//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)  (Read 2397 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« on: 25 June 2011, 04:35:16 PM »
"Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang berdiam di Sāvatthi, Taman Jeta, Vihara Anāathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, sesosok dewa dengan keindahannya yang menakjubkan, menerangi seluruh vihara, mendekati Sang Bhagava. Setelah mendekat, dia memberi penghormatan kepada Sang Bhagava, lalu berdiri di suatu sisi, dan berkata kepadaNya:
"Memberikan apa seseorang memberikan kekuatan?
Memberikan apa seseorang memberikan kerupawanan?
Memberikan apa seseorang memberikan kenyamanan?
Memberikan apa seseorang memberikan pengelihatan?
Siapa pemberi segala-galanya? Setelah ditanyakan, tolong jelaskan kepada saya."



Sang Bhagava menyatakan:
"Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan.
Memberikan pakaian, seseorang memberikankan kerupawanan.
Memberikan kendaraaan, seseorang memberikan kenyamanan.
Memberi lampu, seseorang memberikan pengelihatan."
"Yang memberi tempat tinggal adalah pemberi segala-galanya."
"Tetapi orang yang mengajarkan Dhamma adalah pemberi tiada-kematian."

Pertanyaan pertama adalah: Buddha, "Memberi apa seseorang memberikan kekuatan?"
Sang Buddha menjawab:
"Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan." 

Kitab Komentar menjelaskan:
Bagaimana seseorang yang kuat, hidup tanpa makanan untuk dua atau tiga hari? Ia pun akan merasa sulit untuk berdiri. Di sisi lain, jika orang yang lemah dirawat dengan makanan, kekuatannya segera pulih. Oleh karena itu Sang Buddha berkata:
"Memberi makanan, seseorang memberikan kekuatan."

Pertanyaan kedua adalah: "Memberikan apa, seseorang memberikan kerupawanan?"
Sang Buddha menjawab:
"Memberikan pakaian, seseorang memberikan kerupawanan."

Semua orang ingin menjadi rupawan. Saat ini, di negara berkembang di seluruh dunia, pria dan wanita menjalani orperasi plastik secara teratur. Mereka berharap setelah operasi mereka akan bangun dengan wajah baru dan rupawan. Secara naif, mereka percaya bahwa operasi kos,etik akan membuat mereka bahagia. Pada kenyataannya apa yang mereka alami pada akhirnya bukanlah kebahagiaan, melainkan kesulitan dan rasa khawatir yang tak terduga. Bahkan dokter bedah plastik paling ahli pun tidak bisa menghentikan proses penuaan alami. Dalam rangka menjaga kulit setelah operasi, mereka menjadi tergantung pada lotion dan krim mahal. Meskipun demikian, cepat atau lambat 'pengencangan wajah' mereka perlu dikerjakan ulang dan harus kembali ke tempat praktik dokter bedah plastik berulang-ulang. Mereka mendai budak untuk kesia-siaan yang bodoh. Pada akhir-nya, semua itu sia-sia dan menyebabkan penderitaan.

Sang Buddha memperingatkan bahwa kebencian mengarah pada keburukan; bebas dari kebencian adalah untuk kerupawanan. Mereka yang menginginkan kerupawanan harus tidak pernah marah. Jadi, jangan pernah marah dengan siapa-pun, maka Anda tidak akan memerlukan bedah plastik

Tindakan apa menandakan kemarahan?
Ucapan kasar, muka merengut, berdebat kusir, kritik yang tidak pantas, ketidakpuasan, mengeluh, menunjuk-nunjukan jari dan niat buruk adalah tanda kemarahan. Jika kita ingin menjadi rupawan, kita harus menghindarkan diri untuk menyerah pada kemarahan dan menyebab kemarahan

Ini adalah perbuatan jasmani dan ucapan yang salah. Untuk menghindarkan diri melakukan perbuatan yang salah ini, kita harus menjadi ahli dalam membaca kebiasaan pikiran kita sendiri. Ingatlah kata - kata Sang Buddha yang saya kutip dalam ceramah kedua "Hidup Dengan Keamanan Sejati"

"Bhikkhu, jika kamu tidak terampil membaca kebiasaan pikiran orang lain, jadilah terampil membaca kebiasaan pikiran sendiri"

Ada sebuah kisah dari Cerita Jataka tentang hal ini. Dalam cerita ini dikisahkan ada seorang wanita yang tidak memiliki keterampilan membaca kebiasaan pikirannya sendiri. Suatu hari ketika kesal ia menatap seorang Paccekabuddha (Yang Tercerahkan tapi tidak menyatakan diriNya) dengan pandangan marah dan berbicara padaNya dengan menggunakan ucapan kasar. Perbuatan ini membuatnya menjadi sangat jelek.

