//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Jubah Bhante  (Read 61406 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #45 on: 13 August 2010, 10:26:38 PM »
Sis Mayvise yang baik,
kemarin saya menemukan dari salah satu website Buddhist milik Vihara mahasampatti Medan, tulisan Bhante Khemanando, beliau menulis ttg upasampada "Ehi Bhikkhu" yang saya lihat akan menjawab pertanyaan anda sis, bahwa kamma masa lampau akan mendukung seseorang dapat ditahbiskan dengan cara ehi bhikkhu. Beliau juga menelusuri sampai ke Vinayaatthakatha (samantapasadika). Sedangkan utk yg tidak memiliki kamma kebajikan masa lampau apakah dapat mencari sendiri patta dan jubah, kita semua tidak ada yg tahu timbunan kebajikan masing2 orang yang telah ditimbun melalui masa kappa nya kappa tak terhingga, jadi selama kita masih terlahir sebagai manusia berarti kita masih memiliki kamma kebajikan karena terbuka jalan menjadi seorang Arahat (hanya manusia yg bisa menjadi arahat, kecuali anagami dialam suddhavasa) saya rasa kita semua bisa menjadi seorang pabbajjita tinggal anda mau memilih jalur tsb apa tidak. ayo nyusul sekalian aja sis....

silahkan dibaca terlampir tulisan beliau :
Quote
[spoiler]

Kronologi Pentahbisan Didalam Buddhasasana (Upasampada) By: Y.M. Bhikkhu Khemanando
August 6, 2008 by Vihara Mahasampatti

Pendahuluan
 
Didalam Buddhisme, pabbhajita merupakan tingkatan yang sangat penting dalam menempuh kehidupan spiritual, yaitu sebagai seorang bhikkhu atau bhikkhuni, samanera atau samaneri. Pabbhajita merupakan  perbuatan yang mengarah kedalam kehidupan religius yang mampu membawa seseorang kedalam pemutusan, penghentian, pengetahuan yang tinggi dan merealisasi Nibbana. Dan itu merupakan suatu pilihan untuk memasuki sebuah kehidupan menjadi seorang bhikkhu atau bhikkhuni dengan diawali menjadi seorang samanera karena semua itu bukan suatu kewajiban bagi kita yang menganut buddhasasana. Menurut komentar Samantha Pasadika, pada awal-awal Buddha baru mencapai kebuddhaan, beliau memberikan beberapa methode untuk menempuh kehidupan pabbhajita. Dijelaskan didalamnya ada 8 jenis methode untuk menjadi pabbhajita;
1.    Ehi Bhikkhu Upasampada
Pentahbisan dengan cara memanggil
“Datanglah O Bhikkhu”
2.    Sarana Gamana Upasamapada
Pentahbisan dengan cara berlindung kepada Buddha Dhamma Sangha
3.    Ovada Patiggahana Upasamapada
Pentahbisan dengan memberikan nasehat
4.    Panha Byakarana Upasamapada
Pentahbisan dengan cara menjawab pertanyaan
5.    Garudhamma Patiggahana Upasampada
Pentahbisan dengan menerima 8 aturan keras
6.    Dutena Upasampada
Pentahbisan dengan cara memberi pesan
7.    Atthavacika Upasampada
Pentahbisan khusus untuk Bhikkhuni
8.    Natti Catuttha Kamma Upasamapada
Pentahbisan khusus untuk Bhikkhu
                     (Samantha Pasadika, p.223)
 Jika kita benar-benar mempelajari cara-cara pentahbisan ini, kita akan mengerti apa yang Buddha tentukan sebagai cara untuk menentukan seseorang menjadi seorang bhikkhu atau bhikkhuni. Maka komunitas Sangha akan hidup dengan harmonis tanpa ada kesalahpahaman diantara para bhikkhu. Selama kehidupan Buddha, mereka mempraktekkan kedisiplinan yang sangat ketat melalui tiga pintu yaitu pikiran, ucapan dan perbuatan. Mari kita telusuri asal-muasal terjadinya cara-cara pentahbisan diatas dan kita akan mengetahui juga siapa saja yang menerima pentahbisan tersebut.
 
