atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
Maksudnya Anda pernah diajak berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" oleh orang lain?
Lalu apa itu yang dimaksud dengan "bahasa rasa"?
saya tidak mengetahuinya.
jelaskanlah kepada saya, agar saya mengetahuinya!
Apakah menurut Anda perilaku kekerasan akan mengakibatkan rasa sakit bagi korban?
mempelajari tentang bagaimana cara mengendalikan diri dari lobha, dosa dan moha tentu merupakan hal yang sangat penting. tetapi bila anda mengajarkan persoalan-persoalan tersbut sekarang ini keapda saya, itu artinya anda mengajarkan sesuatu yang tidak sedang saya cari dan tidak sedang saya tanyakan.
Oke tidak apa-apa, kalau Anda ingin mencari hal yang lain...
saya tidak dapat mengingat, kapan saya menginginkan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang. dari mana anda menyimpulkan kalau saya berkeinginan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang?
Ini pernyataan Anda yang kemarin:
"membahas soal kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan batin untuk mencoba melihat tembus ke dalam batin anda, atau agar anda melihat ke dalam batin saya. terlepas dari benarhkah hal tersebut dapat dilakukan, tetapi bila memang dapat dilakukan, maka ini merupakan hal yang baik. tetapi hal ini akan menyebabkan saya kehilangan tujuan semula, yakni "menemukan orang yang dapat menjelaskan kebenaran" dengan kaidah berpikir yang benar."Tapi kalau Anda tidak ingin, ya sudah tidak apa-apa.
apakah anda tidak tahu bahwa pertentangan konseptual bisa terjadi secara internal?
Saya tahu kalau pertentangan konseptual internal itu bisa terjadi.
masih mungkin.
cara pembuktian yang terbaik adalah dengan pengalaman langsung.
metoda lain untuk menjelaskannya adalah logika dan dialektika.
setiap perbuatan tentu di dorong oleh cetana.
membunuh adalah suatu perbuatan.
sebagian yang di dorong oleh cetana adalah membunuh
tindakan membunuh itu di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk
tindakan membunuh di dorong oleh kamma buruk
tetapi tidak setiap tindakan membunuh di dorong oleh kehendak untuk menyakiti. [/b][/color]
orang suci itu tidak di dorong kehendak
orang suci itu membunuh
kesimpulan : membunuh itu tidak di dorong oleh kehendak
jika membunuh tidak di dorong oleh kehendak, maka ia tidak memiliki kamma buruk sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya.
jika ia tidak memiliki kamma buruk tersebut, berarti dia tetap dalam keadaan suci.
Coba tunjukkan setidaknya satu referensi di mana Sang Buddha ataupun para Arahanta lainnya melakukan pembunuhan!
- Tidak semua perbuatan dilandasari oleh cetana. Para Arahanta yang telah mengikis habis kilesa tidak lagi melakukan suatu hal dengan dilandasi oleh cetana. Silakan baca kembali Tipitaka.
- Kalimat logika Anda keliru. Kalimat logika yang benar adalah:
Bila tindakan membunuh itu didorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Bila kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk.
Maka tindakan membunuh adalah kamma buruk.
Oleh karena itu setiap tindakan membunuh itu didorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Keterangan: - tindakan membunuh adalah A
- kehendak untuk menyakiti adalah B
- kamma buruk adalah C
Kalimat logika di atas dapat dibaca:
Bila A disebakan oleh B.
Bila B adalah C.
Maka A mengakibatkan C.
Oleh karena itu A adalah B.
Konklusinya adalah A = B = C
- Apakah Anda punya bukti bahwa orang suci masih membunuh?
semua konsepsi itu bisa dinilai :"benar" atau "salah". dan "benar" dapat berkembang menjadi "baik" adapun "salah" dapat berkembang menjadi "buruk".
Lalu menurut Anda, apakah perbuatan sesuai dengan Dhamma; Jalan Tengah yang non-dualisme ini baik atau buruk?
benar. saya telah melihat biji sawi ditangan saya, dan saya dapat belajar kepada anda untuk melihat biji-biji lainnya. tapi itu urusan belakangan, sebab saat ini saya sedang sangat ingin belajar tentang "konsep biji sawi". diantara para guru yang bijaksana yang dapat menunjukan kepada saya, tentang bagaimana cara melihat biji sawi, maka saya akan mengikuti guru yang terbaik, yang tidak hanya dapat mnunjukan kepada saya cara melihat biji sawi dengan benar, melainkan juga yang dapat menjleaskan konsep biji sawi dengan benar.
