi dengan meracik konsep sana sini lalu hasilnya pembunuhan masuk ke kotak, keluar disulap jadi kelinci welas asih.

Orang sakit, koma bertahun-tahun, biaya rumah sakit udah bejibun, kesempatan sembuh juga sudah tidak ada, dokter dari segala dokter sudah angkat tangan.. ya sudah mungkin keberadaan alat2 penyokong kehidupan itu tidak bisa mengubah keadaan, maka serahkan saja pada perjalanan karma si penderita. Alat lalu dilepas. Namun kita tahu bahwa dengan melepas alat tersebut, akan terjadi kematian. Sebab akibat tidak bisa dieliminir begitu saja dengan konsep welas asih. Oleh sebab dilepasnya alat, maka orangnya mati. Barang siapa melepas alat tersebut, akan memicu akibat matinya orang lain. Yah.. orang tersebut telah menghilangkan nyawa orang lain, itu harus kita terima dan akui, hanya saja, mungkin tindakan tersebut dilakukan atas suatu pertimbangan yang tentunya bisa dipertanggungjawabkan.

”Membunuh” akan mendatangkan konsekuensi.. tetapi alasan di balik terjadinya pembunuhan, juga akan mendatangkan konsekuensi. Bagaimana sebaiknya kita mengambil sikap yang paling proporsional demi menyeimbangkan segala macam konsekuensi tersebut. Hal semacam itu butuh pengertian dan pemahaman luar biasa daripada sekedar menelan konsep, “sila tidak mutlak, bunuh? Asal demi welas asih, itu sah sah saja, coba liat sumpah bodhisatta ala vajra…” Kalau seperti itu nanti berpotensi jadi tumpang tindih IMHO, alih-alih mau fleksibel, malah memicu pemahaman keliru, terlahir sebagai sapi adalah penderitaan, maka ayok sapinya dibunuhi saja supaya penderitaannya engga lama2.., lebih parah lagi, terlahir sebagai orang cacat (buta, tuli, buntung), adalah penderitaan, ayok dimatiin saja supaya tidak menderita lama-lama, toh bukankah mengakhiri penderitaan makhluk lain adalah sikap welas asih(??), sampe pada titik tersebut bisa saja apa yg dikatakan bro Tesla jadi kenyataan, kata ‘membunuh’ punya penjelasan setebal kitab silat Tio Bu kie…  ;)

 _/\_
 
Sabbe Satta Avero Hontu Bhavantu Sukhitatta.
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Euthanasia
« Reply #72 on: 12 June 2008, 08:37:25 PM »
Quote
Pada issue euthanasia ini IMHO yg perlu disikapi adalah bukan usaha “menyulap” pembunuhan menjadi “cinta kasih”, melainkan suatu sikap bijak dalam merespon “tanggung jawab moral”. Membunuh tetaplah membunuh, tidak bisa disim-salabim jadi welas asih. Tetapi yg membedakan adalah tanggung jawab moral di belakangnya. Kebanyakan orang berusaha mencari pembenaran, sedangkan sangat sedikit yang berani mengatakan, “Ya, saya membunuh, tapi dengan alasan bla bla bla..” yang tentunya alasan tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan. Bukan membuat konsesi dengan meracik konsep sana sini lalu hasilnya pembunuhan masuk ke kotak, keluar disulap jadi kelinci welas asih.

Hehehe,........ :) menjadi kompleks begini karena analisa pikiran yang mengkotak-kotakkan dan memberi hubungan relational satu dengan yang lain.
Senyatanya, saat pikiran berhenti, yang ada itu hanyalah cinta kasih tanpa perlu alasan macam-macam. Dan semua tindakan yang muncul darinya adalah spontan. Hal2 ini tidak memerlukan dukungan sutta atau vinaya atau apa pun, bahkan perkataan Sang Buddha sendiri.  ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #73 on: 12 June 2008, 08:39:15 PM »
Orang sakit, koma bertahun-tahun, biaya rumah sakit udah bejibun, kesempatan sembuh juga sudah tidak ada, dokter dari segala dokter sudah angkat tangan.. ya sudah mungkin keberadaan alat2 penyokong kehidupan itu tidak bisa mengubah keadaan, maka serahkan saja pada perjalanan karma si penderita. Alat lalu dilepas. Namun kita tahu bahwa dengan melepas alat tersebut, akan terjadi kematian. Sebab akibat tidak bisa dieliminir begitu saja dengan konsep welas asih. Oleh sebab dilepasnya alat, maka orangnya mati. Barang siapa melepas alat tersebut, akan memicu akibat matinya orang lain. Yah.. orang tersebut telah menghilangkan nyawa orang lain, itu harus kita terima dan akui, hanya saja, mungkin tindakan tersebut dilakukan atas suatu pertimbangan yang tentunya bisa dipertanggungjawabkan.

 _/\_
 
Sabbe Satta Avero Hontu Bhavantu Sukhitatta.


Gw stuju point ini.
Melepas alat penopang kehidupan, dengan konsekuensi yang diketahui akan menimbulkan kematian pada si pasien, jelas merupakan pembunuhan, jelas ada objek , usaha, niat, dan jika si pasien benar2 meninggal,jelas ada hasil. sebuah karma pembunuhan. akibat yang pasti diterima akan sangat bergantung pada motivasi, pikiran, ,latar belakang tindakan itu dilakukan, dan purifikasi yang dilakukan di kemudian hari.

