//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?  (Read 45925 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #120 on: 13 November 2008, 11:39:19 PM »
gw bersyukur banget bisa ketemu forum ini. selama ini, banyak permasalahan ingin gw tanyakan, tapi gak tempat untuk sharing. sekarang ada banyak orang ,tempat untuk saya bertanya. siapa sih tadi yang ngasih link forum ini? tanks banget yah!

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #121 on: 13 November 2008, 11:46:34 PM »
kesombongan tentunya merupakan salah satu kotoran batin yang harus disingkirkan. saya punya permasalahan.

biasanya, yang disebut sombong itu terjadi dihadapan sesama manusia. misalnya, seseorang menyombongkan kepadaiannya terhadap orang lain. dalam meditasi yang dilakukan untuk mengembangkan energi-energi (kundalini), kesombongan itu dapat muncul tiba-tiba. terutama ketika energi itu berkembang menjadi energi yang dirasakan hebat. padahal tidak seorangpun yang melihat saya. tapi jelas-jelas rasa sombong itu ada. menurut anda, apakah yang saya rasakan itu benar-benar rasa sombong ataukah gembira? mengapa kesombongan bisa muncul ketika kita sedang sendirian? mengapa berkembangnya energi bisa menimbulkan perasaan sombong seketika?

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #122 on: 14 November 2008, 07:31:43 AM »
Di Bandung agak repot. Ntar kalo di Dago ada Bhante bisa saya pm, kalau mau tinggalin no hp biar bisa saya sms. Kalau Lembang coba ke Vipassana Graha Jl. Kol. Masturi 69, cari guru meditasi di sana.

o iy deh. klo ke situ sih deket.
sebenrnya sih, kalo lewat vihara saya sering ingin mampi menmui bikhu dn berkonsultasi, tapi gak berani, karena saya belum tahu bagaimana adat kebiasaan dan sopan santunnya bila memasuki vihara.

jika memang berkenan, bisa hubungi bhante gunasiri di (0813) 81203869.

Lokasi beliau di daerah sekitar cipanas, kampung Bakom....

semoga bermanfaat

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #123 on: 14 November 2008, 08:27:23 AM »
Tanks!

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #124 on: 14 November 2008, 08:54:41 AM »
dear candra,

disinilah pentingnya "pandangan benar"...... karena tanpa pandangan benar itu maka samadhi yg anda lakukan, akan menjurus ke samadhi yg salah secara hakekatnya

kebutuhan itu sebenarnya seperti hidup sehari-hari, yang butuh lebih cepat, lebih besar dan lebih memuaskan.....
darimanakah kebutuhan itu berasal?? dari faktor2 external seperti mobil yg baru, makanan yg lebih enak... ataukah dari diri sendiri yg ingin mobil yg baru atau makanan yg lebih enak??  :D

karena itu, marilah kita coba jujur.... di awal anda akui meditasi itu nikmat, dan ingin berusaha "lebih lama" disana, namun di akhir, anda menyebut bhw faktor2 lingkunganlah yg membuat anda ingin bermeditasi lebih lama

meditasi itu nikmat. sesekali saya bermeditasi untuk menemukan kenikmatan itu. tapi, motivasi untuk mencapai nikmat itu tidaklah kuat dan bukan motivasi utama.  atau apakah sebenarnya terlalu terobsesi dengan kenikmatan tersebut dan menjadikan kenikmatan meditasi menjadi hal yang pokok untuk saya raih? saya tidak tahu. yang saya tahu, dalam kehidupan sehari-hari saya banyak dibebani oleh pekerjaan. ketika sore hari saya seringkali merasa begitu lelah, tekanan mental, dan rasa sakit pada tubuh. saya sadar, bahwa jika itu terjadi artinya saya telah lengah dari meditasi. secara alami semua orang ingin lepas dari keadaan yang menimbulkan perasaan tidak suka tersebut. untuk melepaskan rasa penat, mungkin orang lain yang punya uang akan pergi ke tempat-tempat hiburan malam sehingga merasakan fresh. tapi saya, melepaskan semua kepenatan, rasa sakit dan lelah dengan meditasi. setelah 2 jam bermeditasi pada sore hari, saya merasa bugar kembali, hati saya terhimbur dan sensasi nikmat itu begitu dalam saya rasakan. tapi saya tidak tahu apakah hal itu merupakan usaha untuk mencari nikmat, usaha melepaskan penderitaan, atau usaha merawat kesehatan tubuh? bagaimana menurut anda?

dear Chandra,

menarik melihat pengalaman anda...... non buddhis yg menjalani meditasi buddhis.....

Disini kembali kepada pandangan benar.... anda di bawah sudah menyatakan bahwa buddha mengajarkan meditasi untuk mengakhiri dukkha...

nah dukkha disini sebenarnya adalah ketidak puasan. Jadi pada saat kita tidak puas dengan kondisi kita, disanalah muncul dukkha.
Jadi kalau anda merasa penat, lelah : itulah dukkha
Lalu dicoba diobati, dengan meditasi.

Ini berhubungan dengan yang anda blg : secara alami org ingin lepas dari kondisi yg tidak disukai

Lalu kita kembalikan ke penyebab dukkha, yaitu :
1. Lobha / kemelekatan  yaitu melekat pada hal yg menyenangkan
2. Dosa / kebencian yaitu menolak padahal yang tidak menyenangkan

Jadi pada "kondisi yang tidak disukai", akan muncul dosa, kemudian disusul dengan "mencari kondisi yg disukai", yg spt anda blg, org biasanya mencari "hiburan malam" (tp saya ngga loh  :P), namun anda memilih "meditasi"

nah jadi bisa dilihat bahwa meditasi dilakukan dengan pandangan yang belum benar..... dimana masih terikat pada dosa dan lobha, yang muncul berganti2an.....

kalau saya boleh saran, sepertinya anda bisa coba ngobrol2 dulu dengan bhante gunasiri mengenai vipassana, sebelum mencoba2 sendiri.... karena konsep vipassana justru berbeda dengan samatha......


