//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah  (Read 55170 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #15 on: 19 March 2010, 08:12:18 PM »
coba baca CULAHATTHIPADOPAMA SUTTA
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=664

makasih mbak. apa yang anda tulis di signature anda telah memberi saya inspirasi.

adapun di sutta tersebut, di sana dijelaskan bagaimana deskripsi dari jhana-jhana. dan saya telah mengalaminya secara langsung mbak, mulai dari jhana pertama hingga jhana ke empat.

orang yang mencapai jhana keempat, sharusnya tampak hebat, bukannya tampak "cengeng" seperti diri saya ini mbak. tapi, saya kan tidak bilang "saat ini" saya mencapai jhana keempat.

jhana muncul dan lenyap, seperti objek mental lainnya. pencapaian jhana dapat terjadi pada suatu kali, lalu bati kita dapat menurut dan terus menurun hingga ke tingkat yang paling rendah. betul gak mbak?

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #16 on: 19 March 2010, 08:21:02 PM »
Quote from: rikcy
Membantu dalam hal seperti apa?anda bisa menjelaskannya?saya meragukan apa yang anda sebutkan disini..

bila anda dapat menjelaskan kebenaran-kebenaran dengna jelas, tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.

Quote
Aneh,saya rasa itu bukan ketenangan,tetapi anda berhalusinasi atau anda disini hanya ingin "caper"?

saya tidak tahu, apakah anda sedang bertanya, ataukah anda sedang menuduh. tapi, anggaplah anda bertanya, karena itu yang lebih baik.

maka saya jelaskan bahwa saya tidak ingin caper, jika caper itu berarti "menikmati diperhatikan oleh orang lain".  bagi saya tidak untungnya mencari perhatian seperti itu. apa gunanya jadi perhatian orang, kalau toh orang-orang yang mmperhatikan itu tidak membantu saya untuk bisa "melihat kebenaran". tapi saya perlu perhatian mereka, bila mereka dapat membantu meluruskan pandangan, bila saya memiliki pandangna yang keliru. dan suatu diskusi, tidak mungkin terjadi tanpa suatu perhatian dari anggota diskusi itu sendiri.

jadi, apa yang anda maksud dengan caper?

Quote
Apalagi anda berbicara seakan2 anda telah mencapai "tingkatan" tertentu..Kalau anda sudah memperoleh tahap ketenangan,tetapi "mengabaikan" ketenangan tersebut..

kapan saya menyatakan bahwa saya  mengabaikan ketenangan? atau dengan cara apa anda menyimpulkan bahwa saya mengabaikan ketnangan. seingat saya, yng saya nyatakan adalah "saya mengabaikan persoalan-persoalan eskternal".

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #17 on: 19 March 2010, 08:24:58 PM »
Quote from: Riky
Saya pernah di tolak untuk latihan meditasi.... ( karena latihan meditasi terlalu bersemangat dan cenderung mencari ketenangan ). Akhirnya sampai pada pengertian bahwa ketenangan saya peroleh telah menjadi napsu keinginanan yang selalu ingin dicapai dalam meditasi. Malah akhirnya cenderung sebagai pelarian akan kenyataan hidup, ini yang saya alami, sehingga saya katakan meditasi ibarat candu.... ( seperti juga yang ada dalam sebuah ceramahnya B. Panna )... akhirnya aku mengerti maksud pernyataan B, Panna tentang itu.

Yang benar adalah ketenangan itu digunakan agar kita bisa melihat melihat dukha lebih jernih. Sehingga kita memperoleh pengertian atas dukha yang sebenar-benarnya bukan hanya secara intelektual. Bukannya mencari ketenangan hidup dengan meditasi. Ini yang saya sebut menjadi Autis.

