[at] bond, apakah keterangan itu tercantum dalam sutra dan diterangkan oleh Buddha? Atau hanya tafsiran? Apakah Buddha mengajarkan dhammanya seperti itu?
Ya pasti tafsiran, kitab suci saja juga ada penafsiran. Ente bisa yakin 100% baca tipitaka ngak ada yg ditafsir?
Buddha mengajarkan Dhamma menurut theravada atau mahayana dulu? versi mana dulu dan lihat threadnya kan mahayana.
Kalau saya liat maknanya lalu penerapannya , aspek2 Dhamma yang bisa diambil..bukan sudut pandang tertentu. Dan bukan ini dari Buddha atau tidaknya dulu. Kalau saya liat dari sudut pandang theravada saya bilang bukan Buddha Dhamma tapi kita liat ini jangan subjektif dulu. Mahayana sama theravada pasti beda. mo dipaksakan kek gimana memang ngak bakalan ketemu. Sama saja mebuddhiskan kr****n atau sebaliknya. Cuma karena satu rumpun ya kita liat dengan dimensi yang lebih luas dan umum. Memangnya semua pandangan kita selalu sesuai dengan Buddha Dhamma, termasuk analisa kita tentang kitab pasti seperti itu.?
[at] upasaka
Siapa yang bilang dzikir jadi Buddha?
perasaan aye bilang diulangi agar bisa mencapai ketenangan dan kalau dimengerti dengan baik bisa menjadi bajik kalau dilakukan maknanya....
Buddho..Buddho sama dzikir itu sama....untuk konsentrasi tapi jika tujuan, memaknai lain maka juga akan menyimpang....
Kelihatannya kalo ngomongin mahayana, yang non mahayana alergi dulu. Baca dulu yang benar. Bagian mana tulisan saya yang tidak sesuai...akan saya jelaskan.
begini yah ko, justru karena saya tidak percaya maka saya mempertanyakan keaslian dari sutra ini dulu.
Soal tafsiran itu bisa berkembang dengan berbagai macam tafsiran dengan berbagai macam pikiran masing2.
Sama halnya dengan umat lain yang menjudge ajaran kr1sten hanya mempercayai Y3sus bisa masuk surga toh umat lain menafsirkannya bahwa tidak mungkin begitu, dan umat kr1sten bisa menafsirkan dengan berbagai alasan bahwa bukan dengan percaya y3sus saja tapi ada hal lain misalkan berbuat sesuai kehendak bapa lah, berbuat baik lah dll, apa bedanya dengan sutra2 mahayana yang baca sutra bisa masuk surga (itu tertulis dalam sutra nya) tapi yang lain2 nya tidak disebutkan, dan ada tafsiran selain baca sutra ada hal yang lain, nah intinya apakah Buddha mengajarkan dhamma harus di tafsirkan baru di mengerti muridnya atau mengajarkan langsung tidak berbelit2?
Nah oleh karena itu.. saya memilih melihat dan menjelaskan maknanya.....
Dhamma Sang Buddha memang bukan ditafsirkan, tetapi ketika anda bertanya pada saya apakah penyataan saya sesuai Buddha Dhamma. Maka saya pun akan menanyakan apakah apa yang Anda pikirkan tentang Buddha Dhamma adalah Buddha Dhamma.?
Kalau Anda tanya saya sutra mahayana,saya tidak tau . Katakan sutra mahayana bukan dari Sang Buddha tetapi secara makna mengandung Dhamma dan selaras dengan Sang Buddha, maka itulah Dhamma. sekalipun bukan perkataan Buddha, karena Dhamma tidak mencakup apa yg kita tahu dari tulisan.Walaupun tulisan tipitaka harus kita hargai dengan amat sangat.
Apakah kalau kita berdana dengan tulus dan senang hati kepada orang yang membutuhkan adalah baik lalu seorang pendeta yang mengatakan itu. Lalu kita katakan kata2 dia tidak sesuai dengan Buddha Dhamma? Memangnya SB mengajarkan apa? Kalau pendeta yang ngomong gitu salah? nah yang mungkin tidak sesuai kalau misalnya dia berembel2 supaya namanya terkenal...
Jadi historical sutra dan makna Dhamma harus dibedakan. SB tidak mengajarkan orang berpikiran sempit....sama halnya orang kr****n dikit ngomong menurut alkitab....sama halnya kita disini dikit2 Buddha ngak ngomong ini dan Buddha ngak ngomong itu...bukan itu maknanya.
Ingat Buddha mengajak kita melihat Dhamma itu yang sebenarnya. Maka Buddha adalah Dhamma Dan Dhamma adalah Buddha.
Kitab itu panduan...tapi yang tidak ada di panduan ataupun ada harus disikapi dengan akal sehat seperti kalama sutta. Maksud saya demikian.
Kalau bicara goleden light sesuai Buddha Dhamma, apakah tipitaka juga demikian 100%. Susah jadinya kalo kita ngomong asli2an..
Saya yakin kalau kita ngak percaya nanya....selama kita masih berpegang pada gelas penuh tetap pasti beda...sama halnya saya ngak percaya sama kr****n.
Nah saya pun masih kurang mengerti apa yg anda maksud, apakah keaslian golden sutra sesuai Buddha Dhamma, atau pernyataan saya yang memaknai Golden sutra tidak sesuai dengan Buddha Dhamma. Kalau penyataan saya tidak sesuai , tolong ditunjukan yang menurut bro yang tidak sesuai Buddha Dhamma. Mari kita bahas.