//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - GandalfTheElder

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 95
166
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 02 October 2011, 09:06:08 AM »
Quote
memang ajaran mahayana agak rumit, hehehe tp sy pribadi percaya bahwa boddhisatva seperti guan yin itu benar ada nya !

Oow apa yang membuat anda percaya klo boleh tau? hahah

 _/\_
The Siddha Wanderer

167
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 02 October 2011, 07:53:41 AM »
Quote
Bro Kainyn_Kutho dan Sis Mayvise belum tahu dan sepakat tentang "proses hukum karma"  By the way, ok lah, mungkin saya perlu cari tahu orang yang bisa memaparkan jalannya hukum Karma yang lebih comprehensive...  :) Kalo mau bantu darimana itu proses hukum karma itu?? Apakah ada dengan sendirinya, jika ada sendirinya apakah hukum yang diberikan sesuai, atau itu hanya pikiran manusia yang sesuka hati menafsirkannya?  :(

Bila anda bertanya pada kaum Kristiani darimana Tuhan itu? Mereka akan jawab ia ada dengan sendirinya. Kalau anda bertanya proses hukum karma darimana? Umat Buddhis juga mengtakan hukum karma ada dengan sendirinya. Ini pertanyaan-pertanyaan metafisika. Tidak masalah tapi kita umat manusia biasa tidak mempunyai kapasitas untuk benar-benar memahami itu semua. Namun walaupuns ama-sama dianggap ada dengan sendirinya, tetap ada perbedaan. Kristiani menganut Tuhan Prima Causa, sedangkan Buddhisme menganut Ketuhanan Dharmakaya yang dinamis yang selalu bercirikan sebab akibat saling kebergantungan.

Quote
Saya ingin tanya : Bagaimana jika seseorang itu melakukan kamma buruk lainnya, misalnya "membunuh, memperkosa seorang yang dikategorikan suci" itu, dan orang tsb melakukan banyak kebajikan setelah itu - berdana, menolong orang yang sekarat dll, apakah kammanya akan hilang, atau dikehidupan selanjutnya akan berkurang kamma buruk yang telah ia lakukan? Garam yang ditambahkan banyak air tentu berkurang asin, namun berat garamnya tetap sama jika airnya diuapkan, bukan? ;)

Hahahahah... perumpamaan itu tidak menyangkutpautkan "penguapan atau penyubliman" segala, jd jangan dikaitkan ke arah sana, perumpamaan itu hanya untuk menceritakan efek karma buruk yang  bercampur dengan efek karma baik yang luar biasa.

Karma tidak akan hilang. Karma tidak akan berkurang. Tetapi KARMA BISA TERPURIFIKASI:
1. terpurifikasi berrati ketika banyak melakukan banyak perbuatan bajik, efek karma buruk seseorang akan tampak menjadi ringan, karena terlimpah oleh banyak perbuatan dan akibat bajik
2. terpurifikais berarti kita diberkahi kemampuan mengatasi segala macam akibat karma negatif dan membuatnya menjadi seseuatu yang positif. Segala kegagalan anda bisa ubah menjadi kesuksesan. Akibat karma negatif terpurifikasi sehingga anda mampu menggunakannya untuk membangun diri anda sendiri. Berkah purifikasi membantu anda mengubah racun menjadi obat.

Maka dari itu dalam sutra" Mahayana dikatakan mantra Buddha dapat memberangus karma negatif, bagaikan api yang membakar semuanya itu.

Menurut Mahayanis, KARMA BISA TERPURIFIKASI lewat pembacaan Sutra atau Mantra Buddha, dibarengi dengan perbuatan bajik. Konsep ini sudah ada dalam Saddharmapundarika Sutra YANG SAMA TUANYA dengan Kanon Pali.

Quote
Contoh lain : Saya melakukan pelanggaran lalu lintas, dan saya ditilang oleh polisi dan minggu depan saya harus menghadiri persidangan. Sebelum hari H itu saya banyak melakukan kebajikan, memberi santunan bagi fakir miskin yang ada disekeliling perumahan saya dengan harapan saya bisa terbebas dari hukuman........Dan saat disidang, hakim bertanya, "Apakah saudara tahu kesalahan Anda?" Saya menjawab ya, saya bersalah, tapi Pak Hakim saya telah banyak melakukan banyak kebajikan, saya berdana, saya membantu orang yg kesusahan dll? Apakah hakim itu akan membebaskan saya, karena banyak melakukan kebajikan dalam kasusnya?


Tidak. Tetapi siapa tahu waktu anda berbuat baik itu, anda menyadari sesuatu yang penting, bertekad merubah diri anda, nantinya malah anda akan bersyukur anda ditiliang, karena itu titik dari berbagai macam titik di mana diri anda berkembang. Itu namanya purifikasi karma dan akibat karma baik anda.

Quote
Kata bro Ryu, kalo hujat Buddha bagaimana nasibnya?  :D, kalo mencoba bunuh Buddha seperti yg dilakukan oleh muridnya Devadatta bagaimana( ada yang bilang, Devadtta masih disiksa di neraka dan belum tahu kapan keluarnya, udah hampir 2400 tahun lho?  :o

Oohhh.... kok bisa belum tahu kapan keluarnya la wong sudah diramal bakal jadi Pratyeka Buddha dan Samyaksambuddha (dalam Saddharmapundarika Sutra). Bahkan Nichiren mengatakan, berkat kekuatan Saddharmapundarika Sutra, Devadatta mampu keluar dari siksaan neraka dan menjadi Buddha. Masuk ke neraka tidak abadi, dan akhirnya menjadi BUDDHA ABADI bahkan disambut oleh para Buddha menuju Tanah Suci. "Bukankah enak sekali?" hahahahah

Bahkan ketika anda pernah berkeyakinan pada Buddha Amitabha, dan suatu saat anda merosot masuk ke alam neraka karena anda murtad misalnya, Buddha Amitabha tidak akan melepas perhatian-Nya pada anda. Bahkan desiran angin sejuk di neraka yang panas adalah berkah Amitabha, yang memampukan karma kebajikan anda berbuah di neraka yang hampir mustahil. Dan ketika anda menyadarinya dan porsi karma buruk anda di neraka semuanya sudah habis, maka Amitabha akan siap menyambut anda dengan tangan-Nya yang hangat bak seorang Ayah dan dari sana anda akan mulai mengembangkan POTENSI diri anda sendiri, berjuang menjadi Buddha dengan tekad agung seperti Amitabha dan Shakyamuni.

Quote
Mengenai Ambapali, saya tidak tahu persisnya seperti apa ceritanya, yang saya tahu Ambapali melihat setumpuk ludah di depan wihara/ cetya. Kita tahu bahwa tempat ibadah merupakan tempat yg disucikan, dikramatkan, dihormati. Masuk ke mesjid harus buka sepatu atau sandal, masuk kesuatu tempat ibadah tidak boleh sembarang bicara. Bagaimana perasaan Ambapali saat melihat orang sembarangan meludahi di area tempat ibadah???? Dan Ambapali layak marah????.....dan Ambapali tidak tahu bahwa yang meludahi itu seorang "macan/ harimau" bukan kucing menurut istilah bro Kainyn  :) yaitu seorang bikkhuni arahat... Istilah diskriminasi disini, kenapa Ambapali yg kena, mengapa "si harimau"nya nggak kena juga, apakah dia tidak tahu bahwa sembarang melakukan tindakan yang "tak berguna" itu dengan meludahi bisa menyebabkan orang lain sengsara????


Anda melihat ludah orang lain dan anda marah sekali kalap, anda yang marah kok nyalahin bhiksuninya? Semua hal ya bisa disalah-salahin, ntar ada orang yang marah liat cewenya berambut panjang, ada org yang ga senang lihat bhiksu kok botak, la emang yang salah cewenya atau bhiksunya gitu?

