//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tuhan Pencipta secara ilmiah sudah bisa dibuktikan tidak diperlukan ada!  (Read 77145 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
penggunaan kata "jika" atau "kalau" di dalam logika, tidak mengandung nilai benar ataupun salah.

jika 1 kg tuhan = 1 kg batu(P), maka tuhan = batu(Q).
ternyata P
maka benar Q

ternyata bukan P
berarti bukan Q

jika 1 kg tuhan = 1 kg batu, maka tuhan = batu.
ternyata Q
maka benarlah P

ternyata bukan Q
berarti tidalah benar P.
:))

               P            →           Q
Jika tidak hujan maka saya kering

¬Q
Saya tidak kering

>> ¬P
Hujan.

Setiap saya mandi, setiap saya berenang, selalu hujan.
Anda mengaku master logika tapi memberi persamaan seperti itu??

Persamaannya seharusnya P ↔ Q (Jika dan hanya jika P, maka Q) = P XNOR Q = (P → Q) ∧ (Q → P)
Maka berlaku
P → Q
¬P → ¬Q
Q → P
¬Q → ¬P

Oh iya, itu juga modern logic, bukan logika klasik (Aristoteles).

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
err.. walaupun tidak perlu sih, yah untuk membantu mengerti..

coba deh.. kata 'hatred ganteng' itu jangan diartikan sebagai 'hatred adalah ganteng', tapi 'hatred si ganteng' ;D

jadi sebuah satu kesatuan

Kesalahan logika?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Quote from: indra
anda mendefinisikan variabel Tuhan= Ada, sementara banyak orang lain mendefinisikan Tuhan=Tidak ada, jadi bagaimana kesimpulan akhirnya? akhirnya kembali ke kepercayaan masing2, bukan begitu?

betul. tapi perhatikan masalah yang sebenarnya.

dalam hal ini,  sebenarnya saya tidak pernah menyalahkan definisi atau keyakinan "Tuhan itu tidak ada", karena memang "tuhan itu tidak ada". dan saya menjunjung tinggi ajaran sang Budha yang berpusat pada diri, bukan pada ketuhanan.

lalu apa yang saya persalahkan? saya hanya menyalahkan mereka yang menyangkal keyakinan orang yang mendefinisikan "tuhan = Ada", tanpa menyelami dengan benar, kenapa mereka mendefinisikan demikian. mereka telah salah faham dengan makna "tuhan" yang diyakini oleh penganut agama lain, lalu bersikap so tau tentang Tuhan yang mereka sembah, padahal terbukti, mereka tidak tau "apa itu Tuhan" dalam definisi orang-orang yang menyembahnya? bahkan TS langsung membahas Tuhan tanpa mendefinisikannya. oleh krena itu saya menjelaskan definisi Tuhan sebagai ADA. kenapa orang bersikeras menyangkalnya.

Tuhan memang tidak ada, di dalam prosedur pemikiran A. tetapi di dalam prosedur pemikiran B tuhan itu Ada. maka, bila orang menyangkal Adanya Tuhan di dalam prosedur B, tentu mereka harus bertanggung jawab untuk membuktikan sangkalannya itu.

apa anda bisa melihat "titik persoalannya" ?

anda mendefinisikan Tuhan=ada, orang lain mendefinisikan tuhan=tidak ada, jadi apa yg membuat definisi anda lebih benar daripada mereka?

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Quote from: hatred
uhh... no no no no no...  [-X

liaht donk pemakaian '()' itu sendiri menyatakan sebuah procedure, bukan deklarasi sebuah variabel

bukannya dalam teori berlogika itu harus menilai 'statement'? itukan dasarnya

sedangkan  'hatred ganteng' itu bukan sebuah statement dalam kasus diatas, baru variabel gitu loh..

namanya juga cuma contoh, tidak sama persis dengan definisinya.

apa contoh manusia ? hatred manusia, deva19 manusia, orang-orang di pasar juga manusia. tapi apakah manusia = hatred. tentu tidak. jadi, kalau orang memberi perumpamaan, tangkap, untuk menggambarkan apa perumpamaan tersebut, bukan dicari perbedaan sehingga bila ada satu saja perbedaannya, berarti contoh dianggap tidak sesuai.