 
1.      Ehi Bhikkhu Upasampada
Pentahbisan dengan cara memanggil “Datanglah O Bhikkhu”
 
Pada suatu ketika Buddha sedang membabarkan Dhamma Chakka Pavatthana Sutta, pertapa Kondanna telah menjadi orang suci pertama didalam Buddhasasana, mencapai tingkatan kesucian Sotapanna. Setelah Lima pertapa menerima Ajaran Buddha mereka mengungkapkan keinginan untuk menjadi Savaka (murid) Buddha. Mereka telah menyerahkan harta benda dan telah menghabiskan waktu yang sangat lama menjalankan kehidupan sebagai seorang pertapa. Buddha telah mengetahui bahwa mereka akan segera mencapai tingkatan kesucian yang sangat cepat. Lalu, Buddha dengan cara memanggilnya “Datanglah O’ Bhikkhu”. Dikarenakan didalam kehidupan lampaunya mereka telah menanam jasa atau perbuatan baik maka pada saat itu pula mereka dengan suatu keajaiban, mereka secara sinkron langsung memakai jubah lengkap tanpa ada seorang upathambaka atau seorang pendonatur. (lebih lengkapnya baca di Samatha Pasadika). Beberapa kemudian hari,  seorang anak millioner bernama “Yasa” dan beserta Lima Puluh Empat temannya mengunjungi Buddha ditempat peristirahatanNya. Lalu mereka mendengarkan Dhamma yang dibabarkan secara langsung oleh Buddha sendiri dan akhirnya mereka dapat merealisasi kebenaran Mutlak. Mereka akhirnya memohon kepada Buddha untuk menjadi Savaka (murid) Buddha atau menjadi Bhikkhu. Kemudian Buddha dengan cara yang sama seperti diatas memanggilnya dengan “Datanglah O’ Bhikkhu” dan secara otomatis mereka semua telah menerima sebuah pentahbisan dan menjadi seorang bhikkhu. Disamping itu pula, ketika Buddha sedang melakukan perjalanan ke Uruvela, Beliau bertemu dengan Tiga Puluh Pangeran Bhaddha Vaggiya. Mereka juga mendengarkan Dhamma dari Buddha dan menjadi bhikkhu, menerima pentahbisan yang sama “Datanglah O’ Bhikkhu”. Kami mempelajari semua kejadian-kejadian ini menurut komentar Samantha Pasadika. Kami mengatakan demikian bahwa semua pentahbisan diatas terjadi secara ajaib. Dikarenakan adanya dukungan perbuatan baik atau kusalakamma dikehidupan lampau mereka. Tetapi, kami merasakan apa yang Buddha maksudkan dengan cara memanggil “Datanglah O’ Bhikkhu” hanya bertujuan memberikan permisi atau izin untuk menjadi savaka atau muridNya, begitu Buddha mengucapkan “Datanglah O’ Bhikkhu” secara bersamaan rambut mereka tercukur dengan sendirinya dan mengenakan jubah dengan sendirinya serta mengikuti Dhamma dengan bebas. Kami juga bisa melihat kejadian yang sangat jelas yang terjadi dengan Tiga Jatila bersaudara dan pengikut-pengikutnya. Kejadian itu dijelaskan didalam Mahavagga. Didalam bahasa pali dikatakan “Athakho te Jatila kesamissam jatamissam barikajamissam aggihutamissam, udake pavadhetva yena bhagava tenupasamkaminsu upasamkamitva bhagavato padesu sirasani patitva bhagavata metada voca”. Lalu Jatila bersaudara secara ajaib telah tercukur rambutnya, mengenakan jubah lengkap dan muncul hiasan-hiasan api didalam sungai. Mereka lalu mengunjungi Buddha dan menjadi savaka (murid) Buddha. Buddha lalu memanggil mereka dengan sebutan “Datanglah O’ Bhikkhu” bahwa dengan cara itu mereka telah menerima sebuah pentahbisan. Kemudian mereka mendengarkan Dhamma,

mempraktekkannya dan akhirnya mereka dapat merealisasi Dhamma itu sendiri atau telah melenyapkan segala kekotoran batin (kilsa).  Melalui kejadian ini kami bisa mengerti bahwa kaum laki-laki yang menerima pentahbisan dengan cara ajakan “Datanglah O’ Bhikkhu” atau Ehi Bhikkhu Upasampada, dengan ajaib rambut mereka tercukur dengan sendirinya dan berganti baju mereka menjadi jubah seorang samana. Dengan demikian kami berpikir tentang ajakan “Datanglah O’ Bhikkhu” hanya sebuah ajakan atau sebuah izin untuk mengikuti atau mempraktekkan Dhamma dengan menjadi seorang Bhikkhu.
 
2.    Sarana Gamana Upasampada
Pentahbisan dengan cara mengambil perlindungan kepada Tiratana
 
Setelah mentahbiskan Lima pertapa (Panca Vaggiya), Yasa dan teman-temannya, lalu Buddha mengirim mereka keseluruh penjuru untuk membabarkan Dhamma. Buddha memberikan pesan kepada para bhikkhu “Caratha bhikkhave carikam bahujana hithaya, bahujana sukhaya, lokanukampaya”. Artinya “Para Bhikkhu, pergilah keseluruh penjuru demi kebaikan semua makluk , demi sebuah ketenangan dan demi perdamaian didunia ini, babarkanlah Dhamma kepada mereka”. Buddha menginginkan para savaka atau murid-muridNya untuk mengajarkan Dhamma kepada orang-orang, bagaimana cara untuk mencapai sebuah kelayakan atau kemuliaan dalam hidup?, dan diwaktu yang sama juga Beliau menginginkan para bhikkhu untuk mengajar bagaimana cara untuk melenyapkan sebuah penderitaan yang berkepanjangan didalam samsara. Setelah itu, Beliau mengirim para savaka-savaka untuk membabarkan dhamma. Buddha pergi keUruvela untuk membabarkan Dhamma kepada Pangeran-Pangeran Bhadda Vaggiya, yang pada akhirnya mereka menjadi bhikkhu dan ikut andil dalam pembabaran Dhamma keseluruh penjuru India.  Pada saat para bhikkhu sedang membabarkan dhamma, orang yang mendengarkan Dhamma menginginkan untuk menjadi murid Buddha. Ribuan dari mereka datang untuk mengunjungi kediaman Buddha dan mengungkapkan keinginannya serta tujuan untuk memohon sebuah pentahbisan. Banyak diantara mereka melakukan perjalanan yang begitu jauh hanya untuk mengungkapkan