Pada suatu waktu, dalam cerita ini, seorang raja Banres bernama Baka, memerintah negaranya dengan adil. Pada waktu itu sorang miskin yang hidup dekat gerbang timur Banares memiliki anak wanita bernama Pancapapa. Dikatakan bahwa dalam kehidupan yang lampau, sebagai putri sorang miskin, wanita ini mengolah tanah liat dan memplester dinding.

Pada waktu itu seorang Paccekabuddha berpikir, "Dimana Aku bisa mendapatkan tanah liat untuk merapikan gua gunung ini?" Ia tahu bahwa Ia bisa mendapatkan di Benares. Dengan mengenakan jubah dan mangkuk di tangan Ia pergi ke kota dan berdiri tak jauh dari wanita ini. Apa yang terjadi adalah wanita itu merasa terganggu dan marah dengan kehadiran Paccekabuddha tersebut, dan ketika ia memandang Paccekabuddha itu, dia berpikir, "Dalam hatiNya yang licik, selain dana makan Ia juga mengemis tanah liat." Paccekabuddha berdiri tanpa bergerak. Akhirnya, ketika dia melihat Paccekabuddha tetap tanpa bergerak, dia berubah hati dan memanggilNya sekali lagi, dia berkata "Bhikkhu, Anda tidak mendapatkan tanah liat." Setelah itu dia mengambil segenggam tanah liat." Setelah itu dia mengambil segenggam tanah liat dan memasukkannya ke dalam mangkukNya, dan dengan tanah liat ini Ia mampu merapikan gua gunung.
Dalam kehidupan selanjutnya, sebagai akhibat dari pemberian tanah liat kepada Paccekabuddha itu, tubuhnya lentur dan lembut. Namun, karena pandangan marahnya, tangan, kaki, mulut, mata dan hidungnya sangat jelek. Dalam kehidupan itu, ia dikenal dengan Pancapapa (Lima cacat)

Apakah seorang wanita terlihat cantik ketika dia marah? Seperti kita semua tahu, ketika seorang wanita sedang marah dia terlihat jelek, dan ketika karmanya matang dia akan jadi buruk rupa. Jika kita menginginkan kerupawanan dan imbalan yang baik, kita harus menghindari kemarahan dan menjadi pintar, terampil dengan pikirannya, perkataan dan perbuatan kita. Karma yang kita bawa membuahkan hasil yang berbeda. Beberapa perbuatan membuahkan akhibat serius, sedangkan akhibat yang lain tidak begitu berat.

Jika menyakiti, merusak atau menghancurkan mahluk kecil, secara umum, akhibat perbuatan  (karma) tersebut akan relatif kecil. Nama, disisi lain, jika kita menyakiti, merugikan atau menghancurkan mahluk besar, akhibatnya akan menjadi lebih ekstrim.

Dengan cara yang sama, jika kita merugikan atau menghancurkan atau menghina seorang suci, hasilnya akan berbeda dibandingkan jika menghancurkan atau menghina seorang suci, hasilnya kan berbeda dibandingkan jika menghancurkan atau menghina orang yang tidak mulia. Ketika berada di antara orang suci, kita harus berhati-hati dan penuh perhatian setiap saat dan terutama waspada untuk tidak melakukan hal-hal tidak baik.

Seorang seperti Paccekabuddha adalah seorang manusia Yang Tercerahkan. Bahkan jika perbuatan yang diarahkan kepadaNya bersifat minor, akhibat karma bisa berubah menjadi berat.

Jika kita menanam pohon buah yang manis dilahan yang subur, ia akan berbuah manis dan lezat. Jika kita menabur benih yang pahit dilahan yang sama rasa buah akan tetap pahit. Kita harus selalu mahir saat melakukan perbuatan jasmani dan ucapan. Melalui perbuatan itu, kita membangun kondisi-kondisi yang akan mempengaruhi dan membentuk hidup kita.


bersambung . . .



Di kutip dari:
Bangunlah, Dunia! (Awaken, Oh World), hal:90 - 108.
Bhikkhu Revatta - Pa Auk Tawya Meditation Center - Mawlamyine, Myanmar (Burma)

« Last Edit: 25 June 2011, 04:49:58 PM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« Reply #1 on: 25 June 2011, 04:58:09 PM »
Kembali ke sutta, Pertanyaan ketiga dari dewa itu adalah: "Memberikan apa seseorang memberikan kenyamanan?"