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #74 on: 12 June 2008, 08:48:13 PM »
Senyatanya, saat pikiran berhenti, yang ada itu hanyalah cinta kasih tanpa perlu alasan macam-macam. Dan semua tindakan yang muncul darinya adalah spontan. Hal2 ini tidak memerlukan dukungan sutta atau vinaya atau apa pun, bahkan perkataan Sang Buddha sendiri.  ;D
Rekan Suchamda,

nyatanya juga tidak segampang itu kan?
yg anda tulis itu juga tidak lepas dari "konsep", dan "ide", yg mungkin kita sendiri masih bingung muter2 cari aplikasinya?

alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?

hati2 lho..
saking dalam dan tingginya Buddha Dharma jangan sampai bikin kita malah tambah 'keblinger'..  ;D

 _/\_ _/\_ _/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #75 on: 12 June 2008, 08:55:54 PM »
Senyatanya, saat pikiran berhenti, yang ada itu hanyalah cinta kasih tanpa perlu alasan macam-macam. Dan semua tindakan yang muncul darinya adalah spontan. Hal2 ini tidak memerlukan dukungan sutta atau vinaya atau apa pun, bahkan perkataan Sang Buddha sendiri.  ;D
Rekan Suchamda,

nyatanya juga tidak segampang itu kan?
yg anda tulis itu juga tidak lepas dari "konsep", dan "ide", yg mungkin kita sendiri masih bingung muter2 cari aplikasinya?

alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?

hati2 lho..
saking dalam dan tingginya Buddha Dharma jangan sampai bikin kita malah tambah 'keblinger'..  ;D

 _/\_ _/\_ _/\_

Term " Pikiran berhenti " lagi banyak dipergunakan nh...
awas jangan sampai salah mengartikan term ini dengan sepenuhnya mengandalkan naluri, spontan dalam arti bertindak tanpa dipikir. Kalau batin belum benar2 seperti Boddhisatva, gimana seorang manusia bisa benar2 bertindak spontan tanpa segala macam embel2 pikiran?

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Euthanasia
« Reply #76 on: 12 June 2008, 09:03:23 PM »
Quote from: Dhyanaputra
nyatanya juga tidak segampang itu kan?
yg anda tulis itu juga tidak lepas dari "konsep", dan "ide", yg mungkin kita sendiri masih bingung muter2 cari aplikasinya?

Saya hanya ingin mengarahkan ke sesuatu. Kalau anda menganggap itu sebagai konsep, ya berarti anda miss the point. Tulisan saya menjadi tidak ada artinya buat anda. Ya sudahlah, tapi ingat yang menjadikan itu sbg konsep adalah anda loh, bukan saya. ;)

Quote from: Dhyanaputra
alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?

Ah tidak, saya tahu pasti itu.
Naluri (kalau yg anda maksud sbg ID dalam psikoanalisa) sendiri bisa dirasakan sebagai sebuah gerak.

Pernyataan anda itu ada benarnya, bila ditujukan kepada sekelompok orang yang secara gegabah salah memahami, yang akhirnya menjadi "hewani". Tapi kata-kata itu saya tujukan kepada anda, yang saya tahu bukan berpandangan spt demikian. Kalau anda paham, seharusnya tidak perlu diperdebatkan lagi, karena saya paham maksud anda.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #77 on: 12 June 2008, 09:05:33 PM »
”Membunuh” akan mendatangkan konsekuensi.. tetapi alasan di balik terjadinya pembunuhan, juga akan mendatangkan konsekuensi. Bagaimana sebaiknya kita mengambil sikap yang paling proporsional demi menyeimbangkan segala macam konsekuensi tersebut.

Rekan Dhyanaputra,

Tidak usah bertele-tele ... Bagi Anda membunuh adalah membunuh ... sekalipun "diperlunak" dengan "alasan di balik membunuh" perlu diperhatikan ...

Bagi saya, yang penting bukan 'membunuh' sebagai perbuatan, melainkan cetana di balik perbuatan itu.

Perbuatan sama, cetana belum tentu sama ... Dan kamma adalah cetana itu, bukan membunuh itu.

Cetana itu manifestasi dari aku/atta ... kalau atta menipis, maka cetana itu pun menipis. ... Bila atta itu berakhir, cetana pun berakhir ... di situ ada welas asih sejati, seperti kata Rekan Suchamda ... apa pun perbuatan yang dilakukan.

salam,
hudoyo




Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #78 on: 12 June 2008, 09:08:10 PM »
sunyata...
"konsep" tentang "kekosongan" , termasuk "kosongnya konsep / tidak adanya konsep"..
hanya yang menangkap artinya yang tidak lagi menganggap itu sebagai "konsep"..

dalem nh maenannya....

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #79 on: 12 June 2008, 09:11:43 PM »
Rekan Suchamda,

nyatanya juga tidak segampang itu kan?
yg anda tulis itu juga tidak lepas dari "konsep", dan "ide", yg mungkin kita sendiri masih bingung muter2 cari aplikasinya?

alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?

hati2 lho..
saking dalam dan tingginya Buddha Dharma jangan sampai bikin kita malah tambah 'keblinger'..  ;D

 _/\_ _/\_ _/\_

Rekan Dhyanaputra,

Tampaknya Anda melecehkan fenomena 'berhentinya pikiran' ... Dari situ saya menyimpulkan Anda tidak memahami ajaran Sang Buddha tentang berhentinya pikiran ... Anda tidak memahami meditasi vipassana ... mungkin karena Anda tidak pernah melakukan vipassana secara benar ...