Malah dalam kehidupan sehari-hari... di kala rapat sedang ramai berdebat.... saya tidak suka akan itu, secara otomatis saya tetap tenang... santai... kenapa? Asyik sendiri memperhatikan pikiran atau nafas saya sendiri dan tidak perduli dengan yang dibicarakan. Apa ini benar menurut kamu? wah parah waktu itu saya.... saya tidak perduli dengan lingkungan. Kan seharusnya saya tetap ikut mengikuti perbincangan rapat, tetapi seharusnya dengan modal meditasi, bathin kita tetap tenang dalam menghadapi perdebatan ataupun persoalan hidup.

terima kasih. uraian tersebut sangat relevan dengan permasalahan saya. saya akan mencoba merenungkannya.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #18 on: 19 March 2010, 08:29:55 PM »
Quote
kapan saya menyatakan bahwa saya  mengabaikan ketenangan? atau dengan cara apa anda menyimpulkan bahwa saya mengabaikan ketnangan. seingat saya, yng saya nyatakan adalah "saya mengabaikan persoalan-persoalan eskternal".

ini maksudnya apa ya?
Rasanya, saya punya masalah dengan “ketenangan”. Maksudnya, bukannya saya selalu gelisah dan tidak tenang, tapi justru sering merasakan efek negatif dari ketenangan. Sudah sering saya mengemukakan permasalahan tersebut, tapi dari tanggapan teman-teman, baik di forum muslim maupun budha, tampaknya dampak negatif dari ketenangan ini tidak mereka alami. Seolah-olah hanya saya sendirilah yang punya problem seperti itu. Apakah mungkin saya telah salah dalam menggunakan “keterampilan ketenangan”?

sejak kapan ketenangan membawa dampak negatif?apakah itu ketenangan atau keinginan yang berlebihan?

_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #19 on: 19 March 2010, 08:30:32 PM »
Quote
bila anda dapat menjelaskan kebenaran-kebenaran dengna jelas, tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.

Sori saya tidak bisa,saya bukan orang yang telah menembus tataran suci..
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #20 on: 19 March 2010, 08:31:22 PM »
Quote
saya tidak tahu, apakah anda sedang bertanya, ataukah anda sedang menuduh. tapi, anggaplah anda bertanya, karena itu yang lebih baik.

maka saya jelaskan bahwa saya tidak ingin caper, jika caper itu berarti "menikmati diperhatikan oleh orang lain".  bagi saya tidak untungnya mencari perhatian seperti itu. apa gunanya jadi perhatian orang, kalau toh orang-orang yang mmperhatikan itu tidak membantu saya untuk bisa "melihat kebenaran". tapi saya perlu perhatian mereka, bila mereka dapat membantu meluruskan pandangan, bila saya memiliki pandangna yang keliru. dan suatu diskusi, tidak mungkin terjadi tanpa suatu perhatian dari anggota diskusi itu sendiri.

jadi, apa yang anda maksud dengan caper?
Itu hanya asumsi saja..jika tidak merasa,ya lupakan saja.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #21 on: 19 March 2010, 08:36:07 PM »
Quote from: Riky
Malah dalam kehidupan sehari-hari... di kala rapat sedang ramai berdebat.... saya tidak suka akan itu, secara otomatis saya tetap tenang... santai... kenapa? Asyik sendiri memperhatikan pikiran atau nafas saya sendiri dan tidak perduli dengan yang dibicarakan. Apa ini benar menurut kamu? wah parah waktu itu saya.... saya tidak perduli dengan lingkungan. Kan seharusnya saya tetap ikut mengikuti perbincangan rapat, tetapi seharusnya dengan modal meditasi, bathin kita tetap tenang dalam menghadapi perdebatan ataupun persoalan hidup.

hmm... ya tepat... seperti itulah yang saya lakukan.

tapi, bukankah hal itu baik dan benar.

sperti yang anda katakan sendiri, bahwa kita harus menghadapi persoalan hidup dengan tenang. ini tepat sekali.

oleh karenanya, jika saya memilih jalan menenangkn diri sebelum perdebatan terjadi, maka apa yang salah dalam hal ini?

bathin yang bijaksana, memiliki upekha, ia tidak dipengaruhi oleh suka maupun benci. selama muncul suka dan tidak suka di dalam bathin seseorang, berarti ia masih terkena ilusi.

oleh kraena itu, bila diketahui ketika rapat tersebut timbul rasa suka atau tidak suka di dlaam batin saya, maka saya harus waspada diri, karena ilusi telah mulai mengotori batin saya. maka, merupakan hal yang baik bila saya menenangkan diri, membebaskan dari rsa suka dan tidak suka, mencapai upekha, bila itu tercapai, bolehlah saya kemudian ikut perdebatan dlam rapat. lalu, menurut anda, apa yang salah dengan hal itu?