Ini sebenarnya bnyk kita alami dalam hidup sehari2 kita..... salah satunya adalah masturbation brain (kita berasumsi bahwa orang lain itu menginginkan sesuatu) dimana kita mengambil keputusan atas asumsi itu

Misal sakit berat yg tidak terobati.
Bagaimana jika ibu diajari cara utk menangani sakit, dgn cara mengajari beliau meditasi? sudah bnyk kasus org sakit parah yg sembuh krn bermeditasi loh

saya berusaha mengajari ibu saya untuk bermeditasi. dalam keadaan sakit parah, bangunpun sulit, dan kondisi pikirannya dalam keadaan setengah sadar setengah enggak, bagaimanakah caranya saya mengajari dia bermeditasi? ketika saya mengajarkan meditasi kepada para pemuda yang tampak sehat walafiat dan memiliki kecerdasan intlektual, tapi tapi ternyata mereka tidak mudah mencapai suatu pengalaman "cita rasa meditasi" seperti yang saya alami. setelah berbulan-bulan mereka berlatih meditasi, mereka merasa belum "ktemu" apa manfaat meditasi. sungguh aneh. apalagi jika meditasi itu diajarkan kepada ibu saya yang kondisinya repot.

ehm, sebenarnya yang dibahas disini adalah "masturbation brain"-nya itu.....

dimana kita mengasumsikan bhw org lain itu berpikir, sesuai apa yg kita pikirkan.
Dan kita mengambil keputusan berdasar asumsi, yang sebenarnya masih belum jelas kebenarannya  ;D

Bisa dilihat pada org muda yang kelihatan cerdas dan sehat, namun ternyata mereka "mentok"
Disini masturbation brain kembali berperan dengan adanya asumsi bhw yg sehat akan lebih bisa mendapat manfaat meditasi dibanding yg sakit
Dan bhw mereka yg cerdas, akan mudah "menyerap" ilmu meditasi

Padahal sebenarnya meditasi itu tergantung dari kualitas batin org yg bersangkutan, bukan dari fisiknya atau intelektual loh  ;D

Pun ga semua org, akan "matching" dgn cara anda itu loh...... setiap org punya keunikan masing2, apalagi kondisi batin setiap saat terus menerus berubah.
Saya aja uji coba bermacam cara, akhirnya lebih cocok dengan cara Goenka......
Tapi dulu ada org yg biasa pake metode mahasi sayadaw, terus suatu saat ikut pelatihan Goenka selama 6 bulan di myanmar, justru dia merasa batinnya ga makin berkembang
akhirnya dia ke malaysia, ikut pelatihan ala mahasi sayadaw... barulah batinnya kembali "berkembang"

semoga bisa dimengerti yah  _/\_

Juga lingkungan yg penuh penderitaan.
Pemancaran metta hanya berfungsi meredam namun selama sumber penderitaan tidak diatasi maka lingkungan anda akan terus menderita (Buddha menyebut bahwa kemiskinan adalah sumber kejahatan)
sama seperti pemberian Rp 100.000/bulan tapi biaya hidup terus melambung... hanya meredam tapi tidak menyembuhkan

Namun sebenarnya alasan utama adalah bahwa kita melekat pada ibu dan lingkungan kita
Kita tidak ingin ibu kita "berubah" dan terus sehat... padahal sudah hukum alam bhw yg lahir pasti akan meninggal. Ini bukan menganjurkan anda utk mencueki ibu anda, tapi jgnlah jadi melekat (terlihat dari anda menangis, ini adalah hasil dari melekat)
Juga anda ingin lingkungan berubah.... karena anda "benci" melihat kejahatan dan ingin membuat jadi "baik".... biasanya disini akan terjadi lingkaran yg tidak berkesudahan : anda ingin lingkungan jadi baik - anda bnyk meditasi - krn smber penderitaan tetap ada, lingkungan tetap jahat - anda makin keras meditasi, dst..dst.... sampai satu titik, kebencian anda akan meledak dan justru akan "menghancurkan" lingkungan itu....

Kondisi inilah yg dialami oleh para ekstrimis yg mengebom...... di awalnya mereka ingin org ikut paham mereka, namun sampai pada 1 titik dimana org masih tidak ikut dan mereka sudah merasa tidak sanggup utk merubah, mereka lalu "merusak"....

disinilah bahayanya candu kemelekatan..... ingin kenikmatan yg lebih dan lebih lagi, dan kalau sudah tidak bisa, akhirnya membuat jadi kebencian yang meluap2.....

buddha menggambarkan kemelekatan seperti daging gosong di penggorengan..... yg makin dilekati, akan makin menyakitkan jika akan dilepas

