//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw  (Read 14278 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« on: 28 December 2012, 02:02:16 PM »

BAB 1

Bagaimana Mengembangkan Perhatian Terhadap Nafas



Pengembangan perhatian-pada-nafas (Ānāpānasati) diajarkan oleh Sang Buddha di dalam Mahāsatipṭṭhāna Sutta. Demikian dikatakan:
   “Para bhikkhu, didalam pengajaran ini seorang bhikkhu pergi ke hutan, atau ke kaki sebuah pohon atau ke tempat yang tenang, duduk bersila dan menegakkan tubuhnya dan menetapkan perhatiannya pada objek meditasi; hanya mengarahkan perhatiannya pada nafas masuk dan hanya mengarahkan perhatiannya pada nafas keluar.
  • Menarik nafas panjang dia mengetahui, “Saya sedang menarik nafas panjang”, atau mengembuskan nafas keluar yang panjang dia mengetahui, “Saya sedang mengembuskan nafas keluar yang panjang”.
  • Menarik nafas pendek dia mengetahui, “Saya sedang menarik nafas pendek”, atau mengembuskan nafas keluar yang pendek dia mengetahui, “Saya mengembuskan nafas keluar yang pendek”.
  • “Mengalami seluruh tarikan nafas masuk, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Mengalami seluruh hembusan nafas keluar, saya akan mengembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.
  • “Menenangkan nafas, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Menenangkan nafas keluar, saya akan mengembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.

   Untuk memulai meditasi, duduklah pada posisi yang nyaman dan cobalah untuk mengawasi nafas yang masuk dan keluar melalui lubang hidung. Anda sebaiknya dapat merasakannya, baik tepat di bawah lubang hidung atau sekitar lubang hidung. Janganlah mengikuti nafas ke dalam tubuh ataupun nafas keluar dari tubuh. Hanya perhatikan nafas pada tempat di mana nafas berhembus dan menyentuh bagian atas bibir atau sekitar lubang hidung. Jika anda mengikuti nafas ke dalam dan ke luar, anda tidak akan dapat berkonsentrasi secara sempurna, tetapi jika anda tetap mengawasi nafas pada suatu tempat yang paling jelas, di bagian atas bibir ataupun di sekitar lubang hidung, anda akan dapat mengembangkan konsentrasi secara sempurna.

   Janganlah memberi perhatian pada karateristik individual (sabhāva-lakkhaṇa), karateristik umum (sammañña-lakkhaṇa) ataupun pada warna dari nimitta1 (tanda dari konsentrasi). Karateristik individual adalah karateristik alami dari empat unsur pada nafas: keras, kasar, mengalir, panas, menopang, mendorong dan lain sebagainya. Karateristik umum adalah ketidak-kekalan (anicca), penderitaan (dukkha) atau tiada-diri (anatta) karateristik dari nafas. Ini berarti jangan melakukan pencatatan mental: ‘nafas masuk, nafas keluar, tidak-kekal’, atau ‘nafas masuk, nafas keluar, penderitaan’, atau ‘nafas masuk, nafas keluar, tiada-diri’.
« Last Edit: 02 January 2013, 10:01:13 AM by Kainyn_Kutho »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #1 on: 28 December 2012, 02:02:50 PM »
   Secara sederhana, cukup perhatikan nafas keluar masuk sebagai sebuah konsep. Konsep dari nafas adalah objek dari perhatian-terhadap-nafas. Pada obyek inilah perhatian anda harus diarahkan agar bisa mengembangkan konsentrasi. Bila anda memperhatikan konsep dari nafas dengan cara seperti ini, dan jika anda telah berlatih meditasi ini pada kehidupan masa lampau dan mengembangkan pāramī, anda akan dengan mudah dapat berkonsentrasi pada masuk dan keluarnya nafas.

   Jika pikiran anda tidak mudah berkonsentrasi pada keluar masuknya nafas, dalam  Visuddhimagga disarankan untuk menghitung nafas. Ini akan membantu anda untuk mengembangkan konsentrasi. Anda sebaiknya menghitung setelah akhir dari hembusan nafas: ‘Masuk – keluar, satu (1); masuk – keluar, dua (2); masuk – keluar, tiga (3); masuk – keluar, empat (4); masuk – keluar, lima (5); masuk – keluar, enam (6); masuk – keluar, tujuh (7); masuk – keluar, delapan ("8").

   Anda sebaiknya menghitung minimal sebanyak lima (5) dan tidak menghitung lebih dari sepuluh (10). Tetapi kami menyarankan anda untuk menghitung sampai delapan ("8"), karena ini akan mengingatkan anda pada Jalan Mulia Beruas Delapan, yang sedang anda kembangkan. Jadi anda sebaiknya menghitung nafas, sesuka anda, di antara hitungan lima (5) dan delapan ("8"), dan sebaiknya pada saat itu anda membulatkan tekad dalam pikiran anda bahwa selama waktu hitungan itu anda tidak akan membiarkan pikiran anda  menyimpang atau mengembara ke tempat lain. Anda hanya ingin dengan tenang mengamati nafas. Ketika anda menghitung dengan cara seperti ini, anda mendapatkan bahwa anda dapat berkonsentrasi dan membuat pikiran menjadi tenang dan hanya memperhatikan nafas.

   Setelah anda dapat berkonsentrasi seperti ini paling tidak setengah jam, anda sebaiknya melanjutkan pada tahap berikutnya sebagai berikut:
  • ‘Menarik nafas yang panjang, dia mengetahui, “Saya sedang menarik nafas panjang”, atau mengembuskan nafas panjang, dia mengetahui, “Saya mengembuskan nafas panjang”.’
  • ‘Menarik nafas yang pendek, dia mengetahui, “Saya sedang menarik nafas pendek”, atau mengembuskan nafas pendek, dia mengetahui, “Saya mengembuskan nafas pendek”.’

   Pada tahap ini, anda harus mengembangkan perhatian pada panjang atau pendeknya nafas masuk dan keluar.Di sini, panjang atau pendek bukanlah mengacu pada ukuran panjang inci, cm, meter, tetapi mengacu pada panjang dari ukuran waktu. Panjang adalah lamanya waktu. Anda sendirilah yang memutuskan apakah suatu tarikan nafas disebut panjang dan apakah suatu hembusan nafas keluar adalah pendek. Perhatikanlah panjang dari tiap tarikan nafas masuk dan hembusan nafas keluar. Anda akan mengetahui bahwa suatu ketika nafas itu akan panjang dan suatu ketika akan pendek. Pada tahap ini, yang harus anda lakukan hanyalah mengetahuinya saja. Anda tidak perlu melakukan pencatatan, ‘masuk, keluar panjang-masuk, keluar pendek’, tetapi hanya mencatat ‘masuk, keluar’, dan mengetahui apakah nafas itu panjang ataupun pendek. Anda sebaiknya mengetahui ini dengan memperhatikan durasi waktu dari setiap hembusan nafas dan sentuhan pada bibir bagian atas, atau di sekitar lubang hidung, sebagai tempat masuk dan keluarnya udara. Kadang kala nafas mungkin cenderung panjang selama satu sesi meditasi duduk, tetapi kadang kala cenderung pendek. Tetapi anda sebaiknya tidak secara sengaja berusaha membuat nafas itu menjadi panjang ataupun menjadi pendek.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #2 on: 28 December 2012, 02:03:23 PM »
   Untuk beberapa yogi, pada tahap ini, nimitta mungkin muncul, tetapi jika anda dapat melakukan ini dengan tenang selama satu jam dan tidak ada  nimitta yang muncul, anda dapat beralih ke tahap ketiga:
3. ‘”Mengalami seluruh tarikan nafas masuk, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Mengalami seluruh hembusan nafas keluar, saya akan mengembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.’