tujuannya kepada Buddha. Dengan penuh karuna atau belas kasihan, Buddha mengijinkan murid-muridnya untuk mentahbiskan para perumah tangga yang datang untuk menjadi murid Buddha dengan memanjatkan sebuah kata perlindungan selama Tiga Kali yaitu “ Aku berlindung pada Buddha, Aku berlindung pada Dhamma dan Aku berlinding pada Sangha”. Dalam bahasa palinya “Buddham saranam Gacchami, Dhammam saranam Gacchami, Sangham Saranam Gacchami”. Banyak orang yang mendengarkan dhamma yang dibabarkan oleh para para bhikkhu savaka Buddha dan akhirnya dapat merealisasikan sebuah kebenaran dalam hidup. Kemudian mereka juga menerima sebuah pentahbisan dengan berlindung kepada Tiratana; Buddha Dhamma dan Sangha. Semua bhikkhu yang ditahbiskan pada waktu itu paling sedikit mencapai tingkat kesucian sotapanna atau sebuah jasa yang tak terhingga. Dan juga seorang Rahula dan Sopaka menerima pentahbisan dengan cara yang sama yaitu dengan berlindung kepada Tiratana; Buddha Dhamma serta Sangha atau dengan sebutan lain Sarana Gamana Upasampada.
 
3.        Ovada Patiggahana Upasampada
       Pentahbisan dengan cara memberikan sebuah nasehat.
 
       Buddha telah memberikan sebuah ovada atau nasehat kepada Y.M Maha Kassapa Thera dengan sebuah syair dibawah ini;
“Tasmatihate kassapa! Evam sikkhitabbam me hirotappam paccuppattitam bhavissati
theresu navesu majjimesu cati. Evam hite Kassapa! Sikkhitabbam tasmahi
te Kassapa! Sikkhitabbam, yam kinchi dhammam sossama kusalupasahitam
sabbam tam atthi katva manasikatva sobbam cetasa samannaharitva
ohitasotha dhammam sossamiti, Evam hi te Kassapa! Sikkhitabbam sata
sahagata ca me kayagatasati na vijahissatiti. Evam hi te Kassapa!
Sikkhitabbam” (Kassapa Samyutta of the Samyutta Nikaya).
Dengan hanya menerima nasehat yang diberikan oleh Buddha sendiri, Y.M Maha Kassapa Thera secara otomatis telah menerima sebuah pentahbisan.  Dan pentahbisan ini hanya diberikan secara khusus untuk Y.M Maha Kassapa Thera.   
 
4.        Panha Byakarana Upasampada
Pentahbisan dengan cara menjawab sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Buddha sendiri. 
 
Suatu ketika Buddha sedang berdiam diPurvarama, Samanera Sopaka sedang melakukan suatu perjalanan panjang menuju tempat Buddha berada. Buddha telah mengetahuinya bahwa samanera Sopaka segera akan merealisasi Nibbana atau menjadi seorang Arahat. Lalu Buddha memanggilnya dan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti syair dibawah ini;  “Uddu mataka sannati, va Sopaka! Rupa sannati vaime dhamma nantthe nana byanjana, udahu ekattha Vyanjana meva nanam (Samyutta Nikaya)”. Lalu Samanera Sopaka menjawabnya dengan sangat pintar dan berani. Buddha lalu memujinya dan bertanya tentang umurnya. Sopaka menjawabnya bahwa ia baru berumur Tujuh tahun. Diumur yang ketujuh tahun ini, Buddha memberitahunya bahwa dengan wawancara itu dia telah menerima suatu

pentahbisan dan menjadi seorang bhikkhu, lalu Buddha menginformasikan secara langsung kepada Sangha. Demikian juga Samanera Sumana juga telah menerima pentahbisan dengan cara yang sama yang mana Buddha menjelaskan bahwa sikap dan tingkah laku seorang Sumana telah pantas. Pertanyaan-pertanyaan itu dimuat didalam Kitab Samanera Banadaham Potha, sebuah buku yang memuat khusus untuk Samanera, dan ada didalam Kitab Suci Piruvana Pothavahanse. Pertanyaan-pertanyaannya seperti syair berikut ini;
1.    Eka Nama Kim?
Apa yang dimaksud Satu?
Yaitu Sabbe Satta Aharatthitika
Yaitu semua makluk tergantung pada makanan.
2.    Dve Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Dua?
 Yaitu Namam ca Rupam ca
Yaitu batin dan jasmani/mental dan fisik
3.    Tayo Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Tiga?
Yaitu Tisso Vedana
Yaitu Tiga aspek sensasi atau Tilakkhana
4.    Catari Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Empat?
Yaitu Cattari Ariyasaccani
Yaitu Empat Kesunyataan Mulia
5.    Panca Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Lima?
Yaitu Panca Upadana Khandha
Yaitu Lima Kelompok kemelekatan Batin dan Jasmani
6.    Ca Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Enam?
Yaitu Ca Ajjattikani Ayatanani
Yaitu Enam Landasan Indriya bagian dalam (6 Ayatana).
7.    Satta Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Tujuh?
Yaitu Satta Bhojjangani
Yaitu Tujuh Faktor yang menuntun kearah Pembebasan
8.    Attha Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Delapan?
Yaitu Ariyo Atthangiko Maggo
Yaitu Delapan Jalan Pembebasan
9.    Nava Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Sembilan?
Yaitu Nava Sata Vassa
Yaitu Sembilan Alam dimana semua makluk tinggal
10.  Dasa Nama Kim?
Apa yang dimaksud dengan Sepuluh?
Yaitu Dasa Hangehi samannagato Arahati Vuccati ti
Yaitu Orang yang telah mencapai Arahat
 
                 Dengan menjawab semua pertanyaan itu Samanera Sumana secara otomatis telah menerima pentahbisan sebagai seorang bhikkhu.  Pentahbisan ini dianugerahkan oleh Buddha sendiri dan dikenal dengan sebutan PanhaVyakarana Upasampada.


bersambung....
« Last Edit: 13 August 2010, 10:33:03 PM by pannadevi »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #46 on: 13 August 2010, 10:36:38 PM »
lanjutan, karena tadi tidak bisa dimuat sekaligus ternyata kepanjangan....