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #80 on: 12 June 2008, 09:15:47 PM »
Term " Pikiran berhenti " lagi banyak dipergunakan nh...
awas jangan sampai salah mengartikan term ini dengan sepenuhnya mengandalkan naluri, spontan dalam arti bertindak tanpa dipikir. Kalau batin belum benar2 seperti Boddhisatva, gimana seorang manusia bisa benar2 bertindak spontan tanpa segala macam embel2 pikiran?

Rekan Hok Ben,

Kalau Anda meditator vipassana, sebagaimana dianjurkan oleh Sang Buddha, Anda pasti tahu apa artinya 'pikiran berhenti'. ... Untuk mengalami 'berhentinya pikiran' tidak perlu orang harus menjadi Bodhisattva ... banyak teman pemeditasi vipassana sudah mengalami berhentinya pikiran, baik yang Buddhis maupun non-Buddhis.

Salam,
hudoyo

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #81 on: 12 June 2008, 09:22:30 PM »
Term " Pikiran berhenti " lagi banyak dipergunakan nh...
awas jangan sampai salah mengartikan term ini dengan sepenuhnya mengandalkan naluri, spontan dalam arti bertindak tanpa dipikir. Kalau batin belum benar2 seperti Boddhisatva, gimana seorang manusia bisa benar2 bertindak spontan tanpa segala macam embel2 pikiran?

Rekan Hok Ben,

Kalau Anda meditator vipassana, sebagaimana dianjurkan oleh Sang Buddha, Anda pasti tahu apa artinya 'pikiran berhenti'. ... Untuk mengalami 'berhentinya pikiran' tidak perlu orang harus menjadi Bodhisattva ... banyak teman pemeditasi vipassana sudah mengalami berhentinya pikiran, baik yang Buddhis maupun non-Buddhis.

Salam,
hudoyo

:D yang saya tulis ini bukan artinya harus jadi Boddhisattva untuk mencapai "pikiran berhenti"...

maksud saya adalah point "perbuatan spontan", hanya batin Pencerahan Spontan dari seorang Boddhisatvva yang mampu melakukan perbuatan sehari-hari dalam keadaan fisik dan batin apapun yang mampu menghasilkan perbuatan spontan.

kalo saya sh masih manusia biasa... saat lagi emosi , si pikiran ini mendulukan bentuk batin emosinya kmana2.. "pikiran berhenti"-nya belum sanggup setiap saat ( contoh ... lagi konsen baca komik trus dikagetin, yang muncul justru pikiran emosi sesaat, sepersekian detik baru disadari, "ups.. si emosi muncul nh..." )

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #82 on: 12 June 2008, 09:31:56 PM »
:D yang saya tulis ini bukan artinya harus jadi Boddhisattva untuk mencapai "pikiran berhenti"...

maksud saya adalah point "perbuatan spontan", hanya batin Pencerahan Spontan dari seorang Boddhisatvva yang mampu melakukan perbuatan sehari-hari dalam keadaan fisik dan batin apapun yang mampu menghasilkan perbuatan spontan.
'Perbuatan spontan' artinya perbuatan yang tidak melalui pikiran (si aku) ... yang terjadi ketika pikiran/si aku berhenti ... Jadi, bukan perbuatan yang "tidak dipikir panjang" ...

'Perbuatan spontan' seperti ini tidak perlu harus datang dari seorang Bodhisattva ... Di dalam retret MMD saya kenal sekurang-kurangnya dua orang, seorang bapak Muslim dan seorang pemuda Buddhis, yang berhasil masuk ke dalam khanika samadhi selama beberapa jam ... dan selama itu pula semua gerakannya terjadi secara spontan, tanpa didahului atau dimotivasi oleh pikiran/si aku...

Quote
kalo saya sh masih manusia biasa... saat lagi emosi , si pikiran ini mendulukan bentuk batin emosinya kmana2.. "pikiran berhenti"-nya belum sanggup setiap saat ( contoh ... lagi konsen baca komik trus dikagetin, yang muncul justru pikiran emosi sesaat, sepersekian detik baru disadari, "ups.. si emosi muncul nh..." )
Bila Anda mau berlatih vipassana, Anda akan mampu mengalami berhentinya pikiran seperti bapak Muslim dan pemuda Buddhis itu ... :)

Salam,
hudoyo

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #83 on: 12 June 2008, 09:43:25 PM »
'Perbuatan spontan' seperti ini tidak perlu harus datang dari seorang Bodhisattva ... Di dalam retret MMD saya kenal sekurang-kurangnya dua orang, seorang bapak Muslim dan seorang pemuda Buddhis, yang berhasil masuk ke dalam khanika samadhi selama beberapa jam ... dan selama itu pula semua gerakannya terjadi secara spontan, tanpa didahului atau dimotivasi oleh pikiran/si aku...