   Di sini Sang Buddha mengajarkan anda untuk memperhatikan keseluruhan nafas secara terus-menerus dari awal hingga akhir. Anda sedang melatih pikiran anda secara terus-menerus untuk menyadari nafas dari awal hingga akhir. Pada saat ini nimitta mungkin muncul. Jika nimitta muncul, anda sebaiknya tidak serta merta mengalihkan perhatian ke nimitta, tetapi tetap menyadari keluar masuknya nafas.

   Jika anda secara terus menerus dan tenang menyadari nafas masuk dan keluar pada keseluruhan nafas selama kira-kira satu jam, dan tidak ada nimitta yang muncul, anda sebaiknya beralih ke tahap keempat:
4. “Menenangkan nafas, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Menenangkan nafas keluar, saya akan menghembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.

   Untuk melakukan ini, anda sebaiknya bertekad untuk menenangkan nafas, dan secara terus menerus memperhatikan nafas dari awal hingga akhir. Anda sebaiknya tidak melakukan hal yang lain untuk menenangkan nafas, karena jika demikian, pikiran anda tidak terfokus dan konsentrasi anda akan buyar. Ada empat faktor yang disebutkan dalam Visuddhimagga yang akan membuat nafas anda menjadi tenang. Di antaranya adalah: merenungkan (ābhoga), membawa ke pikiran (samannāhāra), menghadirkan (manasikāra), dan memutuskan (vīmaṃsa). Jadi semua yang perlu anda lakukan pada tahap ini adalah bertekad untuk menenangkan pikiran, dan secara terus menerus mengawasi nafas. Dengan berlatih seperti ini, anda akan mendapati bahwa nafas akan menjadi lebih lembut dan nimitta mungkin akan muncul.

   Sebelum nimitta muncul banyak yogi menghadapi banyak kesulitan. Kebanyakan dari mereka mendapati bahwa nafas menjadi sangat lembut, dan tidak jelas dalam pikiran mereka. Bila hal ini terjadi, anda sebaiknya tetap memperhatikan nafas di mana anda terakhir memperhatikan nafas anda, dan tunggulah di tempat itu.

   Anda sebaiknya merenungkan fakta bahwa diri anda bukanlah tidak bernafas, tetapi pada kenyataannya anda sedang bernafas, dan hanyalah perhatian anda tidak cukup kuat untuk sadar akan nafas. Orang yang telah meninggal, jabang bayi dalam kandungan, orang yang tenggelam, orang yang tidak sadar, orang yang berada pada kondisi jhāna keempat, orang yang sedang mengalami “pencapaian penghentian” (nirodha-samāpati, dimana kesadaran mental dan materialitas berhenti secara bersamaan) dan brahma adalah tujuh jenis mahluk yang tidak bernafas dan anda bukanlah salah satu dari mereka. Jadi anda sedang bernafas, tetapi hanya saja perhatian anda tidak cukup kuat untuk sadar akan nafas.

   Ketika nafas menjadi lembut, anda sebaiknya tidak berusaha untuk mengubah nafas dan membuat nafas anda menjadi lebih jelas, karena kegelisahan timbul dari usaha yang berlebihan. Jika anda melakukan hal seperti itu, anda tidak akan mengembangkan konsentrasi. Berkonsentrasilah pada nafas apa adanya dan jika nafas tidak jelas, tunggulah di tempat di mana anda mengingatnya. Anda akan mendapatkan bahwa dengan menggunakan perhatian dan pengertian anda dengan cara ini, maka nafas anda akan muncul kembali.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #3 on: 28 December 2012, 02:04:17 PM »
   Penampakan dari nimitta yang dihasilkan oleh perhatian-terhadap-nafas tidaklah sama pada tiap orang, tetapi bervariasi pada masing-masing individu. Untuk beberapa orang penampakannya berupa sesansi nyaman seperti:
1. Katun wol (uggaha-nimitta)
2. Kapas yang ditarik (uggaha-nimitta)
3. Udara yang bergerak atau aliran udara (uggaha-nimitta)
4. Sebuah cahaya seperti bintang pagi, Venus (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
5. Batu delima atau permata (paṭibhāga-nimitta)
6. Mutiara yang cemerlang (paṭibhāga-nimitta)

Untuk beberapa orang nimitta tampak seperti sebagai sensasi yang kasar seperti:
1. Batang dari tanaman katun (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
2. Sebuah batang kayu yang tajam (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)

Untuk beberapa orang nimitta tampak seperti:
1. Seutas tali atau benang yang panjang (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
2. Karangan bunga (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
3. Gumpalan asap (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
4. Bentangan jaring laba laba (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
5. Kabut (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
6. Teratai (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
7. Roda kereta (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
8. Bulan (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)
9. Matahari (uggaha-nimitta dan paṭibhāga-nimitta)

Pada kebanyakan kasus warna putih bersih seperti katun wol adalah uggaha-nimitta (nimitta tergapai), karena uggaha-nimitta biasanya kurang jelas dan tidak terang. Ketika nimitta menjadi terang seperti bintang pagi, gemerlap dan jelas, itu adalah paṭibhāga-nimitta (nimitta padanan). Ketika nimitta seperti batu delima (rubi) atau permata dan tidak terang, itu adalah uggaha-nimitta, tetapi ketika menjadi terang dan gemerlap, itu adalah paṭibhāga-nimitta. Mengenai bentuk dan warna yang lain sebaiknya dipahami dengan cara yang sama.

   Nimitta muncul pada masing-masing individu dan dengan cara yang berbeda-beda karena nimitta dihasilkan dari persepsi. Perbedaan persepsi pada masing-masing yogi sebelum munculnya nimitta, menghasilkan nimitta yang berbeda. Walaupun perhatian terhadap nafas adalah subjek meditasi tunggal, akan tetapi menghasilkan berbagai macam nimitta tergantung pada individu.

   Ketika anda telah mencapai tahapan ini, adalah penting untuk tidak bermain dengan nimitta. Jangan membiarkan nimitta itu hilang dan jangan secara sengaja mengubah bentuk atau penampakannya. Jika anda melakukan ini, konsentrasi anda tidak akan berkembang lebih jauh dan kemajuan meditasi anda akan terhenti. Nimitta anda kemungkinan akan menghilang. Jadi pada tahap ini, ketika nimitta anda pertama kali  muncul, janganlah mengalihkan konsentrasi anda dari nafas ke nimitta. Jika anda melakukannya, nimitta tersebut akan hilang.

   Jika anda menemukan bahwa nimitta tersebut stabil dan pikiran anda menjadi satu dengannya, tinggalkanlah pikiran anda disana. Jika anda memaksa pikiran anda untuk menjauhinya, anda kemungkinan akan kehilangan konsentrasi.

   Jika nimitta anda tampak jauh di depan anda, janganlah memperhatikannya karena kemungkinannya akan menghilang. Jika anda tidak memperhatikannya dan terus-menerus berkonsentrasi pada nafas di tempat yang sama dimana nafas bersentuhan, anda akan menemukan bahwa nimita akan mendekat dan berdiam di tempat itu.

   Jika nimitta anda muncul pada tempat dimana nafas bersentuhan, dan nimitta tersebut stabil, dan tampak seperti nafas itu sendiri, dan nafas tampak sebagai nimitta, maka anda dapat melupakan tentang nafas dan terus-menerus mengawasi nimitta. Dengan cara ini, memindahkan perhatian anda dari nafas ke nimitta, anda akan medapatkan kemajuan lebih jauh. Pada saat pikiran anda berada di nimitta, anda akan menemukan bahwa nimitta tersebut akan menjadi putih dan semakin putih, dan ketika warna putihnya akan seperti warna katun wool, itu adalah uggaha-nimitta.

   Anda sebaiknya bertekad untuk menjaga pikiran anda tetap tenang berkonsentrasi pada uggaha-nimitta selama satu jam, dua jam, tiga jam dan selanjutnya. Jika anda dapat mempertahankan pikiran pada uggaha-nimitta untuk satu atau dua jam, anda akan menemukan bahwa nimitta tersebut akan menjadi jelas, terang dan gemerlap. Ini adalah paṭibhāga-nimitta (nimitta padanan). Pada tahapan ini anda sebaiknya bertekad dan berlatih menjaga pikiran anda pada paṭibhāga-nimitta untuk satu jam, dua jam atau tiga jam. Berlatihlah sampai anda berhasil.

