//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Manusia berbeda beda oleh YM.Bhikkhu Jayanando  (Read 5144 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Mengapa Manusia berbeda beda oleh YM.Bhikkhu Jayanando
« on: 10 December 2013, 05:16:46 PM »


Mengapa Manusia Berbeda-beda


Oleh : YM.Bhikkhu Jayanando


Kalau kita perhatikan di dunia ini jumlah manusianya luar biasa banyak bahkan mencapai milyaran. Tapi dari sekian banyak manusia itu tak satu pun yang sama pasti berbeda-beda. Mengapa bisa berbeda-beda?


Orang yang lahir sebagai orang yang kembar saja pasti juga ada yang berbeda mungkin fisiknya yang satu sehat dan yang satu suka sakit-sakitan, yang satu cerdas mudah dalam mengangkap pelajaran tapi yang satu agak lambat,dan ketika dewasa yang satu bisa sukses dan yang satu ekonominya biasa-biasa saja. Jadi tidak satupun manusia di dunia ini sama pasti berbeda-beda mengapa demikian. Hal ini pernah di pertanyakan pada waktu zaman Sang Buddha, ‘’Yang mempertanyakan ini adalah Subha tentang perbedaan-perbedaan yang ada di dalam diri manusia hal ini terdapat di culla kamma vibangga. Subha adalah seorang putra dari orang yang kaya tapi kikir dan tidak pernah memberi dan dia sangat melekat pada harta bendanya, Todeya mengali lubang terus empat guci kesayanganya itu di kubur dalam lubang karena dia tidak mau orang lain memiliki guci kesanyanganya itu, karena begitu melekatnya dengan harta bendanya dan ketika dia meninggal dia terlahir menjadi anjing dan anjing ini tinggal juga di rumahnya yang ditinggalin oleh anaknya Subha.


Walaupun tinggal dirumahnya sendiri tapi kedudukanya berbeda, kalu dulu dia sebagai majikan dan yang memiliki rumah tapi kalau sekarang menjadi penjaga rumah. Anjing ini menjadi anjing kesayangan dari Subha dan selalu menemani Subha bahkan Subha begitu sayang degan anjing ini dan menempatkanya di suatu ruangan. Suatu ketika, ketika Sang Buddha berpindapata lewat di depan rumah Subha yang dulunya adalah rumah Todeya dan anjing ini mengong-ngong Sang Buddha, kemudian Sang Buddha berkata, hai Todeya kamu itu dari dulu dari kamu sebagai manusia sampai sekarang kamu menjadi anjing masih seperti itu sama saya tidak ramah, tidak sopan kepada ku. Sang Buddha berkata seperti itu kepada anjing itu dan terus anjing itu terdiam dan marah menunduk, setelah Sang Buddha berlalu subha ini datang memperhatikan anjing yang biasanya ceria menjadi diam saja dan menjadi pertanyaan subha kenapa anjing ini ngak seperti biasanya? Maka Subha terus bertanya kepada pelayanya, apa gerangan yang terjadi sama anjing kesayanganya ini’, ‘’ pelayanya lalu berkata sejak tadi ketika Sang Buddha mengatakan bahwa dari sejak kamu menjadi manusia sampai sekarang menjadi anjing kamu selalu itu terhdapaku tidak sopan dan tidak ramah. Kemudian suba ini marah kok dibilang anjing ini dulunya adalah ayahnya dia, dia langsung marah dan ahirnya suba ini mendatangi sang Buddha, karena tidak senang ayahnya sudah dibilang terlahir menjadi anjing dan pada saat itu sang Buddha sedang ada di vihara Jetavana. Sampai kesana bertemu degan Sang Buddha bilang apa alasanya Sang Buddha anjing yang ada di rumahnya itu adalah dulunya Todeya ayahnya, ‘’ Sang Buddha mengatakan, ‘’ Subha apakah kamu menemukan empat guji yang terbuat dari emas yang selama ini kamu cari –cari terus perhatian Subha yang tadinya marah kepada Sang Buddha kemudian dia tertarik kepada kata-kata Sang Buddha yang dia itu sedang mencari guci yang terbuat dari emas kepunyaan ayahnya. Karena memang sangat sekali ingin memiliki empat guci itu. Kemudian ia berkata, belum Sang Buddha? Memang sekarang saya sedang mencari-cari empat guci yang terbuat dari emas yang saya tahu ayah saya dulu memilikinya tapi sekarang tidak tahu ada di mana guci tersebut. Kemudian Sang Buddha berkata, kalau kamu ingin mendapatkan empat guci yang terbuat dari emas itu! Nanti kalau kamu pulang kamu beri makan anjing kesayanganmu itu degan makanan yang enak-enak. Kalau dia sudah kenyang dan terlihat mengantuk kamu tepuk pungungnya dan katakana kepada dia, ayah dimana kamu menyimpan empat guci yang terbuat dari emas, maka anjing itu akan bangkit dan pergi ke suatu tempat dan kamu ikuti maka dia akan menunjukan dimana tempatnya. ‘’ setelah mendengar cerita dari Sang Buddha ini, Subha yang tadinya marah terus pulang degan senang sekali. Dia ingin memiliki empat emas tersebut.