Salam,
hudoyo

sorry nh pak, satu pertanyaan teoritis.. dikit aja..
gimana kita bisa tahu kalo perbuatan itu terjadi secara spontan, tanpa didahului atau dimotivasi oleh pikiran/si aku? sedangkan bukan kita yang merasakan/berada dalam keadaan "terhentinya pikiran" itu? apakah ada ciri2 tertentu?

kmaren baru diajakin temen mendalami meditasi ala goenka, sedang mempertimbangkan "jalan" mana yang akan saya ikuti.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #84 on: 12 June 2008, 10:43:26 PM »
sorry nh pak, satu pertanyaan teoritis.. dikit aja..
gimana kita bisa tahu kalo perbuatan itu terjadi secara spontan, tanpa didahului atau dimotivasi oleh pikiran/si aku? sedangkan bukan kita yang merasakan/berada dalam keadaan "terhentinya pikiran" itu? apakah ada ciri2 tertentu?
Pada saat berada pada berhentinya pikiran itu jelas orang tidak tahu, bahkan tidak bisa mengenali bahwa "itu berhentinya pikiran", apalagi mengenali bahwa "itu gerakan spontan" ... kan pikiran yang tahu, yang mengenali, yang membanding-bandingkan sudah berhenti pada saat itu ... Tahunya nanti, setelah "bangun" kembali, setelah munculnya pikiran & si aku lagi ... lalu ia melihat arloji ... lalu muncul pikiran "wah, itu to, berhentinya pikiran" ... tapi pada saat itu, pikiran sudah bergerak lagi. ... :)

Quote
kmaren baru diajakin temen mendalami meditasi ala goenka, sedang mempertimbangkan "jalan" mana yang akan saya ikuti.
Saran saya, ikuti saja kalau ada kesempatan ... jadi Anda punya pengalaman vipassana versi Goenka ... Nanti kalau ada retret vipassana Mahasi, ikuti juga ... Lalu ikuti MMD ... Anda bisa bandingkan sendiri ... lalu pilih satu saja yang paling cocok buat Anda ... Lalu, lakukan itu terus, jangan ganti-ganti metode lagi ... jangan shopping meditasi terus-menerus ... :) Nanti gak "maju-maju" ... :)

Tapi, kalau Anda bertekad ikut retret Goenka, Anda harus sanggup duduk bersila 2 jam terus-menerus ... sekalipun blingsatan ... :))  Saya dulu juga pernah ikut kok, di tahun 1999.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 12 June 2008, 10:46:40 PM by hudoyo »

Offline tanpa_aku

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 7
Re: Euthanasia
« Reply #85 on: 13 June 2008, 07:44:25 AM »
amat mudah melihat kesalahan orang lain,
yang sulit melihat kesalahan yang ada pada diri sendiri.

tdk perlu repot2 bermeditasi utk melihat dan mencela,
butuh pengendalian diri untuk menjadi lebih baik.
sati

mari bercermin
 _/\_
« Last Edit: 13 June 2008, 07:58:21 AM by tanpa_aku »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Euthanasia
« Reply #86 on: 13 June 2008, 08:02:12 AM »
Welcome to DC tanpa_aku
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #87 on: 13 June 2008, 08:53:05 AM »
[at]  Sodaraku seDharma, Tesla;
bow and respect to you ^:)^

Quote
Tidak perlu seperti itu, Bro.
Anak kecil pun sebenarnya sudah tahu makna dasar dari “membunuh”,
wah ternyata saya lebih bodoh dari anak kecil yah :))
menurut saya, dunia ini selalu dapat dilihat dari berbagai sisi.
saya menghargai pendapat saudaraku yg melihat segala perbuatan yg mengakibatkan kematian adalah pembunuhan.
tetapi saya juga melihat bahwa ada dari sudut-sudut lain bahwa perbuatan yg mengakibatkan kematian belum tentu pembunuhan.
(belum tentu mencuri, belum tentu asusila, belum tentu musavada, belum tentu memabuk-mabukan diri)

Quote
Justru ketika kompleksitas pikiran orang dewasa mulai mencoba melakukan “twist” terhadap makna fundamental “membunuh” menjadi “bunuh demi kasih, bantai untuk kebaikan, langgar sila untuk welas asih, basmi untuk kebenaran, and so on bla bla”.. barulah aturan (sila) itu perlu dibuat penjelasan seperti KUHP atau kitab silat Tio Bu Kie yg lebih tebal lagi  ;D
tanpa disadari sila sendiri pun sudah mengalami pengembangan definisi lho :)
mungkin sebagian theravada tetap memegang prinsip bahwa yg menjadi patokan adalah niat (cetana)
tetapi pergeseran di dunia sudah tampak dari pengukuran, ada objek, ada hasil, dsb ;)

tentu saja tidak dapat dipungkiri, bahwa ada yg melanggar sila dg pembenaran seperti "demi welas asih", "utk kebenaran", dsb... yg tahu itu pembenaran atau bukan yah hanya pelaku perbuatan tsb ;D

Quote
Pasiennya sekarat gak mati2.. biaya udah menumpuk, ICCU mahal…
Ayo dok.. copot alatnya supaya mati saja... Lalu kata dokter, “Eitss.. saya tidak membunuh lho ya..!!! tapi sebaliknya, ini justru welas asih..”


Kebanyakan akan bersikap seperti itu, tapi coba tengok pakai nurani.. rasanya kok ada yg mengganjal? Khususnya pada kata2 yg saya bold hijau itu (?)  :-?