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #22 on: 19 March 2010, 08:40:45 PM »
saya mau menjawab pertanyaan anda,tetapi saya terganjal oleh pernyataan anda :
bila anda dapat menjelaskan kebenaran-kebenaran dengna jelas, tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.

sekali lagi,saya hanya bisa berspekulasi berdasarkan pengalaman saya dan sharing para ahli meditasi,buku bacaan yang telah saya baca..dan semua itu hanya "menduga-duga",saya tidak memiliki kemampuan khusus untuk membaca kualitas batin seseorang,,,jadi kalau anda ingin saya menjelaskan dengan tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.
saya tidak bisa..maaf...cari yang lain..

_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #23 on: 19 March 2010, 08:49:01 PM »
Quote from: Riky
sejak kapan ketenangan membawa dampak negatif?apakah itu ketenangan atau keinginan yang berlebihan?

ini pertanyaan yang sangat bagus.

yang menjadi masalah tentunya "keinginan". sebagai mana sabda sang budha dalam 4 kebenaran ariya, bahwa keinginan itulah yang merupakan "masalah utama" dalam kehidupan, maksudnya sumber dari penderitaan.

jika narkoba membuat anak-anak muda menjadi mabuk, maka adalah pantas atau tidak pantas kalau orang berkata, "narkoba itu berdampak negatif terhadap anak-anak muda". tapi sebenarnya, yang menjadi masalah itu narkobanya ataukah keserakahan dari anak muda tersebut? tentu saja moha dan lobha yang menjadi maslaah sebenarnya, tetapi kita dapat memahami dengn baik apa artinya "narkoba sebagai masalah".

"ketenangan sebagai masalah", tentu saja masalah sebenarnya adalah "keinginan yang berlebihan" seperti yang anda katakan tadi. tapi bila ketenangan itulah yang menjadi pemicu munculnya "keinginan berlebihan" tersebut, maka pantas atau tidak pantaskah jika dikatakan "ketenangan sebagai masalah" ?

bandingkan dengan penggunaan kata "AKU", sang budha telah menjelaskan konsep anatta (tiada aku), tetapi sang budha juga menggunakan "Aku" untuk menyebut dirinya. tapi itu bukan berarti mengakui keberadaan "atta".

antara keinginan dan ketenangan, mana yang menjadi masalah, ini hanya cara bagaimana menggunakan istilah saja dan dari sudut mana dipandang.

istriku tidak pernah tahu lezatnya pencapaian jhana-jhana, maka dia tidak pernah memiliki "keinginan yang berlebihan" untuk mencapai jhana. jangankan keinginan yang berlebihan, keinginanpun gak ada. bagaimana dia mau menginginkan, karena dia tidak mengetahuinya sama sekali.

berbeda dengan saya, saya begitu terpikat dengan klezatan jhana-jhana tersebut, menginginkan dna merindukannya, karena tahu dan pernah merasakan betapa itu sangat lezatnya.

setelah saya uraian duduk perkara yang sebenarnya, dan bila anda masih belum setuju tentang penggunaan istilah "ketenangan sebagai masalah", maka khusus untuk anda saya akan menggai istilah tersebut dengn "keinginan terhadap ketenangan sebagai masalah".

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #24 on: 19 March 2010, 08:54:45 PM »
saya mau menjawab pertanyaan anda,tetapi saya terganjal oleh pernyataan anda :
bila anda dapat menjelaskan kebenaran-kebenaran dengna jelas, tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.

sekali lagi,saya hanya bisa berspekulasi berdasarkan pengalaman saya dan sharing para ahli meditasi,buku bacaan yang telah saya baca..dan semua itu hanya "menduga-duga",saya tidak memiliki kemampuan khusus untuk membaca kualitas batin seseorang,,,jadi kalau anda ingin saya menjelaskan dengan tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.
saya tidak bisa..maaf...cari yang lain..