   Pada tahap ini anda akan mencapai akses (upacāra) ataupun pencerapan (appanā). Konsentrasi akses adalah konsentrasi yang mendekati dan terjadi sebelum jhāna. Konsentrasi pencerapan adalah konsentrasi jhāna.

   Kedua jenis konsentrasi ini menggunakan paṭibhāga-nimitta sebagai objeknya. Perbedaanya di antara keduanya adalah pada konsentrasi akses, faktor-faktor jhāna belum dikembangkan sampai kekuatan penuh. Untuk alasan ini selama konsentrasi akses kondisi bhavañga masih akan terjadi dan seseorang dapat jatuh ke bhavañga (bawah sadar). Yogi yang mengalami kondisi ini akan mengatakan bahwa semuanya berhenti, dan dia mungkin berpikir bahwa ini adalah Nibbāna. Pada kenyataannya pikiran belumlah berhenti, tetapi yogi belumlah memiliki cukup kemampuan untuk menganalisa hal ini, karena halusnya kondisi bhavañga.

   Untuk menghindari jatuh ke bhavañga dan untuk maju lebih jauh, anda perlu mengetahui bagaimana mengendalikan lima keahlian: keyakinan (saddhā), usaha (vīriya), perhatian (sati), konsentrasi (samadhi) dan kebijaksanaan (pañña) untuk mengarahkan pikiran pada paṭibhāga-nimitta. Diperlukan usaha agar pikiran anda mengenali paṭibhāga-nimitta lagi dan lagi, perhatian untuk tidak lupa akan paṭibhāga-nimitta dan pemahaman untuk mengetahui paṭibhāga-nimitta.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #4 on: 28 December 2012, 02:04:51 PM »

Menyeimbangkan 5 Faktor Keahlian

   Lima faktor keahlian adalah lima kekuatan yang mengendalikan pikiran dan tetap menjaganya agar tidak menyimpang dari jalur Samatha (ketenangan) dan Vipassanā (pandangan-terang) yang mengarah ke Nibbāna.

   Dari kelimanya, yang pertama adalah keyakinan yang seharusnya dimiliki seseorang, seperti keyakinan dalam hal Tiga Permata, atau kamma dan akibatnya. Adalah penting untuk percaya tentang pencerahan Sang Buddha karena jika seseorang tidak memiliki keyakinan seperti ini, dia akan mengalami kemunduran dalam meditasinya. Adalah juga penting untuk memiliki keyakinan dalam ajaran Sang Buddha, seperti halnya: Empat Kebenaran Mulia, empat pencapaian (magga & phala), Nibbāna, dan ajaranNya. Ajaran Sang Buddha menunjukkan kita cara bermeditasi, jadi pada tahap ini adalah penting untuk memiliki keyakinan di dalam ajaranNya.

   Umpamanya yogi berpikir, ‘Dapatkah jhāna dicapai hanya dengan memperhatikan nafas masuk dan nafas keluar? Apakah benar yang telah dikatakan tentang uggaha-nimitta seperti katun wol dan paṭibhāga-nimitta seperti es atau gelas yang jernih, adalah benar adanya?’ Jika pikiran-pikiran seperti ini terus ada, maka akan menghasilkan pandangan seperti, ‘jhāna  tidak dapat dicapai saat ini,’ dan karena pandangan tersebut maka keyakinan yogi pada pengajaranNya akan menurun dan akan selalu menyerah dalam pengembangan meditasi Samatha.

   Jadi seseorang yang sedang mengembangkan konsentrasi dengan sebuah subjek seperti perhatian-terhadap-nafas perlu memiliki keyakinan yang mantap. Dia sebaiknya mengembangkan perhatian-terhadap-nafas tanpa adanya keragu-raguan. Dia sebaiknya berpikir, ‘Jhāna dapat dicapai jika saya mengikuti instruksi dan petunjuk Sang Buddha secara sistematis.’

   Namun, jika, seseorang membiarkan keyakinannya berkenaan dengan objek meditasi menjadi berlebihan, dan di sini kita sedang membicarakan subjek meditasi dari perhatian-terhadap-nafas (Ānāpānasati), kemudian karena fungsi dari keyakinan untuk menentukan sebuah objek dalam kondisi berlebihan, maka faktor kebijaksanaan menjadi tidak jelas, dan faktor yang lain seperti usaha, perhatian dan konsentrasi juga melemah.

   Pada saat itu faktor usaha tidak dapat menunjukan fungsinya untuk meningkatkan formasi mental2 berkaitan dengan paṭibhāga-nimitta, dan menjaga pikiran tetap di sana.

   Faktor perhatian juga tidak akan dapat menunjukan fungsinya untuk membangun pengetahuan tentang paṭibhāga-nimitta.

   Faktor perhatian tidak dapat menunjukan fungsinya untuk melindungi  berkeliarannya pikiran dari objek utama yaitu paṭibhāga-nimitta.

   Faktor kebijaksanaan tidak dapat menunjukan fungsinya untuk melihat penembusan paṭibhāga-nimitta. Karena ketidakmampuan kebijaksanaan untuk memahami paṭibhāga-nimitta dan mendukung faktor keyakinan, maka keyakinan berkurang.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #5 on: 28 December 2012, 02:05:17 PM »

   Jika usaha yang dilakukan terlalu berlebihan, faktor yang lain seperti keyakinan, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan tidak akan dapat melakukan fungsinya masing-masing yaitu mengambil keputusan, menetapkan, menghindari gangguan dan ketajaman pada saat penembusan. Usaha yang berlebihan menyebabkan pikiran tidak dapat dengan tenang berkonsentrasi pada paṭibhāga-nimitta, dan ini berarti faktor pencerahan seperti ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan batin tidak muncul dengan kekuatan yang cukup.

   Dengan cara yang sama, seseorang seharusnya mengetahui bahwa ketika faktor konsentrasi dan kebijaksanaan sedang berlebihan, itu juga akan menimbulkan efek yang merugikan.

   Keseimbangan antara keyakinan dengan kebijaksanaan, dan konsentrasi dengan usaha, dipuji oleh para bijaksanawan. Jika, sebagai contoh, seseorang memiliki keyakinan yang kuat dan kebijaksanaan yang lemah, maka orang itu akan mengembangkan keyakinan berlebihan, dan menghormati objek meditasi yang tidak berguna dan tanpa intisari. Sebagai contoh, mereka mengembangkan keyakinan dan menghormati objek yang dihormati oleh agama-agama di luar agama Buddha ortodoks. Sebagai contoh, keyakinan dan penghormatan dalam roh pelindung atau dewa pelindung.

   Jika, di lain pihak, kebijaksanaan kuat dan keyakinan lemah, seseorang akan menjadi orang yang licik. Tanpa bermeditasi, mereka akan menghabiskan waktunya hanya dengan memberikan penilaian dan membuat evaluasi. Ini sulit untuk diatasi seperti halnya sulit mengobati penyakit yang terjadi karena kelebihan obat.

   Akan tetapi, jika keyakinan dan kebijaksanaan seimbang, seseorang akan memiliki keyakinan pada objek yang seharusnya dia yakini. Dia akan memiliki keyakinan pada Tiga Permata, hukum karma dan akibatnya. Dia akan memiliki kepercayaan bahwa jika dia bermeditasi, menurut instruksi dari Sang Buddha, dia akan dapat mencapai paṭibhāga-nimitta dan jhāna. Jika dia bermeditasi dengan keyakinan seperti ini, dan dapat mengamati paṭibhāga-nimitta dengan kebijaksanaan, keyakinan dan kebijaksanaannya akan menjadi seimbang.