Ahirnya Subha terus memberi makan anjingnya degan makanan yang enak-enak, ketika mengetahui anjing tersebut sudah kenyang dan mengantuk demi untuk memperoleh guci yang terbuat dari emas degan tidak ragu Subha menyebut nama ayahnya, sambil menepuk pungung anjingnya, ‘’Ayah dimana kamu menyimpan empat guci yang terbuat dari emas itu. Anjing tersebut bangkit dan berjalan kesuatu tempat, Subha mengikuti kemudian anjing itu mengorek tanah dan memberi tahu tempat emas itu berada. Dengan mendapatkan empat guci yang terbuat dari emas itu Subha menjadi bahagia dan sejak saat itulah Subha sangat tertarik degan Sang Buddha dan ingin belajar dan jadi pengikut Sang Buddha.


Begitu banyak perbedaan manusia yang ada di dunia ini, Subha terus bertanya kepada Sang Buddha mengapa manusia di dunia di lahirkan berbeda-beda? ‘’ kemudian Sang Buddha menjawab pertanyaan dari subha, Sabbe sattā kamma sakkha, kamma dāyāda, kamma yoni , kamma bandhu, kammmapatisarana, yaṁ kamaṁ kari sāmi kālyanaṁ vā pāpakaṁ vā tassa dāyādo bhavissāti


Semua mahluk memiliki perbuatanya sendiri, mewarisi perbuatanya sendiri, lahir dari perbuatanya sendiri, tergantung pada perbuatanya sendiri, perbuatan apapun yan akan dilakukan perbuatan itulah yang akan diwarisinya. Kenapa manusia berbeda-beda karena kualitas dan kuantitas perbuatan baik dan buruk manusia itu juga berbeda-beda maka hasilnya juga berbeda-beda. Mendapatkan penjelasan seperti ini subha belum paham, maka dia memohon untuk menjelaskan agar lebih rinci. Kemudian Sang Buddha menjelaskan:


1. Mengapa ada orang yang usianya panjang dan ada yang usianya pendek, orang yang usianya pendek pada kehidupan lalunya suka membunuh sedangkan kalau orang yang usianya panjang, sebaliknya dia pada kehidupan lalunya tidak suka membunuh, bisa mengendalikan badannya dan senantiasa melepaskan mahluk-mahluk yang menderita/ terjerat atau terperangkap dan dia bisa lahir di alam yang bahagia.


2. Mengapa ada orang yang berpenyakitan tapi disisi lain ada yang sehat. Orang yang sering sakit-sakitan karena pada kehidupan lampaunya dia sering menyiksa mahluk hidup/ menganiyaya mahluk hidup maka mereka akan lahir di alam yang menderita dan sedangkan orang yang senantiasa sehat pada masa lampau dia ngak suka menyiksa mahluk hidup selalu memancarkan cinta kasih.


3. Kenapa ada yang lahir degan wajah buruk dan ada yang jelek. Orang yang terlahir buruk rupa pada kehidupan lampau suka marah-marah dan tidak senang, berkata kasar dll. Sedangkan orang yang berwajah tamapan dan cantik pada kehidupan masa lampau dia tidak suka marah-marah,dan pemaaf dll.