Quote
[spoiler]
5.    Garudhamma Patiggahana Upasampada
Pentahbisan dengan cara menerima Delapan Aturan Keras.
 
Dan pentahbisan ini hanya  diberikan kepada Mahapajapati Gotami, ibu tiri dari Buddha sendiri. Ketika dia memohon untuk ditahbiskan menjadi bhikkhuni, Buddha menolaknya sampai tiga kali berturut-turut. Tetapi akhirnya Y.M Ananda Thera membujuk Buddha dan akhirnya Buddha mengijinkan Mahapajapati Gotami memasuki Sasana dan menjadi bhikkhuni bersama-sama dengan 500 wanita kerajaan yang mana suami dari mereka telah memasuki sasana terlebih dahulu. Hanya jika mereka dapat mengikuti atau bersedia menerima delapan aturan keras yang diberikan oleh Buddha atau yang disebut Attha Garudhamma, yaitu;
1.    seorang bhikkhuni, meskipun telah ditahbiskan selama seratus tahun, harus menyambut dengan sopan, berdiri dari tempat duduknya, memberi hormat dengan kedua tangan dirangkapkan didada kepada seorang bhikkhu yang baru ditahbis. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
2.    seorang bhikkhuni tidak boleh menjalankan vassa disuatu tempat, yang mana tidak terdapat seorang bhikkhu. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
3.    setiap setengah bulan sekali seorang bhikkhuni harus memohon dua hal dari Sangha bhikkhu, yaitu ketika hari uposatha pada bulan terang dan gelap serta pada hari unutk melakukan latihan dan hari untuk mendapatkan nasehat-nasehat (teguran-teguran). Aturan ini juga harus dipatuhi dan dilaksanakan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikhuni.
4.    setelah melakukan massa vassa seorang bhikkhuni harus memohon kepada Sangha bhikkhu dan Sangha bhikkhuni untuk mendapatkan teguran dan peringatan tentang apa yang dicurigai, didengar, dan dilihat. Aturan ini pantas dilakukan dan dipatuhi serta tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
5.    seorang bhikkhuni yang telah melakukan pelanggaran atau Appatti harus menjalani sebuah hukuman (Parivassa dan Manatta) selama setengah bulan lamanya dibawah pengawasan Sangha bhikkhu dan Sangha Bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan dipatuhi dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
6.    setelah selesai menjalakan masa percobaan selama dua tahun, seorang calon bhikkhuni harus mohon ditahbiskan menjadi bhikkhuni dari Sangha bhikkhu dan dari Sangha bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
7.    seorang bhikkhu tidak boleh dicaci maki dan dihina dengan cara apapun oleh seorang bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan dipatuhi dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
8.    mulai hari ini seorang bhikkhuni dilarang memperingati atau menegur seoorang bhikkhu, tapi sebaliknya seorang bhikkhu tidak dilarang unutk menegur atau memperingati seorang bhikkhuni. Aturan ini pantas dilakukan dan tidak boleh dilanggar selama ia menjadi bhikkhuni.
 
Dengan gembira Mahapajapati Gotami menerima aturan tersebut dan secara otomatis telah menerima pentahbisan dan menjadi seorang bhikkhuni. Sejak Mahapajapati Gotami menerima aturan ini Buddha mengumandangkan kepada sangha bhikkhu bahwa seorang Gotami telah menerima pentahbisan dan menjadi bhikkhuni yang pertama didalam Buddhasasana. Setelah Buddha mengumumkan bahwa telah ada bhikkhuni didalam Dhamma dan Vinaya lalu Buddha menganjurkan para bhikkhu untuk mentahbiskan wanita-wanita lain yang ingin menjadi bhikkhuni. Demikian pula dengan 500 ratus pengikutnya juga ditahbiskan dengan menerima delapan aturan keras oleh para savaka Buddha dan mereka juga menerimanya dengan kegembiraan. Dalam perkembangan selanjutnya Buddha menetapkan pula peraturan yang berlaku khusus untuk para bhikkhuni  dan pantas untuk dilaksanakan. Secara kohensip aturan seorang bhikkhuni ada 311 sila, sedangkan seorang bhikkhu menerima aturan sebanyak 227 sila.
 
