//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Aku Memilih Agama Budha  (Read 127660 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #15 on: 30 November 2009, 11:16:45 PM »
Quote from: Deva19
terima kasih bro Upasaka.

saya ragu, tapi saya akan mencoba.

saya tidak mempelajari agama budha sejak 7 tahun lalu. itu tadi saya agak ceroboh menulisnya. sebenarnya saya baru mempelajarinya sejak tahun 2004, secara sekilas-sekilas dengn mendengarkan uraian dhamma di televisi. pada tahun 2005 atau 2006, saya mulai membaca-baca artikel budhis di internet. tahun 2007, saya baru benar-benar tertarik dengan agama budha, dan mulai membeli buku-buku budhis.

adapun sebelum tahun 2004, yaitu sejak saya kecil, saya sudah terbiasa bermeditasi. tidak ada orang yang mengajarkan. tetapi saya seperti terdorong secara insting saja untuk bermeditasi. tangan saya seringkali seperti digerakan oleh suatu energi yang memaksa saya untuk menyatukan kedua telapak tangan (posisi sembah) dan menegakan punggung. waktu itu saya tidak tahu menahu soal budhis atau ajran agama lainnya. pengalaman-pengalaman saya dalam mditasi, melahirkan pemahaman-pemahaman yang menrutu Habib syiah itu merupakan faham agama Budha. jadi, kalau dihitung dari masa ketika saya berbicara ke Habib, itu kira-kira memang ada 7 tahun yang lalu.

kembali ke persoalan diskusi...

saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.

pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari  pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.

betul kan?

saya tidak meragukan kebenaran jenis pertama dan kedua yang akan anda sampaikan. saya jamin, anda pasti benar, setidaknya untuk kedua hal tersebut anda adalah orang yang patut saya percaya.

tetapi, saya meragukan kesimpulan-kesimpulan anda. hal ini tidak berarti anda telah saya saksikan membuat kesimpulan-kesimpulan yang salah tentang dhamma, tetapi karena sikap pesimis saya, mengingat selama ini sangat sulit bagi saya menemukan orang yang membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat.

untuk mencapai tingkat kesucian, pengetahuan yang muncul dari Taka tidaklah penting. bahkan sebagaimana sabda sang Budha dalam sutta kalama, "tidak harus menganggap sesuatu itu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu benar menurut satu kesimpulan." (maaf kalau redaksinya salah, kira-kira isinya begitu). tetapi kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu dapat menimbulkan "ditti" atau pandangan yang salah yang akan menghalangi tercapainya kesucian. betul tidak? oleh karena itulah, saya tidak hanya mencari guru yang suci dan yang menguasai sutta-sutta, tetapi juga mencari guru yang tahu cara menyimpulkan sesuatu dengan tepat.

dalam suatu kebenaran argumentatif, suatu pernyataan tidak dapat dinilai benar dan salahnya hanya karena pernyataan itu berlawanan dengan sutta. sebagaimana "Sang Budha mengajarkan konsep keTuhanan kepada Sariputa". tentu umat awam akan segera membantah pernyataan ini, karena di dalam sutta-sutta tidak pernah diceritakan riwayat sang Budha yang mengajarkan konsep ketuhanan. sebaliknya, sang Budha menolak keberadaan Tuhan. tetapi orang berilmu tidak selayaknya langsung membantah begitu saja hanya karena sesuatu itu dianggap bertentangan dengan keyakinannya atau tidak sesuai sutta, sebelum menyelidki bagaimana penjelasannya.

sungguh senang hati saya mendengar ceramah Bikhu Utomo tentang Tuhan. beliau berkata, kira-kira begini "Tuhan itu tidak ada. tapi kalau terus ditelurusi ketiadaannya, maka menjadi ada". tentu ini berdasarkan kesimpulan beliau.

ada banyak fakta yang akan tampak bertentangan dengan sutta, bila kita menyimpulkan sesuatu. seagaimana "ada tuhan" dan "tidak ada tuhan" yang sangat kontras dan tampak bertentangan. tetapi orang berilmu dapat menjelaskan kebenaran keduanya. seperti halnya "tiada yang kekal" dan "ada yang kekal", keduanya tidak dapat dikatakan bertentangan hanya karena bentuk kalimatnya.

saya belum tahu, bagaimana cara anda menilai persoalan tersebut, sehingga saya belum berani menanyakan persoalan-persoalan yang ingin saya tanyakan.