Maka dari itu kalau ingin yang baik-baik mulailah dari sekarang pupuk perbuatan yang baik-baik dalam kehidupan ini dan jadikanlah Dhamma sebagai pedoman kita.

Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Ceramah Bhante
« Reply #1 on: 10 December 2013, 06:06:30 PM »


Nasib Ditangan Siapa ?


Ditulis oleh: Bhikkhu Abhayanando


Orang dungu menanti hari baik tapi nasib baik selalu jauh darinya,


nasib baik adalah bintang terang itu sendiri,


apa yang bisa dicapai hanya oleh bintang terang.


(Jataka)




Suatu hari ada sekelompok pemuda yang iseng ke tukang ramal, saat sampai ke tempat tukang ramal tadi, masing-masing diramal oleh tukang ramal dan tentunya ada yang baik dan yang buruk. Mereka yang diramal baik tentunya akan bahagia, sedangkan yang diramal buruk akan mengalami kesedihan. Salah satu dari sekelompok anak muda itu diramal, bahwa hidupnya saat ini akan kaya raya tetapi kehidupannya singkat. Anak ini menjadi kalut, di satu sisi ada kebahagiaan dan disisi lain muncul kesedihan.


Kejadian seperti di atas bukan hanya dialami sekelompok anak muda dalam cerita di atas, tetapi masih banyak lagi orang yang pergi ke tukang ramal untuk mengetahui garis kehidupannya dan terkadang mereka mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk mengetahui garis hidupnya. Banyak orang yang cemas menghadapi nasib kehidupannya sehingga mereka pergi ke tempat-tempat yang menjanjikan ramalan jitu.


Percaya pada nasib, baik atau buruk, sangat umum di kalangan masyarakat. Ini bisa terjadi akibat kurangnya pengertian terhadap hukum kamma, kondisi duniawi dan hakikat yang oleh orang lantas dianggap sebagai nasib baik atau nasib buruk.


Sang Buddha mengajarkan kepada kita bahwa hasil yang baik datang dari sebab yang baik, dan hasil yang buruk datang dari sebab yang buruk, sesuai dengan hukum kamma. Ketika orang menghadapi hasil yang buruk akibat perbuatan jahatnya di masa lalu atau sekarang, ia semestinya tak mengkambinghitamkan nasib buruk. Sebaliknya, lebih tepat baginya untuk mengatakan bahwa ia sedang mengalami akibat dari kamma buruknya. Dengan pengertian seperti ini, pengertian tentang nasib akan bergeser ke pengertian yang sebenarnya. Dengan cara ini pula, ia akan memahami bahwa ia yang bertanggung jawab atas segala kebahagiaan dan ketidakbahagiaannya sendiri, berdasarkan seberapa baik dan seberapa buruk dalam bersikap dalam kehidupan ini. Tidak ada yang disebut nasib, pilihan ada ditangan kita sendiri.


Manusia mestinya tidak menyerah dan berhenti berusaha mengalahkan ketidakberuntungan yang menyatakan bahwa ia tidak memiliki ‘Hoki’. Ia juga mesti tidak membiarkan dirinya menjadi korban kepercayaan seperti itu yang akan menghalangi kemajuan material dan spiritual.


Menurut ajaran sang Buddha, usaha adalah kondisi yang paling penting untuk memperbaiki kamma buruk seseorang. Dengan usaha yang dilakukan pada hari ini, orang bisa membuat kamma yang sangat segar, dan mengubah keadaan serta lingkungannya. Selalu ada kemungkinan seseorang untuk mengubah kammanya sendiri. Jika kegagalan disebabkan ketidakefisienan, kurang pengalaman, atau kemalasan, ia harus berusaha memajukan dirinya sendiri dengan mengatasi kegagalannya tanpa menyalahkan bintang-bintang, setan atau roh-roh. Dengan pengertian terhadap hakikat diri serta penerimaan terhadap kelemahan diri sendiri adalah langkah pertama untuk memperbaiki diri sendiri.