6.    Dutena Upasampada
Pentahbisan dengan cara mengirimkan sebuah pesan.
 
Pentahbisan ini hanya dianugerahkan kepada seorang prostitusi yang bernama Addhakasi. Seorang prostitusi yang terkenal dan banyak penggemar. Ketika ia mendengarkan khotbah dhamma yang dibabarkan oleh Buddha dan secara instan ia dapat merealisasi kebenaran dalam hidup, lalu ia menjadi seorang samaneri dibawah bimbingan seorang bhikkhuni. Tetapi para lelaki yang menjadi penggemarnya dimasa lalu tidak menyukai kehidupannya yang berubah. Ketika mereka mendengar bahwa samaneri Addhakasi akan pergi menerima pentahbisan secara langsung dari Buddha sendiri, mereka mengharapkanya untuk lepas jubah dan sudah barang tentu akan diajak bersetubuh dengannya lagi. Karena mereka sangat  bernafsu untuk bisa berhubungan tubuh dengannya. Setelah itu pembimbing Addhakasi sendiri mengirimkan sebuah pesan kepada Buddha dan menjelaskan bahwa dia (Addhakasi) tidak bisa datang disebabkan oleh kejadian itu. Akhirnya, Buddha menganugerahkan sebuah pentahbisan kepada Samaneri Addhakasi melalui sebuah pesan. Dan pentahbisan ini hanya diberikan kepada Bhikkhuni Addhakasi saja. Dari semua pentahbisan yang muncul pada waktu Buddha masih ada, lima dari enam cara pentahbisan diatas dianugerahkan secara spesial yang diberikan oleh Buddha pribadi. Satu dari enam pentahbisan itu, Sarana Gamana Upasampada, sebuah pentahbisan dengan cara mengambil suatu perlindungan kepada Tiratana; Buddha, Dhamma dan Sangha, kepada seorang bhikkhu atau lebih yang mampu memberikan pentahbisan ini kepada calon bhikkhu.
 
7.    Atthavacika Upasampada
Sebuah pentahbisan khusus kepada seorang bhikkhuni.
 
Setelah berdirinya Sangha Bhikkhuni, Y.M Mahapajapati Gotami Bhikkhuni yang telah menerima pentahbisan dengan menjalankan delapan aturan keras atau Attha Garudhamma. Dan wanita kerajaan lainnya menerima pentahbisan dari Sangha bhikkhu, Buddha juga memberikan wewenang kepada Sangha bhikkhu untuk mentahbiskan seorang Samaneri. Setelah beberapa tahun kemudian, Buddha memutuskan kepada para wanita yang telah menjadi seorang samaneri dan memberikan sebuah pentahbisan dengan cara mewawancarai atau menginterview calon bhikkhuni. Ketika para bhikkhu telah memimpin wawancara tersebut, mereka (calon bhikkhuni) menanyakan beberapa pertanyaan yang mana para calon bhikkhuni menyulitkan para bhikkhu untuk menjawabnya. Setelah kejadian tersebut, Buddha memutuskan kepada calon bhikkhuni pertama-tama harus diwawancarai dan ditahbiskan secara langsung didepan Sangha Bhikkhuni. Kemudian mereka juga menerima pentahbisan secara langsung didepan Sangha Bhikkhu. Jadi penemuan ini tidak dapat diganggu gugat, pentahbisan pertama dilakukan oleh Sangha Bhikkhu dan kemudian ditahbiskan kembali oleh Sangha Bhikkhuni. Akhirnya pentahbisan telah berjalan bahwa seorang samaneri akan mendapatkan pentahbisan secara resmi menjadi bhikkhuni harus didepan Sangha bhikkhuni dan Sangha bhikkhu. Dengan mengumandangkan kamma vaca selama empat kali didepan sangha bhikkhuni dan mengumandangkan kembali didepan Sangha Bhikkhu dengan cara yang sama. Jadi semua calon bhikkhuni mengumandangkan Kamma Vaca sebanyak delapan kali, dengan demikian pentahbisan bhikkhuni dinamakan Atthavacika Upasampada, yaitu pentahbisan dengan mengulang kamma vaca sebanyak delapan kali.
 
8.    Natti Catuttha Kamma Upasampada
Sebuah pentahbisan khusus bagi seorang bhikkhu.
 
Peraturan ini sampai sekarang masih dilakukan untuk mentahbiskan seorang samanera atau calon bhikkhu. Mereka membacakan kammavaca sebanyak empat kali. Ini harus dilakukan dihadapan Lima Bhikkhu atau lebih anggota sangha bhikkhu termasuk Upajjhaya, Kammacariya bhikkhu yang mewancarai calon bhikkhu yang ingin ditahbiskan. Mereka (Achariya) menanyakan beberapa pertanyaan tentang kehidupan dan pribadi calon bhikkhu. Empat syarat yang harus dipenuhi dalam menerima pentahbisan ini antara lain;
 
1.    Vatthu Sampatti (yaitu tentang materi bagi calon bhikkhu):
-Harus seorang laki-laki
-calon berumur 20 tahun atau lebih
-fisik seorang calon harus tidak mempunyai cacat sebagai manusia.
-tidak mempunyai suatu kasus yang berhubungan dengan hokum,
  misalnya melakukan tindak criminal yang serius.
-tidak pernah melakukan kesalahan yang serius didalm Buddhasasana
  misalnya; pelanggaran Parajika ketika menjadi bhikkhu pada saat
  sebelumnya.
Selain masalah-masalah diatas, ada beberapa yang menyebabkan
calon tidak bisa diterima memasuki sasana. Misalny; pencuri,
perampok, orang yang mempunyai reputasi buruk didalam masyarakat
karena telah melakukan tindak kejahatan, mempunyai penyakit
kelainan fisik, mempunyai penyakit infeksi dan mempunyai hutang.
2.    Parisa Sampatti (sempurnanya suatu pesamuan ; yaitu dalam hal ini
jumlah bhikkhu yang diperlukan harus cukup yaitu minimal Lima Bhikkhu atau lebih).
3.    Sima Sampatti (sempurnanya suatu batas; yaitu semua bhikkhu yang
turut mentahbiskan seorang bhikkhu harus tidak melewati batas sima yang sudah ditentukan).
4.    Kammavaca Sampatti (sempurnanya sebuah pernyataan);
a.   Natti-Sampatti (usulan)
b.   Anusavana-Sampatti (pengumuman)
 
Demikianlah aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam suatu pentahbisan agar pentahbisan tersebut menjadi sah dan teratur. Setelah mengetahui bahwa calon bhikkhu tidak mempunyai suatu masalah, baik dengan hukum maupun masalah kesehatan fisik pribadi calon bhikkhu. Lalu dengan demikian Sangha bhikkhu menerimanya sebagai seorang bhikkhu secara sah sesuai dengan Dhamma dan Vinaya. Lalu dia calon bhikkhu mengumandangkan Natti dan membacakan kammavaca sebanyak Tiga kali. Jadi dia membacakan semua aturan-aturannya sebanyak empat kali. Makanya pentahbisan ini dinamakan Natti Catuttakamma Upasampada.
 