   Demikian pula, jika konsentrasi kuat dan usaha melemah, lalu karena kecenderungan dari konsentrasi untuk menghasilkan kemalasan, kemalasan akan menguasai pikiran. Jika usaha kuat, dan konsentrasi lemah, kemudian karena kecenderungan dari usaha untuk menghasilkan kegelisahan, kegelisahan dapat menguasai pikiran. Jadi ketika konsentrasi dan usaha seimbang, pikiran tidak akan jatuh pada kemalasan ataupun jatuh pada kegelisahan dan akan dapat mencapai jhāna.

   Ketika seseorang ingin megembangkan subjek meditasi Samatha, sebaiknya memiliki keyakinan yang kuat. Jika seseorang berpikir, ‘Saya pasti akan mencapai  jhāna jika saya mengembangkan konsentrasi berdasarkan pada paṭibhāga-nimitta, kemudian kekuatan keyakinan dan berkonsentrasi pada paṭibhāga-nimitta, dia pasti akan mencapai konsentrasi jhāna. Hal ini terjadi karena jhāna terutama berlandaskan pada konsentrasi.

   Untuk seseorang yang sedang mengembangkan Vipassanā adalah baik untuk memiliki kebijaksanaan yang kuat, karena ketika kebijaksanaannya kuat, dia akan dapat melihat penembusan tiga karakteristik dan memperoleh pengetahuan pemahaman tiga karakteristik dari ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa-diri.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #6 on: 28 December 2012, 02:05:41 PM »


   Ketika konsentrasi dan kebijaksanaan seimbang, jhāna duniawi (lokiya jhāna) dapat muncul. Karena Sang Buddha mengajarkan untuk mengembangkan Samatha dan Vipassanā secara bersamaan, jhāna adi duniawi (lokuttara jhāna) juga hanya dapat muncul ketika konsentrasi dan kebijaksanaan seimbang.

   Perhatian selalu diperlukan untuk menyeimbangkan keyakinan dan kebijaksanaan, konsentrasi dengan usaha, dan konsentrasi dengan kebijaksanaan. Perhatian sangat diperlukan di segala kondisi karena perhatian melindungi pikiran dari kegelisahan pada saat anda memiliki keyakinan, usaha dan kebijaksanaan secara berlebihan. Perhatian juga melindungi pikiran dari kemalasan yang terjadi karena konsentrasi yang berlebihan.

   Jadi perhatian adalah perlu dalam segala kondisi, seperti bumbu garam dalam segala jenis saus, seperti perdana menteri dalam setiap urusan raja. Oleh karena itu dalam komentar kuno Sang Buddha berkata, ‘Perhatian selalu diperlukan dalam setiap subjek meditasi.’ Mengapa demikian? Ini karena perhatian adalah sebuah tempat bernaung dan perlindungan untuk pikiran yang bermeditasi.

   Perhatian adalah tempat perlindungan karena membantu pikiran tiba pada tahapan khusus dan lebih tinggi yang belum pernah dicapai atau diketahui sebelumnya. Tanpa perhatian, pikiran tidak akan mampu mencapai tahap khusus dan luar biasa. Perhatian melindungi pikiran dan menjaga objek meditasi agar tidak tersesat.

   Itulah mengapa untuk orang yang mengamatinya, dengan pengetahuan “Pandangan-Terang”, perhatian tampak seperti pelindung objek meditasi dan juga pelindung pikiran yogi. Tanpa perhatian, seseorang tidak dapat mengangkat pikiran atau mengendalikan pikiran. Itulah mengapa Sang Buddha telah mengatakannya bahwa perhatian berguna dalam semua hal. (lihat Vsm Bab. IV, para. 49. Mahāṭīkā 1, 150-154)
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #7 on: 28 December 2012, 02:06:13 PM »


Menyeimbangkan Tujuh Faktor Pencerahan

Jika seseorang berusaha mencapai jhāna menggunakan perhatian terhadap nafas, penting pula untuk menyeimbangkan Tujuh Faktor Pencerahan. Diantaranya adalah :
  • Faktor Pencerahan Perhatian (sati), yang merupakan kesadaran untuk mengingat patibhāga-nimitta dan melihat paṭibhāga-nimitta lagi dan lagi.
  • Faktor Pencerahan Penyelidikan terhadap Fenomena (dhammavicaya), yang merupakan penembusan pemahaman terhadap paṭibhāga-nimitta.
  • Faktor Pencerahan Usaha (vīriya), yang merupakan usaha untuk membawa faktor-faktor pencerahan bersama dan menyeimbangkannya pada paṭibhāga-nimitta; terutama usaha untuk memperkuat lebih jauh faktor penyelidikan fenomena dan faktor semangat itu sendiri.
  • Faktor Pencerahan Kegiuran (pīti), yang merupakan kegembiraan pikiran ketika mengalami paṭibhāga-nimitta.
  • Faktor Pencerahan Ketenangan (passaddhi), yang merupakan ketenangan dari pikiran dan mental secara bersamaan dengan paṭibhāga-nimitta  sebagai objeknya.
  • Faktor Pencerahan Konsentrasi (samādhi), yang merupakan keterpusatan pikiran pada paṭibhāga-nimitta.
  • Faktor Pencerahan Keseimbangan (upekkhā), yang merupakan keseimbangan pikiran tidak menjadi terlalu antusias atau tidak tertarik pada paṭibhāga-nimitta.

Seorang yogi harus mengembangkan dan menyeimbangkan semua tujuh faktor pencerahan. Namun, saat kurangnya usaha, pikiran yogi akan menjauhi objek meditasi, dalam hal ini paṭibhāga-nimitta. Maka seorang yogi sebaiknya tidak mengembangkan tiga faktor pencerahan dari ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan melainkan mengembangkan tiga faktor pencerahan yang lain, yaitu: penyelidikan terhadap fenomena, usaha dan kegembiraan. Dengan demikian pikiran akan kembali bangkit.

   Demikian juga, ketika terlalu banyak usaha, pikiran akan menjadi gelisah dan terganggu. Kemudian seseorang sebaiknya tidak mengembangkan tiga faktor pencerahan dalam hal penyelidikan terhadap fenomena, usaha dan kegembiraan. Tetapi sebaiknya mengembangkan tiga hal faktor pencerahan, yaitu: ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan. Dengan cara ini, pikiran yang gelisah dan terganggu akan kembali menjadi terkendali dan tenang.

   Inilah cara bagaimana lima faktor keahlian dan tujuh faktor pencerahan menjadi seimbang.

Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #8 on: 28 December 2012, 02:06:43 PM »

Pencapaian Jhāna

   Ketika lima faktor keahlian dari keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan dikembangkan secara seimbang, konsentrasi akan mampu melewati konsentrasi akses dan mencapai konsentrasi pencerapan. Ketika anda mencapai jhāna pikiran anda akan mengetahui paṭibhāga-nimitta tanpa adanya jeda. Ini dapat berlangsung selama beberapa jam, sepanjang malam ataupun sepanjang hari.

   Pada saat pikiran anda terfokus terus-menerus pada paṭibhāga-nimitta selama satu atau dua jam, anda sebaiknya mencoba untuk melihat di daerah jantung di mana pintu pikiran (kesadaran bhavaṅga) berada, itu adalah materialitas landasan-jantung. Kesadaran bhavaṅga bercahaya dan gemerlap dan pada kitab komentar dijelaskan bahwa itu adalah pintu pikiran (manodvāra). Jika anda berlatih ini berkali-kali, lagi dan lagi, anda akan secara mudah dapat melihat pintu pikiran bergantung pada materialitas landasan-jantung dan paṭibhāga-nimitta muncul disana. Ketika anda melakukan ini, anda sebaiknya mencoba untuk mengamati lima faktor jhāna, yaitu: pengarahan pikiran, pemantauan pikiran secara terus menerus, kegiuran, perasaan bahagia dan kemanunggalan pikiran, satu demi satu. Pada akhirnya dengan melanjutkan latihan, anda akan dapat melihat lima faktor jhāna sekaligus secara bersamaan. Kelima faktor jhāna tersebut adalah:
  • Pengarahan pikiran (vitakka): mengarahkan dan menempatkan pikiran pada  paṭibhāga-nimitta.
  • Mempertahankan pikiran (vicāra): mempertahankan pikiran pada paṭibhāga-nimitta.
  • Kegembiraan (pīti): kegiuran pada paṭibhāga-nimitta.
  • Kebahagiaan (sukha): perasaan nyaman atau bahagia terkait dengan pengalaman paṭibhāga-nimitta.
  • Satu kemanunggalan (Ekagatā): kemanunggalan pikiran pada paṭibhāga-nimitta.