Sang Buddha menajawab:
"Memberikan kendaraan, seseorang memberikan kenyamanan (pemberian kesejahteraan)."

Hal ini dijelaskan dalam Kitab Komentar bahwa kendaraan berarti sesuatu yang dapat membuat perjalan menjadi mungkin, nyaman atau aman. Bisa dalam bentuk kuda atau gajah, dll. Bhikkhu, bagaimanapun, tidak diijinkan menerima kendaraan seperti kuda dan gajah. Sebaliknya, payung, sandal, tongkat untuk berjalan alat perlengkapan perjalana dan jenis kendaraan yang tidak bertenaga atau hewan adalah contoh kendaraan yang diperbolehkan untuk bhikkhu. Mereka boleh diberikan. Pemberian pemberian ini juga disebut memberi kendaraan. Dengan cara yang sama, seseorang dikatakan menawarkan kendaraan (misalnya, apa saja yang dapat membuat perjalan menadi mungkin, nyaman atau mudah) ketika ia memperbaiki jalan, membangun tangga dan jembatan, atau mengatur mobil, bis, perahu, kapal atau tiket pesawat untuk perjalan. Jadi, kita melihat bahwa dengan memberikan sebuah kendaraan, seseorang memberikan kenyamanan.


Pertanyaan keempat dewa itu adalah: "Memberikan apa seseorang memberikan pengelihatan ?"

Sang Buddha menjawab:
   
"Memberikan lampu, seseoarng memberikan pengelihatan."

Bahkan mereka yang memiliki mata yang baik, tidak bisa melihat dikegelapan. Namun, dengan adanya lampu yang menerangi kegelapan, seseorang dapat melihat benda - benda sebagaimana adanya. Jadi Sang Buddha mengatakan bahwa dengan memberikan lampu, seseorang memberikan lampu, seseorang memberikan pengelihatan kepada mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu, dengan memberikan lilin, lampu obor, lampu listrik dan lampu yang membuat benda menjadi tampak bagi mereka yang membutuhkan cahaya, seseorang memberikan pengelihatan.


Pertanyaan kelima dewai itu adalah: "Siapakah pemberi segala - galanya?"

Sang Buddha menjawab:
   "Orang yang memberikan tempat tinggal adalah pemberi segala - galanya."

Mengapa? Karena setelah pergi untuk dana makanan, seseorang merasa lelah dan lemah. Tetapi ketika mereka kembali, minum, mandi dan masuk ke gedung dimana mereka bisa beristirahat, mereka merasa , aman, serta segar dan kuat kembali. Jadi, dengan memberikan tempat tinggal, seseorang memberikan segala - galanya.

Rupatīti Rūpan' ini adalah kata - kata dari Visuddhimagga. Artinya tubuh kita selalu berubah karena panas atau dingin. Sebagai contoh, ketika keluar kita bersentuhan dengan unsur alam. Penampilan tubuh kita dapat ternoda oleh sinar terik matahari atau debu, angin, hujan dan lain lain. Setelah masuk kembali ke rumah, bagaimanapun, kita dapat membersihkan diri, beristirahat dan mendapatkan kembali penampilan dan kebugaran kita. Jadi, dengan memberikan tempat tinggal, seseorang juga memberikan kerupawanan.

Selain itu, bag kita yang mengembara atau siapa pun yang berjalan di lauar, gigitan nyamuk, ular, kalajengkin, lipan dan serangga berbahaya lainnya selalu menjadi ancaman. Kita beresiko terserang malaria atau penyakit lainnya jika kita tergigit. Kita juga menghadapi masalah, kita harus terus menerus melindungi kaki dari onak yang tumbuh dijalan atau jalur yang kita lalui. Dengan tinggal dibangunan atau rumah tinggal, kita bebas dari semua jenis bahaya ini. Kita aman, nyaman dan memiliki tempat untuk belajar, atau mengajar tanpa harus khawatir tentang tempat tinggal. Jadi kita bisa melihat bahwa dengan memberikan tempat tinggal, seseorang benar - benar memberikan hadiah kenyamanan dan kesejahteraan.

Dengan cara yang sama, ketika kita melakukan perjalan atau pergi ke suatu tempat, diluat panas dan berdebu, kita sering merasakan iritasi pada mata yang merupakan sensasi yang tidak nyaman. Tapi dengan masuk dan beristirahat dalam perlindungan sebuah hunian, pandangan mata kita segera normal kembali dan segar. Jadi, dengan memberikan tempat tinggal, kita juga mengetahui bagaimana seseorang memberikan hadiah pengelihatan.