Kesimpulan
 
Jadi dari kesimpulan diatas dimasa lalu banyak laki-laki dan perempuan yang mendengarkan Dhamma dan secara instan dapat merealisasi kebenaran mutlak dalam hidup mereka. Dengan perealisasian yang benar itu mereka menginginkan untuk menjadi savaka atau murid dari Buddha sendiri. Melalui waktu yang sangat panjang mereka memasuki sasana dan akhirnya mereka menjadi seorang yang mulia atau orang yang telah mencapai pembebasan. Jadi disini Buddha mengenal potensi-potensi dari mereka, lalu memberikan suatu pentahbisan yang sesuai dan akhirnya Buddha menganugerahkan beberapa jenis pentahbisan yang tergantung situasi dan kondisinya. Buddha telah mengetahui dengan pasti, apa yang mereka telah rasakan yaitu keadaan yang betul-betul mengubah suasana yang lama yang menurut para bijaksana adalah kebenaran mutlak itu sendiri. Pada awal-awalnya tidak ada sebuah peraturan atau vinaya yang diperlukan untuk para Sangha Bhikkhu dan Sangha Bhikkhuni. Selam Dua Puluh tahun lamanya kehidupan para bhikkhu dan bhikkhuni tidak dipengaruhi adanya Vinaya atau peraturan khusus.  Kemudian, ketika para bhikkhu dan bhikkhuni semakin banyak, dan banyak diantara mereka yang tidak dapat merealisasi dhamma secara mendalam, akhirnya beberapa dari mereka melakukan suatu perbuatan yang tidak pantas. Ketika Buddha mengetahuinya, lalu Buddha mengumandangkan sebuah peraturan-peraturan yang khusus bagi para bhikkhu dan bhikkhuni dan hasilnya masyarakat bisa menerima mereka dan mendukungnya kembali.  Pada saat setelah Buddha mengumandangkan pentahbisan untuk laki-laki yang disebut Natti Catuttha Upasampada, yang mana peraturan ini harus dilakukan dihadapan minimal Lima Bhikkhu atau lebih. Dalam hal ini harus ada Upajjaya, Nissaya Achariya atau seorang yang menginstruktur calon bhikkhu dan para saksi. Setelah terbentuknya pentahbisan untuk para bhikkhu dan bhikkhuni yang diharuskan mengikuti dan mempraktekkan secara penuh Empat Aturan Sikap bermoral demi sebuah kesucian atau yang disebut dengan Citta Parisuddhi Sila, empat Aturan itu adalah;
1.    Patimokkha Samvara:
      yaitu menahan diri sesuai dengan Patimokkha yaitu peraturan-peraturan kedisiplinan yang khusus bagi para bhikkhu dan berusaha menghindari larangan-larangan yang telah dikumandangkan oleh Buddha sendiri.
2.    Indriya Samvara:
      yaitu berusaha mengendalikan Enam Indriya, agar tidak terbawa arus kekotoran batin. Yang dapat disebabkan adanya kesenagan atau ketidaksenagan pada saat indriya mengalami kontak dengan objek-objek diluar.
3.    Ajivaparisuddhi Sila:
      yaitu berpenghidupan yang benar dan tidak melakukan suatu penipuan.
4.        Paccayasannisita Sila:
sebelum mempergunakan empat kebutuhan pokok atau paccaya, yaitu Jubah (Civara), makanan (Pindapata), tempat tinggal (senasana) dan obat-obatan (Bhesajja) harus dapat direnungkan sebelumnya bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak untuk keserakahan. (Visuddhi Magga)
 
Setelah itu para bhikkhu dan bhikkhuni seperti seorang anak laki dan perempuan dari Buddha sendiri, kita sebagai penerus atau pelestari dhamma kita harus berusaha untuk mempraktekkan Dhamma dan Vinaya secara benar dan toleran, tidak hanya berstatus bhikkhu dan bhikkhuni saja tetapi dituntut untuk betul-betul ada diatas jalan. Karena kita membutuhkan suatu transformasi terhadap perbuatan, ucapan dan pikiran yang positif. Lalu, dengan tidak terkontaminasinya tiga gerbang kita itu dan juga melalui pentahbisan ini, kita akan memperoleh kebijaksanaan, disamping itu kita juga belajar dari berbagai jenis tentang sebuah kehidupan yang akan mengantarkan kita mencapai suatu keadaan yang menakjubkan. Semoga kita semua akan mencapai kesuksesan dan dapat merealisasi puncak dari Dhamma itu sendiri dan semoga semua makluk juga memperoleh perealisasian  Dhamma dalam kehidupan saat ini. Sadhu

mettacittena,

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Jubah Bhante
« Reply #47 on: 14 August 2010, 01:52:01 PM »
Terima kasih jawabannya sis Pannadevi... nanti saya baca pelan-pelan ya, soalnya panjang ;D

saya rasa kita semua bisa menjadi seorang pabbajjita tinggal anda mau memilih jalur tsb apa tidak. ayo nyusul sekalian aja sis....