   Masing-masing faktor jhāna secara terpisah disebut faktor jhāna , tetapi pada saat diambil sebagai kesatuan mereka disebut dengan jhāna. Ketika anda baru saja berlatih jhāna, anda sebaiknya berlatih untuk memasuki jhāna untuk waktu yang lama dan tidak menghabiskan waktu untuk mengamati faktor-faktor jhāna. Anda sebaiknya berlatih kemahiran (vasibhāva) dari jhāna pertama. Ada lima macam kemahiran:
  • Kemahiran merenungkan: mampu mencermati faktor-faktor jhāna setelah keluar dari jhāna.
  • Kemahiran mencapai: mampu memasuki jhāna kapan saja sesuai kehendak hati.
  • Kemahiran menentukan: mampu bertahan dalam pencerapan jhāna hingga waktu yang telah ditentukan.
  • Kemahiran keluar: mampu keluar dari jhāna pada akhir waktu yang telah ditentukan.
  • Kemahiran meninjau kembali: mampu untuk meninjau faktor-faktor jhāna.

   Kemahiran perenungan dan peninjauan kembali terjadi pada proses pintu pikiran (manodvāra-vīthi). Kemahiran merenungkan dilakukan oleh kesadaran pintu pikiran (manodvāra-vajjana), yang dalam kasus ini sebagai objek dari lima faktor jhāna seperti pengerahan pikiran. Kemahiran peninjauan kembali dilakukan oleh empat, lima, enam atau tujuh dorongan kesadaran yang terjadi langsung setelah merenungkan kesadaran pintu pikiran, dan yang memiliki objek yang sama.

   Dikatakan di Pabbateyyagāvī Sutta di dalam Anguttara Nikaya, bahwa suatu ketika Yang Mulia Mahāmoggallāna, masih berada pada tataran pemasuk arus sedang berlatih untuk mencapai jhāna. Sang Buddha memperingatkan beliau untuk tidak mencoba memasuki jhāna kedua sebelum memiliki kemahiran dalam jhāna pertama. Sang Buddha menjelaskan bahwa jika seseorang belum memiliki kemahiran secara baik pada jhāna pertama namun berusaha untuk mencapai jhāna kedua, orang tersebut akan kehilangan jhāna pertama dan tidak dapat mencapai jhāna kedua. Orang tersebut akan kehilangan  jhāna pertama dan jhāna kedua sekaligus.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Anapanasati & Catudhatu oleh Ven. Pa Auk Taywa Sayadaw
« Reply #9 on: 28 December 2012, 02:07:21 PM »


Ketika anda telah menjadi mahir pada lima latihan kemahiran ini pada jhāna pertama, anda dapat mencoba melanjutkan ke jhāna kedua. Untuk melakukan ini anda perlu masuk pada jhāna pertama, keluar dari jhāna pertama dan merenungi kekurangan pada jhāna pertama dan merenungkan keuntungan yang terdapat pada jhāna kedua.

   Anda sebaiknya mempertimbangkan bahwa jhāna pertama tersebut dekat dengan lima halangan batin. Anda sebaiknya juga mempertimbangkan bahwa faktor jhāna dari vitakka dan vicāra pada jhāna pertama adalah kasar, dan membandingkan dengan jhāna kedua yang lebih tenang tanpa adanya vitakka dan vicara. Jadi, dengan menghilangkan dua faktor jhāna ini (vitakka dan vicāra), yang sekarang ada hanyalah kegiuran, perasaan bahagia dan kemanunggalan, anda sebaiknyanya kembali berkonsentrasi pada paṭibhāga-nimitta. Pada kondisi anda akan dapat mencapai  jhāna kedua, dengan memiliki tiga faktor kegiuran, kebahagiaan dan kemanunggalan.

   Kemudian anda sebaiknya berlatih lima kemahiran dari jhāna kedua, dan pada saat anda berhasil dan ingin mengembangkan jhāna ketiga, anda sebaiknya merenungkan kekurangan pada jhāna kedua, dan keuntungan pada jhāna ketiga. Pada jhāna kedua dekat dengan jhāna pertama, dan jhāna ketiga lebih tenang dibandingkan dengan jhāna kedua. Anda sebaiknya juga mempertimbangkan bahwa faktor jhāna pada kegiuran pada jhāna  kedua adalah kasar, dan tanpa adanya kegiuran pada jhāna ketiga membuat jhāna ketiga lebih tenang. Dengan merenungkan demikian, setelah bangkit dari jhāna kedua, anda sebaiknya mengembangkan kemauan untuk mencapai jhāna ketiga, dan kembali berkonsentrasi pada paṭibhāga-nimitta. Dengan cara demikian anda akan dapat mencapai  jhāna ketiga, dengan memiliki 2 faktor, yaitu: kebahagiaan dan kemanunggalan.

   Kemudian anda sebaiknya berlatih lima kemahiran dari jhāna ketiga, dan ketika anda berhasil dan ingin mengembangkan jhāna keempat anda sebaiknya merenungkan pada kelemahan jhāna ketiga dan keuntungan pada jhāna keempat. Anda sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor jhāna dari kebahagiaan dari jhāna ketiga adalah kasar dan pada jhāna keempat lebih tenang, tanpa adanya kebahagiaan. Dengan merenungkan demikian, setelah bangkit dari jhāna ketiga, anda sebaiknya mengembangkan kemauan untuk mencapai jhāna keempat, dan lagi berkonsentrasilah pada paṭibhāga-nimitta. Dengan cara ini anda akan dapat mencapai jhāna keempat, dengan memiliki keseimbangan batin dan kemanunggalan pikiran. Anda sebaiknya kemudian berlatih lima kemahiran dari jhāna keempat.

   Dengan pencapaian jhāna keempat maka nafas akan berhenti total. Ini adalah langkah lengkap pada tahap keempat pengembangan dalam perhatian-pada-nafas (Ānāpānasati):
4. “Menenangkan nafas, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Menenangkan nafas keluar, saya akan menghembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.”

   Tahap ini dimulai sesaat sebelum nimitta muncul dan konsentrasi yang dikembangkan pada jhāna keempat, nafas menjadi berangsur-angsur menjadi tenang dan lembut sampai pada berhentinya nafas pada jhāna keempat.

   Ketika seorang yogi telah mencapai jhāna keempat dengan menggunakan perhatian terhadap nafas, dan telah mengembangkan lima kemahiran, maka cahaya yang dihasilkan oleh konsentrasi adalah terang, gemerlap dan memancar ke segala arah, dia dapat, jika dia menghendaki, meneruskan untuk mengembangkan meditasi Vipassanā. Di lain pihak, yogi dapat melanjutkan pengembangan meditasi Samatha.






1 gambaran dari seorang yogi; hasil dari pikiran, yang bergantung pada persepsi dan tingkat konsentrasi.
  • parikamma-nimitta: tanda persiapan dalam meditasi.
  • uggaha-nimitta: tanda tergapai, sebuah gambaran batin yang sama dengan dari objek meditasi.
  • paṭibhāga-nimitta: pengelihatan murni dan jelas dari nimitta-tergapai, tampak tak berubah dan terkonsentrasi.