_/\_

bagaimana anda dapat memilih spekulasi dalam diskusi, sedangkan saya telah belajar dari agama budha bahwa kita seharusnya meninggalkan spekulasi. ini adalah bagian dari ajaran sang budha.

jika anda mengutip kata-kata dari sebuah buku dan anda menyebutkan bahwa itu adlaah dari sebuah buku, bukan kebenaran yang anda lihat secara langsung, dan itu adalah kebenaran yang harus digali secara langsung (ehipasiko), tidak menganggap benar sesuatu sebagai benar hanya karena sesuatu itu tertulis di dalam buku, maka anda tidak sedang berspekulasi.

anda disebut berspekulasi bila anda menyatakan suatu pendapat, tanpa suatu kejelasan asal-usulnya, sehingga tidak jelas apakah itu kebenaran yang dilihat langsung atau yang dikatakan orang. jadi, silahkan di sharing apa yang anda baca dan apa yang anda dengar dari para ahli meditasi tsb.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #25 on: 19 March 2010, 09:08:48 PM »
Quote from: Riky
sejak kapan ketenangan membawa dampak negatif?apakah itu ketenangan atau keinginan yang berlebihan?

ini pertanyaan yang sangat bagus.

yang menjadi masalah tentunya "keinginan". sebagai mana sabda sang budha dalam 4 kebenaran ariya, bahwa keinginan itulah yang merupakan "masalah utama" dalam kehidupan, maksudnya sumber dari penderitaan.

4 kebenaran mulai[Saccari Ariya Saccani]...Itu tercantum jelas dalam paticca samupadda,12 nidana,disebutkan dari ke 12 point Buddha mengatakan point 1[Moha] dan ke 8[Tanha] yang mudah untuk "dilihat"..Silakan anda mempelajari teori Saccari Ariya Saccani kembali,karena setahu saya Samudaya Dukkha/kebenaran tentang sumber dukkha adalah "AKU"..dari AKU muncullah bermacam2 sumber dukkha lainnya,seperti upadana,tanha,dan seterusnya..

Quote
jika narkoba membuat anak-anak muda menjadi mabuk, maka adalah pantas atau tidak pantas kalau orang berkata, "narkoba itu berdampak negatif terhadap anak-anak muda". tapi sebenarnya, yang menjadi masalah itu narkobanya ataukah keserakahan dari anak muda tersebut? tentu saja moha dan lobha yang menjadi maslaah sebenarnya, tetapi kita dapat memahami dengn baik apa artinya "narkoba sebagai masalah".

"ketenangan sebagai masalah", tentu saja masalah sebenarnya adalah "keinginan yang berlebihan" seperti yang anda katakan tadi. tapi bila ketenangan itulah yang menjadi pemicu munculnya "keinginan berlebihan" tersebut, maka pantas atau tidak pantaskah jika dikatakan "ketenangan sebagai masalah" ?

Bro yang baik,menurut saya "objek" itu netral,dalam analogi anda tentang "narkoba" maka yang menjadi permasalahan bukan "narkobanya" melainkan "si pemakai" narkoba..Jika si pemakai ahli didalam memakainya,maka dia akan memperoleh manfaat daripadanya,jika si pemakainya malah tergiur,lengah,tidak waspada maka dia sendiri yang menghancurkan dirinya sendiri,maka yang menghancurkannya bukan narkobanya,tetapi dirinya sendiri!![jangan menyalahkan "narkoba"nya tetapi kesalahan terletak pada "si pemakai narkoba",berhati2 lah menggunakan "kata"]
sumber masalah bukan terletak pada "objek"nya tetapi terletak pada "pikiran" yang menggunakan "objek" tersebut..Jika anda mengatakan "ketenangan" sebagai masalah,itu benar2 kacau dan bisa mengacaukan orang lain,karena masalahnya/sumber utamanya adalah keinginan berlebihan untuk memperoleh ketenangan,ini adalah OBSESI..atau yang disebut AUTIS oleh murid Bhante Uttamo.

Kalau narkoba digunakan sebagai obat,tentu bermanfaat,kalau narkoba digunakan sebagai candu maka itu tidak bermanfaat..

Quote
bandingkan dengan penggunaan kata "AKU", sang budha telah menjelaskan konsep anatta (tiada aku), tetapi sang budha juga menggunakan "Aku" untuk menyebut dirinya. tapi itu bukan berarti mengakui keberadaan "atta".
Nah,jangan anda bandingkan dengan ini..itu salah total bro menurut saya,yang benar adalah Buddha menggunakan kata2 tersebut untuk KITA tetapi bukan untuk DIRINYA..karena kita masih diliputi LDM,sedangkan diriNya tidak lagi diliputi LDM..dan yang paling penting adalah kita masih butuh "konsep" dan Ajaran Buddha harus dikonsepsikan,makanya Buddha mengatakan EHIPASSIKO,dan didalam Kalama Sutta jelas tercantum apa yang harus dilakukan..[Buddha menyebut dirinya sebagai AKU,tetapi dalam anatta dia mengatakan TIDAK ADA AKU,mengapa begitu?itu adalah "cara" untuk menjelaskan lewat "kata-kata",pada hakikatnya kata2 adalah netral,tetapi kita "meneaalahnya",sehingga kata ANJING bisa merujuk pada penghinaan,bisa merujuk pada hewan,bisa merujuk pada binatang berkaki 4,bisa merujuk pada hewan mamalia,dan seterusnya..]


Quote
antara keinginan dan ketenangan, mana yang menjadi masalah, ini hanya cara bagaimana menggunakan istilah saja dan dari sudut mana dipandang.
justru dari sudut pandangan lah muncul kerancuan dan kesalahan/multitafsir,selama saya belajar Buddha Dhamma,yang paling saya jeli adalah soal "kata",karena "kata" sangat berbahaya,bisa disalahtafsirkan apalagi oleh orang bodoh..

Quote
istriku tidak pernah tahu lezatnya pencapaian jhana-jhana, maka dia tidak pernah memiliki "keinginan yang berlebihan" untuk mencapai jhana. jangankan keinginan yang berlebihan, keinginanpun gak ada. bagaimana dia mau menginginkan, karena dia tidak mengetahuinya sama sekali.

berbeda dengan saya, saya begitu terpikat dengan klezatan jhana-jhana tersebut, menginginkan dna merindukannya, karena tahu dan pernah merasakan betapa itu sangat lezatnya.
Bahayanya ya itu bro..anda telah "merindukannya" ,anda telah "melekat" padanya,apapun yang dilekati tidak akan memperoleh kebahagian mutlak,yang ada hanya bentuk2 penderitaan,ingat bahwa kemelekatan adalah bentuk dari LOBHA/KESERAHKAHAN,ketika keinginan anda tercapai,menikmati jhana2[yang anda sebutkan,saya tidak tahu apakah anda benar2 telah mencapainya atau tidak],maka anda ingin ingin dan ingin lagi,anda terlena didalam jhana tersebut,ketika keinginan anda tidak terkabul,maka akan timbul DOSA/kebencian atas keinginan yang tidak terkabul...didasari oleh apakah LOBHA dan DOSA ini?Didasari oleh MOHA/Kebodohan..

bagus sekali Eyang mengajari saya setelah mencapai Jhana 1 saya harus melepaskan Jhana 1 dan menuju pelatihan vipasanna,ternyata faktornya adalah hal seperti itu..terima kasih atas sharing anda,pengalaman anda akan menjadi guru berharga bagi perkembangan spritual saya.. :)

Anumodana _/\_
Quote
setelah saya uraian duduk perkara yang sebenarnya, dan bila anda masih belum setuju tentang penggunaan istilah "ketenangan sebagai masalah", maka khusus untuk anda saya akan menggai istilah tersebut dengn "keinginan terhadap ketenangan sebagai masalah".

Saya tidak tahu apakah ini semacam bentuk pembenaran atau bagaimana,sebenarnya saya hanya mengantisipasi multitafsir,karena yang membaca disini bukan saya dan anda doang,tapi ribuan orang mungkin membaca disini,dan pernyataan anda sungguh berbahaya menurut saya,tetapi setelah anda mengklarifikasinya ya tidak masalah,kalau anda memiliki sudut pandangan begitu,tapi yang harus diingat,tidak semua orang memiliki sudut pandang seperti anda atau mengerti apa yang anda maksudkan..

Anumodana _/\_
« Last Edit: 19 March 2010, 09:11:33 PM by Riky_dave »
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #26 on: 19 March 2010, 09:16:03 PM »
saya mau menjawab pertanyaan anda,tetapi saya terganjal oleh pernyataan anda :
bila anda dapat menjelaskan kebenaran-kebenaran dengna jelas, tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.

sekali lagi,saya hanya bisa berspekulasi berdasarkan pengalaman saya dan sharing para ahli meditasi,buku bacaan yang telah saya baca..dan semua itu hanya "menduga-duga",saya tidak memiliki kemampuan khusus untuk membaca kualitas batin seseorang,,,jadi kalau anda ingin saya menjelaskan dengan tanpa spekulasi, tanpa menduga-duga dan tanpa prasangka, itu namanya membantu saya dengan baik.
saya tidak bisa..maaf...cari yang lain..

_/\_

bagaimana anda dapat memilih spekulasi dalam diskusi, sedangkan saya telah belajar dari agama budha bahwa kita seharusnya meninggalkan spekulasi. ini adalah bagian dari ajaran sang budha.
Anda belajar Buddha Dhamma sama siapa sih?jadi penasaran saya..orang itu yang tidak pintar ngajar atau anda yang tidak pintar didalam memahami ajarannya?Anda mengerti tidak soal "meninggalkan spekulasi?"

Quote
jika anda mengutip kata-kata dari sebuah buku dan anda menyebutkan bahwa itu adlaah dari sebuah buku, bukan kebenaran yang anda lihat secara langsung, dan itu adalah kebenaran yang harus digali secara langsung (ehipasiko), tidak menganggap benar sesuatu sebagai benar hanya karena sesuatu itu tertulis di dalam buku, maka anda tidak sedang berspekulasi.

anda disebut berspekulasi bila anda menyatakan suatu pendapat, tanpa suatu kejelasan asal-usulnya, sehingga tidak jelas apakah itu kebenaran yang dilihat langsung atau yang dikatakan orang. jadi, silahkan di sharing apa yang anda baca dan apa yang anda dengar dari para ahli meditasi tsb.

Nah,terjadilah multitafsir lagi,,saya menyebutkan "spekulasi" sebagai "asumsi",mengapa saya berkata demikian?coba anda bayangkan,ketika anda bermeditasi,dan keluar dari meditasi,anda menerangkan lewat kata2 bukankah itu spekulasi anda?apakah anda mampu menjelaskan secara terperinci dari A sampai Z?

kalau saya jujur,saya tidak mampu... :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #27 on: 19 March 2010, 09:31:47 PM »
Quote from: Riky
Saya tidak tahu apakah ini semacam bentuk pembenaran atau bagaimana,sebenarnya saya hanya mengantisipasi multitafsir,karena yang membaca disini bukan saya dan anda doang,tapi ribuan orang mungkin membaca disini,dan pernyataan anda sungguh berbahaya menurut saya,tetapi setelah anda mengklarifikasinya ya tidak masalah,kalau anda memiliki sudut pandangan begitu,tapi yang harus diingat,tidak semua orang memiliki sudut pandang seperti anda atau mengerti apa yang anda maksudkan..

janganlah kita terkurung di dalam kata-kata. tetapi, kita harus melihat kepada makna dibalik kata-kata tersebut. bisa jadi, kita membuat pernyataan yang bertentangan pada lahirnya, tetapi hakikatnya tidak bertentangan. sang budha mengatakan bahwa yang menjadi sumber dari perselisihan para cendikian adalah "keterikatan pada konsepsi". jadi, sesuatu tidak harus dikatakan dengan cara yang sama.

jika saya membawa seekor kucing kepada orang ke rumah kerabat saya yang orang sunda dan saya mengatakan bahwa yang saya bawa itu adalah seekor kucing, tapi kerabt saya membantah, "itu bukan kucing, tapi emeng". karena dlam bahasa sunda, kucing itu ya emeng. adlaah bodoh bila saya bersitegang dengan dia, karena merasa telah dibantah. tapi, saya dapat memahami bahwa dia membantah hanya karena tidak tahu bahwa hewan itu dalam bahasa indonesia disebut kucing. maka baiklah saya gunakan istilah yang dia mengerti saya, yaitu Emeng. toh yang penting, maksudnya sama.

demikian saya dengan anda. "kesenangan sebagai masalah" dan "tanha sebagai masalah". tapi anda membantah istilah yang saya gunakan, tak dapat memahami artinya. dan arti yang anda fahami dari isitilah yang saya gunakan telah menjadi salah, maka marilah kalau begitu, kita berbicara dengan bahasa yang dapat anda mengerti, yakni "tanha sebagai masalah", yang penting maksudnya sama.

bahkan untuk berbicara dengn umat budhis di sini, saya telah mengkonversi banyak sekali bahasa agar umat budhis memahaminya. tempo lalu saya pernah membuat artikel yang di dlaamnya banyak membahas tentang dosa. sampai akhirnya saya sadar bahwa istilah dosa itu dimaknai lain oleh kawan-kawan di sini, shingga jadi agak membingungkan. kawan-kawan di sini memaknai dosa itu sebagai "kebencian", smentara saya memaknainya sebagai "kamma buruk".  akhirnya, saya sadar bahwa saya harus mengkonversi istilah "dosa" ke kamma buruk, agar tidak membingungkan kawan-kawan di sini. dan lebih banyak lagi istilah yang tlah saya konversi.

demikian juga istilah "kesnangan sebagai masalah", mungkin tidak cocok dan tidak dapat difahami oleh anda, maka marilah kita gunkan yang cocok dan dapat difahami artinya oleh anda. "tanha sebagai masalah".

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #28 on: 19 March 2010, 09:36:41 PM »
maka dari itu pak deva 19, disiulah panna dibutuhkan...
ia bisa menyelesaikan segala masalah baik di dalam/luar.
CMIIW (tp saia yakin,kagak salah dehh)
Samma Vayama

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Ketenangan Sebagai Suatu Masalah
« Reply #29 on: 19 March 2010, 09:40:04 PM »
Quote
Anda belajar Buddha Dhamma sama siapa sih?jadi penasaran saya..orang itu yang tidak pintar ngajar atau [color]anda yang tidak pintar didalam memahami ajarannya?[/color]Anda mengerti tidak soal "meninggalkan spekulasi?"

dalam ilmu logika, perkataan anda ini disebut fallacy of bada names calling.

- guru saya tidak pintar
- saya tidak pintar
- saya tidak mengerti arti dari "meninggalkan spekulasi".

so,... itu bukan masalah. silahkan anda menggunakan fallacy-fallacy sesuka anda. karena menurut pengalaman saya dalam diskusi selama bertahun-tahun, hampir tak seorangpun pendiskusi yang mampu meninggalkan fallacy-fallacy dalam diskusinya. itu sudah biasa, jadi silahkan dilanjutkan. hanya saja, saya senag menjelaskan ini fallacy apa namanya dan itu fallacy apa namanya, berharap menjadi pelajaran bagi banyak orang.

tanggan saya :

seandainya anda lebih tahu apa arti dari "meninggalkan spekulasi", silahkan langsung jelaskan di sini tanpa harus membuat penekanan bahwa "guru saya tidak pintar" atau "saya bodoh" atau "saya tidak mengerti dengan baik". agree?