Lagipula seorang Arhat tidak semuanya sebaik para siswa Shravaka utama dan para Arya Bodhisattva. Di dalam Abhidharma Sarvativada dikenal ada berbagai macam Arhat... tingkatan paling rendah Arhat bisa merosot balik jadi Srotapanna, karena pencapaian Arhat-nya prematur, belum sempurna seperti Sariputra, Mahakasyapa atau Maudgalyayana. Belum lagi paham Mahasanghika, di mana Arhat dikatakan masih bisa memiliki sedikit-sedikit "kekhilafan".

Quote
Buddha Josaphat bilang ada diskriminasi dalam peraturan Sangha antara bikkhu dan bikkhuni, ini kutipannya

Anda menerapkan jumlah peraturan yang berbeda-beda untuk 3 orang anak yang mempunyai kecenderungan berbeda. Apakah ini diskriminasi? Atau tindakan terampil sesuai dengan kapasitas dan kecenderungan masing-masing, yang bahkan tujuan sebenarya adlah melindungi mereka?

Quote
Mengenai prostitusi, antara Bro Kainy dengan GandalfTheElder masih ada ketidaksesuaian, bagaimana ini? Bingung aku  ??? ??? :-?

Quote
Kalo dikatakan melakukan prostitusi itu tidak ada karma buruknya, berarti ajaran Buddha menjadi "ajaran amoral", kalo dikatakan ada karma buruknya, seharusnya Ambapali tidak bisa keluar dari alam samsara bukan?? Jadi yang benar mana sih??

Hahahahahah bukankah Amrapali kemudian jadi bhiksuni dan mencapai pencerahan Arhat? Ini sama ketika anda menanyakan apakah orang buruk yang bertobat dan menjadi baik dapat menjadi Buddha? Jawabnya: YA bisaaa lah!!! Kalau nggak bisa bukankah Buddhisme lebih "amoral" lagi???

Quote
Menurut bro GandalfTheElder kebahagiaan bisa dicapai dengan mempraktekan Dharma, apakah umat lain mempraktetkan ajarannya tidak akan bahagia atau kurang bahagia??? Standar apa yang harus dipakai untuk mengukurnya??

Bisa saja bahagia. Kenapa tidak? Banyak umat Kristiani sukses dan berbahagia. Demikian juga banyak umat Buddhis yang sukses dan berbahagia secara duniawi. Tetapi dalam Buddhis anda akan mendapatkan kebahagiaan LUAR BIASA menjadi Buddha, anda dapat rasakan sedikit sekarang dalam hidup kali ini, ketika cinta kasih anda timbul atau ketika anda damai bermeditasi, sebagai manusia, bukan di kerajaan Sorga antah berantah yang tidak tau di mana.

Quote
Mengenai Dharmakaya dan Tathagatagarbha saya kurang ngerti konsepnya, mungkin saya perlu cari tahu dulu., namun kitab yang membicarakan itu ada dalam bahasa Tibet dan Mandarin dan tahun penulisannya juga tidak jelas, ada yg bilang abad ke 2, ada yg memberi penanggalan abad ke 4-8 Masehi..... Jadi keotentikannya masih diragukan, karena pengajaran seperti itu tidak ada di dalam Tipitaka Therevada.........

Walahh anda ketinggalan berita ya atau termakan propaganda? la wong jelas-jelas SEABREK SUTRA Sansekerta MAHAYANA asli ditemukan di Pakistan, Nepal dsb... buanyaak sekali malah... termausk yang menceritakan ttg Dharmakaya....kok anda bilang cuma Tibetan atau Mandarin???

Yah lihat saja deh Saddharmapundairka Sutra, tuh ada ttg Dharmakaya, seabrek sejarawan sudah menelitinya dan setuju kalau sutra itu berasal dari abad ke 1 sebelum Masehi sampai abad ke 1 sesudah Masehi, masa yang sama dengan Kanon Pali. Lagian emangnya di Theravada gak ada? Coba cari Dhammakaya, Phabassara-citta, Paticcasamuppada ada nggak dalam kanon Theravada?

Quote
Kalo hanya perubahan hidup, dari jahat ke baik, semua agama mengajarkan tanpa melakukan meditasi pun bisa.   :P

Benar sekali. Masalahnya Islam, Kristiani ka****k, Hindu, Tao, Neo-Konghucu juga menggunakan meditasi sebagai salah satu sarana penting pelatihan diri mengubah jahat menjadi baik.

Quote
Cuma saya belum tahu darimana mereka memiliki kekuatan untuk berubah tabiat jahat jadi baik, saya belum tahu  :(
Yang pernah saya jumpai ada beberapa sahabat kost saya yg dulunya begitu "nakal" sekarang berubah menjadi seperti "orang baru" dalam hal sikap dan karakternya. Saya tahu mereka tidak melakukan "meditasi". Saya pernah tanya, mengapa bisa seperti itu? Mereka menjawab, bahwa saat mereka percaya pada Yesus dan menerimanya sebagai juru Selamat, maka melalui proses waktu, mereka pelan-pelan berubah dari dalam hati mereka. Yang dulu suka singgah ditempat prostitusi, sekarang udah nggak. Yg dulu suka makan narkoba sekarang otomatis berhenti menggunakannya, yang dulu suka maki dan cakap kotor, sekarang bertutur sopan santun dll. Dan saya pernah melihat seorang "K" yang wajahnya bercahaya seperti "HALO" dibelakang kepalanya, seperti gambar orang suci, dibelakangnya ada lingkaran cahaya halo..... Apakah itu halusinasi, tapi itu kejadiannya disiang hari.....saya tak tahu.....Itulah mengapa saya terkesan dengan sahabat2 saya itu......Saya ingin seperti mereka, cuma saya masih mempertimbangkan diri akan reaksi ortu saya yang masih kolot itu.... Saya ada baca diskusi di blog DC dan Dede dan saya sempat berkomunikasi dengan BJ, saya minta waktu ketemu dia, namun dia belum membalasnya karena banyak hal yg  ingin saya tanyakan. Entah kenapa ada hal yang menarik dari BJ.........  :-[ kebetulan saya tinggal di Medan..

Ooohh waw okee.... karena anda banyak melihat yang demikian. Kalau saya juga melihat banyak yang berubah sifat setelah mengenal Dharma termasuk diri saya sendiri kok. Temen-temen saya malah 85% umat Kristiani, mereka semua baik-baik saya salut dan saya tidak pernah berpandangan seperti anda, padahal anda tinggal di Medan yang mayoritas Chinese masih Buddhis! hahahaha...

Bahkan coba abda baca majalah Prajna Pundarika dari Nichiren Shoshu dan majalah-majalah Soka Gakkai, walaupun mereka berbeda pandangan dengan umat Buddhis kebanyakan tentang siapa Buddha Pokok, tetapi ajaran mereka masih kental Buddhis dengan sebab akibat dan non-takhayulismenya. Di sana anda akan menemukan buanyaaaaaaakkk sekali kisah kesaksian kehidupan umat yang berubah menjadi baik setelah menegnal dan mempraktikkan Dharma. Luar biasa sekali. Saya yakin di semua aliranpun banyak yang demikian.