 _/\_
yah, saudaraku boleh melihat dari salah satu sudut. silahkan...
ini kejadian nyata yg ingin saya share, sungguh memilukan:

jumlah alat penopang kehidupan pada rumah sakit adalah terbatas.
kadang kala (bahkan mungkin sering) pasien yg membutuhkan alat tersebut jauh lebih banyak.
saya mengetahui satu kejadian dg jelas, suatu hari beberapa bayi lahir pada masa bersamaan dg kondisi sesak nafas.
mereka membutuhkan alat pernafasan C-PAP yg jumlahnya sangat terbatas.
dan kebijaksanaan RS pada waktu itu adalah alat itu dipasangkan hanya utk melewati masa kritis.
ketika memasuki masa stabil, langsung dipindahkan ke bayi yg lebih membutuhkan.
tentu saja niat dibalik kebijaksanaan ini adalah menolong sebanyak2nya.
tetapi it's not a perfect world.
salah satu bayi yg saya tahu mengalami kemajuan dan mulai stabil.
alatnya dilepas dan dipasang pada bayi lain.
selang berapa jam bayi ini sesak nafas kembali & membutuhkan alat itu.
tetapi sungguh malang alat2 itu sekarang tidak ada yg free.
dan bayi tsb meninggal...

pembunuhan kah?
« Last Edit: 13 June 2008, 08:56:32 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #88 on: 13 June 2008, 10:18:27 AM »
Rekan Suchamda,

nyatanya juga tidak segampang itu kan?
yg anda tulis itu juga tidak lepas dari "konsep", dan "ide", yg mungkin kita sendiri masih bingung muter2 cari aplikasinya?

alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?

hati2 lho..
saking dalam dan tingginya Buddha Dharma jangan sampai bikin kita malah tambah 'keblinger'..  ;D

 _/\_ _/\_ _/\_

Rekan Dhyanaputra,

Tampaknya Anda melecehkan fenomena 'berhentinya pikiran' ... Dari situ saya menyimpulkan Anda tidak memahami ajaran Sang Buddha tentang berhentinya pikiran ... Anda tidak memahami meditasi vipassana ... mungkin karena Anda tidak pernah melakukan vipassana secara benar ...

Salam,
hudoyo
hehehe
Terima kasih pak pandita.

saya hanya mengingatkan jangan terlalu mudah berteori tentang 'berhentinya pikiran', itu tidak gampang, alih2 mau unjuk kebolehan dalam teori dharma, malah terjadi miss-persepsi.

Tapi kelihatannya "pikiran" pak pandita sendiri lebih jauh "menerawang" hingga menuduh saya melecehkan, tidak melakukan vipassana dengan benar dsb..

Tapi semua itu sah-sah saja utk sebuah "gejolak" pikiran.. :)
Maaf kalau cara saya mengemukakan pendapat kurang bagus sehingga Bapak berpikir ke arah yang berbeda :)

Hendaknya diskusi kita ini dilandasi "cetana" utk saling memperluas wawasan, bukan utk mencari siapa paling benar, siapa paling salah, ataw worse, malah debat berujung memberikan tuduhan2 ataw judgement terhadap pihak lain.
Silakan debat pendapat saya Pak, kalau Bapak sudah mulai nge-judge bagaimana saya secara pribadi bermeditasi dsb.. itu sudah mengarah ke yg namanya argumentum ad hominem dalam berdiskusi.

 _/\_

Ada 2 orang murid berselisih pendapat...
lalu karena tidak puas, para murid itu mendatangi gurunya.
Gurunya dengan saksama mengikuti penjelasan para murid itu.
Ketika satu orang murid sudah selesai menjelaskan, sang guru berkata, "hmm.. kmu benar.."
lalu murid yg satu lagi tidak puas, dan berusaha berargumen.. setelah selesai, sang guru pun berkata, "kmu juga benar..."
murid lain pendamping sang guru yg dari mengikuti peristiwa itu kemudian ikut nimbrung, "Guru kok plin plan sih? sana bener, sini bener? lah yg bener itu gimana?"
Sang guru menoleh ke murid pendamping itu.. lalu berkata, "aaah... kamu juga bener!!!"



  :) :) :)
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #89 on: 13 June 2008, 10:29:42 AM »
bow and respect to you ^:)^
Hehehe jangan berlebihan gitu bro,.
"bila dawai dipetik terlalu keras, talinya putus, namun apabila terlalu lemah, engga ada bunyinya.."
anda pasti paham maksud saya.. :)

wah ternyata saya lebih bodoh dari anak kecil yah :))
eits.. saya tidak bilang gitu lho.. dan engga ada "cetana" ketika nulis utk menganggap anda lebih bodoh dari anak kecil..
seperti kata pak pandita, belajar dan belum belajar, apa kriterianya? :D

maaf ya, kalau cara saya berpendapat membuat "pikiran" anda menerawang ke sudut2 lain :)





jumlah alat penopang kehidupan pada rumah sakit adalah terbatas.
kadang kala (bahkan mungkin sering) pasien yg membutuhkan alat tersebut jauh lebih banyak.
saya mengetahui satu kejadian dg jelas, suatu hari beberapa bayi lahir pada masa bersamaan dg kondisi sesak nafas.
mereka membutuhkan alat pernafasan C-PAP yg jumlahnya sangat terbatas.
dan kebijaksanaan RS pada waktu itu adalah alat itu dipasangkan hanya utk melewati masa kritis.
ketika memasuki masa stabil, langsung dipindahkan ke bayi yg lebih membutuhkan.
tentu saja niat dibalik kebijaksanaan ini adalah menolong sebanyak2nya.
tetapi it's not a perfect world.
salah satu bayi yg saya tahu mengalami kemajuan dan mulai stabil.
alatnya dilepas dan dipasang pada bayi lain.
selang berapa jam bayi ini sesak nafas kembali & membutuhkan alat itu.
tetapi sungguh malang alat2 itu sekarang tidak ada yg free.
dan bayi tsb meninggal...

pembunuhan kah?

Sodaraku Tesla,
menurut pendapat saya, itu bukan pembunuhan.
sebab tindakan memindah alat bantu tsb sudah didasari oleh sebuah argumen yg bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Dan kalo boleh minjem konsep "cetana", ketika kondisi bayi itu sudah stabil.. memindahkan alat tsb bukan bertujuan mematikan (pada awalnya)..