Apa yang disebut dengan nasib yang tak terelakan atau takdir yang tak dapat diperbaiki itu tidak ada dalam ajaran sang Buddha. Jika kita mengamati pengalaman diri kita sendiri dan orang lain, kita akan menyadari bahwa ketidakbahagiaan dan penderitaan pada hari ini adalah hasil dari kesalahan yang telah dilakukan kemarin.


Manusia bukanlah sekedar seperti pion di papan catur, kekuatan universal yang tak mampu dikendalikannya. Nasibnya adalah ciptaannya sendiri, apakah baik atau buruk. Manusia menciptakan nasibnya sendiri dengan pikiran, kata-kata, dan perbuatannya sendiri. Tidak ada kesempatan untuk sembunyi dari konsekuensi perbuatannya. Karenanya, manusia adalah pembentuk kehidupannya sendiri, saat ini dan di masa mendatang.


Hukum kamma yang mengukir nasib seseorang tidak mengenal restribusi. Tidak motif untuk menghukum dalam hukum agung universal tersebut. Alam itu adil. Ia tidak bisa ditipu, tak juga bisa memberikan kompensasi bagi yang memohon-mohon. Pada waktu keadaan yang sesuai muncul, perbuatan yang akan kita tanam akan berubah. Karenanya, di hadapan malapetaka, tak ada yang bisa dicapai dengan memaki langit.


Pengaruh kamma dalam kehidupan seseorang bukannya tidak bisa diubah. Karenanya konsep penderitaan yang abadi dan kebahagiaan yang kekal adalah asing dalam agama Buddha. Semua jenis kehidupan dalam lingkaran kelahiran dan kematian (samsara) adalah tidak kekal. Hanya setelah kita keluar dari keberadaan yang relatif di dalam samsara dan telah mencapai Nibbana, barulah kebahagiaan abadi kita sadari.


Proses pengembangan kedewasaan spiritual meliputi latihan diri dan disiplin moral, penyucian batin dan menjalankan kehidupan lurus, penuh dengan kasih sayang, harmoni, dan pelayanan tanpa pamrih. Berbagai agama memberikan interpretasi yang berbeda berkenaan dengan bagaimana penyelamatan dari penderitaan dimungkinkan. Dalam agama Buddha, seseorang bisa diselamatkan dengan cara menjalankan hidup yang sesuai dengan hukum moral universal dan dengan mensucikan pikirannya. Ia sebenarnya bisa membentuk nasibnya tanpa harus bergantung kepada kekuatan diluar dirinya.


Sebagai umat manusia, mesti tidak menyia-siakan keberadaan kita sebagai umat manusia dengan menyesali masa lalu, ataupun menghabiskan waktu dalam kegiatan yang sia-sia dan tak bermanfaat. Sikap hidup seperti itu cuma akan membuang kesempatan untuk menyadari tujuan sebenarnya dari hidup ini, dan menghalangi kemajuan kita dalam usaha pembebasan sempurna dari penderitaan.


Tak ada yang disebut nasib, kecuali efek perbutan kita di masa lalu. Perbuatan kita di masa lalu adalah nasib kita….pencapaian kita ditentukan oleh usaha kita. Usaha kita dengan demikian adalah nasib kita. Usaha kita yang dulu dan sekarang, jika berlawanan adalah seperti dua ekor kambing yang berlaga. Yang lebih kuat akan melemparkan yang lebih lemah….Apakah itu usaha kita di masa lalu atau kala ini, adalah yang lebih kuat yang menentukan nasib kita. Dalam kasus manapun, adalah usaha manusia yang menentukan nasibnya sendiri. Hanya kejadian-kejadian dalam dunia ini yang ia ciptakan dengan perbuatannya sendiri dan bukan yang lain…Karenanya seseorang harus mengatasi nasib buruknya sendiri (efek perbuatannya di masa lalu) dengan usaha yang lebih baik di masa sekarang. Tak ada yang tidak bisa dicapai oleh manusia dengan usaha yang tepat. Dengan adanya pengertian yang jelas terhadap kamma maka kasus-kasus seperti cerita sekelompok pemuda itu tidak ada lagi. Memang, untuk menumbuhkan pengertian seperti itu, di tengah-tengah manusia yang masih dipengaruhi oleh panadangan umum di masyarakat sangat sulit. Tetapi bukan berarti tidak bisa, oleh karena harus dimulai dari diri kita sendiri.

Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline suwarto8116f

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 202
  • Reputasi: 3
  • kilesa sebab akibat.
Re: Mengapa Manusia berbeda beda oleh YM.Bhikkhu Jayanando
« Reply #2 on: 10 December 2013, 08:50:28 PM »
anumodana share nya  _/\_

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Mengapa Manusia berbeda beda oleh YM.Bhikkhu Jayanando
« Reply #3 on: 10 December 2013, 08:52:21 PM »
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Mengapa Manusia berbeda beda oleh YM.Bhikkhu Jayanando
« Reply #4 on: 11 December 2013, 09:20:24 PM »

Gundukan Pupuk Kandang

oleh Ajahn Brahm

Hal-hal tidak menyenangkan, seperti duduk di peringkat terbawah di kelas kita, terjadi dalam kehidupan. Hal-hal itu dapat terjadi pada setiap orang. Perbedaan antara orang yang bahagia dan tertekan hanyalah pada bagaimana mereka bereaksi terhadap kemalangan.

Bayangkan anda baru saja mengalami suatu sore yang indah di pantai bersama seorang teman. Ketika anda kembali ke rumah, anda mendapati gundukan pupuk kandang tepat di depan pintu rumah anda. Ada 3 hal untuk diketahui sehubungan dengan gundukan pupuk kandang ini :
1. Anda tidak memesannya. Ini bukan kesalahan anda.
2. Anda merasa habis akal.Tak ada yang melihat siapa yg menimbunnya di situ, jadi anda tak dapat menelpon pelakunya utk menyingkirikannya.
3. Pupuk itu kotor dan semerbak memenuhi seluruh rumah anda. Sungguh tak tertahankan.


Pada perumpamaan ini, gundukan pupuk kandang di depan rumah anda melambangkan pengalaman2 traumatik yg menimpa kita dalam kehidupan. Seperti halnya dg gundukan pupuk kandang itu, ada 3 hal untuk diketahui sehubungan dengan tragedi dalam kehidupan kita.
1. Kita tak memesannya. Kita berkata : “Kenapa saya ?”
2. Kita merasa habis akal. Tak seorangpun, sekalipun teman terbaik kita dapat menyingkirikannya (meski mereka mencoba)
3. Tragedi itu sangat menyakitkan menghancurkan kebahagiaan kita, dan rasa sakit yang ditimbulkannya menghantui sepanjang hidup kita. Sungguh tak tertahankan.


Ada 2 cara merespon timpaan gundukan pupuk kandang itu. Cara pertama adalah membawa kotoran itu ke mana-mana bersama kita. Kita taruh segenggam di saku kita, sebagian di tas kita dan sebagian lai di baju kita. Kita bahkan juga menaruhnya di celana panjang kita. Kita dapati, ketika kita membawa kotoran itu ke mana-mana, kita kehilangan teman! Bahkan teman2 terbaik pun tampaknya tak begitu senang lagi dekat2 dg kita.


Membawa kotoran ke mana2 adalah perumpamaan untuk keadaan tenggelam dalam depresi, hal-hal negatif, atau amarah. Itu adalah sebuah respon terhadap kemalangan yang lumrah dan dapat dimaklumi. Tetapi kita kehilangan banyak teman, karena lumrah dan dapat dimaklumi pula jika teman2 kita tidak suka berada di samping kita yang selalu merasa depresi. Lagipula, dg cara ini gundukan kotoran itu sendiri tak menjadi berkurang, tapi baunya malah bertambah busuk.