 _/\_
The Siddha Wanderer

168
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 30 September 2011, 06:33:38 AM »
Quote
Allahkah Sumber Dari Penderitaanku?
World view kr****n mengungkapkan bahwa kejahatan(penderitaan) lebih baik diposisikan sebagai suatu misteri daripada sebagai suatu masalah. Menyebutnya sebagai suatu misteri tidak sama dengan menghindari kepentingan untuk memberikan suatu solusi. Masalah-masalah membutuhkan jawaban-jawaban, tetapi misteri-misteri menuntut lebih dari itu – misteri patut mendapatkan penjelasan. Ini berarti bahwa akan diperlukan sekumpulan argumentasi, bukan sekedar jawaban sederhana yang diberi tanda QED( Quod Erat Demonstradum, istilah Latin yg artinya suatu fakta, peristiwa dsb, membuktikan bahwa apa yang Anda katakan itu benar).
Kejahatan( penderitaan) dipertanyakan setidaknya dari tiga sisi : masalah metafisika( Apa sumbernya?), masala Fisika(Bagimana bencana2 alam ini terjadi?), dan masalah Moral(Bagaimana hal ini dapat dibenarkan?). Sisi yg ketiga menjadi jantung permasalahannya : Bagaimana Allah yang baik dapat mengijinkan terjadinya begitu banyaknya penderitaan? Mereka yang paling merasakan kepedihan dari pertanyaan itu, seringkali merinding mendengar-kan betapa teoritisnya jawaban-jawaban filsafat. Jika seseorang baru saja menguburkan seorang anaknya, atau telah menyaksikan kebrutalan secara langsung, bagian argumen ini bisa menghasilkan lebih banyak kemarahan daripada penghiburan. Siapa yang menginginkan penjelasan logis di kala hati sedang hancur?
Ada 2 pintu, yang melaluinya orang yang telah memunculkan pertanyaan tentang eksistensi Allah, berusaha melarikan diri dari jerat2 ketidak-percayaan dengan tampilan rasio. Namun demikian, saya kuatir bahwa pintu2 itu bertuliskan “Tidak Ada Jalan Keluar”
Pintu pertama pelarian dalam masalah kejahatan(penderitaan) diajukan oleh mereka yg memprotes bahwa Allah tidak mungkin ada karena ada terlalu banyak kejahatan(penderitaan) yang nyata dalam kehidupan. Mereka tidak melihat adanya kontradiksi logika dalam system mereka karena mereka tidak perlu membuktikan bahwa kejahatan ada berdampingan dengan Pencipta yag baik. Kejahatan(penderitaan) ada; karena itu, Pencipta tidak ada. Itu dinyatakan secara mutlak.
Tetapi disini, Kekr****nan menyediakan sebuah sanggahan untuk mengingat-kan bahwa mereka belum keluar dari masalah kontradiksi.
Jika kejahatan(penderitaan) ada, maka seseorang harus berasumsi bahwa ada kebaikan sehingga perbedaannya dapat dikenali. Jika kebaikan ada, seseorang harus berasumsi bahwa ada suatu hukum moral yang berfungsi menilai kebaikan dan kejahatan(penderitaan). Tetapi jika ada suatu hukum moral, bukankah seseorang harus mengajukan hipotesa tentang keberadaan suatu sumber hukum moral yang tertinggi, atau setidaknya suatu dasar objektif yaitu sesuatu yang memiliki kebenaran yang tidak terbatas dan kekal, tanpa mempedulikan apakah saya mempercayai atau tidak.
Argumentasi ini bersifat sangat mendesak dan harus sungguh-sungguh dipertimbangkan oleh siapa saja yang menyangkal eksistensi Allah tetapi menerima keberadaan dari kejahatan(penderitaan). Bertentangan dengan keyakinan kr****n bahwa Allah harus ada untuk mengajukan hipotesa tentang pengertian2 dari baik dan jahat, orang skeptic menjawab dengan, “Mengapa evolusi tidak bisa menjelaskan kesadaran moral kita? Mengapa kita membutuhkan Allah?”
Ini adalah pendekatan terbaru dari para pemikir antitesitik yang berusaha menjelaskan tentang baik dan jahat diluar Allah. Selama bertahun2, kaum naturalis pertama-tama menolak kausalitas(sebab-akibat) sebagai argumen untuk membuktikan keberadaan Allah : “Mengapa kita perlu memiliki penyebab? Mengapa alam semesta tidak bisa ada begitu saja? Kemudian mereka menyangkali rancangan sebagai argumen untuk eksistensi Allah : “Mengapa kita membutuhkan seorang perancang? Mengapa semuanya itu tidak bisa begitu saja bersamaan dengan munculnya hasil rancangan? Kemudian mereka menyangkali moralitas sebagai argumen untuk eksistensi Allah : “Mengapa kita perlu mengajukan hipotesa tentang hukum moral atau sumber hukum moral? Mengapa hal itu tidak bisa hanya menjadi suatu realitas pragmatis? Bagi saya hal ini sungguh mengagumkan! Mereka mencari “penyebab” dari penderitaan atau “rancangan” untuk penderitaan, tetapi mereka telah menyangkali bahwa keduanya sangat diperlukan untuk menilai setiap akibat.
Usaha untuk menyangkali keberadaan Allah ini karena hadirnya kejahatan(penderitaan) begitu dipenuhi dengan penjelasan2 yang tidak logis sehingga sungguh mengherankan bila semuanya itu bisa diterima.
Tak satupun pendukung etika2 evolusi yang telah menjelaskan bagaimana penyebab pertama yg impersonal dan amoral melalui proses non moral telah menghasilkan dasar moral kehidupan, sementara pada saat yang sama menyangkali dasar moral objektif apapun untuk kebaikan dan kejahatan.
Tidakkah janggal bahwa dari semua permutasi dan kombinasi yg mungkin dihasilkan oleh alam semesta yang tidak teratur, bisa dihasilkan pengertian2 dalam diri kita tentang apa yang benar, yang baik dan yang indah? Sebenarnya, untuk apa menyebut sesuatu itu baik dan jahat? Mengapa tidak menyebutnya jingga atau ungu?
Kebenarannya adalah kita tidak dapat melepaskan diri dari pukulan eksistensi(keberadaan) dengan melarikan diri dari hukum moral. Nilai-nilai moral objektif hanya ada jika ada Allah. Apakah boleh, misalnya memutilasi bayi-bayi sebagai hiburan? Setiap orang yang waras akan menjawab tidak. Kita tahu bahwa nilai-nilai moral objektif itu memang ada. Karena itu Allah harus ada. Menelaah premis-premis tersebut dan validitasnya memberikan suatu argumen yang sangat kuat. Bahkan J.L. Mackie, salah satu tokoh ateis yg paling vokal yg mempertanyakan eksistensi Allah berdasarkan realita kejahatan, setidaknya mengakui hubungan logis ini ketika ia berkata : “Kita sangat mungkin berargumentasi…..bahwa karakteristik2 objektif yang preskriptif(bersifat memberi petunjuk/ tata cara) secara intrinsic(sifat yg terkandung didalamnya) yang muncul tanpa diharapkan pada hal-hal natural, menyusun sekelompok kualitas dan relasi yang begitu ganjil sehingga semuanya itu hampir tidak mungkin telah muncul dalam rangkaian peristiwa2 umum, tanpa diciptakan oleh Allah yang maha kuasa..
Karena itu, harus disepakati kesimpulannya bahwa tidak ada sesuatupun yang baik secara intrinsic dan preskriptif kecuali adanya Allah yang telah membentuk alam semesta seperti itu. Tetapi justru Pribadi itulah yang ingin ditolak oleh si skeptis karena eksistensi kejahatan(penderitaan).
