Sebelum mengakhiri pembicaraan, saya akan menguktip sebuah
Sutta Velāma dari
Anguttara Nikaya, bab sembilan.
Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi di Taman Jeta, Vihara Anāthapindika. Pada waktu itu Anāthapindika datang untuk bertemu Sang Bhagava. Setelah tiba, dia memberi penghormatan kepada Sang Bhagava, duduk disatu sisi, dan Sang Bhagava bertanya kepadanya demikian:
"Apakah dana diberikan dikeluargamu, perumah tangga?"
"Ya, Buddha, dana diberikan dikeluarga saya. Tapi hanya terdiri dari butir beras kasar yang pecah - pecah serta bubur masam."
"Perumah-tangga, apapkah kita memberikan dana kasar atau pilihan,
jika seseorang memberi dengan asal - asalan, tanpa perhatian atau minat, tidak dengan tangannya sendiri, tetapi memberikan solah - olah melemparkannya dan tanpa pengetahuan tentang karma dan akhibatnya di masa akan datang; maka ketika pemberiaan itu berbuah, pemberi tersebut tidak akan menikmati makanan baik, pakaian bagus, kerta indah atau kenikmatan lima indera dan juga putra dan putri, budak, pelayan dan pekerjanya tidak akan mendengarkan kata - katanya. Mereka tidak patuh, atu memberikan perhatian pada apa yangdikatakannya. Dan apa alasannya? Seperti itu hasilnya, perumah tangga, perbuatan yang dilakukan dengan asal - asalan."
Sekarang kita bisa melihat penyebab seseorang menikamati kesenangan yang minim dalam makanan yang sangat baik atau halus. kita juga melihat mengapa putra, putri, pelayan dan yang lain untuk patuh. Ini adalah karma dan akhibat-nya.
Lebih lanjut Sang Buddha mengatakan: "Apakah seseorang memberikan dana kasar atau plihan , perumah-tangga,
jika seseorang memberikannya dengan hormat dan senang hati, penuh perhatian, dengan tangannya sendiri, memberikan tidak seperti melempar dan dengan pengerian akan karma dan akhibatnya di masa yang akan datang; ketika pemberiaan tersebut berbuah, maka pikiran pemberi akan berbuah menjadi kenikmatan dalam bentuk makanan yang enak, pakaian bagus, kereta yang mewah, kenikmatan dalam lima indera; serta putra puteri, buda, pelayan dan pekerjanya akan mendengarkan, patuh terhadap kata - katanya dan memahami dirinya. Dan apa alasannya? Begitulah hasilnya, perumah-tangga, perbuatan yang dilakukan seseorang dengan hormat dan penuh perhatian."
Untuk lebih jelas lagi tentang cara memberi yang baik, Sang Buddha menyatakan:
"Dahulu kala, hidup seorang brahmana bernama
Velāma. Dia memberikan hadiah yang sangat berharga seperti ini: Dia memberikan delapan puluh emapt ribu cawan emas penuh berisi perak, ia memberikan delapan puluhribu cawan perak berisi emas; Dia memberikan delapan puluh emat ribu cawan tembaga berisi dengan harta, dan banyak barang berharga lainnya.
Perumha tangga mungkin kamu berpikir demikian "Mungkin
Velāma, sang Brahmana, yang melakukan pemberian yang sangat berharga itu, adalah orang lain. Tapi, jangan berpikir begitu, karena itu adalah Aku, yang pada waktu itu sebagai
Velāma, Brahmana tersebut. Adalah Aku yang melakukan pemberian hadiah yang sangat berharga itu.
Tetapi ketika hadiah itu diberikan, perumah-tangga tidak ada orang pun yang layak menerima hadiah itu, tak ada yang menyucikan pemberian itu. Sebab, meskipun Brahmana
Velāma memberikan hadiah yang sangat berharga, akan lebih besar buah perbuatan itu jika ia memberi makan satu orang yang berpandangan benar, sorang 'Pemasuk Arus' (
Sotāpanna).
Meskipun ia memberikan hdiah yang sangat berharga, atau mesikipun dia memberikan makanan seratus orang Pemasuk Arus, akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makan satu orang 'Yang Kembali-sekali-lagi' (
Sakadagāmi).
Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberikan makan seratus orang 'Yang Kembali-sekali-lagi', akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makana satu orang 'Yang Tak-kembali-lagi' (
Anāgami).
Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberi makan seratus orang 'Yang Tak kembali-lagi', akan lebih besar buahnya perbuatan itu, jika ia memberi makan kepada seorang
Arahat.
Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun ia memberi makan seratus orang
Arahat, akan lebih besar buah perbuatan itu jika ia memberi makan seorang
Paccekabuddha.
Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberi makan seratus
Pacekkabuddha, akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makan seorang
Tathāgata, Arahat, Yang Tercerahkan Sepenuhnya".
Kita sekarang tahu bagaimana pentingnya cara memberikan dan dakhibat dari pemberian tersebut. Untuk menyelesaikan ceramah malam ini, saya ingin menceritakan bagaimana Sang Buddha menyimpulkan ceramahNya.
Berikut merupakan kata-kata terakhir Sang Buddha dalam sutta itu:
"Namun, seseorang yang mengajarkan Dhamma adalah pemberi tiada-kematian."
Dalam Kitab Komentar dijelaskan:
Orang yang memberikan ceramah Dhamma, yang menjelaskan arti dari Kitab-Kitab Komentar, yang mengajarkan teks-teks Pali, yang menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Dhamma, dan yang mengajarkan laithan meditasi adalah orang yang mengajarkan jalan yang mengarah ke
Nibbana. Dia adalah pemberi 'tiada-kematian'. Karena dia mengajarkan ajaran tertinggi ini, dia pada akhirnya akan mencapai
Nibbana, tiada-kematian.
Pada
Itivuttaka juga disebutkan:
"Ada dua jenis pemberian:
Pemberian materi dan pemberian Dhamma.
Dari kedua jenis pemberian ini, yang tertinggi adalah: Pemberian Dhamma.Ada dua jenis berbagi:
Berbagi materi dan berbagi Dhamma.
Dari kedua jenis berbagi ini, yang tertinggi adalah: Berbagi Dhamma.Ada dua jenis bantuan:
Bantuan materi dan bantuan dengan Dhamma.
Dari kedua jenis ini, yang tertinggi adalah: Bantuan dengan Dhamma."Itu sebabnya Sang Buddha berkata dalam Dhammapada:
"Sabbadānam dhammadānam jināti,
sabbarasam dhammaraso jināti;
sabbaratim dhammarati jināti,
tankaākkhaāyo sabbadukkham jināti. Pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian;
Rasa Dhamma mengungguli semua rasa;
Kenikmatan dalam Dhamma mengungguli semua kenikamatan
Kebebasan dari nafsu keinginan menghilangkan semua penderitaan.Semoga Anda semua bisa memberikan pemberian yang terbaik.
Semoga Anda semua bisa mencicipi rasa yang terbaik
Semoga Anda semua bisa menikmati kenimatan yang terbaik
Semoga Anda semua bisa mengalahkan semua penderitaan
Semoga Anda semua bisa menjadi pemberi 'tiada-kematian', Nibbana.
Sadhu!, Sadhu!, Sadhu!
Di kutip dari:
Bangunlah, Dunia! (Awaken, Oh World), hal:90 - 108.
Bhikkhu Revatta - Pa Auk Tawya Meditation Center - Mawlamyine, Myanmar (Burma)