logika memang untuk menilai statemant. tapi di dalam penggunaan, statement tidak harus lengkap. seperti ketika anak di tanya, "siapa yang telah menjewer mu?" anak menjawab "bu guru". anak tak perlu berkta dengan kalimat sempurna "bu guru disekolah telah menjewerku". karena kalimat itu diperjelas oleh pertanyaan.

demikian pula dalam pernyataan "hatred memang ganteng" tak perlu dinyatakan "hatred ganteng = 1" karena sudah diperjelas oleh definisi sebelumnya.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
penggunaan kata "jika" atau "kalau" di dalam logika, tidak mengandung nilai benar ataupun salah.

jika 1 kg tuhan = 1 kg batu(P), maka tuhan = batu(Q).
ternyata P
maka benar Q

ternyata bukan P
berarti bukan Q

jika 1 kg tuhan = 1 kg batu, maka tuhan = batu.
ternyata Q
maka benarlah P

ternyata bukan Q
berarti tidalah benar P.
:))

               P            →           Q
Jika tidak hujan maka saya kering

¬Q
Saya tidak kering

>> ¬P
Hujan.

Setiap saya mandi, setiap saya berenang, selalu hujan.
Anda mengaku master logika tapi memberi persamaan seperti itu??

Persamaannya seharusnya P ↔ Q (Jika dan hanya jika P, maka Q) = P XNOR Q = (P → Q) ∧ (Q → P)
Maka berlaku
P → Q
¬P → ¬Q
Q → P
¬Q → ¬P

Oh iya, itu juga modern logic, bukan logika klasik (Aristoteles).


modern logic apa bro. semua itu sudah dikupas tuntas dalam logika aristoteles. ntar saya jelasin... sekarang saya kedatangan tamu...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Quote from: indra
anda mendefinisikan variabel Tuhan= Ada, sementara banyak orang lain mendefinisikan Tuhan=Tidak ada, jadi bagaimana kesimpulan akhirnya? akhirnya kembali ke kepercayaan masing2, bukan begitu?

betul. tapi perhatikan masalah yang sebenarnya.

dalam hal ini,  sebenarnya saya tidak pernah menyalahkan definisi atau keyakinan "Tuhan itu tidak ada", karena memang "tuhan itu tidak ada". dan saya menjunjung tinggi ajaran sang Budha yang berpusat pada diri, bukan pada ketuhanan.

lalu apa yang saya persalahkan? saya hanya menyalahkan mereka yang menyangkal keyakinan orang yang mendefinisikan "tuhan = Ada", tanpa menyelami dengan benar, kenapa mereka mendefinisikan demikian. mereka telah salah faham dengan makna "tuhan" yang diyakini oleh penganut agama lain, lalu bersikap so tau tentang Tuhan yang mereka sembah, padahal terbukti, mereka tidak tau "apa itu Tuhan" dalam definisi orang-orang yang menyembahnya? bahkan TS langsung membahas Tuhan tanpa mendefinisikannya. oleh krena itu saya menjelaskan definisi Tuhan sebagai ADA. kenapa orang bersikeras menyangkalnya.

Tuhan memang tidak ada, di dalam prosedur pemikiran A. tetapi di dalam prosedur pemikiran B tuhan itu Ada. maka, bila orang menyangkal Adanya Tuhan di dalam prosedur B, tentu mereka harus bertanggung jawab untuk membuktikan sangkalannya itu.

apa anda bisa melihat "titik persoalannya" ?

anda mendefinisikan Tuhan=ada, orang lain mendefinisikan tuhan=tidak ada, jadi apa yg membuat definisi anda lebih benar daripada mereka?
Logical Fallacy: Petitio Principii
Premis yang belum dibuktikan, telah dianggap sebagai kebenaran.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
err.. walaupun tidak perlu sih, yah untuk membantu mengerti..

coba deh.. kata 'hatred ganteng' itu jangan diartikan sebagai 'hatred adalah ganteng', tapi 'hatred si ganteng' ;D

jadi sebuah satu kesatuan

Kesalahan logika?

bukan om, tapi kesalahan faktual, karena kenyataaanya gak ada yg sebut saya hatRed si ganteng =))

ehmm.. btt   sepertinya kesalahan persepsi :|
i'm just a mammal with troubled soul



Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Quote from: hatred
uhh... no no no no no...  [-X

liaht donk pemakaian '()' itu sendiri menyatakan sebuah procedure, bukan deklarasi sebuah variabel

bukannya dalam teori berlogika itu harus menilai 'statement'? itukan dasarnya

sedangkan  'hatred ganteng' itu bukan sebuah statement dalam kasus diatas, baru variabel gitu loh..

namanya juga cuma contoh, tidak sama persis dengan definisinya.

apa contoh manusia ? hatred manusia, deva19 manusia, orang-orang di pasar juga manusia. tapi apakah manusia = hatred. tentu tidak. jadi, kalau orang memberi perumpamaan, tangkap, untuk menggambarkan apa perumpamaan tersebut, bukan dicari perbedaan sehingga bila ada satu saja perbedaannya, berarti contoh dianggap tidak sesuai.

logika memang untuk menilai statemant. tapi di dalam penggunaan, statement tidak harus lengkap. seperti ketika anak di tanya, "siapa yang telah menjewer mu?" anak menjawab "bu guru". anak tak perlu berkta dengan kalimat sempurna "bu guru disekolah telah menjewerku". karena kalimat itu diperjelas oleh pertanyaan.

demikian pula dalam pernyataan "hatred memang ganteng" tak perlu dinyatakan "hatred ganteng = 1" karena sudah diperjelas oleh definisi sebelumnya.

penggunaan kata 'memang' itu fungsinya buat apa om  :-[

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17220.msg276431.html#msg276431
i'm just a mammal with troubled soul



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
bukan om, tapi kesalahan faktual, karena kenyataaanya gak ada yg sebut saya hatRed si ganteng =))

ehmm.. btt   sepertinya kesalahan persepsi :|
Hatred ganteng = 1

1 itu bukan variable, tapi parameter.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
mengenali tuhan yang makan rumput

Ibrahim, seorang kakek tua yang shaleh dan rajin beribadah, menyembah Tuhan yang esa. kendatipun begitu, semua tetangganya beragama atheis. setiap hari, Ibrahim di olok-olok oleh tetangganya, katanya "Ibrahim, kenapa kau berjunkat jungkit di dalam tempat ibadah setiap hari untuk menyembah tuhan yang tidak kau lihat? apakah kau menyembah angin? "

Ibrahim menjawab, seperti jawaban sayidina Ali kepada orang Yahudi, "Demi Allah, aku tidak akan menyembah tuhan yang tidak aku lihat."

tetangganya berkata lagi, "Tuhan itu tidak ada, kok kamu bersikukuh ada?"

atau mereka berkata, "jika tuhan memang ada, coba pekenalkan padaku, aku ingin melihat wujudnya!"

atau mereka berkata, "Tuhan itu hanya ada dalam khayalan mu."

atau mereka bertanya, "jika kamu bisa melihat tuhan, kenapa kami tidak melihat tuhan?".

atau mereka berkata, "apa gunanya tuhan bagimu, apa yang telah diperbuat tuhan terhadap mu, mengapa tuhan perlu menciptakan makhluk dan siapa yang menciptakan tuhan?"

semua tetangganya, bisa mengarang 1001 pertanyaan untuk mengolok-olok Ibrahim.

suatu hari, Ibrahim membawa seekor kerbau ke dalam kumpulan orang-orang atheis itu. dia bertanya kepada mereka, "apakah kalian mengatakan bahwa tuhanku itu tidak ada?"

"ya" jawab mereka.

"dan kalian berkata, bahwa tuhanku tidak nyata, tidak berwujud, tidak dapat kalian lihat, dan hanya dianggap sebagai khayalanku saja. benarkah?"

"ya" jawab mereka.

"Apakah kalian ingin aku memperlihatkan wujud tuhan kepada kalian?" tanya Ibrahim.

"ya" jawab mereka.

lalu Ibrahim mendorong kerbau itu ke arah mereka. "ini adalah tuhanku. kalian bisa melihat wujudnya dan bisa menyentuhnya"

semua orang tertawa-tawa, "Ibrahim makin gila, masa kerbau disebut tuhan?"