Pintu keluar pertama untuk lari dari Allah sudah terbuka, dan pemandangannya sungguh menakutkan. Hanya tersisa satu pilihan, yaitu berusaha mengubah bentuk pintunya. Setelah menyadari bahwa jika kejahatan(penderitaan) diakui maka suatu hukum moral yang objektif mungkin perlu dihadirkan, si skeptis mencoba cara bertindak yang baru. Dengarkan penjelasan yang luar biasa dari dari salah satu pembela ateisme, Richard Dawkins dari Oxford : “Dalam alam semesta dengan kekuatan2 fisik dan replikasi genetik yang buta, sebagian orang akan terluka, yang lainnya akan beruntung, dan Anda tidak akan menemukan penjelasan atau alasan didalamnya, atau keadilan apapun. Alam semesta yang kita amati memiliki kualitas2 natural yg sangat tepat yg bisa kita harapkan jika pada dasarnya tidak ada rancangan, tidak ada tujuan, tidak adanya kejahatan dan tidak ada kebaikan lainnya. Tidak ada apapun selain ketidakpedulian yang buta dan tanpa belas kasihan. DNA tidak memiliki pengetahuan atau kepedulian. DNA semata-mata ada. Dan kita berdansa mengikuti iramanya”
Apakah Anda melihat apa yang telah terjadi? Kaum skeptis mulai dengan memaparkan daftar panjang dari hal2 yg mengerikan, dengan mengatakan, “Semuanya ini amoral, karena itu tidak ada Allah”. Tetapi memunculkan isu2 ini sebagai isu moral berarti mengasumsikan situasi2 yg tidak mungkin dihasilkan oleh evolusi. Tidak akan ada jalan untuk tiba pada kewajiban yg mendesak secara moral, berdasarkan asumsi2 naturalisme. Lalu, apa yg dilakukan oleh si skeptis? Ia menyangkali nilai-nilai moral yg objektif karena menerima realitas semacam ini berarti membuka kemungkinan untuk keberadaan Allah. Maka, ia menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada yang disebut dengan kejahatan.
Inilah yang ingin dijadikan sebagai jawaban? Jika DNA tidak memiliki pengetahuan atau kepedulian, lalu dari mana asalnya pengetahuan dan kepedulian kita? Apakah kita hanyalah komputer2 hidup, yg menilai pikiran kita secara berlebihan? Jika perasaan2 kita sama sekali tidak berpengaruh pada realitas dari pertanyaan ini, maka mungkin kecerdasan kitalah yg bersifat artificial(palsu) dan kecerdasan komputerlah yg asli, karena komputer tidak memiliki perasaan; komputer hanya memiliki informasi. Komputer tidak “peduli” dan tidak “berdukacita karena kejahatan” dan karenanya lebih mendekati realita.
Inikah yang telah kita capai? Kita harus waspada karena tidak ada yang dapat menghentikan kita sekali kita menapak di jalanan licin yang menurun ini. Penyangkalan akan suatu hukum moral yang objektif, berdasarkan desakan untuk menyangkal eksistensi Allah, pada akhirnya menghasilkan penyangkalan akan kejahatan itu sendiri. Dapatkah Anda membayangkan diri Anda berkata kepada seorang wanita yg diperkosa bahwa pemerkosanya hanya sedang berdansa dengan DNA-nya? Katakanlah pada para korban Holocaust bahwa orang2 yang menyiksa mereka hanya sedang berdansa mengikuti DNA mereka…??? Hal ini sangat menjijikan! Ini bukan sebuah dansa! Ini adalah pencekikan terhadap batang leher logika yang dilakukan oleh orang yang hendak melarikan diri, yang dengan bersusah payah ingin menghirup rasionalitas sambil menyangkal keberadaan dasar2 pijakan logika. Akibatnya, dalam mencari jawaban untuk pertanyaan tentang kejahatan(penderitaan), ia pada akhirnya justru menyangkal pertanyaan ini. Bahkan saya menguji teori ini pada beberapa mahasiswa di Oxford University. Saya bertanya pada sekelompok mahasiswa yg skeptis, jika saya mengambil seorang bayi dan memotong-motong tubuhnya dhadapan mereka, apakah itu berarti bahwa saya sudah melakukan hal yang salah? Mereka baru saja menyangkali eksistensi nilai2 moral yg objektif. Mendengar pertanyaan saya, semuanya terdiam, dan kemudian pimpinan kelompok itu berkata, “Saya tidak akan menyukainya, tetapi tidak, saya tidak bisa berkata bahwa Anda telah melakukan sesuatu yg salah”. Astaga! Dasar penipu. Ia tidak akan menyukainya. Astaga! Sungguh irasional – ia tidak bisa menyebut hal itu salah. Saya hanya perlu bertanya kepadanya, kalau begitu apa yg tersisa dari pertanyaan yg sesungguhnya, jika kejahatan tidak diakui???
Pintu kedua mulanya tampak seperti jalan keluar yg pasti. Si skeptis bertanya mengapa Allah tidak bisa membuat kita selalu memilih hal yg baik. Para filsuf terkenal telah memunculkan hal ini sebagai senjata pamungkas mereka untuk menantang Kekr****nan. Tetapi disini pun tantangan mereka bertentangan dengan rasio.
Alvin Plantinga dari University of Notre Dame, yg oleh banyak orang dipandang sebagai filsuf Protestan yg paling dihormati pada zaman ini, telah mengajukan argumen yg kuat dan tidak dapat dibantah untuk menghadapi tantangan si Skeptis ini. Ia berargumen bahwa pilihan ini mencerminkan pandangan yg keliru tentang makna dari kemahakuasaan Allah. Kita harus sadar bahwa Allah tidak dapat melakukan hal-hal yang saling terpisah(mutually exclusive = dua hal yg tidak dapat dilakukan atau dimiliki secara bersamaan) dan mustahil secara logis(logically imposible). Allah tidak bisa membuat square circles( lingkaran-lingkaran bujursangkar). Kedua istilah ini(square circles) bersifat terpisah satu dengan yang lain.
Plantinga benar. Saya bisa menambahkan bahwa jika Allah memang bisa melakukan sesuatu, termasuk hal-hal yg saling terpisah, maka Ia juga bisa berkontradiksi dengan karakter-Nya, yg implikasinya adalah masalah kejahatan tidak mungkin diselesaikan, sehingga tidak membutuhkan pembelaan. Satu-satunya alasan mengapa kita memunculkan pertanyaan ini adalah karena kita mencari koherensi. Dalam dunia dimana kasih menjadi etika tertinggi, kebebasan harus tercakup didalamnya. Kasih yg diprogram atau dipaksakan bukanlah kasih; itu hanyalah suatu respon yg terkondisi atau sikap melayani diri.
Sekali lagi, bahkan para pemikir yg memusuhi Kekr****nan tanpa sadar meneguhkan kebenaran2 yg sesuai dengan pemikiran kr****n. Sebagai contoh, Jean Paul Sartre, dalam Being and Nothingness, berkata, “Orang yang ingin dikasihi tidak ingin diperbudak oleh orang yg dikasihinya. Ia sama sekali tidak bertekad untuk dijadikan sebagai objek dari nafsu yg mengalir secara mekanis. Ia tidak ingin memiliki sebuah robot, dan jika kita ingin merendahkan martabatnya, kita hanya perlu berusaha meyakinkan dirinya bahwa hasrat dari orang yg dikasihnya adalah hasil dari suatu determinisme psikologis. Maka sang kekasih akan merasa bahwa baik cintanya maupun keberadaannya diinjak-injak…….Jika orang yg dikasihinya diubah menjadi robot, orang itu mendapati bahwa ia sendirian.
Sungguh bijaksana! Cinta yg dipaksakan menjadi pertanda kesendirian. Memiliki kebebasan untuk mencintai ketika Anda boleh memilih untuk tidak mencintai, itulah makna cinta yg sesungguhnya. Bukankah tujuan tertinggi dari kasih menjadi satu-satunya cara untuk meluruskan masalah penderitaan? Meminta agar kita tidak diberi kebebasan dan hanya memilih kebaikan tidak sama dengan meminta kasih, melainkan sama dengan meminta paksaan dan sesuatu yg berada diluar kemanusiaan.
Kedua pintu keluar untuk si skeptis tertutup rapat. Anda tidak dapat menampilkan hipotesa tentang kejahatan tanpa suatu hukum moral yg tidak terbatas, yg tidak dapat ditopang oleh makro-evolusi. Dan Anda tidak dapat memperoleh etika tertinggi tanpa kemungkinan bagi kebebasan. Yang pertama membuat kita menjalani kehidupan yg berkontradiksi. Yang kedua menuntut kontradiksi dari Allah.