BEDA dengan kasus2 euthanasia..
alat dilepas supaya pasien tersebut mati dan tidak lama2 berada dalam kondisi kesehatan yg tidak jelas.. CMIIW.. once again CMIIW..
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #90 on: 13 June 2008, 10:36:33 AM »
uh capek ngebahasnya...
Permasalahan euthanasia ada karena berkembangnya ilmu kedokteran dengan segala kecanggihan alatnya dalam mempertahankan tubuh fisik manusia agar dapat tetap hidup..
Daripada ribet musingin hal2 begitu, mendingan kembali ke zaman ketika kaga ada alat pompa jantung aj dah...

Lagi pula, mo mati aja koq pusing....
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #91 on: 13 June 2008, 10:48:29 AM »
wah ternyata saya lebih bodoh dari anak kecil yah :))
eits.. saya tidak bilang gitu lho.. dan engga ada "cetana" ketika nulis utk menganggap anda lebih bodoh dari anak kecil..
seperti kata pak pandita, belajar dan belum belajar, apa kriterianya? :D

maaf ya, kalau cara saya berpendapat membuat "pikiran" anda menerawang ke sudut2 lain :)

hehehe... kan udah dipasang icon :)) di bagian akhir
so tak ada yg salah bagi saya utk menerawang ke sudut tsb.
everything is fine :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #92 on: 13 June 2008, 10:50:08 AM »
Lagi pula, mo mati aja koq pusing....

wah kalimat ini dalam maknanya lho...

bro edward sudah menerima kematian belum?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #93 on: 13 June 2008, 10:53:16 AM »
Sudah hampir Bro... :-[
Akibat permainan kematian Andi Cahya dan semakin diselami oleh meditasi yang masih setengah2.... ;D

Apalagi kemarin anjingku baru saja mati...Rasanya sudah kaga ada rasa kehilangan, hanya ada harapan semoga anjingku dpat terlahir di alam yang berbahagia...
« Last Edit: 13 June 2008, 10:56:55 AM by Edward »
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #94 on: 13 June 2008, 10:56:45 AM »
maksudnya merem melek merem melek merem melek gituyak bro Edward hauhauhau
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #95 on: 13 June 2008, 11:00:05 AM »
:)) :))
Lebih tepatnya meditabo, meditasi sebentar, ngantuk, trus langsung tdr dah.... :)) :))
Maklum, meditasi hanya bisa dikamar, jadi langsung bleg dah...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Dhyanaputra

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 5
Re: Euthanasia
« Reply #96 on: 13 June 2008, 11:02:09 AM »
:)) :))
Lebih tepatnya meditabo, meditasi sebentar, ngantuk, trus langsung tdr dah.... :)) :))
Maklum, meditasi hanya bisa dikamar, jadi langsung bleg dah...
hahaha
itu namanya meditasi sudah mencapai "Jhana ke 4" (waktu bleg...itu)  :)) :)) :))
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #97 on: 13 June 2008, 11:06:20 AM »
meditabo = menahan derita bo......OOT hihihihihi
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Euthanasia
« Reply #98 on: 13 June 2008, 11:22:12 AM »
uh capek ngebahasnya...
Permasalahan euthanasia ada karena berkembangnya ilmu kedokteran dengan segala kecanggihan alatnya dalam mempertahankan tubuh fisik manusia agar dapat tetap hidup..
Daripada ribet musingin hal2 begitu, mendingan kembali ke zaman ketika kaga ada alat pompa jantung aj dah...

Lagi pula, mo mati aja koq pusing....

benernya ga juga loh bro....... euthanasia udah ada dari jaman dulu, cuma masalah alatnya aja yang lebih canggih

cuma kalau dulu, namanya "bunuh diri" atau "mercy killing".......

padahal sih, selama kita masih jadi putthujana, tetep aja berlumur citta "dosa/kebencian" he3........

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #99 on: 13 June 2008, 11:40:03 AM »
salah satu bayi yg saya tahu mengalami kemajuan dan mulai stabil.
alatnya dilepas dan dipasang pada bayi lain.
selang berapa jam bayi ini sesak nafas kembali & membutuhkan alat itu.
tetapi sungguh malang alat2 itu sekarang tidak ada yg free.
dan bayi tsb meninggal...

pembunuhan kah?


IMO:
'Bukan pembunuhan', karena TIDAK ADA NIAT untuk membunuh.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #100 on: 13 June 2008, 11:54:15 AM »
itu kamma buruk si bayi itu yang berbuah karena kamma buruknya membuat dia hanya terlahir sebagai manusia sesaat, setelah itu ga tau deh lahir dimana,mungkin di keluarga lain atau dunia lain
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Euthanasia
« Reply #101 on: 13 June 2008, 12:17:42 PM »
kita sebagai orang luar bisa bilang gitu yah :)

kalau pas kita sebagai keluarga sang bayi tsb??
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Euthanasia
« Reply #102 on: 13 June 2008, 12:27:52 PM »
itulah pentingnya mengenal Dhamma
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #103 on: 13 June 2008, 12:28:58 PM »
kita sebagai orang luar bisa bilang gitu yah :)

kalau pas kita sebagai keluarga sang bayi tsb??

Nah ini lah Tes, yg kumaksud perbedaan antara Prinsip dan Sikap.  :)

Kalau bicara Prinsip Buddhism, dokter itu tidak membunuh si bayi tsb, karena alasan2 yg sudah dikemukakan diatas.

