[at] Bro/sis Xzone...
Anumodana atas kesamaan pendapat dari anda yah...
yah. masalahnya saya manusia biasa, bukan seorang arahat. masih terpancing emosi. saya juga tidak tahu, mengapa saya mudah terpancing emosi.
sebenarnya, saya dapat mengendalikan emosi saya. tapi, ketika saya sedang konsentrasi memikrikan suatu diskusi, seringkali saya lupa untuk mengendalikan emosi.
[at] bro Chandra Mukti...
Itulah yang harus anda selidiki sendiri, mengapa anda mudah terpancing emosi anda harus mencari tahu, karena saya pikir apapun yang anda konsentrasikan lewat latihan-latihan meditasi anda selama ini akan sia-sia kalau saja stabilitas emosi anda labil...
Namo Buddhaya... ...
begini yach! saya harus buka kartu.
sesungguhnya saya orang yang dapat mengendalikan emosi sepenuhnya. jangankan cuma dikata-katain begitu, muka saya diludahi, saya tidak akan terpancing emosi. ini adalah ajaran dari guru meditasi saya.
guru saya mengajarkan, "janganlah dirimu ingin dianggap shaleh oleh orang lain! jangan memperlihatkan dirimu adalah orang terkendali! jangan tunjukan hatimu suci! jadilah manusia biasa yang marah, menangis, gembira, tertawa, layaknya manusia biasa. dengan cara seperti itu, engkau akan dapat menemukan, siapa orang yang memiliki mata batin yang tajam yang dapat melihat kedalammu, dan engkau juga dapat mengetahui siapa yang mata batinnya penuh debu, sehingga tidak tahu siapa dirimus sebenarnya."
kalau saya ingin bertemu dengn guru yang lebih baik dari guru saya yang sekarang, saya tidak akan memperlihatkan diri saya orang baik, shale dan terkendali. tapi saya akan memperlihatkan diri sebagai manusia umumnya, kalaulah dia itu orang yang jeli, bermata batin tajam, dia dapat membaca keadaan diri saya dan bersikap bijaksana. orang seperti itu tidak mungkin si johan. saya belum mengetahu, guru mana yang bijaksana, yang dapat mengetahui dan membaca teradap tingkatan batin yang telah saya capai. jika ada, diala calon guru saya selanjutnya.