di sini, saya hidup ditengah-tengah masyarakat muslim. seumur hidup saya belum pernah bertemu dengan seorang yang beragama Budha. tetapi sepertinya saya sudah menjadi seorang Budhis, karena setiap gerak langkah hidup saya dituntun oleh ajaran sang Baghava dan saya menyampaikan ajaran sang Budha kepada siapa saja orang yang dapat saya temui.

seringkali terpikir, suatu saat saya akan hidup ditengah-tengah masyarkat Budhis dan pergi ke vihara bersama. suatu khayalan yang indah bagi saya. tetapi keindahan khayalan ini dirusak dengan fakta bahwa penyimpangan ajaran sang Budha telah terjadi di sana sini, sama saja dengan banyaknya penyimpangan dalam ajaran Islam. mayoritas umat budha, sama saja dengan mayoritas umat Islam, yakini yang tidak memahami sepenuhnya ajaran agmanya. tentu sja memang seharusnya begitu, karena umat adalah manusia-manusia yang tengah belajar. akan tetapi, khayalan indah saya untuk hidup ditengah masyarakat budhis smakin dirusak oleh kemungkinannya diri saya ditolak oleh komunitas budhis itu sendiri, karena sifat pemikiran saya yang kritis, tajam dan berani. saya berpikir, kehidupan akan menjadi buruk, karna saya akan melontarkan pemikiran-pemikiran yang tidak disukai oleh mayoritas umat budhis bahkan akan dipersalahkan oleh para bikhu.

di sini, di dalam meditasi, semua pemikiran sperti itu berhenti. tidak ada lagi pemikiran ini dan itu, tidak ada kontradiksi dan pertentangan. kebahagiaanpun berkembang. dan serasa saya menjadi matahari yang bersinar. dan disitu, saya menemukan bukti kebenaran ajaran sang Budha. tapi sayang, saya masih di sini dengan status muslim.

di sini, ketika saya bermeditasi, ketika kesadaran bekerja dan pemikiran berhenti, saya tidak memerlukan lagi tuntunan apapun menuju kebenaran, tidak perlu diberi tahu lagi bagaimana cara menenangkan diri dan mencapai kesucian. ini bukan berarti saya sudah merasa cukup pandai, tetapi maksud saya pencerahan yang saya peroleh dalam meditasi cukuplah bagi saya untuk memberi sya suatu keteguhan bahwa agama Budha adalah agama yang benar. tetapi, saya membutuhkan tuntutan berpikir, ketika pikiran saya berpikir. karena keraguan, kegelisahan, dan kebingungan hanya muncul ketika saya berpikir. tetapi semua bentuk-bentuk mental negatif itu dapatlah saya atasi sendiri, tetapi kesimpulan yang benar tidak akan dpat saya simpan sndiri. saya harus mengemukakannya untuk mengetahui siapa yang membnarkan atau siapa yang menyalahkannya dengan cara yang tepat. maka bukan lagi agama Budha yang akan saya ikuti, tapi dia itulah orangnya yang akan saya ikuti yang saya ingin skali belajar kepadanya.

kini anda akan tahu, siapa saya.

kesimpulan saya adalah :

- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha

dan masih banyak lagi.

satu saja dari persoalan tersebut akan sangat penjang, bila didiskusikan. tetapi, orang berilmu tentu dapat menyelesaikannya, cepat ataupun lambat.

saya tidak yakin, anda akan mau mendikusikannya dengan saya.

Bro Deva19...

Pertama-tama, sebagai salam persahabatan, saya ucapkan "selamat aktif berdiskusi kembali". Saya sudah tahu siapa Anda sejak awal Anda memakai ID ini. Saya juga sebenarnya sudah menginformasikan siapa diri Anda kepada beberapa teman di DhammaCitta ini. Maksudnya supaya kami semua bisa memperlakukan Anda sebagai teman lama. :)

Karena Anda sendiri tanpa saya minta justru malah 'membuka' tabir diri Anda, maka saya mengharapkan Anda bisa berperilaku lebih toleran lagi. Mungkin saja sekarang ada beberapa teman lain yang juga mengetahui siapa Anda. Saya harap jangan lagi karena keinginan Anda untuk bebas berpendapat, malah membuat orang lain menjadi tersinggung.

Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.

Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.