Umm... sampe saat ini sih saya merasa belum mampu sis... :)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #48 on: 14 August 2010, 10:55:56 PM »
Terima kasih jawabannya sis Pannadevi... nanti saya baca pelan-pelan ya, soalnya panjang ;D

saya rasa kita semua bisa menjadi seorang pabbajjita tinggal anda mau memilih jalur tsb apa tidak. ayo nyusul sekalian aja sis....

Umm... sampe saat ini sih saya merasa belum mampu sis... :)

u r most welcome sis, senang akhirnya bisa membantu anda.
emang panjang sih, makanya musti dipotong jadi 2 bagian.
masalah mampu atau tidak itu diukur darimana sih?
umur jelas udah mampu, kecerdasan jelas udah mampu, kesehatan jelas juga mampu (karena syarat nya harus sehat jasmani dan rohani)....hehehe...

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Jubah Bhante
« Reply #49 on: 15 August 2010, 12:57:46 AM »
Terima kasih jawabannya sis Pannadevi... nanti saya baca pelan-pelan ya, soalnya panjang ;D

saya rasa kita semua bisa menjadi seorang pabbajjita tinggal anda mau memilih jalur tsb apa tidak. ayo nyusul sekalian aja sis....

Umm... sampe saat ini sih saya merasa belum mampu sis... :)

u r most welcome sis, senang akhirnya bisa membantu anda.
emang panjang sih, makanya musti dipotong jadi 2 bagian.
masalah mampu atau tidak itu diukur darimana sih?
umur jelas udah mampu, kecerdasan jelas udah mampu, kesehatan jelas juga mampu (karena syarat nya harus sehat jasmani dan rohani)....hehehe...
Kalo dibilang belum mampu Pabbajjita ....
Sis Mayvise ... bisa ikut retreat meditasi

Bukankah begitu samaneri Pannadevi  _/\_ ;D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #50 on: 15 August 2010, 08:13:51 AM »
Terima kasih jawabannya sis Pannadevi... nanti saya baca pelan-pelan ya, soalnya panjang ;D

saya rasa kita semua bisa menjadi seorang pabbajjita tinggal anda mau memilih jalur tsb apa tidak. ayo nyusul sekalian aja sis....

Umm... sampe saat ini sih saya merasa belum mampu sis... :)

u r most welcome sis, senang akhirnya bisa membantu anda.
emang panjang sih, makanya musti dipotong jadi 2 bagian.
masalah mampu atau tidak itu diukur darimana sih?
umur jelas udah mampu, kecerdasan jelas udah mampu, kesehatan jelas juga mampu (karena syarat nya harus sehat jasmani dan rohani)....hehehe...
Kalo dibilang belum mampu Pabbajjita ....
Sis Mayvise ... bisa ikut retreat meditasi

Bukankah begitu samaneri Pannadevi  _/\_ ;D

bener sekali, setuju bro....itu sis Mayvise ikut aja retreat bareng bro Virya, klo ga salah mo datang lagi khan sayalay Dipankara....jangan lupa bro daftarin sis Mayise ya...

mettacittena,

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Jubah Bhante
« Reply #51 on: 15 August 2010, 08:45:03 AM »
Boleh tau kalau jubah biksu/bante biasa nya jenis kainnya apa ya?
100% cotton, full comb cotton, Wrinkle resistant cotton fabrics atau yg gimana ya?

apakah jenis anti kusut disarankan ?

trus apa juga ada pakai ukuran S, M, L, XL, XXL, XXL ?
dan kalau cuma bilang jubah...(itu jubah warna apa ? theravada atau gimana?...
   apakah pernah biksu mahayana tapi dihadiahkan jubah theravada ? karna umat baru ini gak tau)


(pertanyaan serius lho....nanti dianggap bercanda trus gak dijawab)

Quote
Kalo dibilang belum mampu Pabbajjita ....
Sis Mayvise ... bisa ikut retreat meditasi
wahhh ini juga orang marketing.... tapi kalau itupun gak sanggup, ikut yg mana lagi ya?
« Last Edit: 15 August 2010, 08:50:04 AM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Jubah Bhante
« Reply #52 on: 15 August 2010, 09:22:12 AM »
Boleh tau kalau jubah biksu/bante biasa nya jenis kainnya apa ya?
100% cotton, full comb cotton, Wrinkle resistant cotton fabrics atau yg gimana ya?

apakah jenis anti kusut disarankan ?

trus apa juga ada pakai ukuran S, M, L, XL, XXL, XXL ?
dan kalau cuma bilang jubah...(itu jubah warna apa ? theravada atau gimana?...
   apakah pernah biksu mahayana tapi dihadiahkan jubah theravada ? karna umat baru ini gak tau)


(pertanyaan serius lho....nanti dianggap bercanda trus gak dijawab)

Quote
Kalo dibilang belum mampu Pabbajjita ....
Sis Mayvise ... bisa ikut retreat meditasi
wahhh ini juga orang marketing.... tapi kalau itupun gak sanggup, ikut yg mana lagi ya?



[kalo salah mohon dikoreksi.
1. saya bukan bikhu-jd nda tau jenis kainnya. Jika ingin menggunakan ilmu tafsir... kemungkinan besar 80%cotton,20%pe.
mengingat agak kasar namun berat dan halus.

2. setau saya jubah bikhu, itu 1. dalam artian no xl,s,m,l. tepatnya sekitar 3m. jadi di lipet2

3.Ketuker jubah? no. coba di gunakan logic nye....
rata2 pemberi jubah pasti umatnya.