Untunglah, ada cara kedua. Ketika kita tertimpa gundukan pupuk kandang, kita menghela napas, dan setelah itu mulai bekerja. Ambil gerobak dorong, garu dan sekop. Kita garu kotoran itu ke gerobak dorong, membawanya ke belakang rumah dan menguburnya di kebun kita. Memang ini sulit dan melelahkan, tetapi kita tahu tak ada pilihan lain. Kadang kita hanya mampu mengatasi separuh gerobag saja dalam sehari, namun kita melakukan sesuatu yang menyelesaikan masalah, daripada hanya mengeluh saja dan terbenam dalam depresi. Dari hari ke hari, kita menggaru dan mengubur kotoran itu. Dari hari ke hari gundukannya menjadi semakin berurang. Kadang diperlukan waktu beberapa tahun, namun pagi yang cerah tiba juga ketika gundukan kotoran di depan rumah kita tak berbekas lagi. Selanjutnya, sebuah keajaiban terjadi di belakang rumah kita. Bunga-bunga di kebun kita bermekaran dg warna-warni memenuhi setiap sudut. Keharuman menyebar sampai ke jalan, sehingga para tetangga bahkan orang lewat pun tersenyum bahagia karenanya. Lalu pohon buah yang tumbuh di sudut tanaman hampir rubuh karena begitu tergelayuti oleh buah-buahnya. Dan buahnya sungguh manis. Anda tak dapat membeli buah seperti itu. Ada begitu banyak buah, bahkan orang2 yg lewat pun dapat ikut menikmati sedapnya rasa buah ajaib itu.


“Mengubur kotoran” adalah perumpamaan untuk menyambut datangnya tragedi sebagai penyubur bagi kehidupan kita. Itu pekerjaan yang harus kita lakukan sendiri, tak ada yang dapat membantu kita. Namun dg menguburnya di taman hati kita, dari hari ke hari, gundukan rasa sakit itu semakin berkurang. Bisa saja itu membutuhkan beberapa tahun, namun pagi yg cerah akan tiba tatkala kita melihat tak ada lagi rasa sakit di dalam hidup kita dan di dalam hati kita, sebuah keajaiban telah terjadi. Bunga2 kebajikan bermekaran memenuhi seluruh tempat, dan harumnya cinta menyebar sampai jauh, ke para tetangga kita, teman kita, dan bahkan sampai juga ke orang2 yang tidak kita kenal. Lalu pohon kebijaksanaan yang tumbuh di sudut taman hati kita menjadi tergelayut karena saratnya buah pencerahan akan hakikat kehidupan. Kita dapat membagi-bagikan buah2 yg enak itu dengan gratis, bahkan kepada orang2 yg tdk kita kenal, tanpa sengaja merencanakannya.


Ketika kita telah mengenal rasa sakit yang tragis, pelajarilah pelajaran yang diberikannya, dan tumbuhkan taman kita, lalu kita dapat merangkulkan lengan kita dalam tragedi yang dalam dan berkata dg lembut, “ Aku tahu”. Mereka akan tahu bahwa kita telah paham. Belas kasih dimulai. Kita tunjukkan pada mereka gerobak dorong, garu, sekop dan dorongan semangat tanpa batas. Jika kita belum dapat menumbuh kembangkan taman kita sendiri, semua ini tak dapat kita lakukan.


Saya mengenal banyak bikkhu yg piawai dalam bermeditasi, yg penuh kedamaian, tenang dan tenteram dalam menghadapi kemalangan. Tetap hanya sedikit yg menjadi guru hebat. Saya sering heran mengapa bisa begitu.


Sekarang menjadi jelas bagi saya bahwa bikkhu2 yg relatif tidak banyak kemalangan, yg mempunyai sedikit kotoran utk dikuburkan, adalah mereka yg tidak menjadi guru2 hebat. Adalah bikkhu2 yg mengalami kesukaran yg besar,dg diam menguburkannya, dan datang dg taman yg subur, adalah mereka yang menjadi guru2 hebat. Mereka semua memiliki kebijaksanaan, ketenangan, dan belas kasih; tetapi hanya mereka yg memiliki kotoran lebih banyaklah yg dpt membagikannya kepada dunia. Guru saya, Ajahn Chan, yg bagi saya pribadi adalah menara dari semua guru, pasti memiliki armada truk pengangkut pupuk kandang yg berjejer di depan pintu rumahnya, pada masa2 awal kehidupannya.


Barangkali moral dari cerita ini adalah, jika anda ingin melayani dunia, jika anda ingin mengikuti jalan belas kasih, maka bila suatu ketika tragedi terjadi dalam hidup anda, anda dapat berkata, “Cihui ! Aku dapat banyak pupuk untuk taman saya”.
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

 

anything