Karena itu, saya anjurkan anda utk coba perdalam dulu buddhism.... bukan untuk mengkonvesi anda menjadi penganut buddha namun buddhism berisi ajaran yg realistis mengenai bagaimana memahami manusia itu sendiri, bukan bagaimana mengatur lingkungan agar bisa sesuai dengan nafsu manusia

semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi kita semua  _/\_


maksud saya. pada saat saya menangis karena iba pada penderitaan yang dialami ibu saya, maka itu artinya dukha bagi dirinya sendiri. mengapa saya mengalami dukha? itu karena kebodohan batin saya sendiri, karena kemelekatan sendiri. dan bukankah budha telah menjelaskan jalan pembebasannya? maka untuk membebaskan diri saya sendiri dari dukha tersebut, maka saya menempuh satu-satunya jalan yang dibabarkan budha melalui meditasi samtha dan vippasana. melalui praktik meditasi tersebut, akhirnya saya dapat menjadi tenang, tanpa kemelekatan, melihat sifat sejati dari segala sesuatu, dan menyadari bahwa setiap orang menerima apa yang menjadi karmanya di masa lalu. dan karena melalui meditasi itu ada bonus yang saya terima, yaitu "energi penyembuh yang luar biasa". dan saya melihat kesempatan untuk berbuat baik, menimbun parami dengan mentransfer energi penyembuh itu kepada ibu saya. sebab, bukankah akan termasuk kepada karma buruk bila saya mengetahui suatu jalan untuk membebaskan penderitaan yang dialami ibu saya, tapi saya tidak memberikannya? seperti misalnya, bagaimana bila ibu anda sakit keras, perlu uang berobat, dan anda punya uang tabungan. bukankah anda akan bergegas untuk mengambil tabungan tersebut dan menggunakannya untuk berobat ibu anda? demikianlah perumpamaan yang saya lakukan terhdap ibu saya.

dear candra,

Nah disini sering juga terjadi kekeliruan, seolah2 "buddhism itu tidak manusiawi".... ada org menderita, lalu kita tidak boleh iba....

kalau saya boleh sebut bahwa iba adalah karuna, yang merasa kasihan terhadap mahluk yg menderita

Namun sering keliru diimplementasikan dimana iba dimanipulasi dengan dosa/kebencian krn melihat objek yg tidak menyenangkan.
Jadi coba anda renungkan lagi.... apakah saat iba, rasanya menyenangkan atau justru ga enak, seperti dada sesak?

Sekedar Info bahwa karuna adalah faktor perasaan yang menyenangkan (sobhana cetasika : http://www.buddhistonline.com/dsgb/ad15.shtml ), jadi seharusnya yg muncul adalah perasaan senang

Dan yg paling nyata, adalah bukan pada 1 objek, melainkan bersifat universal

Jadi tolong itu dipahami dulu yah  _/\_

Mengenai membantu, itu adalah kewajiban anak.
Melihat ibu atau lingkungan yang menderita, itu adalah buah kamma kita loh
Namun hendaknya kita memberikan pertolongan, jgn dilandasi oleh cinta dan iba yg melekat pada objek namun dengan kebijaksanaan.

Bentuknya bisa sama, misal membantu menyalurkan energi namun dengan perasaan yg senang
Senang disini adalah senang bisa melakukan perbuatan baik (sifatnya inner out), bukan senang melihat objek tidak lagi menderita (outside in)

Kesempatan menimbun parami : ehm kalau saya boleh koreksi, disini juga sebenarnya adalah "lobha" / melekat....

Parami itu sama seperti buah kamma baik, bukanlah utk ditimbun
Ini yg masih sering terjadi salah persepsi, seolah2 kita melakukan sesuatu itu utk menimbun buah kamma baik atau parami
Misal kita berdana dengan harapan agar di kehidupan mendatang, kita bisa lebih kaya atau masuk surga

Kita melakukan perbuatan baik, adalah utk melatih diri, melatih batin untuk mengikis lobha, dosa dan moha

Namun karena moha, membuat kita melakukan perbuatan baik, namun dengan harapan2 (outside in), bukan bagaimana kita bisa melakukan perbuatan yang baik (inner out)

Memang hal ini sulit untuk dapat dipahami, bahkan untuk buddhist sendiri yg sebenarnya sudah banyak mengetahui teori2 buddhism.

Karena itu, kembali saya menganjurkan untuk menghubungi bhante gunasiri, karena beliau selain pembimbing vipassana yang handal, juga mempunyai pengetahuan abhidhamma yg komprehensif

Jujur aja..... pembimbingan melalui penulisan seperti ini, tidak terlalu efektif karena untuk tingkat lanjutan, dibutuhkan bimbingan dari seorang guru yg kompeten

Semoga bisa bermanfaat  _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #125 on: 14 November 2008, 09:02:17 AM »
kesombongan tentunya merupakan salah satu kotoran batin yang harus disingkirkan. saya punya permasalahan.

biasanya, yang disebut sombong itu terjadi dihadapan sesama manusia. misalnya, seseorang menyombongkan kepadaiannya terhadap orang lain. dalam meditasi yang dilakukan untuk mengembangkan energi-energi (kundalini), kesombongan itu dapat muncul tiba-tiba. terutama ketika energi itu berkembang menjadi energi yang dirasakan hebat. padahal tidak seorangpun yang melihat saya. tapi jelas-jelas rasa sombong itu ada. menurut anda, apakah yang saya rasakan itu benar-benar rasa sombong ataukah gembira? mengapa kesombongan bisa muncul ketika kita sedang sendirian? mengapa berkembangnya energi bisa menimbulkan perasaan sombong seketika?

dear candra,

sombong dalam abhidhamma buddhism, dinamakan dengan "mana", yang termasuk dalam golongan "Lobha"

Mana muncul dalam artian "membandingkan diri", bisa lebih tinggi (yg paling sering kita lakukan), bisa sejajar atau bisa lebih rendah.

Jadi sombong akan muncul, pada waktu kita "melekat" pada kelebihan kita, dalam hal ini energi kundalini anda.