Lebih lanjut, ketika berlatih meditasi Ketenangan dan meditasi Padangan Terang sambil duduk dengan aman di dalam, bangunan, meditator bisa menembus Dhamma sebagaimana adanya dan melihat Nibbana. Jadi, melalui perbuatan memberikan tempat tinggal, seseorang juga menyediakan lingkungan yang aman dan bersih untuk berlatih meditasi Ketenangan dan meditasi Pandangan Terang, untuk mengetahui  dan melihat Dhamma sebagaimana adanya, dan untuk Nibbana.


bersambung . . .




Di kutip dari:
Bangunlah, Dunia! (Awaken, Oh World), hal:90 - 108.
Bhikkhu Revatta - Pa Auk Tawya Meditation Center - Mawlamyine, Myanmar (Burma)
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« Reply #2 on: 25 June 2011, 05:12:21 PM »
Sebelum mengakhiri pembicaraan, saya akan menguktip sebuah Sutta Velāma dari Anguttara Nikaya, bab sembilan.

Pada suatu kesempatan Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi di Taman Jeta, Vihara Anāthapindika.  Pada waktu itu Anāthapindika datang untuk bertemu Sang Bhagava. Setelah tiba, dia memberi penghormatan kepada Sang Bhagava, duduk disatu sisi, dan Sang Bhagava bertanya kepadanya demikian:

   "Apakah dana diberikan dikeluargamu, perumah tangga?"
   "Ya, Buddha, dana diberikan dikeluarga saya. Tapi hanya terdiri dari butir beras kasar yang pecah - pecah serta bubur masam."

"Perumah-tangga, apapkah kita memberikan dana kasar atau pilihan, jika seseorang memberi dengan asal - asalan, tanpa perhatian atau minat, tidak dengan tangannya sendiri, tetapi memberikan solah - olah melemparkannya dan tanpa pengetahuan tentang karma dan akhibatnya di masa akan datang; maka ketika pemberiaan itu berbuah, pemberi tersebut tidak akan menikmati makanan baik, pakaian bagus, kerta indah atau kenikmatan lima indera dan juga putra dan putri, budak, pelayan dan pekerjanya tidak akan mendengarkan kata - katanya. Mereka tidak patuh, atu memberikan perhatian pada apa yangdikatakannya. Dan apa alasannya? Seperti itu hasilnya, perumah tangga, perbuatan yang dilakukan dengan asal - asalan."

Sekarang kita bisa melihat penyebab seseorang menikamati kesenangan yang minim dalam makanan yang sangat baik atau halus. kita juga melihat mengapa putra, putri, pelayan dan yang lain untuk patuh. Ini adalah karma dan akhibat-nya.

Lebih lanjut Sang Buddha mengatakan: "Apakah seseorang memberikan dana kasar atau plihan , perumah-tangga, jika seseorang memberikannya dengan hormat dan senang hati, penuh perhatian, dengan tangannya sendiri, memberikan tidak seperti melempar dan dengan pengerian akan karma dan akhibatnya di masa yang akan datang; ketika pemberiaan tersebut berbuah, maka pikiran pemberi akan berbuah menjadi kenikmatan dalam bentuk makanan yang enak, pakaian bagus, kereta yang mewah, kenikmatan dalam lima indera; serta putra puteri, buda, pelayan dan pekerjanya akan mendengarkan, patuh terhadap kata - katanya dan memahami dirinya. Dan apa alasannya? Begitulah hasilnya, perumah-tangga, perbuatan yang dilakukan seseorang dengan hormat dan penuh perhatian."

Untuk lebih jelas lagi tentang cara memberi yang baik, Sang Buddha menyatakan:
"Dahulu kala, hidup seorang brahmana bernama Velāma. Dia memberikan hadiah yang sangat berharga seperti ini: Dia memberikan delapan puluh emapt ribu cawan emas penuh berisi perak, ia memberikan delapan puluhribu cawan perak berisi emas; Dia memberikan delapan puluh emat ribu cawan tembaga berisi dengan harta, dan banyak barang berharga lainnya.

Perumha tangga mungkin kamu berpikir demikian "Mungkin Velāma, sang Brahmana, yang melakukan pemberian yang sangat berharga itu, adalah orang lain. Tapi, jangan berpikir begitu, karena itu adalah Aku, yang pada waktu itu sebagai Velāma, Brahmana tersebut. Adalah Aku yang melakukan pemberian hadiah yang sangat berharga itu.