Bikhu X, yah umat X yang kasih.
jarang bikhu X,umat Y yang kasih.

Kecuali orang baru sekali, dan nampaknya orang baru pun akan tergabung dalam komunitas dimana dia bernaung.
so ketuker jubah, nda mungkin...
Samma Vayama

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Jubah Bhante
« Reply #53 on: 15 August 2010, 09:24:41 AM »
bukannya berdana jubah idealnya kepada Sangha?

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Jubah Bhante
« Reply #54 on: 15 August 2010, 09:34:16 AM »
bukannya berdana jubah idealnya kepada Sangha?
ideal ne ke sanggha..
sanggha ora ono, ya bikhu pun jadi.
Samma Vayama

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Jubah Bhante
« Reply #55 on: 15 August 2010, 09:47:32 AM »
bukannya berdana jubah idealnya kepada Sangha?
ideal ne ke sanggha..
sanggha ora ono, ya bikhu pun jadi.

dananya pas kathina toh

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #56 on: 15 August 2010, 09:54:20 AM »
bukannya berdana jubah idealnya kepada Sangha?
ideal ne ke sanggha..
sanggha ora ono, ya bikhu pun jadi.

dananya pas kathina toh

memang ideal nya dana jubah waktu kathina, tetapi tidak apa2 jika bro Johan mo berdana jubah bukan disaat kathina untuk sangha, jangan berkecil hati bro, kalo di area anda tidak ada bhikkhu, karena diserahkan ke viharapun udah mewakili, pasti pengurus vihara akan meneruskan ke sangha, pada saat berdana yg penting kondisi hati dan pikiran harus dipenuhi "rasa bahagia telah berdana kepada sangha" baik setelah berdana ingat hal inipun juga amat bagus, bahkan mendukung kamma baik.
selamat menimbun kebajikan selagi masih ada kesempatan, tidak perlu nunggu dpt rejeki nomplok dulu ya bro, baru berdana.

Quote
Kalo dibilang belum mampu Pabbajjita ....
Sis Mayvise ... bisa ikut retreat meditasi
wahhh ini juga orang marketing.... tapi kalau itupun gak sanggup, ikut yg mana lagi ya?

memotivasi bro....bukan marketing...
kalau marketing mah ga ada keuntungan buat saya, beliau toh bukan umat saya....dimana marketing itu akan menggebu2 merayu utk masuk member agar dapat keuntungan, la kalo saya keuntungan nya dari ini apa? malah saya bayar sendiri kok tagihan internet saya....ga dibayarin tuh....hehehe....


mettacittena,
« Last Edit: 15 August 2010, 09:58:28 AM by pannadevi »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Jubah Bhante
« Reply #57 on: 15 August 2010, 12:36:24 PM »
 [at]  Sis Pannadevi & Virya: Kalo ikut retret sih mau. Tapi sekarang belum dibolehin cuti dari kantor, karena belum sampe 1 tahun kerjanya. Nanti kalo uda bisa, saya pasti mau ikut ;D

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Jubah Bhante
« Reply #58 on: 15 August 2010, 02:52:24 PM »
ok deh sis Mayvise, semoga tahun depan udah bisa ikut, berarti udah ada setahun khan udah ada jatah cuti, sebaiknya cari2 info sekitar bulan apa aja ada retreat (sy rasa DC sll up to date), jadinya bisa diajukan di bulan itu, jadi keinget pengalaman saya dlu wkt kerja, diawal tahun tiap karyawan diharuskan mengisi list jadwal cuti setahun, karena setiap ada yg cuti harus ada yg menggantikan, sehingga awal tahun dibuat list dan diatur penggantinya, sehingga tdk ada yg bersamaan.

kalo disini dosen setelah kerja 15thn ato 20 thn sy lupa, ada cuti selama 2thn dg fasilitas gaji full setiap bulan selama 2 thn, sehingga dimanfaatkan oleh mereka yg udah senior (rata2 profesor) untuk mengajar diluar negeri, sehingga mrk dpt gaji double. Indo kapan ya kayak gitu? (universitas bisa bangkrut dah)  ;D  ;D

mettacittena,

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Jubah Bhante
« Reply #59 on: 17 August 2010, 01:04:51 AM »
[at]  Sis Pannadevi & Virya: Kalo ikut retret sih mau. Tapi sekarang belum dibolehin cuti dari kantor, karena belum sampe 1 tahun kerjanya. Nanti kalo uda bisa, saya pasti mau ikut ;D
Idul fitri tahun ini ..... libur brapa hari?
7 hari juga bisa kok ikut retreat meditasi di Cibodas
Gw baru aja daftar ..... 3 Orang (sama gw), besok tambah 2 orang lagi yg gw daftarin (data2nya belum lengkap hari ini) ......
ayoooo ... kasih data-data mu  ;D

Form pendaftaran seperti ini :


Nama                    :
Jenis Kelamin           : 
Tempat & Tgl Lahir      :
Alamat Lengkap  :
                       Kota :          Kode Pos :
No. telp rumah /hp      :
Profesi/Pekerjaan       :
Gol. Darah              : 
Alamat Email            :
Pernah mengikuti Retreat Meditasi :

Untuk sis Mayvise yg belum pernah ikut kegiatan retreat lebih di prioritaskan ....

[at} Samaneri Pannadevi
Betull ... Sayalay Dinpankara akan datang dan membimbing di hadaya vatthu Cibodas .... awal desember 2010



  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....