Kalo saya, rasa sombong dan bahagia itu beda loh.
Sombong rasanya ada yg ngganjal di dada dan perut, terus panas yg nyebar ke seluruh tubuh
Sementara kalo bahagia, langsung nyebar ke seluruh tubuh dalam bentuk getaran2.....

Disinilah sebenarnya diperlukan ketrampilan uk melihat gejolak batin yg sebenarnya...... yg notabene merupakan kelebihan dari vipassana.
Dalam samatha, org akan terbiasa utk "menyingkirkan" masalah, dgn memfokuskan pada 1 objek.
Sementara dalam vipassana, masalah itu justru ditelaah... bagaimana gejolak batin kita, pikiran2 apa saja yang timbul, dll......

Semoga bisa bermanfaat yah........  _/\_

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
kegunaan inspirasi jahat
« Reply #126 on: 14 November 2008, 09:27:24 AM »
 [at]  markos prawira

tanks! tidak mudah memahami apa yang anda sampaikan. karena itu menceritakan kondisi-kondisi batin yang amat halus. dengan mengingat, apa yang pernah saya alami dalam vippasana, maka saya memahami apa yang anda nyatakan. hanya karena sekarang ini kondisi batin saya sedang menurun, maka memahami ungkapan anda itu menjadi agak sulit, karna tidak melihat realisasinya langsung dalam diri saya. bagaimanapun penjelasan anda telah memberikan pencrahan bagi saya.

saya faham bahwa karuna adalah rasa menyenangkan, atau perasaan iba yang tanpa benci
dari kondisi yang tidak disukai, saya bermeditasi untuk mencari kondisi yang disukai. dan ini berarti, menurut anda, saya bermeditasi belum dengan pandangan benar. pernyataan anda benar.

mula-mula saya akan bermeditasi dengan pandangan yang tidak benar. hal tersebut saya sadari sejak munculnya rasa tidak suka. saya sadar "inilah rasa tidak suka". lalu muncul dosa.  saya sadar, "inilah dosa". lalu saya ingin bermeditasi dengan inspirasi mencari kondisi yang menyenangkan. dan saya sadar "inilah lobha". lalu saya bermeditasi.
ketika bermeditasi, lalu saya menyadari ada sesuatu yang menghambat batin saya untuk berkembang. apa itu? ketika saya periksa, "oh ternyata, lobha tadi itulah yang menghambat batin saya untuk berkembang." karena menginginkan batin untuk terus berkembang, saya harus melenyapkan inspirasi "meditasi untuk menemukan kondisi menyenangkan". maka kemudian saya bermeditasi dengan berpusat pada keadaan saat ini dan di sini tanpa inspirasi ini ataupun itu. setelah itu saya memperoleh pencerahan. saya sadar, "inilah pencrahan". pencerahan itu menyenangkan, "inilah perasaan menyenangkan". lalu muncul kemelatakan terhadap prasaan menyenangkan tadi. dan saya sadar, "inilah kemelekatan". tapi saya membiarkan kemelekatan itu ada dalam batin saya dan saya hanya mencoba untuk melihat sebagaimana adanya saja.

jikalah tidak untuk membebaskan manusia dari dukha, untuk apa budha mengajarkan dhamma?
jika bukan dengan inspirasi untuk melepaskan dukha, dengan apa manusia mempraktikan dhamma?
lepasnya seseorang dari dukha tidak berarti memperoleh kesenangan indrawi. akan tetapi lepasnya seseorang dari dukha seringkali disebut "kondisi menyenangkan". walaupun sesungguhnya kata "menyenangkan" adalah tidak tepat.

sebelum memahami kebijaksaan vippasanna (walau baru sedikit), dulu saya bermeditasi dengan inspirasi untuk memperoleh ilmu ksaktian yang lebih hebat untuk melakukan aksi balas dendam terhadap seseorang. saya bermeditasi karena dituntun oleh niat jahat dan pandangan salah. tapi, karena usaha mempelajari dan mempraktikan meditasi yang dikira dapat memenuhi hasrat nafsu amarah, ternyata akhirnya menjadi tersadar, bahwa meditasi itu dapat mengalahkan musuh yang lebih besar, yaitu dendam yang ada dihati, dosa atau kebencian. akhirnya pupuslah dendam dan kebencian kepada orang yang dulu dianggap musuh saya.

di sini, hal yang ingin sya gambarkan keapda anda adalah saya menemukan kenyataan bahwa yang pada mulanya bermeditasi dengan niat jahat dan pandangan yang salah, namun justru dengan meditasi itu sendiri niat jahat dan pandangan salah itu dihancurkan pada saat meditasi. inspirasi jahat tadi hakikatnya jadi berguna sebagai starter. bgaimana pendapat anda?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #127 on: 14 November 2008, 02:21:06 PM »
Kalau tidak keberatan bisakah bro Candra menceritakan pengalaman meditasi Anda,
Objek apa yg dipakai, dan bagaimana proses awalnya sampai pada titik dimana Anda anggap sebagai puncaknya melalui pengalaman Anda, entah itu yg dirasakan atau yg dilihat.  _/\_

baiklah. saya senang menceritakannya.