2 Formasi-formasi mental termasuk kesadaran dan faktor-faktor batin.



bersambung: ShowHide
 Mohon jangan dikomentari ...
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur
« Reply #10 on: 28 December 2012, 10:58:00 PM »
Bab 2
Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur


Dalam teks Pāli, ada dua cara untuk mengembangkan meditasi empat unsur, secara singkat dan terperinci. Metode singkat yang akan dijelaskan disini ditujukan untuk mereka yang cepat mengerti. Metode yang lebih terperinci ditujukan untuk seseorang yang memiliki kesulitan dengan pengajaran metode singkat. Sang Buddha mengajarkan metode singkat di dalam  Mahāsatipṭṭhāna Sutta:
   
‘Seorang bhikkhu meninjau setiap bagian tubuh bagaimanapun diposisikan atau ditempatkan hanyalah terdiri dari unsur-unsur saja, “Di dalam tubuh ini hanya ada unsur-tanah, unsur-air, unsur-api dan unsur-udara.”‘

   Di dalam Visuddhimagga (Bab. XI, paragraph 41-43) dijelaskan lebih jauh: ‘Pertama-tama, seseorang yang cepat mengerti dan ingin mengembangkan meditasi ini sebaiknya pergi menyendiri dalam retreat yang sunyi. Kemudian dia sebaiknya merenungkan dan mengamati unsur-unsur tersebut dengan cara singkat, “Di dalam tubuh ini apapun yang keras dan kasar adalah unsur-tanah, apapun yang mengalir dan kohesi adalah unsur-air, apapun yang mematangkan atau panas adalah unsur-api, apapun yang mendorong atau menopang adalah unsur-udara,” dan dia sebaiknya mengamati dan memberi perhatian dan meninjaunya lagi dan lagi sebagai “unsur-tanah, unsur-air, unsur-api, unsur-udara,” dengan kata lain, hanyalah unsur belaka, bukan mahluk dan tanpa jiwa. Dengan cara demikian ia berusaha, tidak lama kemudian konsentrasinya akan muncul, yang diperkuat dengan pemahaman yang menerangkan atas klasifikasi unsur-unsur, dan hanya konsentrasi akses dan bukan pencapaian konsentrasi pencerapan karena memiliki keadaan dengan esensi individu sebagai objeknya.

   Atau dengan cara lain, ada empat bagian [tubuh] disebutkan oleh YM Sāriputta dengan tujuan menunjukan tidak adanya kehidupan di dalam empat unsur utama dengan demikian: “Ketika sebuah ruang berisi tulang, otot, daging dan kulit akan menjadi istilah bentukan material (rūpa)” (M. I. p. 190).
Dan ia sebaiknya memisahkannya, memisahkan bagian tersebut dengan pemahaman, dan melihatnya dengan cara yang telah diungkapkan di atas: “Inilah apa yang disebut keras… sebagai objeknya.”

Seperti yang diajarkan di pusat meditasi Pa-Auk, mengamati seluruh bagian tubuh:
  • Unsur-tanah: keras, kasar, berat, lembut, halus dan ringan.
  • Unsur-air: mengalir dan kohesi (melekat atau merekat).
  • Unsur-api: panas dan dingin.
  • Unsur-udara: menopang dan mendorong

Untuk mempelajari meditasi jenis ini, anda harus memulainya dengan mempelajari bagaimana melihat masing-masing dari 12 kualitas atau karakteristik dari empat unsur satu demi satu. Biasanya pemula haruslah diajarkan karakteristik yang mudah diamati dan dilanjutkan ke yang lebih sulit. Mereka biasanya diajarkan dalam urutan: mendorong, keras, kasar, berat, menopang, lembut, halus, ringan, panas, dingin, mengalir, kohesi. Setiap karakteristik harus diamati pada suatu tempat pada bagian tubuh, dan kemudian anda harus mencoba mengamatinya pada seluruh tubuh.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur
« Reply #11 on: 28 December 2012, 10:58:56 PM »

   1. Untuk mengamati dorongan, anda bisa memulai dengan perhatian pada indria sentuhan, dorongan pada tengah kepala seperti ketika anda bernafas (nafas masuk dan nafas keluar). Ketika anda melihat karakteristik dari dorongan, anda sebaiknya berkonsentrasi pada dorongan tersebut sampai dorongan tersebut menjadi jelas pada pikiran anda. Kemudian anda sebaiknya memindahkan perhatian anda ke bagian tubuh lain yang berdekatan, dan mencari karakteristik dorongan di sana. Pada cara ini secara perlahan-lahan anda akan dapat mengamati dorongan pertama di bagian kepala, kemudian leher, tubuh, lengan dan kaki. Anda harus melakukan hal ini lagi dan lagi, berulang-ulang, sampai dimanapun anda menempatkan perhatian pada tubuh, anda secara mudah dapat mengamati dorongan.

   Jika karakteristik dorongan dari nafas di tengah kepala tidak mudah untuk diamati, maka cobalah untuk mengamati dorongan seperti mengembangnya dada ketika bernafas, atau kembang kempisnya perut. Jika dengan ini masih belum jelas, cobalah untuk mengamati detak jantung ketika jantung memompa. Dimanapun ada gerakan di sana pastilah ada dorongan. Dimanapun anda memulai, anda harus berlanjut secara perlahan mengembangkan pemahaman anda, jadi dengan begitu anda dapat mengamati dorongan di seluruh tubuh. Pada beberapa tempat karakteristik dorongan akan lebih jelas, dan di tempat lain lebih lembut, tetapi ini terjadi di setiap bagian tubuh.

   2. Ketika anda puas dengan melakukan ini, cobalah untuk mengamati karakteristik keras. Mulailah dengan mengamati kerasnya gigi. Katupkanlah bagian gigi atas dan bawah dan rasakan bagaimana kerasnya. Kemudian kendurkan katupan dan rasakan kerasnya gigi. Ketika anda dapat merasakan ini, cobalah mengamati seluruh tubuh dengan cara yang sistematik mulai dari kepala sampai ke kaki, dengan cara yang sama seperti saat anda mengamati karakteristik dorongan. Hati-hati untuk tidak dengan sengaja menegangkan bagian tubuh.

   Ketika anda dapat mengamati karakteristik keras pada seluruh bagian tubuh, carilah kembali karakteristik dorongan pada seluruh bagian tubuh. Bergantian mengamati antara kedua hal ini, dorongan dan keras, lagi dan lagi, amatilah dorongan pada seluruh bagian tubuh dan kemudian keras pada seluruh bagian tubuh, dari kepala sampai ke kaki. Ulangilah proses ini berkali-kali sampai anda merasa puas bahwa anda dapat melakukannya.

   3. Ketika anda dapat mengamati karakteristik mendorong dan keras, cobalah untuk mengamati karakteristik kasar. Usaplah lidah anda di tepi gigi anda, gosoklah telapak tangan anda pada kulit lengan anda, dan rasakan kekasarannya. Sekarang cobalah mengamati karakteristik kasar pada seluruh bagian tubuh dengan cara sistematis seperti sebelumnya. Jika anda tidak dapat merasakan karakteristik kasar, cobalah untuk melihat karakteristik dorongan dan keras lagi, dan anda mungkin mengamati karakteristik kasar diantaranya. Ketika anda dapat mengamati karakteristik kasar, lanjutkanlah untuk mengamati karakteristik mendorong, keras, kasar, satu demi satu, lagi dan lagi, pada seluruh bagian tubuh.

   4. Ketika anda merasa puas bahwa anda dapat mengamati tiga karakteristik tersebut, cobalah untuk mencari karakteristik berat pada seluruh bagian tubuh. Mulailah dengan menempatkan satu tangan di atas telapak tangan yang lain di pangkuan anda, dan rasakan bahwa tangan di atas terasa berat, atau merasakan berat pada saat kepala membungkuk ke depan. Latihlah secara sistematis sampai anda dapat mangamati karakteristik berat pada seluruh bagian tubuh. Kemudian lanjutkan untuk mencari empat karakteristik: mendorong, keras, kasar dan berat, pada seluruh bagian tubuh.

   5. Ketika anda puas bahwa anda dapat mengamati empat karakteristik tersebut, carilah karakteristik menopang pada seluruh tubuh. Mulailah dengan melemaskan punggung anda kemudian bungkukkan punggung anda ke depan. Kemudian tegakkan tubuh anda dan jagalah tetap lurus dan tegak. Kekuatan yang menjaga tubuh tetap tegak adalah menopang. Berlatihlah secara sistematis sampai anda mengamati menopang di seluruh tubuh dari kepala sampai kaki. Jika anda mengalami kesulitan melakukan ini, anda dapat mengamati menopang bersamaan dengan karakter keras yang akan memudahkan mengamati karakter menopang. Selanjutnya ketika anda dapat mengamati menopang secara mudah, anda sebaiknya mencari karakter yang lain, mendorong, keras, kasar, berat dan menopang pada seluruh tubuh.

   6. Ketika anda dapat mengamati lima karakteristik, carilah karateristik kelembutan dengan menekan lidah anda pada bibir bagian dalam untuk merasakan kelembutannya. Kemudian tenangkanlah tubuh anda dan berlatihlah secara sistematis sampai anda dapat mengamati kelembutan pada seluruh bagian tubuh. Anda sekarang dapat mencari karakteristik mendorong, keras, kasar, berat, menopang dan lembut pada seluruh bagian tubuh.

   7. Selanjutnya carilah karakteristik halus dengan membasahi bibir anda dan usaplah lidah anda terhadap bibir dari satu sisi ke sisi lainnya. Berlatihlah seperti ini sampai anda dapat mengamati kehalusan pada seluruh bagian tubuh. Kemudian carilah tujuh karakteristik pada seluruh bagian tubuh, satu demi satu.

   8. Selanjutnya carilah karakter ringan dengan menggerakkan salah satu jari anda dan rasakanlah karakteristik ringan. Berlatihlah sampai anda dapat mengamati karakteristik ringan pada seluruh bagian tubuh, dan kemudian carilah delapan karakteristik seperti penjelasan sebelumnya.

    9. Selanjutnya carilah panas (atau hangat) pada seluruh bagian tubuh. Ini biasanya sangat mudah dilakukan. Sekarang anda dapat mengamati sembilan karakteristik.

   10. Selanjutnya carilah karakteristik dingin dengan merasakan dingin pada nafas pada saat udara masuk ke dalam lubang hidung, dan kemudian amatilah secara sistematik pada seluruh bagian tubuh. Sekarang anda dapat mengamati sepuluh karakteristik.

   Catatan: kesepuluh karakteristik di atas semuanya diketahui melalui indria sentuhan, tetapi dua karakteristik terakhir, mengalir dan kohesi (merekat), dikenal melalui kesimpulan berdasarkan atas sepuluh karakteristik yang lain. Itulah alasannya dua karakteristik ini diajarkan pada bagian akhir.

   11. Untuk mengamati kohesi, sadarilah bagaimana bagian tubuh disatukan bersama oleh kulit, daging dan otot. Darah ditahan di dalam oleh kulit, seperti air di dalam balon. Tanpa kohesi, tubuh akan berserakan menjadi potongan dan partikel-partikel yang terpisah. Kekuatan grafitasi yang menjaga tubuh berpijak pada permukaan bumi adalah juga kohesi. Kembangkanlah seperti sebelumnya.

   12. Untuk mengamati karakteristik mengalir mulailah mengamati aliran air ludah ke dalam mulut, aliran darah melalui pembuluh darah, aliran udara menuju paru-paru, atau aliran panas pada setiap bagian tubuh. Kembangkanlah seperti sebelumnya.

   Jika anda mengalami kesulitan dalam mencoba mengamati karakteristik mengalir ataupun kohesi, anda sebaiknya mengamati kesepuluh kualitas karakteristik yang sebelumnya, lagi dan lagi, satu demi satu di seluruh bagian tubuh. Ketika anda sudah menjadi terlatih dalam hal ini, anda akan mendapatkan bahwa kualitas dari kohesi juga menjadi jelas. Jika kohesi masih belum jelas, kemudian perhatikanlah lagi dan lagi hanya kualitas mendorong dan kualitas keras. Pada akhirnya, anda seharusnya merasakan bahwa seluruh tubuh anda terbungkus oleh gulungan tali. Amatilah bahwa ini adalah kualitas dari kohesi. Jika kualitas mengalir tidak menjadi jelas, maka lihatlah bersamaan dengan kualitas dari dingin, panas atau mendorong, dan anda sebaiknya dapat mengamati kualitas mengalir.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur
« Reply #12 on: 28 December 2012, 10:59:25 PM »

Ketika anda dapat mengamati kesemua dua belas karakteristik secara jelas pada setiap bagian tubuh, dari kepala ke kaki, anda sebaiknya melanjutkan untuk mengamati keduabelas karakteristik tersebut lagi dan lagi dengan urutan yang sama. Ketika anda puas bahwa anda dapat melakukan ini, anda sebaiknya mengatur kembali urutan yang telah diberikan di atas: keras, kasar, berat, halus, lembut, ringan, mengalir, kohesi, panas, dingin, menopang dan mendorong. Dengan urutan tersebut, cobalah untuk mengamati tiap karakteristik, satu demi satu dari kepala sampai kaki. Anda sebaiknya mencoba untuk mengembangkan ini sampai anda dapat melakukannya cukup cepat, sedikitnya tiga putaran dalam satu menit.

   Ketika berlatih dengan cara ini, unsur-unsur pada beberapa yogi akan tidak seimbang, beberapa unsur mungkin menjadi (aktif) secara berlebihan dan tak tertahankan. Khususnya keras, panas dan mendorong dapat menjadi sangat berlebihan. Jika hal ini terjadi, anda sebaiknya lebih memberi perhatian pada karakteristik yang berlawanan, dan melanjutkan untuk mengembangkan konsentrasi dengan cara demikian. Anda mungkin merasakan bahwa ini akan menyeimbangkan kembali unsur-unsur tersebut, dan karena alasan ini keduabelas karakteristik diajarkan pada urutan pertama. Pada saat unsur-unsur tersebut seimbang, lebih mudah untuk mencapai konsentrasi.

   Untuk menyeimbangkan keduabelas unsur dengan lawannya: keras dan lembut, kasar dan halus, berat dan ringan, mengalir dan kohesi, panas dan dingin, dan menopang dan mendorong.

   Jika salah satu dari pasangan unsur ini berlebihan, seimbangkanlah dengan memberi perhatian pada lawannya. Sebagai contoh, jika karakteristik mengalir sedang berlebihan, berilah perhatian pada kohesi, atau jika karakteristik menopang sedang berlebihan berilah perhatian pada karakteristik mendorong. Karakteristik lainnya dapat diperlakukan dengan cara yang sama.

   Setelah menjadi terampil dalam pengamatan keduabelas karakteristik di seluruh tubuh, dan karakteristik tersebut menjadi jelas, anda sebaiknya mencatat enam karakteristik pertama secara bersamaan sebagai unsur tanah, dua karakteristik selanjutnya secara bersamaan sebagai unsur air, dua karakteristik selanjutnya sebagai unsur api dan dua karakter terakhir sebagai unsur udara. Anda sebaiknya melanjutkan pengamatan tanah, air, api dan udara, untuk menenangkan pikiran dan mencapai konsentrasi. Anda sebaiknya melakukan ini lagi dan lagi ratusan, ribuan sampai jutaan kali.

   Pada tahap ini, suatu metode yang baik untuk digunakan adalah mengambil gambaran keseluruhan tubuh dan berlanjut melihat empat unsur. Untuk menjaga pikiran tetap tenang dan terkonsentrasi, anda sebaiknya tidak memindahkan perhatian dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain seperti sebelumnya. Tetapi mengamati gambaran keseluruhan tubuh. Biasanya pengamatan terbaik dilakukan seolah-olah melihat dari belakang pundak. Pengamatan ini juga bisa dilakukan dari atas kepala melihat ke bawah, tetapi ini mungkin memicu timbulnya tekanan dan ketidakseimbangan unsur-unsur pada beberapa yogi.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur
« Reply #13 on: 28 December 2012, 11:00:10 PM »


   Pada kitab subkomentar Visuddhimagga juga mengatakan untuk mengembangkan konsentrasi dengan memberi perhatian dengan 10 cara: urutan, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat, menepiskan gangguan, melampaui konsep, membuang apa yang tidak jelas, mengamati karateristik-karateristik dan mengembangkan sesuai Adhicitta Sutta, Anuttarasītibhāva Sutta, dan Bojjhaṅga Sutta.