Tapi, bagaimana Sikap kita ketika menghadapi hal tsb, yah... kembali kepada kita masing-masinglah... ada yg bisa menerima, ada yg marah, ada yg nangis2 doang, beda2 kali yah?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Euthanasia
« Reply #104 on: 18 June 2008, 07:59:56 AM »
hehehe
Terima kasih pak pandita.
saya hanya mengingatkan jangan terlalu mudah berteori tentang 'berhentinya pikiran', itu tidak gampang, alih2 mau unjuk kebolehan dalam teori dharma, malah terjadi miss-persepsi.
Tapi kelihatannya "pikiran" pak pandita sendiri lebih jauh "menerawang" hingga menuduh saya melecehkan, tidak melakukan vipassana dengan benar dsb..
Tapi semua itu sah-sah saja utk sebuah "gejolak" pikiran.. :)
Maaf kalau cara saya mengemukakan pendapat kurang bagus sehingga Bapak berpikir ke arah yang berbeda :)
Hendaknya diskusi kita ini dilandasi "cetana" utk saling memperluas wawasan, bukan utk mencari siapa paling benar, siapa paling salah, ataw worse, malah debat berujung memberikan tuduhan2 ataw judgement terhadap pihak lain.
Silakan debat pendapat saya Pak, kalau Bapak sudah mulai nge-judge bagaimana saya secara pribadi bermeditasi dsb.. itu sudah mengarah ke yg namanya argumentum ad hominem dalam berdiskusi.

Rekan Dhyanaputra,

Berbeda dengan anggapan Anda, 'berhentinya pikiran' sama sekali tidak sulit, asal saja orang mau mencobanya dan sadar setiap kali pikiran tidak berhenti.

alih2 mau menerapkan konsep pikiran yg berhenti, yg muncul malah naluri, lalu manusia balik ke bentuk purba, bukan nurani, tetapi naluri yg bekerja seperti pada makhluk2 dengan tingkat "kesadaran" yg lebih rendah dari manusia such as hewan(?) yg engga pake ber"pikir" ?
hati2 lho..
saking dalam dan tingginya Buddha Dharma jangan sampai bikin kita malah tambah 'keblinger'..
  ;D

Singkat saja: pernyataan Anda di atas menunjukkan bahwa Anda tidak memahami ajaran Sang Buddha tentang berhentinya pikiran ... dan itu disebabkan tidak adanya pengalaman meditasi.

Sama sekali tidak ada ad hominem di sini. (Kalau pun mau disebut 'ad hominem', maka dengan pernyataan itu Anda pun melakukan ad hominem kepada Suchamda.)

Sampai di sini saja, karena argumentasi sudah menjadi berputar kembali, tidak ada yang baru lagi. Tidak ada gunanya diskusi ini diteruskan.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 18 June 2008, 09:16:56 AM by hudoyo »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Euthanasia
« Reply #105 on: 18 September 2008, 10:19:54 AM »
Ada keluarga yg bapaknya udah tua....(70)
setelah tidak kunjung sembuh dgn dokter di Indonesia,
dia dibawa ke Singapore... di ICU beberapa minggu...
harapan utk sembuh sih tidak ada...
Duit yg habis diperkirakan 600jt dan bertambah...
sekarang yg sakit udah kagak kenal org dan ngak bisa bicara...

kebutuhan membiayaain sampai meninggal bisa bertambah!.

Plus kalau meninggal di luar negeri dan dibawa pulang... duit lagi...

pertanyaan :

Bagaimana solusi bijaksana bagi org uzur yg penyakitnya ngak bisa diobatin
tetapi menunggu waktu dan menghabiskan duit banyak?
Bagaimana kalau org uzur tsb adalah anda? apa yg anda lakukan?
(dgn asumsi memakai otak sekarang yg sehat utk membuat keputusan)

trims utk jawabannya!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #106 on: 18 September 2008, 10:54:18 AM »
Apakah keluarga yang ditinggalkan sudah rela untuk ditinggalkan?
Klo gw jadi yg sakit sih...Kalo saat itu gw sudah sangat letih dan merasa tidak kuat untuk mempertahankan raga ini lagi, bearti emank sudah saatnya raga ini dilepas...
Lagipula, untuk apa mempertahankan sesuatu yang pada dasarnya tidak kekal?

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Euthanasia
« Reply #107 on: 18 September 2008, 11:20:46 AM »
Apakah keluarga yang ditinggalkan sudah rela untuk ditinggalkan?
Klo gw jadi yg sakit sih...Kalo saat itu gw sudah sangat letih dan merasa tidak kuat untuk mempertahankan raga ini lagi, bearti emank sudah saatnya raga ini dilepas...
Lagipula, untuk apa mempertahankan sesuatu yang pada dasarnya tidak kekal?


Seharusnya udah rela deh...

cuma sebagian org kan akan menunjukkan kasihnya pada ortu (buang duit banyak hanya mempertahankan hidup beberapa minggu lagi. Plus ngak ada gunanya...) tetapi ortu tsb sewaktu hidup malah poket moneynya minim....(kira2 begitu lah)...

Dari pada kepanjangan dan toh akhirnya mati...........
bukan lebih baik dikelola bro LontharGuard aja.... (600jt kan lumayan yah)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #108 on: 18 September 2008, 11:27:51 AM »
mungkin saja si orangtua sudah rela untuk mati. tapi sebagai anak berbakti, bagaimanapun kondisi orangtua, selagi masih hidup, tetap harus memperjuangkan kesembuhannya. Ingat Sila pertama tidak menye butkan kecuali ....



« Last Edit: 18 September 2008, 11:42:27 AM by Indra »

Offline CKRA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 919
  • Reputasi: 71
Re: Euthanasia
« Reply #109 on: 18 September 2008, 11:39:36 AM »
Nyawa nyamuk yang cuma dapat bertahan beberapa hari saja tidak boleh kita "habisi" begitu saja, apalagi nyawa manusia yang karena hubungan kamma menjadi orang tuanya.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #110 on: 19 September 2008, 12:02:11 AM »
Nah, saya sih setuju, kita sebagai anak harus dapat mengusahakan demi kesehatan orang tua...
Tapi, bagaimana jika kita balik keadaannya?
Yang sedang koma dan kritis adalah si anak...Dan orang tua memiliki anak hanya satu, tetapi masih memiliki anak yang lain...Apakah si orang tua akan mengorbankan semua harta demi biaya pengobatan, yang padahal si anak sudah pasti tidak akan hidup?Sedangkan anak2 yang lain masih membutuhkan biaya...

Menurut saya sih, kita berusaha itu sudah pasti...Tetapi ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi hasilnya tidak akan berbeda...Sudah saatnya kita merelakan kepergiannya...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #111 on: 19 September 2008, 12:57:35 AM »
Edward,

kita tidak akan pernah tau bahwa si anak sudah pasti tidak akan hidup lagi sampai si anak telah dinyatakan mati secara medis, jadi prinsip yg sama berlaku di sini, bahwa selama masih dinyatakan hidup, orang tua wajib terus berusaha, sampai sudah tidak ada lagi yg bisa diusahakan, misalnya karena tidak mampu lagi membiayai. akhirnya mungkin saja, si anak tetap mati dan si orangtua jatuh miskin, tapi sekecil apapun peluangnya tetap ada kemungkinan sembuh.

 _/\_

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #112 on: 19 September 2008, 01:07:17 AM »
yup...
Sebenernya saya setuju dengan Indra...Klo sakit memank pasti kita usahakan yang terbaik hingga titik penghabisan...
Mungkin maksud tulisan saya yang kurang jelas,contoh kasus, si A sudah koma beberapa minggu, dan hanya hidup karena ada-nya alat penopang hidup...Dan biaya untuk alat2 tersebut tidak murah...
Ketika uang keluarga pun sudah habis, dan tidak ada tanda2 akan bangun, bagaimana menurut Indra?
Kasus inilah yang menurut saya sering menjadi dilema...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Euthanasia
« Reply #113 on: 19 September 2008, 01:31:40 AM »
meskipun secara medis dinyatakan tidak ada harapan, tapi ada faktor2 lain yg memungkinkan kesembuhan, misalnya faktor kamma. jadi ada baiknya tetap dipertahankan hingga detik terakhir. detik terakhir di sini maksudnya adalah mati, atau uang habis. kalau uang habis, RS juga pasti menolak kan?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Euthanasia
« Reply #114 on: 19 September 2008, 09:40:52 AM »
Jika memang sudah seharusnya meninggal, sebaiknya dibiarkan meninggal saja karena penggunaan alat2 pendukung kehidupan (life support) itu sebenarnya menyakitkan bagi si penderita......

Namun hendaknya dalam melakukannya, disadari bahwa itu agar orang yang sakit, tidak menderita lebih banyak lagi
Bukan karena "dosa mula citta" karena sudah tidak mau merawat org ybs, atau sudah tidak mau membiayai lebih lanjut  _/\_

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Euthanasia
« Reply #115 on: 19 September 2008, 07:34:37 PM »
Yg dimaksud... udah meninggal tadi siang...
dan dikirim dari Singapore dgn pesawat....ke Indonesia...

pertanyaan :

Apakah bermanfaat mempertahankan beberapa hari (max 2 minggu) dan
menghabiskan duit begitu banyak..........dlm kondisi sakit yg tdk memiliki
harapan utk sembut plus udah tua?.....

Bagaimana seorang Buddhist (yg tua/sakit/ngak bisa diobatin) menentukan pilihannya?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Euthanasia
« Reply #116 on: 19 September 2008, 11:05:10 PM »
wew...Beneran terjadi yah?
Sabbhe sankara anicca...
Semoga yang meninggal dapat terlahir d alam lebih baik....

Johan, menurut saya, tua, muda, sakit atau pun tidak, semua makhluk tetap lah berharga...Tidak ada yang tidak bermanfaat, baik itu kejadian buruk maupun kejadian baik, semua ada manfaatnya...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline CKRA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 919
  • Reputasi: 71
Re: Euthanasia
« Reply #117 on: 20 September 2008, 08:16:29 AM »
Sebaiknya keputusan untuk mencabut alat-alat life support bukan datang dari pihak keuarga tetapi atas rekomendasi dari tim dokter yang menilai secara profesional. Karena ada juga kasus dimana ada keluarga yang begitu melekat sehingga walaupun dokter sudah merekomendasikan pencabutan alat-alat penunjang karena secara "teknis" denyut jantung yang terlihat di monitor dan nafas yang masih ada seluruhnya adalah hasil dari mesin, namun pihak keluarga tetap bersikeras tidak mau. Menurut saya ini sudah diluar konteks pengabdian tetapi sudah lebih ke kemelekatan. Mungkin karena akta waris belum ditandatangani  :)

 _/\_
CKRA

 

anything