saya biasa bermeditasi dengan posisi duduk tegak, bersila, pegalangan tangan ditaruh di atas lutut, dengan sikap jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, sementera tiga jari lainnya di luruskan. sikap ini saya lakukan semata-mata agar saya tidak mudah mengantuk saat meditasi.
adapun objek yang menjadi meditasi saya adalah nafas (anasapati?). saya membagi latihan nafas kepada 4 tahapan, sesuai petunjuk meditasi yang saya baca di beberapa situs budhist, terutama samagi-phala. pertama-tama, saya memperhatikan nafas itu keluar dan masuk. saya membatin ketika nafas itu keluar saya berkata "keluar, keluar, keluar" dalam hati. demikian juga ketika nafas masuk, saya berkata, "masuk, masuk, masuk". dan kadang kadang saya hanya memperhatikan tanpa membatin. kadang-kadang saya sebagai muslim mengucapkan subhanalloh ketika masuk, dan alhamdulillah ketika nafas keluar. pada tahap kedua, ketika terasa bahwa konsentrasi saya telah meningkat, saya meningkatkan perhatian terhadap panjang pendeknya nafas, kasar halusnya, cepat lambatnya, dan sebagainya. pada tahap ketiga, konsentrasi saya meningkat lagi dan saya mulai menempatkan perhatian saya pada lubang hidung, dimana terasa ada sensasi sentuhan antara nafas dan kulit lubang hidung. disitulah unsur vitaka dan vicara dapat saya lihat dengan jelas. saya berusaha untuk bertahap pada satu objek itu. ketika konsentrasi saya telah lebih meningkat, lpada tahap keempat alu saya mencoba lebih menenangkan pikiran dengan cara memperhalus nafas sehalus mungkin. lalu nafas saya berjalan dengan sangat lambat, lambat sekali. masuuuk.....panjang, pelan ,dan halus. keluaaar.......panjang, pelan dan halus. tak terdengar bunyi nafas, karena halusnya. semakin halus nafas itu semakin tenang dan lembut pikiran saya. sampai pada tahap ini, saya anggap belum mencapai jhana.
lama kelamaan munculah apa yang saya anggap sebagai ekagata, yaitu keterpusatan pikiran tanpa usaha keras. pemusatan pikiran begitu ringan /mudah. saya hanya perlu menggunakan kehendak dan sedikit usaha untuk dapat tetap berkonsentrasi disitu. sampai pada tahap ini saya menganggap ini tahapan yang sudah sangat dekat dengan jhana pertama. kadang-kadang saya meneruskan latihan hingga jhana ke empat, tapi itu sangat jarang saya lakukan. rata-rata, jika saya telah mencapai tahapan ekagata, atau tahapan sebelum nimita muncul, saya sudah berhenti melakukan meditasi samatha dan meneruskan dengan meditasi vippasanna. demikianlah saya saya alami. tanpa ada guru yang membimbing, saya tidak tahu, benarkah meditasi yang saya lakukan itu menurut pandangan umat budhist yang tentunya lebih ahli? dan tepatkah istilah-istilah yang saya gunakan itu?
Kalau boleh tau, nimitta apa saja yg pernah Anda lihat?dan bagaimana Anda menyikapi nimita
Lalu bagaimana proses masuk jhana sesuai pengalaman Anda, misalnya di dalam jhana satu apa saja yg Anda alami dan lihat dan rasakan?

Terima kasih sebelumnya atas sharingnya. _/\_
« Last Edit: 14 November 2008, 02:24:58 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #128 on: 14 November 2008, 04:21:44 PM »
salut untuk Sdr. Candra_Mukti...
 _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #129 on: 14 November 2008, 05:09:23 PM »
mula-mula saya akan bermeditasi dengan pandangan yang tidak benar. hal tersebut saya sadari sejak munculnya rasa tidak suka. saya sadar "inilah rasa tidak suka". lalu muncul dosa.  saya sadar, "inilah dosa". lalu saya ingin bermeditasi dengan inspirasi mencari kondisi yang menyenangkan. dan saya sadar "inilah lobha". lalu saya bermeditasi.
ketika bermeditasi, lalu saya menyadari ada sesuatu yang menghambat batin saya untuk berkembang. apa itu? ketika saya periksa, "oh ternyata, lobha tadi itulah yang menghambat batin saya untuk berkembang." karena menginginkan batin untuk terus berkembang, saya harus melenyapkan inspirasi "meditasi untuk menemukan kondisi menyenangkan". maka kemudian saya bermeditasi dengan berpusat pada keadaan saat ini dan di sini tanpa inspirasi ini ataupun itu. setelah itu saya memperoleh pencerahan. saya sadar, "inilah pencrahan". pencerahan itu menyenangkan, "inilah perasaan menyenangkan". lalu muncul kemelatakan terhadap prasaan menyenangkan tadi. dan saya sadar, "inilah kemelekatan". tapi saya membiarkan kemelekatan itu ada dalam batin saya dan saya hanya mencoba untuk melihat sebagaimana adanya saja.

dear candra,

mudita citta untuk kondisi anda.....

Mengenai vipassana, maaf jika saya tidak terlalu bnyk bisa berkomentar karena memang saya hanya pemula
Namun "melihat apa adanya" sering disalah artikan. Ini membuat batin diarahkan utk "memeriksa" si penghambat, sementara seharusnya yg dilakukan dalam vipassana adalah "menyadarinya"
Menyadari disini adalah memperhatikan secara batin tanpa melekat pada objek tersebut.
Jadi hanya menyadari itu sebagai proses yg timbul dan tenggelam

Saya memulai ini, dengan memperhatikan ciri2 gejolak batin dalam hidup sehari2... bagaimana ciri marah, ciri iri, ciri lobha, ciri metta, dan berbagai ciri lainnya.
Dengan cara ini, saya bisa langsung beralih ke gejolak selagi masih riak sebelum terlanjur menjadi "gelombang"