Hmmm persis sekali seperti buku-buku Kristiani, argumen ini memang sangat menarik dan tampak logis, didapat dari Ravi Zacharias, tetapi bagi saya tetap sama sekali tidak memuaskan. Buddhisme menawarkan jawaban yang lebih memuaskan, sains memang tidak bisa, tetapi Buddhisme bisa. Saya akan jawab secara Mahayanis.

Tidak seperti sains, keteraturan dan etika moral didasarkan pada dua hal:
1. Dharmakaya dan Tathagatagarbha
2. Hukum Sebab Akibat atau Karma

Karena semua makhluk mempunyai Tathagatagarbha maka dasar moral etika sudah jelas. Karena ada Karma maka tatanan kehidupan pun tampak teratur dan muncul etika moral. Karena Dharmakaya dan Karma maka tujuan dunia dan hidup ini sudah sangat sejelas-jelasnya. Hidup manusia ini lebih dari sekedar DNA, hidup manusia ini dasarnya adalah Buddha.

Non-dualisme dalam Buddhisme sering disalahpahami sebagai non-moral, pada kenyataannya non-dualisme digunakan untuk menempuh jalan kebajikan bukan kejahatan. Ajaran kebaikan dan kejahatan memiliki arti bahwa kejahatan memiliki potensi untuk ditransformasikan menjadi kebaikan dan itulah tujuan Buddha.

Argumen Ravi di atas malah menunjukkan bahwa Allah tidak maha kuasa karena ia tetap harus tunduk pada kontradiksi dunia. Dari mana muncul maha kuasa? Bila anda menentang kontradiksi dunia dikatakan menentang Allah, berarti memang benar dalam diri Allah terdapat penderitaan dan kejahatan? Bukankah begitu? Karena jelas kejahatan dan penderitaan itu ada.

Ini sering dibahas mengenai kisah propaganda kontroversial Kristiani mengenai Einstein, kejahatan dan Tuhan. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya, begitu argumennya. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Berarti ada area yang tidak terjangkau oleh Tuhan, bukankah begitu?

Ravi mengatakan bahwa penderitaan itu diperlukan. Tetapi pada kenyataanya sering Tuhan tidak memberikan cobaan yang sesuai dengan kemampuan seseorang. Ia sering memberikan cobaan penderitaan yang melebihi kapasitas seseorang untuk mengatasi penderitaan itu untuk menemukan kebahagiaan yang lebih besar. Biasnaya orang kristiani malah akan menjawab bahwa itu salah manusianya sendiri, bukan Tuhan. Tetapi ini sangat kontradiktif, karena pada kenyataannya Tuhan membiarkan penderitaan itu terjadi lebih lebih padahal kapasitas manusia yang bersangkutan Tuhan tau tidak akan melebihinya. Bukankah Tuhan tahu free will manusia itu sebatas mana? Manusia memang punya potensi untuk mengatasi semua penderitaan dan mengubahnya menjadi kebahagiaan, tetapi tidak semua siap dan mampu menggunakannya. Bagi yang tidak mampu bisa bisa bunuh diri dan masuk neraka. Itupun kalau neraka tidak kekal masih mending, la ini NERAKA ABADI. Apa Tuhan mau main-main?

Ini sama dengan ayah yang main-main sama anaknya. Seorang ayah mengajari anaknya cekatan dengan sengaja mendorong dengan keras anaknya sehingga mau tak mau harus mengambil mainan di sebrang jalan melewati jalan penuh kendaraan berkecepatan tinggi. Jelas-jelas memang anak itu punya potensi keterampilan untuk menghindari kendaraan yang melaju cepat, namun apa daya ia tidak teliti dan akhirnya tertabrak mati.

Bandingkan:
1. Ayah dengan sengaja mendorong keras ke jalan berusaha mencapai sebrang jalan (manusia terlahir diciptakan di dunia penuh cobaan ini tanpa bisa protes lagi sama Tuhan dan berusaha untuk mencapai Kerajaan Sorga)
2. Kendaraan berkecepatan tinggi = penderitaan dan cobaan
3. Potensi kemampuan = free will dan usaha mengatasi dan menerima penderitaan dengan memaksimalkan keindahan diri
4. Mati tertabrak, apa daya potensi punya tapi gara" gak teliti atau biasanya dalam kehidupan nyata org ngmg: "khilaf".....

Pertanyaannya: apakah sang ayah manusiawi?

Bagi saya Buddhisme lebih dewasa dalam menyikapinya. Dikatakan bahwa Tathagatagarbha yang ada dalam diri sendiri memiliki Intrinsic Good dan Intrinsic Evil (paham Kristiani mustahil mengatakan Tuhan memiliki Intrinsic Evil). Dengan adanya dua aspek ini, maka Tathagata ada, dengan dua aspek ini maka makhluk alam neraka pun bisa terlahir jadi Buddha dan memiliki kesempatan menjadi Buddha. Intrinsic Evil bukan momok, namun bisa digunakan secara terampil untuk menggapai Kebajikan Pokok yang merupakan esensi Buddha.

Seseorang yang terjatuh ke dalam neraka adalah sepenuhnya tanggung jawabnya sendiri sebagai manusia. Apakah ia berusaha mengembangkan Kesesatan Pokok dan tidak menghiraukan Kebajikan Pokok yang dimilikinya?

Problem Kristiani menurut saya ada 3:
1. Tuhan Pencipta Yang Maha Kuasa
2. Tuhan dengan Intrinsic Good saja
3. Tuhan eksternal dengan tujuan hidup eksternal

 _/\_
The Siddha Wanderer

169
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 30 September 2011, 05:24:17 AM »
Quote
Apakah Anda berdua yakin, bisa terlepas dari samsara dalam kehidupan ini???? Jika bisa, bolehkah Anda bagikan kepada saya caranya seperti apa dan bagaimana? Jika tidak, kenapa harus mengambil resiko untuk mempercayainya??? Maaf, jika ada kalimat yang salah,  saya cuma pakai logika berbicara agar saya semakin dicerahkan dan terlepas dari kegelapan pikiran.....

Bantu jawab ya. Ini sama dengan Kristiani, memangnya anda yakin seseorang bis aterselamatkan masuk surga dnegan percaya pada Yesus? Dan di atas anda megatakan supaya "terlepas dari kegelapan batin" bukankah anda sendiri percaya bahwa anda bisa terlepas dari kegelapan batin makanya nanya? wkwkw..... di dunia ini mana ada yang bisa membuktikan bahwa Kerajaan Sorga benar-benar ada? Sedangkan kalau soal Nirvana atau terlepas dari samsara, saya dan semua orang sudah melihat 50% buktinya. Saya pernah melihat orang yang berubah dari sifat penuh amarah menjadi sabar, saya pernah melihat orang asal-asalan menjadi teliti, saya pernah melihat orang sukses mengembangkan bakatnya dan penuh percaya diri tidak minder lagi, saya pernah melihat para bhiksu yang memiliki keseimbangan batin yang luar biasa. Itulah bukti bahwa ada kelepasan dari samsara lobha dvesa moha.

Quote
Apakah seseorang yang melakukan zinah atau jual diri(prostitusi) bisa dikategorikan sebagai tindakan/ kegiatan yang tidak berguna, bisa disebut sebagai akusala dan dapat menimbulkan kamma/ karma buruk????

Ya. Walaupun tidak melanggar sila ke-3, tetap YA. Seperti menyiksa makhluk lain kan tidak melanggar sila membunuh, tetapi tetap saja akusala karma. Ini dijelaskan terutama dalam sutra-sutra Mahayana dan berbagai kitab penjelasannya.

Quote
Apakah seseorang umat perumah tangga melakukan tindakan akusala( hal yang tidak baik itu) terhadap seseorang yang dianggap lebih suci( karena dia bikkhu/ bikkhuni) maka hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan umat awam, bagaimana kalo sebaliknya?? Apakah itu tidak diskriminasi namanya seperti yang Buddha Josaphat katakan didalam diskusi di blog Dede itu????