"kalau bukan kerbau, lantas apa yang harus aku sebut tuhan?" tanya Ibrahim.

"gak ada. gak boleh ada yang disebut tuhan, karena tuhan itu memang tidak ada."

ibrahim berkata, "dan kenapa kalian melarang aku menamai kerbauku dengan "tuhan" ?" tanya Ibrahim lagi.

"sebab itu kerbau, bukan tuhan."

"sudah 3 tahun aku menamai kerbau ini dengan nama "tuhan", tidak ada seorangpun yang dapat mencegahku menyebutnya tuhan." jawab Ibrahim. "tidak ada makhluk lain yang aku sebut tuhan, kecuali kerbau ini. sekarang saya tanya, apakah kalian telah melihat tuhan?"

"tidak", jawab mereka. "tuhan itu tidak ada dan tak pernah ada."

"oh..berarti kerbau ini tidak kelihatan oleh kalian." lalu Ibrahim membawa kerbau tersebut pulang.

di rumah, si nenek yang mendengar kelakuan suaminya menegur si kakek. "kakek, kenapa kakek lancang dengan menamai kerbau ini dengan "tuhan" ?"

Ibrahim menjawab, "ini untuk menguji akal dan mata mereka. Jika kerbau sebesar ini tidak dapat mereka lihat, itu artinya mata mereka buta. padahal mereka melihat tuhan (kerbau ini), tapi mereka menyatakan tuhan tidak ada, maka yang buta adalah akal mereka. kalau begitu, bagaimana akal mereka bisa mengenali Tuhan sebagai "Yang Ada", sedangkan untuk mengenali tuhan yang makan rumput saja, mereka tak sanggup. tak penting bagi kita untuk membuat mereka pintar. yang penting, kita telah menguji, apakah mereka itu orang-orang berakal atau tidak. sesungguhnya, kita tidak akan mengikuti agama orang-orang yang tidak berakal."

bagus sekali ceritanya... ^^

coba temen2 baca dr sudut pandang budhism..ada makna yang bisa ditangkap dr cerita itu..

gw pikir kerbaunya mau di Kurban.... jadi jawab apa saja dehhhh supaya dpt bagian dagingnya...
itulah yg dpt dipelajarin dari cerita diatas...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
bukan om, tapi kesalahan faktual, karena kenyataaanya gak ada yg sebut saya hatRed si ganteng =))

ehmm.. btt   sepertinya kesalahan persepsi :|
Hatred ganteng = 1

1 itu bukan variable, tapi parameter.


seinggat ogut, parameter itu batasan nilai bukan nilai itu sendiri :D
i'm just a mammal with troubled soul



Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
aduuhhh nih kalau gak ada moderatornya jadi payah dehhh

koq gak bahas tentang topiknya ? dgn singkat dan jelas....

sampai bahas hatRed ganteng lah.... siapa manusia lah...

ternyata logika itu juga bisa melintir-muter2 sampai hatRed jadi ganteng
atau hatRed jadi menang ?....

gimana sih? langsung to the point aja dehhhh

hatRed Ganteng = TRUE  (apakah begitu ?)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Ibrahim menjawab, "ini untuk menguji akal dan mata mereka. Jika kerbau sebesar ini tidak dapat mereka lihat, itu artinya mata mereka buta. padahal mereka melihat tuhan (kerbau ini), tapi mereka menyatakan tuhan tidak ada, maka yang buta adalah akal mereka. kalau begitu, bagaimana akal mereka bisa mengenali Tuhan sebagai "Yang Ada", sedangkan untuk mengenali tuhan yang makan rumput saja, mereka tak sanggup. tak penting bagi kita untuk membuat mereka pintar. yang penting, kita telah menguji, apakah mereka itu orang-orang berakal atau tidak. sesungguhnya, kita tidak akan mengikuti agama orang-orang yang tidak berakal."
Argumentum Ad Logicam: Menutupi inferensi keliru dengan konklusi yang benar.
Sapi ini namanya "Tuhan"
Tuhan tidak ada
>> Sapi ini tidak ada.

Yang bilang sapi ini tidak ada = salah. Tapi jika mengatakan sapi ada, otomatis harus menyetujui Tuhan ada.

« Last Edit: 14 July 2010, 06:09:39 PM by Kainyn_Kutho »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
mungkin, umat budha tidak meyakini adanya Tuhan seperti yang digambarkan oleh umat agama samawi. karena umat agama samawi juga tidak banyak yang bisa mendeskripsikan tuhan dengan dengan tepat, sehingga mengangtarkan manusia untuk mengenal Nya.

di sini, saya menyatakan bahwa "Tuhan itu Ada". kenapa? apa argumentasinya? itu tidak butuh argumentasi, karena Ada itulah yang didefinisikan sebagai Tuhan.

Dzat Yang Maha Sempurna itu Ada.

apa argumentasinya?

Tidak perlu argumentasi. Karena Ada adalah yang didefiniskan sebagai Dzat Yang Maha sempurna itu sendiri. Jadi, Ada adalah Dzat Yang Maha Sempurna.

Siapa yang mendefinisikannya?

Siapapun yang telah melihat Ada, maka ia tahu bahwa Ada itu Maha Sempurna.

Apakah Ada dapat dilihat?

Tentu. Bukankah Ada telah terlihat? tentu saja. bahkan Ada lebih jelas dari pada gunung Himalaya.

apakah Ada dapat dilihat dengan mata?

mustahil. gunung, bulan, matahari, bumi, dan semacamnya, semua itu bisa dilhat oleh mata kepala. tetapi Ada, tak mungkin dilihat dengan mata, sebagamana udara yang tak dapat dilihat dengan mata.

bila tidak bisa dilihat dengan mata, lalu dengan apa kita melihat Ada? dengan akal.

perhatikan semua yang ada, ada gunung, ada pohon, ada batu, ada bumi, dan semacamnya, semua itu terkena perubaha, merupakan dukha, anicca dan anatta. ketika gunung hancur, apakah Ada ikut hancur?

"engkau adalah manusia". dan ketika engkau mati, apakah manusia juga mati?

(Dipersembahkan kepada bro Kemenyan)

mungkin, umat samawi meyakini adanya tuhan tidak seperti yang digambarkan oleh umat Buddha. karena umat Buddha juga tidak banyak yang mau membicarakan tuhan seperti agama Samawi, sehingga menganggap percuma diskusi karena sangat mengenal Nya, bahkan lebih mengenal dari umat Samawi.

di sini, saya menyatakan bahwa "Tuhan itu Tiada". kenapa? apa argumentasinya? itu tidak butuh argumentasi, karena Tiada itulah yang definisi keberadaan Tuhan.

Dzat Yang Maha Sempurna itu Tiada.

apa argumentasinya?

Tidak perlu argumentasi. Karena Tiada adalah yang didefiniskan sebagai Tiada Dzat Yang Maha sempurna itu sendiri. Jadi, Tiada adalah Tiada Dzat Yang Maha Sempurna.

Siapa yang mendefinisikannya?

Siapapun yang telah melihat Tiada, maka ia tahu bahwa Tiada itu fakta Sempurna.

Apakah Tiada dapat dilihat?

Tentu. Bukankah Tiada telah terlihat? tentu saja. bahkan Tiada lebih jelas dari pada gunung Himalaya.

apakah Tiada dapat dilihat dengan mata?

mustahil. gunung, bulan, matahari, bumi, dan semacamnya, semua itu bisa dilhat oleh mata kepala. tetapi Tiada, tak mungkin dilihat dengan mata, sebagamana udara yang tak dapat dilihat dengan mata.

bila tidak bisa dilihat dengan mata, lalu dengan apa kita melihat Tiada? dengan akal.

perhatikan semua yang tiada, tiada gunung, tiada pohon, tiada batu, tiada bumi, dan semacamnya, semua itu terkena perubahan, merupakan dukha, anicca dan anatta. ketika gunung hancur, apakah tiada ikut hancur?

"engkau adalah manusia". dan ketika engkau mati, apakah manusia juga mati?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
seinggat ogut, parameter itu batasan nilai bukan nilai itu sendiri :D
Iya, 'kan cuma bisa 0 - 1. Memang varian juga sih :D
Maksud saya, gantengnya itu bukan variable yang ada nilainya. Atau saya salah paham?