Silakan...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #16 on: 30 November 2009, 11:18:51 PM »
ee... wait..apa itu "TAKA"?

mungkin ygdi maksud ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13942.0.html
klo iya, well, aku hampir ga pernah baca....

oh...
Quote
saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.

pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari  pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.

klo menurut anda Taka belum tentu benar... jgn dimasukan dalam 3 sumber kebenaran, pakai 2 sumber saja :)
ah, aku juga baru tau ada yg disebut Taka
btw, klo Taka berdasarkan Dhamma ataupun berdasarkan Sutta gimana?

aku jawab yg aku tau...
Nibana adalah tuhan yg maha esa, ya! bagi org indonesia yg memerlukan adanya "tuhan" dalam agama, bagi yg tidak, Nibanna adalah tujuan akhir..tampa embel2 tuhan
menikah dan sex tidak menghalagi..sebatas tingkat kesucian sopatanna, untuk yg lebih lanjut mungkin akan mendapat halangan, karena tuntutan anak, istri, kerja, dll
setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan , sayangnya tidak setiap zaman, ada zaman di mana moral manusia amat merosot, zaman itu tidak terlahir seorang Buddha
sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha, sayangnya sariputta parinibanna (wafat), sebelum sang Buddha wafat
vegetarian, adalah usul devadatta, tp bukan ajaran devadatta..usul atau pandangan yg muncul, dan pandangan ini dpt terjadi kpd siapa saja... dgn berpikir bahwa cara menunjukan cinta kasih kepada mahluk2, yaitu dgn vegetarian.





ini adalah orang yang tipe penilai dan pendebat sebelum menyelidiki.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #17 on: 30 November 2009, 11:21:51 PM »
Quote from: upasaka
Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.

Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.

baiklah bro Upasaka, saya akan mencoba mengubah perangai saya dalam berdiskusi.

dan maaf, atas postingan saya diatas!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #18 on: 30 November 2009, 11:26:10 PM »
Quote from: upasaka
Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.

Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.

baiklah bro Upasaka, saya akan mencoba mengubah perangai saya dalam berdiskusi.

dan maaf, atas postingan saya diatas!

Niat Anda untuk mengubah perangai sudah berulang-kali Anda lontarkan dalam postingan. Tapi ujung-ujungnya jika ada yang memancing Anda, Anda cepat sekali tersinggung. Cobalah untuk benar-benar berubah. Setidaknya, menahan emosi di dunia maya itu jauh lebih mudah daripada menahan emosi di dunia nyata. :)

Kalau kelak Anda mendapat masalah lagi, saya sudah tidak bisa membantu Anda.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #19 on: 30 November 2009, 11:27:15 PM »
ee... wait..apa itu "TAKA"?

mungkin ygdi maksud ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13942.0.html
klo iya, well, aku hampir ga pernah baca....

oh...
Quote
saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.

pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari  pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.

klo menurut anda Taka belum tentu benar... jgn dimasukan dalam 3 sumber kebenaran, pakai 2 sumber saja :)
ah, aku juga baru tau ada yg disebut Taka
btw, klo Taka berdasarkan Dhamma ataupun berdasarkan Sutta gimana?

aku jawab yg aku tau...
Nibana adalah tuhan yg maha esa, ya! bagi org indonesia yg memerlukan adanya "tuhan" dalam agama, bagi yg tidak, Nibanna adalah tujuan akhir..tampa embel2 tuhan
menikah dan sex tidak menghalagi..sebatas tingkat kesucian sopatanna, untuk yg lebih lanjut mungkin akan mendapat halangan, karena tuntutan anak, istri, kerja, dll
setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan , sayangnya tidak setiap zaman, ada zaman di mana moral manusia amat merosot, zaman itu tidak terlahir seorang Buddha
sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha, sayangnya sariputta parinibanna (wafat), sebelum sang Buddha wafat
vegetarian, adalah usul devadatta, tp bukan ajaran devadatta..usul atau pandangan yg muncul, dan pandangan ini dpt terjadi kpd siapa saja... dgn berpikir bahwa cara menunjukan cinta kasih kepada mahluk2, yaitu dgn vegetarian.





ini adalah orang yang tipe penilai dan pendebat sebelum menyelidiki.

yup, awalnya binggung apa itu TAKA, ternyata maksudnya gitu, tp knp harus 3 sumber kebenaran? klo TAKA di anggap tidak penting yah jgn di pake, jujur baru dgr kata TAKA
...

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #20 on: 30 November 2009, 11:30:13 PM »
 [at]  Upasaka

sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.

pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".

Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.

ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).

keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #21 on: 30 November 2009, 11:41:20 PM »
[at] Deva19

Tidak perlu membakar rumah setiap orang untuk mencari tahu siapa pemilik rumah yang punya sifat paling sabar.