Ya benar, tetapi tindakan akusala pada umat awam yang tercerahkan jauh efeknya lebih berat daripada bhiksu yang tidak mencapai realisasi apa-apa atau bahkan merosot.

Quote
Apakah seorang yang ngakunya telah mencapai kesucian arahat, bisa meludahi tempat sembarang(apalagi dekat vihara/ cetya???) dan menyebabkan Ambapali kena karma buruk, kenapa bisa seperti itu ya karakter seorang arahat???

Tergantung apa tujuan meludah? Kalau tujuan meludah untuk mengumpat, ya Ambapali yang seorang Arahat tidak akan melakukan demikian. Lagian kisah yang diceritakan BJ itu hanya pelintiran saja!

Quote
Manusia seperti Buddha Gotama bisa sempurna seperti itu, bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, bisa sempurna seperti Buddha????  ;) Atau cerita tentang kesempurnaan Buddha hanya bersifat mitos/ legenda saja???
Seorang Buddha Gotama memiliki kesempurnaan batin, bakat, kemampuan dan fisik, baik yang duniawi dan spiritual. Tidak heran karena itu adalah ciri ciri Samyaksambuddha. Namun ajaran Buddha menekankan pada kesempurnaan batin, mereka yang miskin, mereka yang jelek tidak tampan seperti Pangeran Siddharta, merekayang bodoh semuanya dapat mengecap kesempurnaan batin, yaitu rasa kemanusiaan yang meluap dengan penuh kehangatan dan termaksimalnya potensi yang dimiliki tiap-tiap orang apa adanya. Menjadi Buddha buaknlah menjadi alien, menjadi Buddha adalah menjadi diri sendiri yang sebenar-benarnya.

Quote
Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D

Bisa saja kenapa tidak? Seperti dijelaskan para member Dhammacitta mengenai Panca Skandha. Nama tiap kelahiran bisa berbeda-beda, namun arus kesadaran ya tetep sama, terserah anda mau namakan apa arus kesadaran itu? Mau arus kesadaran Anton, Anti dsb ya gak masalah karena memang gak bernama. Arus kesadaran yang berkesinambungan itu adalah alaya-vijnana atau secara dangkal adalah "pudgala" yang dikemukakan aliran Buddhis Pudgalavadin dan Vatsiputriya. Alaya mempunyai potensi amala atau Buddha. Ketika alaya bersih dari lobha dvesa moha ia berubah menjadi amala-vijnana atau kesadaran Buddha.

Maka dari itu kelahiran lampau Buddha Gotama semuanya memilikikepribadian dan nama yang berbeda-beda, masing-masing kelahiran memiliki kepribadian yang unik dan spesial. walaupun berbeda, arus kesadarannya tetap sama yaitu arus kesadaran "bakal Buddha Gotama".

 _/\_
The Siddha Wanderer

170
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 30 September 2011, 05:01:47 AM »
Quote
lho, ini quotenya dari mana yah?

Dari webnya langsung ko =)

 _/\_
The Siddha Wanderer

171
Diskusi Umum / Re: berniat jadi bhikkhu, tapi takut tidak direstui keluarga
« on: 29 September 2011, 10:31:41 PM »
Quote
well, karena saya merasa agak muak dengan kehidupan ini...
setiap hari saya selalu melakukan aktivitas yang sama...
dan saya merasa juga tidak ada artinya untuk hidup tanpa tujuan dan arah seperti ini..
tentunya juga, motivasi terbesar saya adalah untuk mencapai nibbana...
maaf yah kalo agak berlebihan, tapi emang ini pernyataan saya apa adanya..
jangan dikira saya sedang mencari sensasi...

Hmm saya tidak tahu kondisi "boring terhadap samsara" apakah yang anda rasakan sekarang?

Seperti yang bro Forte katakan, itu bisa saja rasa benci, bukan muak yang sesungguhnya.

Saya benernya juga ingin jadi anggota Sangha, tapi saya juga enjoy aja dengan kehidupan ini, saya melakukan banyak macam hal, punya keluarga dan teman-teman yang luar biasa, dan setiap hari arah tujuan hidup saya adalah membahagiakan makhluk hidup dan berusaha mengembangkan batin. Saya bukan muak terhadap itu semua, tetapi saya muak terhadap segala klesha dan penderitaan.

 _/\_
The Siddha Wanderer

172
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 29 September 2011, 10:22:11 PM »
Quote
1) Menurut Anda, tanha(keinginan, hasrat, kehendak) itu jahat/ negatif atau tidak? Tolong berikan pembabaran jika ada disertai contohnya.
2) Keinginan/ hasrat/ kehendak untuk melenyapkan tanha itu apakah bukan tanha itu sendiri? Bagaimana Anda bisa memberikan suatu pencerahan yang kelihatan logis???
3) Kehidupan merupakan sebuah lingkaran tumimbal lahir yang tidak memiliki awal, bagaimana bisa memiliki akhir dengan terlepas dari samsara, ibarat sebuah lubang gelap yang tidak memiliki dasarnya, bagaimana kita bisa lompat keluar???
4) Apakah kehidupan itu identik dengan penderitaan(dukkha), bagaimana kita bisa tahu adanya penderitaan tanpa mengetahui adanya kebaikan?? Darimana datangnya kebaikan itu?

Hasrat atau kehendak melenyapkan Tanha bukanlah Tanha. Kehendak positif seperti itu dinamakan Chanda atau Bodhicitta.

Kehidupan memang tidak memiliki awal dan akhir, oleh karena itu Buddha Bodhisattva selalu mewujudkan berbagai  emanasinya. Life is Beautiful dan ada akhir untuk penderitaan. Lahir tua sakit mati tidak dilenyapkan, namun ditransformasikan menjadi empat kebajikan, di situlah akhir penderitaan dan mulainya kebahagiaan sejati.

Kehidupan terdiri dari sukha dan dukha. Kemelakatan pada sukha dan dukha membawa pada dukha. Sadar terhadap sukha dan dukha membawa paad sukha. Semua orang mempunyai benih Buddha Tathagatagarbha sehingga semuanya memiliki potensi tak terbatas untuk mengembangkan diri dan mencapai kebahagiaan.
Quote
jadi artinya mau jadi seorang Buddha maka dia perlu berulang-ulang lahir ke dunia dan terus-menerus berbuat kebajikan…Jika ditumpuk tulang belulang calon Buddha yang mati-lahir kembali maka tulungnya sebanyak dan setinggi gunung Himalaya dan kebaikannya seperti air samudera luasnya………Begitulah kata ajaran Buddha, siapa bisa dan berminat menjadi Buddha????

Di Theravada anda memiliki potensi menjadi Savaka Buddha dalam kehidupan kali inim tergnatung usaha dan tekad anda.

Dalam Mahayana dan Vajrayana, anda dapat menjadi Samyaksambuddha dalam kehidupan kali ini, tergantung usaha dan tekad anda.

Menjadi Buddha bukanlah menjadi orang yang sempurna 100% luar biasa dan spesial, tetapi seseorang yang mampu menerima dan mentransformasikan kekuarangannya menjaid sesuatu yang positif. Seorang Buddha adalah seseorang yang memiliki karakter yang meluap dengan rasa kemanusiaan yang paling hangat. Dunia Buddha ada dalam diri kita, dan kita pun bsia merasakannya dengan bangkitnya Bodhicitta, meskipun bagi kita-kita ini hanya sekejap pikiran saja.

Quote
Jadi, jika umat Buddha bangga dengan hal-hal kebajikan, itu sangat baik. Namun jangan menyombongkan diri seakan2-akan itulah keunikan ajaran Buddha. Kita tidak banyak menemukan hal-hal( berbuat kebajikan bagi masyarakat ) demikian sebelum masuk ditahun 1970, dimana aliran Buddha Tzu Chi baru mulai melakukan hal-hal itu yang juga belajar dari pastor2 Khatolik.

Yap. Shramana Gotama juga belajar gerakan shramana dengan para pertapa Jain seperti Arada Kalama dan Udraka Ramaputra. Namun beliau menolak ajaran Jain dan membabarkan Dharma beliau yang unik.

Anda kan gak tahu kalau bhiksu-bhiksu zaman pertengahan seperti Qingshui Zushi, bhiksu Song Dafeng dan bhiksu Cankui Zushi banyak membantu masyarakat banyak dengan pengobatan sosial dan pembangunan jembatan-jembatan sarana prasarana secara sosial juga, berbuat banyak terjun langsung ke masyarakat. Kok bisa anda katakan belum masuk padahal di Tiongkok dari dulu sudah ada?

Bahkan juga ada permaisuri Buddhis Jepang yang hidup sebelum 1000 M, yang mendirikan rumah sakit sosial dsb yang didasarkan pada ajaran Buddha.

 _/\_
The Siddha Wanderer

173
Diskusi Umum / Re: berniat jadi bhikkhu, tapi takut tidak direstui keluarga
« on: 29 September 2011, 09:55:50 PM »
Jd tertarik.......... kenapa pengen jadi anggota Sangha bro?

 _/\_
The Siddha Wanderer

174
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« on: 29 September 2011, 09:38:56 PM »
Hahaha.... sebenarnya diskusi di sana tidak usah terlalu diurusin.. terlihat sekali user Kristiani seperti Buddha Josaphat itu tidak paham sama sekali kondisi dunia dan agama Buddha, bahkan kisah Ambapali aja bisa dipelintir dan keliru.

BJ says:
Quote
Saya heran komentar para umat Buddhis yg bersifat reaksi dan negative thinking, belum beli dan baca bukunya udah pada ketakutan………..Contohlah teladanku, saya tidak pernah takut baca buku2 kalangan Buddhis……… :)

Sharing aja ya, saya umat Buddhis yang suka baca ajaran Kristiani dan pembahasan para pendeta kr****n ttg agama Buddha, mulai dari Ravi Zacharias, sampai dosen saya dulu di UK Petra, bahkan buku yang ditulis oleh mantan penganut Mahayana yang akhirnya jadi pengikut Kristian Khatolik 'The Unexpected Way'. Saya juga sudah baca habis buku "Ketika Alkitab Dipertanyakan" dari Ravi Zacharias dan saya membuat bahasan yang menolak keseluruhan isi buku tersebut. Saya juga pernah baca buku / artikel jawaban pihak" Kristiani atas kontradiksi" yang ada dalam Alkitab. Saya juga pernah membuat artikel bahasan panjang yang membahas klaim-klaim tidak bertanggungjawab tentang Kristiani di Jepang, dengan meneliti semua tulisan dari pihak Kristiani. Saya juga belajar tentang sejarah bertemunya agama Buddha dan Kristiani di sepanjang sejarah dunia, dari zaman pertengahan sampai zaman modern.

Dari TK sampai SMU saya dijegoki pelajaran Agama Kristiani Protestan, sampai kuliah juga dengan mata kuliah filsafat agamanya. Maka dari itu bukankah salah sekali kalau ada orang yang berpendapat bahwa para umat Buddhis dan user Dhammacitta dibilang tidak ada yang berani baca buku Kristiani! Salah besar! Karena saya sangat suka mempelajari segala beluk dan segala macam interpretasi Kristiani, bahkan suka mupeng pengen tau dan pergi  ke Gereja Katholik dan Protestan Karismatik dengan bahasa roh-nya dan saya tetap memilih ajaran Sang Buddha., bahkan gara" buku propaganda Kristiani itu, saya malah jadi tambah tambah yakin sama Buddhisme.  :)

Quote
Duka merupakan refleksi dari suka manusia…..manusia tahu adanya sukacita karena adanya dukacita…….Dua sisi ini menyatu didalam diri manusia……Jika kita menolak dukacita maka kita juga menjauhkan sukacita………..Tidak adanya dukacita, membuat kita tidak bisa mensyukuri apa itu sukacita…………..

Tepat dan benar sekali!

Dalam paham Tiantai dan Nichiren, yang dianut oleh seluruh umat Buddhis Tiongkok, hakekat sejati Tathagatagarbha memiliki dua aspek yang selalu ada, yaitu Kebajikan Pokok (Intrinsic Good) dan Kesesatan Pokok (Intrinsic Evil). Setiap makhluk hidup pasti memiliki 2 aspek ini, baik buruk, suka duka, tinggi rendah semunaya ada dalam hakekat terdalam manusia.

Di dunia ini dikenal 10 Dunia dan 3000 fenomena dalam sekejap pikiran. 10 dunia ada dalam hati dan batin seseorang / makhluk hidup. Di antara 10 Dunia ini adalah dunia Buddha.

Seorang Buddha tetap memiliki kesepuluh dunia dalam dirinya termasuk neraka, seorang Buddha Samyaksambuddha tetap memiliki Kesesatan Pokok. Namun yang menjadi bedanya adalah seorang Buddha mampu menggunakan dan mengendalikan Kesesatan Pokok demi berkembangnya Kebajikan Pokok. Artinya adalah mengubah racun menjadi obat. Dengan penderitaan (Kesesatan Pokok) kita akan mengenali kebahagiaan (Kebajikan Pokok), dengan dukacita kita dapat memunculkan rasa sukacita, dengan pengalaman pahit kita dapat mengubah diri menjadi lebih baik. Semua Kesesatan Pokok dalam kesadaran kita, dapat kita gunakan dengan terampil guna mencapai kesadaran Buddha.
Quote
Aku selalu memandang hidupku dengan sangat bahagia, memiliki isteri yg cantik dan cerdas, sepasang anak, keuangan yang cukup buat keluargaku dan memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan, membangun sekolah yang murah namun berkualitas nasional plus buat anak2 yang keluarganya kurang mampu, menanamkan etika/ moral Kristiani buat anak2 agar kelak bisa menghadapi dunia nyata dengan penuh antusias dan penuh sukacita…..Tujuannya agar mereka memiliki integritas yg baik dan mampu bekerja dan memiliki sikap menghormati & menyayangi orang tuanya dengan sepenuh hati, membantu masyarakat yg kekurangan . Bukankah itu arti hidup yang penuh sukacita???

Buddhisme tidak menolak kebahagiaan yang demikian. Buddhisme mengajarkan kita untuk mengubah penderitaan lahir tua sakit mati menjadio empat kebahagiaan. Bukan menghapus penderitaan tetapi mentransformasikannya menjaid sesuatu yang positif. Dan tentu kebahagiaan" di atas dapat didapatkan dari praktik Buddha Dharma.

Quote
Ajaran Buddha mulai hancur, karena ulah sekelompok orang yang ngaku mewarisi ajaran Buddha yang valid seperti bikkhu2 Sinhale itu yang menafsirkan ajaran Buddha dalam kacamata ateisme itu. Para bikkhu dan pengikutnya banyak melakukan teror terhadap kepercayaan agama minoritas di Sri Lanka terutama Hindu dan kr****n dengan cara yang tidak manusiawi, mengitimidasi, melukai, membunuh orang2 yg tak sepaham dengan kepercayaan mereka dan dengan semangat vandalisme yang ingin menghancurkan kehidupan manusia. Mungkin mereka mewarisi tabiat Raja Asoka yang sangat mereka kagumi itu yang telah membunuh semua bikkhu2 yg tidak sepaham dengan aliran Therevada seperti ajaran paham Therevada di Sri Lanka itu….. Kedua, ajaran Buddha dilemahkan oleh aliran Tantrayana Tibet yang banyak percaya takhayul dan upacara ibadah banyak dipengaruhi oleh ajaran Samanisme yang begitu kuat bercokol dalam kehidupan masyarakat Tibet. Jadi tidak heran terjadi sinkritisme antara ajaran Buddha dengan kepercayaan Samanisme……

Hmmm... di Korea Selatan malah terjadi sebaliknya..... para fanatik Kristiani sering ditemukan membakar rupang Buddha dan vihara-vihara dan melecehkan agama Buddha dengan terbuka serta tindakan lainnya baik langsung maupun tak langsung.

