10. ‘Akan tiba waktunya, Vāseṭṭha, cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini menyusut.[16] Pada saat penyusutan, makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Brahmā Ābhassara. Dan di sana mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama. Cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini mulai mengembang lagi. Pada saat mengembang ini, makhluk-makhluk dari alam Brahmā Ābhassara, [85] setelah meninggal dunia dari sana, sebagian besar terlahir kembali di alam ini. Di sini mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung[17] – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama.’
11. ‘Pada masa itu, Vāseṭṭha, hanya ada air, dan diselimuti kegelapan, kegelapan yang membutakan, tidak ada bulan dan tidak ada matahari yang muncul, tidak ada bintang, siang dan malam tidak dapat dibedakan, tidak juga bulan dan minggu, tidak juga tahun atau musim, dan tidak ada laki-laki dan perempuan, makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk.[18] Dan cepat atau lambat, setelah waktu yang sangat lama, tanah yang lezat[19] muncul dengan sendirinya di atas permukaan air di mana makhluk-makhluk itu berada. Terlihat seperti lapisan yang terbentuk sendiri di atas susu panas ketika mendingin. Tanah ini memiliki warna, bau dan rasa. Seperti warna ghee atau mentega kualitas terbaik, dan sangat manis bagaikan madu murni.’
12. ‘Kemudian beberapa makhluk yang bersifat serakah berkata: “Aku mengatakan, apakah ini?” dan mengecap tanah lezat itu dengan jarinya. Karena melakukan hal itu, ia menjadi menyukai rasa itu, dan keserakahan muncul dalam dirinya.[20] Kemudian makhluk-makhluk lain, mengambil contoh dari makhluk pertama itu, juga mengecap benda itu dengan jari mereka. Mereka juga menyukai rasa itu, dan keserakahan muncul dalam diri mereka. Maka mereka mulai dengan tangan mereka, memecahkan potongan-potongan benda itu untuk dapat memakannya. Dan [86] akibat dari perbuatan ini adalah cahaya tubuh mereka lenyap. Dan sebagai akibat dari lenyapnya cahaya tubuh mereka, bulan dan matahari muncul, malam dan siang dapat dibedakan, bulan dan minggu muncul, dan tahun dan musim. Sampai sejauh itu, dunia berevolusi.’
13. ‘Dan makhluk-makhluk itu terus berpesta tanah lezat dalam waktu yang lama, memakan tanah dan mendapatkan nutrisi dari tanah. Dan karena melakukan hal itu, jasmani mereka menjadi lebih kasar,[21] dan perbedaan penampilan mulai berkembang di antara mereka. Beberapa makhluk terlihat lebih rupawan, sedangkan yang lain terlihat buruk-rupa. Dan yang rupawan merendahkan yang lainnya, berkata: “Kami lebih rupawan daripada mereka.” Dan karena mereka menjadi sombong dan angkuh akan penampilan mereka, tanah yang lezat itu lenyap. Mengetahui hal ini, mereka berkumpul dan meratap: “Oh, rasa itu! Oh, rasa itu!” Dan masa kini, ketika orang mengucapkan: “Oh, rasa itu!” ketika mereka mendapatkan sesuatu yang menarik, mereka mengulangi kalimat masa lampau tanpa menyadarinya.’
14. ‘Dan kemudian, ketika tanah yang lezat lenyap, [87] jamur[22] tumbuh, berjenis cendawan. Jamur ini memiliki warna, bau dan rasa. Seperti warna ghee atau mentega kualitas terbaik, dan sangat manis bagaikan madu murni. Dan makhluk-makhluk itu mulai memakan jamur itu. Dan hal ini berlangsung selama waktu yang sangat lama. Dan karena mereka terus-menerus memakan jamur, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi. Dan mereka yang rupawan merendahkan yang buruk rupa .... Dan karena mereka menjadi sombong dan angkuh akan penampilan mereka, jamur manis itu lenyap. Berikutnya, tanaman merambat muncul, menjulur bagaikan bambu ..., dan tanaman itu juga sangat manis, bagaikan madu murni.’
15. ‘Dan makhluk-makhluk itu mulai memakan tanaman rambat itu. Dan karena mereka terus-menerus memakan tanaman rambat itu, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi ... [88] Dan mereka menjadi semakin sombong, dan karena itu, tanaman rambat itu lenyap. Mengetahui hal ini, mereka berkumpul dan meratap: “Aduh, tanaman rambat kita lenyap! Apakah yang telah kita hilangkan!” Dan masa kini, ketika orang-orang ditanya mengapa mereka bersedih, mereka mengucapkan: “Oh, apakah yang telah kita hilangkan!” mereka mengulangi kalimat masa lampau tanpa menyadarinya.’