Diskusi saja dengan baik dan sopan. Kalau pun mau 'kasar', jangan pakai bahasa yang mengajak ribut. Perlahan Anda juga bisa tahu siapa yang orang baik. Saya tidak menuntut Anda untuk mengetik dengan bahasa sangat formal. Tapi setidaknya bersikaplah santun pada semua orang, seperti Anda bersikap santun pada orang yang Anda anggap penting.

Kalau Anda ingin menjadi orang penting dan bertemu dengan orang penting, maka penting bagi Anda untuk bersikap santun dan memandang semua orang itu penting. Bila Anda bersikap santun dan memandang seseorang sebagai orang penting, maka orang itu akan merasakan bahwa Anda adalah orang penting baginya. Bila Anda ingin menjadi orang penting bagi banyak orang, maka pentingkanlah kesantunan Anda kepada banyak orang. Maka dari itu semua orang akan memandang bahwa Anda adalah orang penting.



Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #22 on: 01 December 2009, 12:31:12 AM »
 [at]  Upasaka

perumpamaan membakar rumah itu merupakan perumpamaan yang tepat.

dengan istilah membakar rumah orang lain tersebut, pada mulanya bukan untuk mencari siapa orang yang sabar. tetapi, karena memang "ada kejahatan" di dalam hati saya. kejahatan yang dibiarkan, tanpa dikendalikan. dan saya tidak malu berbuat buruk (ahirika) tersebut, serta tidak takut akan akibatnya (Anottapa), karena menganggap diri mampu mencapai ketenangan sehingga menghilangkan prasaan malu, dan menanggap akibat dari perbuatan buruk tersebut tidak terlalu berbahaya. serta ada anggapan bahwa menurut ajaran Budha, mental negatif yang dimanfaatkan dengan baik dapat mewujudkan kamma baik.  bisa jadi, kamma baiknya adalah bertemu orang sabar. tapi mungkin ini adalah keyakinan yang salah (ditti), tetapi bagaimana cara meluruskannya?

saya menghormati anda. dan saya tidak akan berkata-kata kasar kepada anda. tetapi saya tidak tahu, apakah anda akan jengkel atau bosan kepada saya karena kalimat-kalimat saya yang tampak berputar-putar dan berbelit-belit?

dalam suatu sutta yang pernah saya baca, sang Budha mengatakan bahwa orang jahat yang ingin mencelakai orang yang suci itu sperti menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin, tentu akan mengenai dirinya sendiri. ini sesuai dengan prinsip ilmu tenaga dalam.

saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.

maaf, barangkali ini juga merupakan pandangan yang salah. silahkan anda meluruskan, saya akan mencoba memahaminya.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #23 on: 01 December 2009, 12:57:02 AM »
Saya melihat sinyal2 hubungan yang demikian mendalam antara Deva19 dengan Upasaka. Ouch.. co cwiitt.. =))

By the way, anyway on the busway.. Welcome back to DC Bro Deva19. :D

Sekadar saran, tidak ada yang dapat meluruskan Anda melainkan Anda sendiri. Ada sebuah cerita Zen mengenai ini, kalau di-mutatis mutandis sedikit kira2 beginilah:

Quote
Guru Upasaka bertanya kepada Deva19, "Engkau datang dari mana?"

Deva19 menjawab, "Saya datang dari Forum lain."

"Mengapa kamu datang ke sini?" tanya guru Upasaka.

"Mendapatkan dharma untuk meluruskan pandangan salahku," jawab Deva19.

Guru Upasaka kemudian berkata, "Saya tidak punya apa-apa di sini. Tidak ada dharma apapun yang bisa kau dapatkan di sini! Apalagi kemarin kau bilang ingin curi dharma malah!"

"Ada permata dalam dirimu sendiri, tetapi engkau malah mencarinya di sini," lanjut guru Upasaka.

"Permata apa yang ada di dalam diriku?" tanya Deva19.

Guru Upasaka menjawab, "Pandangan benar ada di dalam dirimu, tetapi engkau tidak menyadarinya. Bagaimana aku bisa memberikannya kepadamu?"