Namun maaf jika penjelasan saya dirasa masih terlalu cetek...... mungkin ada master meditator disini yg lebih ahli dari saya, yg bisa menambahkan

sebelum memahami kebijaksaan vippasanna (walau baru sedikit), dulu saya bermeditasi dengan inspirasi untuk memperoleh ilmu ksaktian yang lebih hebat untuk melakukan aksi balas dendam terhadap seseorang. saya bermeditasi karena dituntun oleh niat jahat dan pandangan salah. tapi, karena usaha mempelajari dan mempraktikan meditasi yang dikira dapat memenuhi hasrat nafsu amarah, ternyata akhirnya menjadi tersadar, bahwa meditasi itu dapat mengalahkan musuh yang lebih besar, yaitu dendam yang ada dihati, dosa atau kebencian. akhirnya pupuslah dendam dan kebencian kepada orang yang dulu dianggap musuh saya.

di sini, hal yang ingin sya gambarkan keapda anda adalah saya menemukan kenyataan bahwa yang pada mulanya bermeditasi dengan niat jahat dan pandangan yang salah, namun justru dengan meditasi itu sendiri niat jahat dan pandangan salah itu dihancurkan pada saat meditasi. inspirasi jahat tadi hakikatnya jadi berguna sebagai starter. bgaimana pendapat anda?

Singkatnya seperti ini, bhw jika org mulai dengan pandangan benar, maka dia akan dapat menjalankan sila dgn benar
Pun sekaligus, dengan dukungan daya upaya benar, maka dia akan dapat memulai samma samadhi

Hasil dari semuanya, akan mendukung ke arah samma ditthi lagi

kesemuanya merupakan kondisi yg akan saling mendukung.

Pandangan salah memang bisa dihancurkan jika org yg bersangkutan berkenan melaksanakan jalan utama berunsur 8 yang hasilnya adalah Pandangan benar (samma ditthi).

Namun yg bnyk terjadi, justru bhw org cenderung utk memegang terus pandangan salah itu karena dasar dari pandangan salah/miccha ditthi adalah lobha

Jadi sebenarnya dgn anda banyak membaca hal2 yg "benar", maka anda akan mendapat suttamaya panna, sekaligus hasil dari mempraktekkannya (cintamaya panna) serta hasil dari meditasi (bhavanamaya panna)

Kesemuanya ini yg mengarahkan anda ke "pandangan benar"

Kira2 seperti itu proses ke arah pandangan benar/samma ditthi.... dia sebagai landasan, pun sebagai hasil....

semoga bisa dimengerti  _/\_

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #130 on: 15 November 2008, 08:54:40 AM »

Kalau boleh tau, nimitta apa saja yg pernah Anda lihat?dan bagaimana Anda menyikapi nimita
Lalu bagaimana proses masuk jhana sesuai pengalaman Anda, misalnya di dalam jhana satu apa saja yg Anda alami dan lihat dan rasakan?

Terima kasih sebelumnya atas sharingnya. _/\_


sebelumnya, mohon maaf apabila saya salah dalam menggambarkan jhana dan cara masuknya.

saya berusaha memegang objek (nafas) secara berulang-ulang. ketika pikiran menyimpang, saya berusaha untuk fokus kembali ke objek tersebut. lama kelamaan pikiran menjadi lebih tenang dan mampu berpusat pada satu titik dengan mudah. pada saat ini, lalu munculah cahaya yang terang benderang. saya tidak lagi merasakan sentuhan nafas masuk dan keluar. saya hanya sadar adanya cahanya tersebut. pada mulanya cahaya ini kurang kuat, sehingga kadang-kadang munculnya hanya sekejap lalu lenyap lagi. walaupun demikian menimbulkan efek yang luar biasa. batin atau pikiran saya merasa tercerahkan. apbila saya melakkan aktifitas berpikir, saya merasakan kebahagiaan dari aktifitas berpikir. saya tidak melekat pada objek-objek pikiran itu, melainkan terpusat perhatian akan proses berpikir itu sendiri. dengan cara demikian munculah kebahagiaan berpikir tersebut yang saya sebut kenikmatan intelektual yang tinggi. bila masuk pada kondisi ini, maka saya menanggapnya telah masuk dan mencapai jhana pertama. (gak tahu benar atau salah menurut anda).
saya tidak bermaksud mneruskan latihan ke tingkat jhana berikutnya saya asyik merenung dan memperhatikan kejadian-kejadian mental dalam diri. "oh beginilah kejadiannya perasaan-perasaan, beginilah kejadiannya kesadaran-kesadaran, beginilah urutannya, dst." saya jadi senag duduk berlama-lama untuk merenung dan menyelidki fenomnena-fenomena. jika sudah demikian, saya tidak akan bosan untuk duduk diam seharian atau semalaman. inilah tanda (yang saya tahu), bila saya masuk jhana pertama.
tapi, apabila saya bermaksud untuk masuk ke jhana ke 2 (jarang saya lakukan), saya terus memusatkan perhatian kepada nafas, atau kepada nimita yang sudah muncul. (selalu berupa cahaya). sampai akhirnya tidak saya temukan lagi stimulus untuk berpikir. stimulus tindakanpun apalgi, terputus oleh kesadaran. semua organ-organ indra saya mulai tertutup. sulit untuk saya gambarkan, tapi saya menemukan suatu keadaan yang luar biasa. kebaagiaan yang hampir tidak pernah saya temukan dalam kehidupan sehari-hari, saya temukan pada saat masuk pada jhana kedua. kebahagiaan ini tidak muncul dari sentuhan tubuh atau pemikiran, melainkan karna sifat pikiran yang terfokus. sungguh sulit untuk digambarkan. pada tahap ini, jika saya berenti bermeditasi, maka secara otomatis ketika saya membuka mata (usai meditasi), saya dapat melihat makhluk-makhluk halus yang bergerak maupun yang tidak bergerak. dan saya dapat berdialog dengan mereka. dan apabila saya memadang ke arah manusia, saya dapt membaca pikirannya. demikianlah. bagaimana menurut pendapat anda?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #131 on: 15 November 2008, 09:26:45 AM »
Quote
apbila saya melakkan aktifitas berpikir, saya merasakan kebahagiaan dari aktifitas berpikir. saya tidak melekat pada objek-objek pikiran itu, melainkan terpusat perhatian akan proses berpikir itu sendiri. dengan cara demikian munculah kebahagiaan berpikir tersebut yang saya sebut kenikmatan intelektual yang tinggi. bila masuk pada kondisi ini, maka saya menanggapnya telah masuk dan mencapai jhana pertama. (gak tahu benar atau salah menurut anda).

Apa yg Anda alami bukanlah jhana 1. Piti dan sukha bisa dialami dengan sangat kuat di upacara samadhi hanya beda kadarnya dengan jhana. Banyak yg terkecoh disini. Maaf tidak ada maksud menggurui Anda, saya hanya sekedar sharing aja ya. Semoga kita bisa maju dalam Dhamma

Quote
Kalau boleh sekedar sharing, apa yg Anda alami bukanlah pengalaman jhana, melainkan piti dan sukha yg bisa dialami dalam sebelum ataupun sesudah upacara samadhi. Dan kadarnya memang berbeda.
tapi, apabila saya bermaksud untuk masuk ke jhana ke 2 (jarang saya lakukan), saya terus memusatkan perhatian kepada nafas, atau kepada nimita yang sudah muncul. (selalu berupa cahaya). sampai akhirnya tidak saya temukan lagi stimulus untuk berpikir. stimulus tindakanpun apalgi, terputus oleh kesadaran. semua organ-organ indra saya mulai tertutup. sulit untuk saya gambarkan, tapi saya menemukan suatu keadaan yang luar biasa. kebaagiaan yang hampir tidak pernah saya temukan dalam kehidupan sehari-hari, saya temukan pada saat masuk pada jhana kedua. kebahagiaan ini tidak muncul dari sentuhan tubuh atau pemikiran, melainkan karna sifat pikiran yang terfokus. sungguh sulit untuk digambarkan. pada tahap ini, jika saya berenti bermeditasi, maka secara otomatis ketika saya membuka mata (usai meditasi), saya dapat melihat makhluk-makhluk halus yang bergerak maupun yang tidak bergerak. dan saya dapat berdialog dengan mereka. dan apabila saya memadang ke arah manusia, saya dapt membaca pikirannya. demikianlah. bagaimana menurut pendapat anda?

Bagaimana Anda menyikapi nimitta cahaya untuk masuk ke jhana?
Ketika masuk jhana ke 2 , apakah usaha Anda yg Anda ceritakan langsung menuju jhana 2 ?
Pernahkah Anda mengevaluasi faktor2 jhana?
Kemampuan membaca pikiran hanya ketika seseorang mencapai jhana 4 bukan di jhana 2.

Maaf kalau banyak nanya, soalnya Anda termasuk unik .

Mettacitena  _/\_



« Last Edit: 15 November 2008, 09:30:27 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #132 on: 15 November 2008, 09:31:53 AM »
Lebih baik cari guru meditasi yang handal. Retreat Sayalay Dipankara yang pernah dipost sebelumnya mungkin bisa membantu. Pembimbingnya menguasai 40 obyek kamathana (samantha bhava) dan pencapaian jhana sampai jhana 8. Selanjutnya beliau juga bisa membimbing vipassana. Tetapi kemungkinan besar sudah waiting list yang panjang. Silahkan ceritakan pengalaman anda waktu mendaftar, siapa tahu bisa dapat kesempatan bertemu pembimbing yang langka tersebut.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [ask] tumimbal lahir [theravada vers] ?
« Reply #133 on: 15 November 2008, 10:20:20 AM »
Quote from: markosprawira
Disinilah sebenarnya diperlukan ketrampilan uk melihat gejolak batin yg sebenarnya...... yg notabene merupakan kelebihan dari vipassana.
Dalam samatha, org akan terbiasa utk "menyingkirkan" masalah, dgn memfokuskan pada 1 objek.
Sementara dalam vipassana, masalah itu justru ditelaah... bagaimana gejolak batin kita, pikiran2 apa saja yang timbul, dll......


disitu itulah perbedaan nya antara samatha dan vipassana,
tp dari yg saya pahami, dalam vipassana kita berusaha memahami bahwa segala sesuatu yg kita miliki, dll adalah tidak kekal (sabbe sankhara annica ?), utk memahami bahwa tidak ada inti dari segalanya, yg berujung kepada ketidak melekatan (termasuk pada buku yg lagi saya baca ini)

mohon bimbingannya lagi utk lebih "masuk"

Offline candra_mukti19

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.146
  • Reputasi: -9
jhana 4
« Reply #134 on: 15 November 2008, 10:44:25 AM »
Quote from: bond