Baik. Mari kita berdiskusi.
betul.
ada kebenaran yang tertutupi karena saya bersikukuh dengan konsep kaidah berpikir logic. sama halnya dengan suatu kebenaran yang tertutup, karena orang tidak mengindahkan kaidah berpikir yang benar. ajaran sang Budha telah menunjukan jalan kepada umat Budhis tentang bagaimana cara melihat kebenaran di dalam diri mereka. tak perlu saya khawatir kehilangan pentuntun, karena di sini banyak umat budhis yang terampil di dalam sutta, tetapi apa yang dapat membuka mata batin saya untuk bisa melihat kbenaran logic, bila saya tidak menggunakan kaidah berpikir logic?
Benar. Tapi kita harus jeli, kapan kaidah berpikir logika bisa menuntun kita; dan kapan kaidah berpikir logika perlu ditanggalkan. Dalam berbagai kondisi, ada beberapa hal yang perlu dipraktikkan dan dilihat langsung; bukan dengan kaidah berpikir logika.
masalahnya, benarkah semua agama non budha mendefinisikan tuhan seperti itu atau apakah tidak terpikir oleh anda kalau itu merupakan penafsiran salah dari sebagian penganut agama tersebut.
jika saya bertanya kepada umat Islam tentang agama Budha, kebanyakan mereka beranggapan bahwa umat Budha adalah umat yang menyembah Sidharta Gautama atau menymbah patung di Vihara. tentu amatlah jauh persangkaan mereka tentang apa itu agama Budha. demikian pula, bila saya bertanya kepada mereka apa itu Nirwana dalam agama Budha, mereka menjawab bahwa Nirwana itu surga. ketidak tahuan mereka serupa dengan ketidak tahuan umat Budha tentang apa itu Tuhan. mayoritas umat Budha mengatakan bahwa "tuhan adlaah suatu pribadi yang menciptakan dunia." amat jaulah persangkaan mereka dari makna Tuhan yang sebenarnya dimaksud oleh agama lain itu.
Coba baca petikan ayat-ayat berikut ini:
Menurut Islam:
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al A’râf, 7: 54)
"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizki kepadanya." (QS. Al Hijr, 15: 19-20)
"Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata." (QS. Qâf, 50: 7)
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. An Nûr, 24: 45)Menurut kr****n:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untukmu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya engkau makan." (QS. An Nahl, 16: 5)
"Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi." Kejadian 1:1
"Dialah Tuhan ... dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia menciptakannya untuk didiami." Yesaya 45:18
"Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya." Yesaya 45:12
"... Ia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya: yang tetap setia untuk selama-lamanya." Mazmur 145:5-6Saya ambil dari 2 agama terbesar dunia ini saja. Menurut Anda, definisi Tuhan di kedua agama itu bagaimana? Apakah tidak sesuai dengan definisi yang saya tulis di postingan sebelumnya?
ketika saya melihat ke dalam diri untuk melihat "bagaimana itu sabar", maka "sabar" yang saya diskusikan adalah "sabar" yang terdapat di dalam diri. tetapi ketika saya berpikir dengan logika dan memperhatikan objek logika, yaitu simbol dan sintak, maka sabar yang saya maksudkan adalah term "sabar".
Baik. Lalu apa kesimpulan Anda?
ketika ada orang lain mengatakan sesuatu pandangan yang berbeda dengan anda, kenapa anda tidak mengambil langkah untuk menyelidiki, bagaimana suatu pandangan itu bisa muncul di dalam pikiran orang lain sebagai langkah pertama yang anda lakukan. kenapa anda justru lebih memilih mengutamakan membantah pernyataan orang lain, memberi saran, menunjukan arah jalan ke suatu jalan yang tidak dpertanyakan oleh orang lain dan menjelaskan pandangan-pandangan anda sendiri?
ketika saya berkata, "nabi muhammad adalah Budha"
kenapa anda tidak segera bertanya, "kenapa?"
kenapa anda tidak peduli dengan apapun argumentasi yang ada di dalamnya, anda lebih peduli dengan pikiran dan pandangan-pandangan anda sendiri, berpikir "mustahil muhammad itu seorang Budha". padahal bagaimana kalau seandainya maksud saya adalah "muhammad adalah budha-nya umat Islam" sebagaimana umat islam kadang berkata, "Sidharta itu nabinya umat Budha."
apa yang anda sarankan untuk mengkaji ulang tntang kriteria kebudhaan dan tentang "konsep yang jelas" merupakan hal yang bermanfaat. tetapi bila anda dapat menyelidiki terlebih dahulu, asal usul dari suatu pemikiran sebelum anda mengemukakan pandangan-pandangan anda sendiri, maka itu lebih bijak dan lebih bermanfaat lagi.
saya melihat ketidak terampilan seseorang di dalam menyelidiki argumentasi logic itulah yang membuat komunikasi antara tidak efektif, timbulnya kesalahan fahaman, mis persepsi, salah sangka, dan menyebabkan kebenaran sulit difahami. suatu agma besar yang bergerak ditengah masyarakat, bisa jadi telah di dorong oleh suatu konsep yang muncul dari kebodohan logic.
kita berdua sama-sama ingin menyampaikan pendapat. "inilah pendapat saya" dan "itulah pendapat anda". oleh karena itu formatnya tidak selalu harus T-J (tanya jawab). tetapi karena argumentasi dari setiap statement adalah relatif, maka "penyelidikan argumen" adalah hal yang paling tepat yang harus kita lakukan di dalam diskusi ini, baik oleh saya.
stage1-statement
stage2-penyelidikan argumentasi
stage3-penyimpulan dengan tepat
Itulah bedanya saya dengan Anda. Anda memegang pandangan bahwa segala sesuatu itu pada hakikatnya satu. Saya tidak demikian. Menurut saya "Buddha" adalah "Buddha", "Nabi" adalah "Nabi". Tidak bisa disamakan. Makanya pelajari kriteria keduanya dengan jelas.
Jika ada orang yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad adalah Buddha-nya umat Islam, dan Siddhattha Gotama adalah Nabi-nya umat Buddha; maka itu adalah kekeliruan besar. Itu adalah kesalahan argumentasi karena tidak mampu melihat perbedaan antara konsep "Buddha" dengan "Nabi"; dan atau karena kurang terampil dalam membedakan kosakata bahasa.
Coba renungkan:
- Presiden Barrack Obama adalah figur tertinggi di Negara Amerika Serikat.
- Raja Juan Carlos adalah figur tertinggi di Negara Spanyol.
=> Tetapi Barrack Obama bukanlah raja bagi warga Amerika Serikat. Demikian juga Juan Carlos bukanlah presiden bagi warga Spanyol.
tentu saja sangat penting bagi saya untuk memahami apa itu Budha menurut doktrin budhisme. tetapi karena anda tidak menganggap penting apa itu Budha menurut pandangan saya, maka postingan-postingan anda "cenderung menyangkal".
anda telah banyak membuat postingan yang baik dan bermanfaat bagi saya, tetapi bersamaan dengan itu, postingan-postingan tersebut irrelavant conclution, tidak sesuai dengan yang diminta, yang dipertanyakan atau dngan yang dimaksudkan.
Saya tidak perlu bertanya lagi. Saya sudah pernah mengetahui padangan Anda mengenai hal ini sejak dahulu, dan Anda sampai saat ini masih memegang pandangan itu. Karena itulah saya langsung menyangkal pendapat Anda di sini. Saya pikir tidak perlu saya tanyakan lagi alasan Anda.
Sang Buddha Gotama tidak pernah menunjuk orang lain untuk menjadi penerus-Nya. Sariputta dipanggil sebagai Panglima Dhamma, karena beliau adalah orang yang memiliki pemahaman Dhamma tertinggi setelah Sang Raja Dhamma, yakni Buddha Gotama.
Setelah Sang Buddha Gotama mangkat, tidak ada orang lain yang menggantikan posisi Beliau. Posisi Beliau baru akan diisi oleh orang lain di akhir kappa Planet Bumi ini, yang bernama Sammasambuddha Metteya. Selama masa ini, tentu saja banyak orang Tercerahkan dan guru-guru spiritual yang baik. Tapi mereka tidak bisa disebut sebagai penerus Sang Buddha ataupun penerus kebuddhaan.
sebagai contoh, postingan anda tersebut adalah untuk menanggapi postingan saya yang ini :
"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
sebenarnya anda tidak perlu menjelaskan apakah sang Budha menunjuk penerus atau tidak, atau apakah Sariputa benar-benar menjadi penerus sang Budha atau tidak, karena inti dari postingan saya tidak membahas tentang "Sariputa" atau "Penerus Sang Budha", tetapi itu adalah contoh kesalahan logic. ketika objek yang sedang saya pikirkan adalah persoalan term dan sintak, sedangkan anda memikirkan persoalan kebenaran sejarah, maka bagaimana suatu diskusi bisa nyambung?
Benar sekali. Bagaimana bisa nyambung kalau saya memegang pandangan bahwa "Sariputta" dan "penerus Sang Buddha" dengan pandangan yang berbeda dengan Anda.
Saya berdiri dalam posisi netral untuk memegang istilah "Sariputta" dan "Penerus Sang Buddha". Tetapi Anda berdiri dalam posisi kaidah berpikir logika untuk memegang kedua istilah itu.
[at] Upasaka
sementara itu saja dulu.
terima kasih telah mau berdiskusi dengan saya.
Sama-sama.