:D
appamadena sampadetha

Offline wen78

  • Sebelumnya: osin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.014
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #24 on: 01 December 2009, 01:02:19 AM »
^
^

cangkir yg meluber keluar yak? ;D
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #25 on: 01 December 2009, 01:40:45 AM »
buka agama atau aliran yg akan membawa mu ke pantai bahagia,bukan salah agama melainkan menjadikan kita sebagai tameng agama,bukan salah aliran yg berbudaya melainkan kita yg terlalu berharap akan kehampaan,bukan salah agama bermacam-macam melainkan untuk kita pelajari yg baik dari yg terbaik,bukan salah nabi atau manusia sempurna yg turun kedunia begitu banyak melainkan untuk kita berkenyakinan bahwa kita semua bersaudara,,,,,,,,

bila ada yg bertanya apa agamamu? akan kujawab ku tak punya agama.
bila ada yg bertanya apa kepercayaanmu? aku menjawab tak ada yg kupercayai semuanya.
bila ada yg bertanya apa kenyakinanmu? dan pasti akan kujawab semua semu.
bila begitu untuk apa kau hidup? ku jawab untuk hidup selaras dan selalu ku jaga keseimbangan untuk bertahan hidup.
bila begitu kau jangan hidup didunia ini? kujawab memang ku tak ingin didunia ini tapi ku ingin kepantai bahagai.
dengan jalan apa kau akan sampai kesana sedangkan agama yg menujukan jalannya saja takkau percayai? dengan cinta kasih orang tua ku, dan ukiran dari orang tuaku dari kepala sampai kaki ku, dengan bakti yg telah jadi kewajiban ku, dengan kesetiaan yg jadi peganganku, dengan pikiran kemulian untuk semua mahluk,dan dengan selalu berdoa mengucapkan "SABBE SHATA BHAVANTU SHUKITHATA"

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #26 on: 01 December 2009, 07:00:56 AM »
Hmmm ic ic ....
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #27 on: 01 December 2009, 08:17:44 AM »
[at]  Upasaka

perumpamaan membakar rumah itu merupakan perumpamaan yang tepat.

dengan istilah membakar rumah orang lain tersebut, pada mulanya bukan untuk mencari siapa orang yang sabar. tetapi, karena memang "ada kejahatan" di dalam hati saya. kejahatan yang dibiarkan, tanpa dikendalikan. dan saya tidak malu berbuat buruk (ahirika) tersebut, serta tidak takut akan akibatnya (Anottapa), karena menganggap diri mampu mencapai ketenangan sehingga menghilangkan prasaan malu, dan menanggap akibat dari perbuatan buruk tersebut tidak terlalu berbahaya. serta ada anggapan bahwa menurut ajaran Budha, mental negatif yang dimanfaatkan dengan baik dapat mewujudkan kamma baik.  bisa jadi, kamma baiknya adalah bertemu orang sabar. tapi mungkin ini adalah keyakinan yang salah (ditti), tetapi bagaimana cara meluruskannya?

saya menghormati anda. dan saya tidak akan berkata-kata kasar kepada anda. tetapi saya tidak tahu, apakah anda akan jengkel atau bosan kepada saya karena kalimat-kalimat saya yang tampak berputar-putar dan berbelit-belit?

dalam suatu sutta yang pernah saya baca, sang Budha mengatakan bahwa orang jahat yang ingin mencelakai orang yang suci itu sperti menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin, tentu akan mengenai dirinya sendiri. ini sesuai dengan prinsip ilmu tenaga dalam.

saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.

maaf, barangkali ini juga merupakan pandangan yang salah. silahkan anda meluruskan, saya akan mencoba memahaminya.

saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya.

Apakah mudah membuat orang lain marah di forum ini?... bolehkah di share...
sehingga merupakan promo kenapa org memilih agama Buddha....
karna ada Anger Managementnya....  ;D ;D

utk manusia, bukankah tenaga selalu dari DALAM, bukan dari luar ? mohon diperjelas yooo ^:)^
« Last Edit: 01 December 2009, 08:23:28 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #28 on: 01 December 2009, 08:28:32 AM »
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.

Bro Deva.. ini kan hanya forum diskusi, dan bukan ajang adu tenaga dalam..
Jadi tidak bisa disamakan antara praktisi tenaga dalam dengan praktisi Dhamma

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Mengapa Aku Memilih Agama Budha
« Reply #29 on: 01 December 2009, 08:31:38 AM »
Rasa2nya pernah ngebaca tulisan yang mirip pola pikir'nya...
tapi lupa... siapa dan dimana...

Pola pikir yang bagaimana ?
Pola pikir yang mencari guru yang sempurna...

Maaf, ga sanggup ikutan ngasih pendapat... doa aje yee...
Semoga Deva19 berkesempatan menjadi murid samyaksambuddha

 

anything