Tetapi ketika hadiah itu diberikan, perumah-tangga tidak ada orang pun yang layak menerima hadiah itu, tak ada yang menyucikan pemberian itu. Sebab, meskipun Brahmana  Velāma memberikan hadiah yang sangat berharga, akan lebih besar buah perbuatan itu jika ia memberi makan satu orang yang berpandangan benar, sorang 'Pemasuk Arus' (Sotāpanna).

Meskipun ia memberikan hdiah yang sangat berharga, atau mesikipun dia memberikan makanan seratus orang Pemasuk Arus, akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makan satu orang 'Yang Kembali-sekali-lagi' (Sakadagāmi).

Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberikan makan seratus orang 'Yang Kembali-sekali-lagi', akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makana satu orang 'Yang Tak-kembali-lagi' (Anāgami).

Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberi makan seratus orang 'Yang Tak kembali-lagi', akan lebih besar buahnya perbuatan itu, jika ia memberi makan kepada seorang Arahat.

Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun ia memberi makan seratus orang Arahat, akan lebih besar buah perbuatan itu jika ia memberi makan seorang Paccekabuddha.

Meskipun ia memberikan hadiah yang sangat berharga, atau meskipun dia memberi makan seratus Pacekkabuddha, akan lebih besar buah perbuatan itu, jika ia memberi makan seorang Tathāgata, Arahat, Yang Tercerahkan Sepenuhnya".

Kita sekarang tahu bagaimana pentingnya cara memberikan dan dakhibat dari pemberian tersebut. Untuk menyelesaikan ceramah malam ini, saya ingin menceritakan bagaimana Sang Buddha menyimpulkan ceramahNya.

Berikut merupakan kata-kata terakhir Sang Buddha dalam sutta itu:
   
"Namun, seseorang yang mengajarkan Dhamma adalah pemberi tiada-kematian."

Dalam Kitab Komentar dijelaskan:
Orang yang memberikan ceramah Dhamma, yang menjelaskan arti dari Kitab-Kitab Komentar, yang mengajarkan teks-teks Pali, yang menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Dhamma, dan yang mengajarkan laithan meditasi adalah orang yang mengajarkan jalan yang mengarah ke Nibbana. Dia adalah pemberi 'tiada-kematian'. Karena dia mengajarkan ajaran tertinggi ini, dia pada akhirnya akan mencapai Nibbana, tiada-kematian.

Pada Itivuttaka juga disebutkan:
"Ada dua jenis pemberian:
Pemberian materi dan pemberian Dhamma.
Dari kedua jenis pemberian ini, yang tertinggi adalah: Pemberian Dhamma.


Ada dua jenis berbagi:
Berbagi materi dan berbagi Dhamma.
Dari kedua jenis berbagi ini, yang tertinggi adalah: Berbagi Dhamma.


Ada dua jenis bantuan:
Bantuan materi dan bantuan dengan Dhamma.
Dari kedua jenis ini, yang tertinggi adalah: Bantuan dengan Dhamma."


Itu sebabnya Sang Buddha berkata dalam Dhammapada:
   "Sabbadānam dhammadānam jināti,
   sabbarasam dhammaraso jināti;
   sabbaratim dhammarati jināti,
   tankaākkhaāyo sabbadukkham jināti.


   Pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian;
   Rasa Dhamma mengungguli semua rasa;
   Kenikmatan dalam Dhamma mengungguli semua kenikamatan
   Kebebasan dari nafsu keinginan menghilangkan semua penderitaan.


Semoga Anda semua bisa memberikan pemberian yang terbaik.
Semoga Anda semua bisa mencicipi rasa yang terbaik
Semoga Anda semua bisa menikmati kenimatan yang terbaik
Semoga Anda semua bisa mengalahkan semua penderitaan
Semoga Anda semua bisa menjadi pemberi 'tiada-kematian', Nibbana.


Sadhu!, Sadhu!, Sadhu!





Di kutip dari:
Bangunlah, Dunia! (Awaken, Oh World), hal:90 - 108.
Bhikkhu Revatta - Pa Auk Tawya Meditation Center - Mawlamyine, Myanmar (Burma)
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« Reply #3 on: 25 June 2011, 06:48:21 PM »
Pelengkap dan penjelasan untuk http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19596.msg331102#msg331102

Point no: 3 & 4,





Anumodana _/|\_



Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« Reply #4 on: 25 June 2011, 10:32:51 PM »
buku yg menarik dan bagus.
ente ketik semua sendiri?
Samma Vayama

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Awaken, Oh World! - Memberi Apa ? (2)
« Reply #5 on: 25 June 2011, 11:58:24 PM »
buku yg menarik dan bagus.
ente ketik semua sendiri?


iya, ane lg kurang kerjaan...
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha