Anda Mudah Tersinggung dalam
Diskusi? Tampar dengan Tulisan Ini.
Terlalu banyak menggunakan perasaan
dalam diskusi, bereaksi secara
psikologis, alih-alih akan membuat
diskusi menggelinding cantik, justru
ledakan perasaan membuat diskusi jadi
macet.
Dalam konteks diskusi,
sikap sentimen
melankolis itu jelas tidak ada gunanya.
Jangankan saling mendapatkan
pencerahan, justru sikap itu sangat
rentan memicu permusuhan, bahkan
dendam pribadi terselubung.
Ketika ada yang mengatakan bahwa:
theravada itu aliran egois
atau mahayana itu adalah sok maha
dan tantra berpaham magic
Bagaimana respon anda?
Menggali ada apa dibalik pernyataan itu?
Atau hati anda sudah duluan merasa
terbakar?
Jika jawaban anda YA, bahwa anda
langsung merasa terbakar, tersinggung,
terhina dan tercela, maka menurut saya
anda belum layak hadir disebuah forum
diskusi.
Karena forum diskusi, sejatinya
adalah medan tempur gagasan. Tempat
berseliwerannya rudal pemikiran. Bukan
tempat membesar-besarkan perasaan.
Ini bukan berarti saya anti perasaan.[/color]Anda jangan salah kaprah, jangan latah
Artinya, sesuaikan segala sesuatu
dengan konteksnya.
Dimana dan kapan sebaiknya anda
memasang perasaan dan kapan
memasang respon intelektual.
Jika anda terlalu sensitif terhadap
tulisan dan komentar orang lain,
terhadap pendapat orang lain, bagi saya
anda lebih cocok di grup silaturrahmi.
Atau grup chatting-chattingan.
Meskipun dalam sebuah diskusi, tidak
tertutup kemungkinan juga terjadi
omong-omong santai dan humor
disana-sini. Tapi saya pikir itu hanya
selingan spontan sebagai variasi. Tapi
intinya, adalah transtorming. Sharing
pemikiran.
So, apa yang anda pikirkan?
(di copas dari seorang pemikir bebas yg
telah mendobrak batas2 pikiran dan
disesuaikan dengan ruang lingkup umat
buddha. sumber: blogernas)
copas dari Group Dhamacitta yg di post oleh Bro BUDIMAN ONG