Apa yg Anda alami bukanlah jhana 1. Piti dan sukha bisa dialami dengan sangat kuat di upacara samadhi hanya beda kadarnya dengan jhana. Banyak yg terkecoh disini. Maaf tidak ada maksud menggurui Anda, saya hanya sekedar sharing aja ya. Semoga kita bisa maju dalam Dhamma
Kalau boleh sekedar sharing, apa yg Anda alami bukanlah pengalaman jhana, melainkan piti dan sukha yg bisa dialami dalam sebelum ataupun sesudah upacara samadhi. Dan kadarnya memang berbeda.

anda benar. phiti dan sukha dapat dirasakan pada upacara samadhi, akan tetapi kadarnya berbeda. menurut saya, phiti dan sukha pada upacaya samadhi masih sreing bercampur dengan kenikmatan "kesan pemikiran" yang dipengaruhi oleh objek-objek external. phiti dan sukha itu sendiri bukan kenikmatan yang dipengaruhi oleh objek external, tapi penikmatan akan objek-objek external masih terjadi pada tahap upacara samdhi. sedangkan pada tahap jhana, tidak ada lagi unsur penikmatan terhadap objek external. (entahlah sebenarnya, saya juga cuma sharing).


Quote from: bond
Bagaimana Anda menyikapi nimitta cahaya untuk masuk ke jhana?
Ketika masuk jhana ke 2 , apakah usaha Anda yg Anda ceritakan langsung menuju jhana 2 ?
Pernahkah Anda mengevaluasi faktor2 jhana?
Kemampuan membaca pikiran hanya ketika seseorang mencapai jhana 4 bukan di jhana 2.

Maaf kalau banyak nanya, soalnya Anda termasuk unik .

Mettacitena  _/\_





usaha untuk masuk ke jhana ke 2 itu tidak mudah, tidak langsung, melainkan seringkali memerlukan proses yang cukup panjang dan lama lagi.

saya tidak mengevaluasi unsur-unsur jhana ketika mengalami jhana itu sendiri. karena pada saat masuk jhana, batin saya tidak melakukan analisa melainkan hanya berpusat pada satu objek. adapun evaluasi saya lakukan jauh sesudahnya dengan mengingat "apa yang saya alami waktu itu". ketika baru saja usai dari jhana ke 2, saya tidak perlu mengevaluasi lagi, sebab semuanya sudah terliat dengan jelas. pemikiran, perenungan dan memperbanyak kata-kata seringkali justru mengaburkan arti jhana yang sebenarnya.

adapun ketika nimita muncul, muncul perasaan takjub dalam batin saya. ini berarti kesadaran saya telah beralih ke perasaan takjub sekejab. lalu saya dengan cepat mengembalikan kesadaran / perhatian terhadap nimita dan terus memperatikannya. saya tidak ingat atau tidak tahu hal-hal lain yang harus saya lakuka ketika nimita itu muncul.

saya tidak tahu kalau kemampuan membaca pikiran itu hanya terjadi ketika seseorang mencapai jhana ke 4. kenyataannya, saya dapat membaca pikiran orang lain pada tahap yang telah saya ceritakan tadi. dan ini telah saya buktikan terhadap banyak orang dalam banyak kasus. kemampuan itu tidak segera hilang ketika saya usai meditasi. selama berhar-hari atau berminggu-minggu saya dalam kondisi tetap dapat membaca pikiran. hanya ketika batin saya terlalu banyak kotoran, maka mata batin saya menjadi gelap dan tidak dapat membaca pikiran orang lain.
dan tentang jhana ke 4, sangatlah suit mencapainya. saking sulitnya, kadang-kadang saya menyatakan "hampir mustahil" untuk dicapai. tapi sebenarnya tidak mustahil. melalui perjuangan yang saya lakukan "setengah mati", saya perna mencapai jhana ke 4. hasilnya adalah keseimbangan batin yang luar biasa. ketika saya mencapai tahap ini berbagai macam kemampuan supranatural yang menakjubkan muncul. kdang-kadang saya ingin mencoba kembali ke dalam jhana 4, tapi seolah dalam batin saya ada dua perasaan, yaitu rindu dan kapok. mengingat hasil yang diperoleh dari jhana tersebut, hati saya sangat rindu. tapi mengingat apa yang harus dilakukan untuk mencapai jhana 4 tersebut, rasanya hati saya kapok. suatu perasaan yang aneh yang saya alami yang kadang membuat saya tersenyum sendiri. lagipula, pencaian jhana 4 bisa berdampak negatif bagi kehidupan bila kebijaksaan vippasana belum berkembang. kenapa? ketika kekuatan-kekuatan supranatural bermunculan sebagai akibat pencapaian jhana 4, dorongan untuk menyalah gunakan kekuatan itu sangat besar, hampir tidak tertahankan. jika belum sanggup untuk mawas diri, lebih baik tidak membangkitkan kekuatan itu.
pada saat baru saja jhana 4 itu tercapai, saya tidak tergerak untuk berbuat yang di dorong oleh nafsu. sebab nafsu itu sendiri sudah ditekan oleh kekuatan konsentrasi. tapi, ketika kondisi batin saya menurut hingga ke tingkat upacara samadhi, jhana 4 telah lenyap, tapi kekuatan supranaturalnya belum lenyap. pada kondisi ini, nafsu-nafsu untuk menyalah gunakan kekuatan supranatural itu menjadi besar dan kuat.
saya tidak tahu, apaka benar setiap yang tela mencapai jhana 4 itu selalu muncul dalam dirinya kekuatan-kekuatan supranatural. ataukah ini merupakan keunikan pada diri saya sendiri, mengingkat sebelumnya saya sudah berlatih dengan meditasi pranayama? saya tidak tahu pasti.
« Last Edit: 15 November 2008, 10:47:00 AM by candra_mukti19 »

 

anything