16. ‘Dan kemudian, setelah tanaman merambat lenyap, beras muncul di ruang terbuka,[23] bebas dari dedak dan sekam, harum dan berbutiran bersih.[24] Dan apa yang mereka ambil untuk makan malam akan tumbuh lagi dan masak di pagi harinya, dan apa yang mereka ambil untuk sarapan pagi akan masak lagi di malam hari, tidak ada tanda-tanda telah dipanen. Dan makhluk-makhluk ini mulai memakan beras ini, dan hal ini berlangsung selama waktu yang sangat lama. Dan karena mereka melakukan hal itu, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi. Dan yang perempuan menumbuhkan alat kelamin perempuan,[25] dan yang laki-laki menumbuhkan alat kelamin laki-laki. Dan yang perempuan menjadi tertarik dengan laki-laki, dan yang laki-laki tertarik dengan perempuan, nafsu tumbuh, dan tubuh mereka terbakar oleh nafsu. Dan kemudian, karena terbakar oleh nafsu, mereka terlibat dalam aktivitas seksual.[26] Tetapi mereka yang melihat perbuatan itu melemparkan debu, abu, atau [89] kotoran sapi kepada mereka, meneriakkan: “Matilah, engkau binatang kotor! Bagaimana mungkin seseorang melakukan hal demikian terhadap orang lain!” seperti di masa kini, ketika seorang menantu perempuan di bawa keluar, beberapa orang melemparkan kotoran padanya, beberapa melemparkan abu, dan beberapa melemparkan kotoran-sapi, tanpa menyadari bahwa mereka mengulangi perilaku masa lampau. Apa yang dianggap bentuk yang buruk di masa itu, sekarang dianggap bentuk yang baik.[27]’
17. ‘Dan makhluk-makhluk yang pada masa itu melakukan hubungan seksual tidak diperbolehkan memasuki desa atau kota selama satu atau dua bulan. Oleh sebab itu, mereka yang melakukan perbuatan itu selama waktu yang lama mulai membangun rumah agar perbuatan mereka tidak terlihat.[28]’
‘Kemudian pikiran ini muncul dalam salah satu dari makhluk itu yang cenderung malas: “Mengapa aku harus bersusah payah mengumpulkan beras di malam hari untuk makan malam dan di pagi hari untuk makan pagi. Mengapa aku tidak mengumpulkan sekaligus untuk dua kali makan?” Dan ia melakukan hal itu. Kemudian makhluk lain mendatanginya dan berkata: “Ayo, mari kita mengumpulkan beras.” “Tidak perlu, temanku, aku telah mengumpulkan cukup untuk dua kali makan.” Kemudian makhluk lain, mengikuti teladannya, mengumpulkan cukup beras untuk dua hari sekaligus, berkata: “Ini cukup.” Kemudian makhluk lain mendatangi makhluk ke dua dan berkata: [90] “Ayo, mari kita mengumpulkan beras.” “Tidak perlu, temanku, aku telah mengumpulkan cukup untuk dua hari.” (hal yang sama untuk 4, kemudian 8 hari). Akan tetapi, ketika makhluk-makhluk itu membuat lumbung beras dan hidup dari lumbung itu, dedak dan sekam mulai membungkus beras itu, dan ketika dipanen, tidak tumbuh lagi, dan tempat panen mulai terlihat, dan beras tumbuh dalam lahan-lahan yang berbeda.’
18. ‘Dan kemudian makhluk-makhluk itu berkumpul dan meratap: “Cara-cara jahat meliputi kita: pada mulanya kita adalah ciptaan-pikiran, makan dari kegembiraan ... (semua kejadian diulangi hingga yang terakhir, setiap perubahan dikatakan disebabkan oleh; ‘cara jahat dan tidak bermanfaat’) ... [91] [92] dan beras tumbuh di lahan-lahan berbeda. Mari kita membagi beras ini menjadi lahan-lahan dengan perbatasan.” Dan mereka melakukan hal itu.’
19. ‘Kemudian, Vāseṭṭha, satu makhluk yang memiliki sifat serakah, sewaktu melihat lahannya sendiri, mengambil lahan lain yang tidak diberikan kepadanya, dan menikmati buahnya juga. Maka mereka menangkapnya dan berkata: “Engkau telah melakukan kejahatan, mengambil lahan makhluk lain seperti itu! Jangan pernah melakukan hal itu lagi!” “Aku tidak akan melakukan hal itu lagi,” ia berkata, tetapi ia melakukan hal yang sama untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya. Sekali lagi mereka menangkapnya dan memarahinya, dan beberapa memukulnya dengan tinju mereka, beberapa menggunakan batu, dan beberapa menggunakan tongkat. Dan demikianlah, Vāseṭṭha, mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, dan hukuman berasal-mula.’
20. ‘Dan kemudian makhluk-makhluk itu berkumpul dan meratapi munculnya hal-hal jahat di tengah-tengah mereka: mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, dan hukuman. Dan mereka berpikir: “Bagaimana jika kita menunjuk satu makhluk tertentu, yang menunjukkan kemarahan ketika kemarahan diperlukan, mencela mereka yang patut dicela, dan mengusir mereka yang patut diusir! Dan sebagai imbalannya, kita akan menyerahkan sebagian dari beras kita.” [93] Maka mereka mendatangi salah satu di antara mereka yang paling tampan, paling menarik, paling menyenangkan dan mampu, dan memintanya untuk melakukan hal itu untuk mereka dan sebagai imbalannya, mereka akan memberikan kepadanya sebagian beras mereka, dan ia menyetujuinya.’