Hmm Raja Asoka diakui oleh para bhiksu berbagai aliran, bagaimana bisa Raja Asoka membunuhi bhiksu aliran lain? Jangan memelintir sejarah! Yang ada Raja Asoka pernah membunuh banyak pertapa Jain dan beliau menyesal!

Hmmm... tidak juga justru agama Bon saat ini, telah diteliti dibuktikan oleh ebrbagai kalangan bahwa mereka melakukan plagiarisme terhadap Buddhisme. Kentara sekali anda juga tidak paham Tantra, karena selama ini saya mendengar ceramah para Rinpoche Kagyu dan Lhama Gelug, dan juga Dalai Lama, semuanya menekankan kelogisan dan ajaran, ga ada yang menekankan ritual-ritual saja.

Quote
erbukti saat saya tanya, apakah Anda percaya Buddha Dipankara bertubuh raksasa dengan tinggi 80 hasta dan berumur sangat panjang 100.000 tahun???? Jawaban adalah tidak percaya!!! Alasannya, itu tidak logis, tak ada manusia raksasa setinggi dan berumur panjang seperti itu, paling tinggi 2,5 meter dan usia paling tua 140 tahun….

Kenapa tidak?? Para peneliti seperti dikutip majalah bergengsi National Geographic menyatakan bahwa manusia bisa saja akan berevolusi menuju "transhumanisme."

 _/\_
The Siddha Wanderer

175
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 14 September 2011, 08:41:10 PM »
Quote
tapi tertulis di buddhavamsa buddha gotama berdiam di surga tusita setelah kelahiran terakhirnya sebagai pangeran vessantara, karena tugas pemenuhan paraminya telah selesai, dan tinggal menunggu waktu untuk menjadi seorang buddha...
gimana lagi ntu??

 _/\_

There is another version of the story.

Riwayat Buddha Gotama aja beda-beda dari Mahasanghika, Mulasarvastivada sama Theravada. Tapi esensi, storyline, kerangka kisahnya tetap sama dan mirip.

Yg pasti Mahayana juga setuju kelahiran sebagai pangeran Vishvantara (Vessantara) adalah kelahiran sebagai manusia yg terkahir sblm jd Siddharta.

 _/\_
The Siddha Wanderer

176
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 14 September 2011, 07:57:02 PM »
Quote
bukannya bodhisattva yang akan mencapai kebuddhaan akan dilahirkan di alam manusia, dan mencapai anuttara samyak sambodhi??
maaf, saya masih kurang mengerti tentang ajaran mahayana (khususnya tentang bodhisattva), mohon pencerahannya

Di Suddhavasa sebelum turun ke Surga Tusita dan alam manusia.  :)

 _/\_
The Siddha Wanderer

177
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 14 September 2011, 07:34:05 PM »
Quote
Menarik sekali, saya pernah baca bahwa alam kehidupan menurut Mahayana ada 33, yaitu 31 alam kehidupan + 2 alam lagi. Bisa dijelaskan lebih lanjut tentang kedua alam kehidupan ini secara rinci?

Alam Mahamahesvara dan Aganistham ini sendiri seperti alam satu paket dengan Akanistha. Akanistha adalah tempat para Anagamin yang akan mencapai Arahat. Sedangkan alam Mahamaheshvara yang merupakan sub-bagian dari Akanishta adalah tempat tinggal para devaputra Bodhisattva bhumi ke-10 yang hendak mencapai ke-Buddhaan. Gampopa menjelaskan bahwa bodhisattva tingkat 10 akan terlahir di Suddhavasa Akanishta dan menjadi Mahesvara, para raja diraja para dewa di alam Triloka.

Lebih dalam lagi di Surga Akanistha terdapat Tanah Suci Buddha Vairocana yang bernama Mahakanistha Gandavyuha, yang merupakan tempat Sambhogakaya para Buddha Bodhisattva. Ini mirip seperti Surga Tusita, di mana di sana terdapat Tanah Suci Bodhisattva Maitreya (Inner Court), selain surga Tusita itu sendiri (Outer Court).

Ketika bakal Buddha lahir di dunia ini, para devaputra Suddhavasa dipimpin Mahesvara datang menyambut Sang Bodhisattva.

Mahesvara di sini bukan Siva yang punya tiga mata dan mengendarai sapi. Siva yang punya tiga mata dengan sapi kendaraanya dan Uma Parvati sebagai istrinya adalah Vesavartin Mara-raja. Beliaiu dinamakan Pisaca Mahesvara (iblis Mahesvara) atau Black Ishvara (Ishvara Hitam), ia adalah raja Iblis Mara Surga Keenam yang menguasai seluruh Kamaloka. Ia adalah Kamadeva, deva nafsu dan seks, membelenggu para makhluk dengan nafsu duniawi. Simbol mereka adalah linga (mr. P) dan yoni (mr. V), dan merekalah yang membabarkan kitab seks Kama Sutra. namun disebutkan bahwa mereka disadarkan oleh Vajrapani Bodhisattva yang seorang yaksha, lalu dirmalakan akan menjadi Buddha Bhamesvara (Siva) dan Buddha Umesvara (Uma Parvati).

 _/\_
The Siddha Wanderer

178
Mahayana / Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
« on: 14 September 2011, 06:36:39 PM »
Quote
Saya titip pertanyaan buat yang mengerti Tradisi Mahayana:
Kalau misalnya kita tinggalkan semua simbolisasi dan kebiasaan/tata cara/metode, dan kembali pada makna kebenaran di dalamnya -yang adalah kembali ke pengembangan kualitas bathin diri sendiri- berarti antara Mahayana dan Theravada tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali pendekatannya saja?

Ya.

Kalau keliatan mata paling jelas ya seperti kata bro. morph: Zen / Chan dengan Theravada. (karena dua"nya sangat menekankan self-power atau jiriki)

Esensi yang dituju sama, maka dari itu mnurut Mahayana dalam Saddharmapundarika Sutra disebutkan Ekabuddhayana mencakup Shravaka, Pratyeka dan Bodhisattva (Theravada dan Mahayana) semuanya sama merupakan satu step menuju tingkatan Buddha.

Di kalangan intern Mahayana sendiri, seringkali Patriark Zen menguasai juga praktik Sukhavati, ada juga Master Zen Hakuin yang memahami praktik daimoku dari aliran Nichiren, semuanya itu karena esensinya sama, perbedaan hanya pada metode pengembangan batin yaitu lewat tariki (other power) atau jiriki (self power) atau kedua"nya.

 _/\_
The Siddha Wanderer

179
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 14 September 2011, 06:25:20 PM »
Quote
kalo boleh tau, surga aganistham dan mahamahesvara itu alam apa ya??
termasuk alam arupa jhana atau alam suddhavasa??

Termasuk alam Suddhavasa-bhumi.

Alam Mahamahesvara merupakan alam tempat tinggal Mahesvara, penguasa Triloka (Kama, Rupa, Arupa).

Beda dengan Brahma Sahampati yang daerah kekuasannya hanya sampai kamaloka dan alam Brahma Jhana pertama.

 _/\_
The Siddha Wanderer

180
Mahayana / Re: Alam Dewa menurut mahayana
« on: 13 September 2011, 10:16:14 PM »
Anda pernah baca alam-alam dewa dalam peta 31 alam menurut Theravada dan Sarvastivada? dah hampir sama persis dengan Mahayana.

Semua aliran Buddhis, alam-alam dewanya sama semua nama dan pembagiannya.

Adapun perbedaannya, di atas Suddhavasa Akanishta, Mahayana menambahkan Surga Aganistham dan Mahamahesvara.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Pages: 1 ... 5 6 7 8 9 10 11 [12] 13 14 15 16 17 18 19 ... 95
anything