   1. Urutan (anupubbato). Urutan mengacu pada urutan yang diajarkan Sang Buddha, yaitu: tanah, air, api dan udara.
   2. Tidak terlalu cepat (nātisīghato).
   3. Tidak terlalu lambat (nātisaṇikato)
   Jika anda melakukan urutan pencatatan terlalu cepat, empat unsur, yang merupakan objek meditasi ini, tidak akan terlihat jelas. Jika anda melakukan pencatatan terlalu lambat, anda tidak akan menyelesaikan meditasi ini.

   4. Menepis gangguan (vikkhepapaṭibāhanato). Anda sebaiknya menjaga pikiran hanya tetap pada objek meditasi yaitu empat unsur, dan jangan membiarkan pikiran berkeliaran pada objek yang lain.

   5. Melampaui konsep (paññattisamatikkamanato). Anda sebaiknya tidak hanya secara mental mengucapkan, ‘tanah, air, api, udara’, tetapi juga memperhatikan keadaan nyatanya pada keberadaan: keras, kasar, berat, halus, lembut, ringan, mengalir, kohesi, panas, dingin, menopang dan mendorong.

   6. Mengesampingkan Hal yang Tidak Jelas (anupaṭṭhānamuñcanato)
   Ketika anda dapat mengamati keseluruhan dua belas karakteristik dan sedang mencoba mengembangkan ketenangan dan konsentrasi, untuk sementara anda mungkin dapat meninggalkan karakteristik yang tidak jelas. Hal ini tidak disarankan jika memicu nyeri atau tekanan dikarenakan ketidakseimbangan unsur-unsur tersebut. Anda juga perlu mempertahankan setidaknya satu karateristik pada tiap empat unsur. Anda tidak dapat melakukan meditasi ini hanya dengan tiga unsur, dua unsur ataupun satu unsur. Jika keseluruhan dari duabelas karakteristik jelas, itu lebih baik, dan anda sebaiknya tidak meninggalkan hal apapun.

   7. Mengamati karakteristik-karakteristik (lakkhaṇato)
   Pada saat anda bermeditasi, dan karakter alamiah dari masing-masing unsur tidaklah jelas, anda dapat juga memperhatikan fungsinya. Ketika konsentrasi menjadi lebih baik, anda sebaiknya berkonsentrasi pada karakter alamiah (sabhāva-lakkhaṇa) dari empat jenis unsur tersebut; berat dan kasar dari unsur tanah, mengalir dan kohesi dari unsur air, panas dan dingin dari unsur api; dan menopang pada unsur udara. Pada tahap ini anda hanya akan melihat  unsur-unsur semata, dan tidak melihat hal tersebut sebagai seseorang atau diri.

   8-9-10. Pada kitab komentar lebih jauh menyarankan untuk mengembangkan mengacu pada ("8") Adhicitta Sutta, (9)Anuttarasītibhāva Sutta, dan (10) Bojjhaṅga Sutta. Ketiga sutta ini menganjurkan untuk menyeimbangkan lima keahlian (indria) dari keyakinan, usaha, perhatian, konsentrasi dan kebijaksanaan; dan menyeimbangkan tujuh faktor pencerahan.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Bagaimana Mengembangkan Meditasi Empat Unsur
« Reply #14 on: 28 December 2012, 11:00:36 PM »
   Selanjutnya anda dapat melanjutkan pengembangan konsetrasi berdasar pada empat unsur dan mulai mencapai konsentrasi akses (upacāra samādhi), anda akan melihat berbagai jenis cahaya. Untuk beberapa yogi, cahaya berawal sebagai asap keabu-abuan. Jika anda melanjutkan untuk mengamati empat unsur pada cahaya abu-abu ini, cahaya tersebut akan menjadi lebih putih seperti katun wol, dan kemudian putih cemerlang seperti awan. Pada tahap ini, seluruh tubuh anda akan tampak seperti wujud putih. Anda sebaiknya melanjutkan konsentrasi pada pengamatan empat unsur dalam wujud putih, dan anda dapat mendapati wujud putih tersebut menjadi transparan seperti sebongkah es atau kaca.

   Materialitas transparan ini adalah lima kepekaan (pāsada) dan ini yang kita sebut ‘unsur-transparan’. Dari kelima unsur-transparan, unsur-transparan tubuh (kāya-pasāda) dapat ditemukan pada seluruh bagian tubuh. Pada tahapan ini unsur-transparan tubuh, unsur-transparan mata, unsur-transparan telinga, unsur-transparan hidung dan unsur-transparan lidah terlihat sebagai gumpalan atau balok transparan. Ini dikarenakan anda belum menyingkirkan tiga jenis kepadatan (ghana).

   Jika anda melanjutkan untuk mengamati empat unsur dalam gumpalan atau balok transparan tersebut, anda akan menemukan bahwa unsur tersebut menjadi gemerlap dan memancarkan cahaya. Ketika anda dapat berkonsentrasi pada cahaya ini secara terus-menerus setidaknya setengah jam, anda telah mencapai konsentrasi akses. Dengan cahaya tersebut cobalah untuk mengamati unsur-ruang yang berada di dalam wujud transparan tersebut, dengan mencari celah kecil di dalamnya. Anda akan menemukan bahwa wujud transparan tersebut pecah menjadi bentuk partikel kecil yang disebut rūpa kalāpa3*. Dengan pencapaian tahap ini, yang memurnikan pikiran (citta-visuddhi), anda dapat melanjutkan untuk mengembangkan pemurnian pandangan (diṭṭhi-visudhi), dengan menganalisa rūpa kalāpa* ini.

   Konsentrasi akses adalah tempat peristirahatan untuk para yogi yang sebelumnya tidak memiliki jhāna di Samatha, sebagai awal latihan langsung ke meditasi empat unsur. Jika kelelahan terjadi selama Vipassanā, mereka dapat beristirahat dalam konsentrasi akses ini, seperti halnya yogi Samatha beristirahat di dalam jhāna. Kemudian mereka bergegas keluar dari konsentrasi akses dan segar kembali untuk  Vipassanā.

   Penggunaan jhāna sebagai tempat peristirahatan dijelaskan melalui sebuah perumpamaan di kitab komentar Dvedhāvitakka Sutta dari Majjhima Nikāya. Sering kali selama pertempuran, para prajurit mungkin merasa lelah. Juga, kemungkinan musuh terlalu kuat. Pada saat itu mungkin saja banyak panah berterbangan. Prajurit yang merasakan kelelahan, akan mundur ke benteng mereka. Di balik dinding benteng mereka aman dari panah musuh. Mereka dapat beristirahat dan kelelahan mereka secara berangsur akan hilang. Kemudian, merasa kuat dan bertenaga lagi, mereka dapat meninggalkan benteng dan kembali ke medan pertempuran. Serupa,  jhāna  adalah seperti benteng, sebuah tempat peristirahatan untuk meditasi Vipassanā.
Ada banyak hal yang diamati dalam meditasi Vipassanā; jadi yogi mendapat banyak keuntungan dari sebuah tempat peristirahatan.




3 Pada setiap penulisan rūpa kalāpa diikuti dengan tanda “*” (bintang) merupakan ungkapan non tunggal, jamak. Tanda “*” ini digunakan untuk membedakan pengamatan rūpa kalāpa secara tunggal atau jamak. Untuk kalāpa diikuti dengan kata “banyak” atau “beberapa” langsung diartikan sebagai bentuk jamak.
Penulisan kalāpa-kalāpa juga merupakan artian jamak. Bentuk penulisan ini berlaku untuk setiap penulisan kalāpa.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha