[at] Upasaka
perumpamaan membakar rumah itu merupakan perumpamaan yang tepat.
dengan istilah membakar rumah orang lain tersebut, pada mulanya bukan untuk mencari siapa orang yang sabar. tetapi, karena memang "ada kejahatan" di dalam hati saya. kejahatan yang dibiarkan, tanpa dikendalikan. dan saya tidak malu berbuat buruk (ahirika) tersebut, serta tidak takut akan akibatnya (Anottapa), karena menganggap diri mampu mencapai ketenangan sehingga menghilangkan prasaan malu, dan menanggap akibat dari perbuatan buruk tersebut tidak terlalu berbahaya. serta ada anggapan bahwa menurut ajaran Budha, mental negatif yang dimanfaatkan dengan baik dapat mewujudkan kamma baik. bisa jadi, kamma baiknya adalah bertemu orang sabar. tapi mungkin ini adalah keyakinan yang salah (ditti), tetapi bagaimana cara meluruskannya?
saya menghormati anda. dan saya tidak akan berkata-kata kasar kepada anda. tetapi saya tidak tahu, apakah anda akan jengkel atau bosan kepada saya karena kalimat-kalimat saya yang tampak berputar-putar dan berbelit-belit?
dalam suatu sutta yang pernah saya baca, sang Budha mengatakan bahwa orang jahat yang ingin mencelakai orang yang suci itu sperti menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin, tentu akan mengenai dirinya sendiri. ini sesuai dengan prinsip ilmu tenaga dalam.
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.
maaf, barangkali ini juga merupakan pandangan yang salah. silahkan anda meluruskan, saya akan mencoba memahaminya.